Professional Documents
Culture Documents
2, MEI 2018
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1
Bandar Lampung 35141, Telp. 082279400471, e-mail: citrarianzani@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to analyze the internal factors, external factors and arrange development strategy on the
dairy cattle business. The study was conducted by case study method at Neang Mukti Farmer Group in Air
Naningan Subdistrict, Tanggamus Regency purposively. Data of this research was collected on January to
March 2017. The internal factors were analyzed by Internal Factors Evaluation (IFE) matrix, while external
factors by External Factors Evaluation (EFE) matrix. The analysis of development strategy and determining
priority strategy were obtained by Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT) analysis and by
Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM) analysis, respectively. The result of internal factors analysis
showed that the main strength which was owned by the dairy cattle business of Neang Mukti Farmer Group
was the availability of forage and water feed for livestock and its main weakness were milk production that
has not been optimize and has not been tested to standardize its quality. The main opportunities of this
business were the increasing national milk demand and the main threat was the existence of global warming.
Finally, the strategies that could be used to develop the dairy cattle business of Neang Mukti Group were as
follows: increasing the capital by lending to the bank in order to increase the scale of business, increasing
the productivity of dairy cattle by utilizing the role of government institutions or universities, and
cooperation with the dairy cooperatives or milk processing industry as the raw milk supplier.
Key words: dairy cattle business, development strategy, QSPM, SWOT analysis
179
JIIA, VOLUME 6 No. 2, MEI 2018
Lampung, salah satunya Kelompok Tani Neang Januari-Maret 2017. Data yang dikumpulkan
Mukti di Desa Air Kubang, Kecamatan Air terdiri dari data primer yang diperoleh dari empat
Naningan, Kabupaten Tanggamus. Kabupaten responden yaitu ketua Kelompok Tani Neang
Tanggamus memiliki suhu yang relatif dingin Mukti, petugas kesehatan hewan (Keswan)
sehingga cocok untuk tumbuh dan berkembangnya Kecamatan Air Naningan, perwakilan Dinas
ternak sapi perah serta memiliki ketersediaan Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten
pakan dan air yang cukup untuk pemeliharaan Tanggamus dan Provinsi Lampung dengan teknik
ternak sapi perah. Kelompok Tani Neang Mukti wawancara dan Focus Group Discussion (FGD)
memiliki jumlah sapi perah terbanyak yaitu 42 dan data sekunder yang diperoleh dari
ekor dan satu-satunya kelompok tani binaan lembaga/instansi pemerintah dan literatur yang
program Provinsi Lampung yang melakukan terkait dengan penelitian.
pemeliharaan sapi perah secara koloni (bersama).
Analisis lingkungan internal dan eksternal
Peternakan sapi perah pada kelompok tani ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kekuatan,
sudah berdiri kurang lebih lima tahun dan kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki
memerlukan tenaga dan modal yang tidak sedikit oleh suatu organisas (Hunger dan Wheelen 2003).
dalam pengembangannya. Dari total sapi betina Penyusunan strategi pengembangan dalam
sebanyak 42 ekor, baru 16 ekor yang dapat penelitian ini melalui beberapa tahap. Tahap
berproduksi dan menanggung biaya pemeliharaan pertama adalah penentuan komponen internal dan
sapi secara keseluruhan dari susu yang telah eksternal yang mengacu pada komponen yang
dihasilkan. Sapi perah kelompok ini baru mampu digunakan oleh penelitian Sari (2015) yang
memproduksi susu sebanyak rata-rata 10 disesuaikan dengan kondisi keadaan lapangan dan
liter/ekor/hari. Susu tersebut dipasteurisasi diringkas dalam matriks Internal Factors
kemudian dijual ke kedai-kedai susu murni yang Evaluation (IFE) dan External Factors Evaluation
ada di berbagai daerah seperti Kota Bandar (EFE). Komponen internal pada penelitian ini
Lampung dan Metro, serta usaha kecil pengolahan adalah produksi, manajemen dan pendanaan,
susu dan konsumen rumah tangga. Namun, sumber daya manusia, lokasi usaha dan pemasaran,
permintaan yang semakin meningkat tiap waktu sedangkan untuk komponen eksternal adalah
dan masih belum mampu dipenuhi oleh kelompok pesaing, IPTEK, iklim dan cuaca, kebijakan
ini menyebabkan kedai-kedai tersebut memilih pemerintah, ekonomi, sosial, dan budaya.
untuk membeli susu segar tersebut ke peternakan
yang ada di Jawa Barat sebagai salah satu daerah Tahap selanjutnya adalah menentukan faktor
penghasil susu sapi perah terbesar di Indonesia. komponen internal dan eksternal lalu memberikan
bobot tiap faktor pada matriks IFE dan EFE
Kondisi tersebut merupakan peluang yang dapat dengan skala 1,00 (paling penting) sampai 0,00
sekaligus menjadi ancaman bagi Kelompok Tani (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor posisi
Neang Mukti dalam menjalankan usaha ternak sapi strategis usaha (Purba, Affandi, dan Nugraha 2016)
perah, sehingga perlu adanya pengkajian kondisi yang bobotnya ditentukan menggunakan metode
lingkungan internal dan eksternal usaha ini agar Paired Comparison (Kinnear dan Taylor 2002).
dapat memunculkan strategi yang dapat Bobot tiap faktor tersebut selanjutnya dikalikan
meningkatkan usaha ternak sapi perah. Oleh sebab dengan rating yang telah diberikan pada faktor-
itu, penulisan artikel ini bertujuan (1) menganalisis faktor tersebut dengan skala 4 (outstanding)
kondisi lingkungan internal dan eksternal, serta (2) sampai dengan 1 (poor) terhadap kondisi usaha
menyusun strategi pengembangan usaha ternak yang menghasilkan skor sehingga didapat total
sapi perah Kelompok Tani Neang Mukti. skor pada matriks IFE dan EFE. Kemudian,
dilakukan pemetaan total skor IFE dan EFE pada
METODE PENELITIAN matriks Internal Eksternal (IE) untuk mengetahui
arahan strategi yang akan dilaksanakan pada usaha
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode studi ternak yang dapat dilihat pada Gambar 1.
kasus pada usaha ternak sapi perah Kelompok Tani
Neang Mukti di Desa Air Kubang, Kecamatan Air Hunger dan Wheelen (2003) mengatakan bahwa
Naningan, Kabupaten Tanggamus dengan hasil matriks IE dapat mengidentifikasi 9 sel
pertimbangan bahwa usaha kelompok ini telah strategi usaha, tetapi pada prinsipnya kesembilan
berkembang dengan baik dan produk susunya telah sel tersebut bisa dikelompokkan menjadi tiga
tersebar ke berbagai daerah di Provinsi Lampung. strategi utama, yaitu (1) strategi pertumbuhan,
Pengumpulan data penelitian dilakukan pada Bulan yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu
180
JIIA, VOLUME 6 No. 2, MEI 2018
sendiri (sel I, II, dan V) atau upaya diversifikasi Nilai Daya Tarik/Total Attractiveness Score
(sel VII dan VIII), (2) strategi stabilitas, yang (TAS), dan menghitung jumlah TAS tiap strategi
menunjukkan perusahaan cenderung memilih alternatif dan hasilnya akan mengungkapkan
untuk mempertahankan usaha yang sedang strategi yang paling menarik dari rangkaian
berjalan sekarang (sel IV dan V), dan (3) strategi strategi yang ada berdasarkan TAS tertinggi.
penciutan, dengan melakukan penyelamatan atau
menutup usaha dengan menggunakan defensive HASIL DAN PEMBAHASAN
strategy seperti usaha patungan, penciutan biaya,
penciutan usaha dan likuidasi (sel III, VI, dan IX). Profil Usaha Ternak Sapi Perah
181
JIIA, VOLUME 6 No. 2, MEI 2018
1. Ketersediaan pakan hijauan dan air untuk Kelompok Tani Neang Mukti mendapatkan modal
ternak investasi dari pemerintah saat memulai usaha
berupa pemberian induk sapi perah dan peralatan
Pasokan air minum sangat penting untuk ternak pendukung kegiatan usaha ternak yang totalnya
sapi perah karena 85 persen penyusun susu adalah mencapai Rp611.400.000,00. Kemudian setelah
air (Firman 2010). Kabupaten Tanggamus induk tersebut melahirkan anak sapi, populasi
memiliki sumber daya air yang cukup berlimpah. ternak menjadi bertambah, sehingga biaya
Hal ini dapat dilihat dari curah hujan yang dimiliki produksi ternak ikut bertambah. Hal ini
cukup tinggi, yaitu mendekati 3.000 mm per menyebabkan sapi perah produktif harus
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menanggung biaya pemeliharaan sapi non-
2012). Selain itu, Kelompok Tani Neang Mukti produktif seperti pedet dan induk yang belum
menjalin kemitraan dengan petani di desa-desa berlaktasi. Menurut Budiarsana dan Juarini (2012),
sekitar untuk memasok pakan rumput sapi perah, biaya pakan merupakan biaya pemeliharaan
sehingga pakan rumput selalu terjamin terbesar dari usaha sapi perah yaitu 60 persen dari
ketersediaannya untuk ternak sapi perah. Hal ini total biaya produksi. Sementara, produksi susu
merupakan kekuatan bagi kelompok Neang Mukti yang dihasilkan oleh sapi laktasi kelompok ini
untuk memenuhi pakan ternak sapi perah. belum optimal sehingga keuntungan yang didapat
juga tidak optimal dan kelompok ini harus
2. Tenaga kerja terlatih mengelola keuangannya agar modal untuk
pembelian pakan dapat tercukupi.
Tenaga kerja kelompok ini memiliki pengalaman
bekerja di bidang ternak sapi. Sebelumnya, mereka 2. Produksi belum optimal dan belum teruji
pernah menjadi tenaga kerja ternak sapi potong standarisasi mutunya
pada usaha pribadi milik Ketua Kelompok Tani
Neang Mukti kurang lebih lima tahun. Sapi perah Kelompok Tani Neang Mukti
Pemeliharaan ternak sapi perah dan potong tidak memproduksi susu rata-rata 10 liter/ekor/hari.
jauh berbeda, sehingga tenaga kerja terlatih dalam Nilai tersebut dapat dikatakan belum optimal untuk
pemeliharaan ternak ini. Selain itu, tenaga kerja sapi perah FH karena sapi jenis ini mampu
kelompok ini sudah mendapatkan beberapa kali menghasilkan susu hingga 25 liter/ekor/hari
pelatihan dari dinas tingkat provinsi mau pun (Firman 2010). Susu yang dihasilkan kelompok ini
kabupaten tentang manajemen budidaya sapi perah juga belum teruji standarisasi mutunya, sehingga
beserta pengolahan susu pasca panen dan juga belum diketahui apakah produk ini dapat dikatakan
pernah mendapatkan pelatihan di Kota Lembang, baik dan layak dikonsumsi, serta telah memenuhi
Semarang dan Medan persyaratan mutu susu yang telah ditetapkan.
182
JIIA, VOLUME 6 No. 2, MEI 2018
itu, terdapat pencatatan yang tidak berjalan yaitu perah Kelompok Neang Mukti dan menjadi
catatan produksi susu sapi. Menurut Firman peluang untuk kelompok Neang Mukti dalam
(2010), salah satu kelemahan para peternak rakyat mengembangkan usaha ternaknya. Pemerintah baik
sapi perah Indonesia adalah tidak melakukan pusat, provinsi dan kabupaten telah melakukan
pencatatan produksi ternaknya secara rutin, berbagai upaya dalam membantu mengembangkan
padahal kegiatan ini penting dilakukan untuk usaha ternak sapi perah di Provinsi Lampung,
mengontrol dan mengevaluasi usaha ternak. termasuk kelompok ini diantaranya berupa
pemberian bibit sapi perah kepada kelompok tani,
5. Anggota kelompok tidak aktif dalam alat-alat untuk budidaya sapi perah seperti mesin
kegiatan usaha ternak perah portable, mesin pasteurisasi, mastitis
detector, melakukan pendampingan teknis dan
Kelompok Tani Neang Mukti memiliki 23 orang arahan tentang budidaya sapi perah dan
anggota, namun para anggota kelompok tersebut pengelolaan hasilnya.
tidak aktif dalam kegiatan usaha ternak sapi perah
dan cenderung mengurus sawah dan kebunnya 4. Iklim dan cuaca cocok untuk budidaya sapi
karena menurut mereka memelihara sapi perah perah
tidak memiliki hari libur. Padahal, kontribusi
anggota kelompok sangat dibutuhkan untuk Kabupaten Tanggamus memiliki suhu udara rata-
minimimasi biaya tenaga kerja yang cukup besar. rata 28°C dan sebagian wilayah memiliki suhu
sejuk pegunungan berkisar 15-22°C yang terletak
Analisis Lingkungan Eksternal sekitar 500 m dpl sampai dengan 2000 meter dpl di
kaki Gunung Tanggamus, salah satunya
Peluang (Opportunities) Kecamatan Air Naningan (Adityas 2017). Kondisi
ini cocok untuk dilakukan budidaya ternak sapi
1. Permintaan susu nasional yang terus perah dan merupakan peluang bagi Kelompok Tani
meningkat Neang Mukti untuk mengembangkan usahanya.
Permintaan susu yang cukup tinggi saat ini dan 5. Kedai susu murni yang terus meningkat
belum mampu dipenuhi oleh produksi SSDN, jumlahnya di Provinsi Lampung
memberikan peluang usaha di subsistem sapi
perah. Sampai saat ini, produksi SSDN baru Provinsi Lampung terutama Kota Bandar Lampung
mampu memenuhi kebutuhan konsumsi susu merupakan daerah yang memiliki cukup banyak
nasional sebesar 30 persen, sedangkan sisanya (70 perguruan tinggi negeri dan swasta. Banyak
persen) masih berasal dari impor. mahasiswa ataupun masyarakat umum yang
sekedar berkumpul atau bersantai di kedai, mall,
2. Adanya program “Upsus Siwab” dan tempat umum lainnya. Kedai susu murni
menjadi salah satu tempat yang banyak diminati
Pemerintah mendukung penuh pengembangan oleh kalangan tersebut. Saat ini, jumlah kedai susu
ternak sapi perah salah satunya dengan dibuatnya murni yang ada di Kota Bandar Lampung terus
program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib meningkat. Beberapa kedai tersebut diantaranya
Bunting (Upsus Siwab). Program ini membantu adalah MonggoMilk, Kesumur (Kedai Susu Murni)
kelompok Tani Neang Mukti dalam meningkatkan Kalpataru, Kedai Roma Pie Susu & Milkshake,
populasi ternak yang dilakukan dengan suntik IB Kafe Yu-One Milk, Moo-ILK, Jomblo Milk,
(Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Cortado, dan lain-lain. Hal ini merupakan peluang
Hewan 2017). Dengan bertambahnya populasi besar bagi Kelompok Tani Neang Mukti untuk
ternak, apabila sapi betina yang lahir, maka akan menjadi pemasok tetap bahan baku susu segar.
menambah produksi susu kelompok dan apabila
sapi jantan yang lahir, maka akan menjadi sumber Ancaman (Threats)
penerimaan sampingan karena dapat dijual sebagai
sapi potong, begitu juga dengan betina afkir. 1. Adanya pemanasan global
3. Adanya dukungan pemerintah pusat, Adanya pemanasan global menyebabkan kenaikan
provinsi dan kabupaten suhu di daerah Kabupaten Tanggamus yang
berdampak pada berkurangnya nafsu makan ternak
Pemerintah merupakan lembaga yang sangat sapi perah. Ancaman tersebut menyebabkan
berperan terhadap kemajuan usaha ternak sapi produksi susu dapat menurun apabila daerah ini
183
JIIA, VOLUME 6 No. 2, MEI 2018
menghadapi kemarau yang panjang. Kemarau yang Tabel 1 dan 2. Berdasarkan tabel tersebut, dapat
panjang juga menyebabkan sulitnya mencari pakan diketahui bahwa faktor kekuatan terbesar yang
hijauan sehingga kelompok ini harus memiliki dimiliki kelompok ini adalah ketersediaan pakan
persediaan jumlah pakan hijauan yang lebih untuk hijauan dan air untuk ternak. Kekuatan ini sesuai
mengantisipasi ancaman tersebut. dengan kondisi lapangan bahwa daerah Kabupaten
Tanggamus memiliki sarana produksi yang
2. Peningkatan jumlah penduduk menunjang usaha ternak sapi perah khususnya
pakan dan air untuk makan dan minum ternak
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus dengan skor 0,587. Faktor kelemahan terbesar
(2017) menyatakan bahwa Kecamatan Air kelompok ini adalah produksi susu yang belum
Naningan mengalami peningkatan jumlah optimal dan belum teruji standarisasi mutunya
penduduk tiap tahunnya. Pada tahun 2014, jumlah dengan skor 0,379. Produksi susu yang belum
penduduk di daerah ini adalah 29.587 jiwa dan optimal menyebabkan keuntungan yang didapat
sampai tahun 2016 bertambah menjadi 30.774 juga tidak optimal dan susu kelompok ini belum
jiwa. Dengan bertambahnya jumlah penduduk di melakukan uji kelayakan mutu produk, sehingga
daerah ini, maka akan menyebabkan lahan tempat belum dapat masuk ke industri pengolahan susu.
tumbuhnya rumput hijauan untuk pakan ternak
beralih fungsi menjadi lahan permukiman. Hal ini Faktor peluang terbesar yang dimiliki Kelompok
merupakan ancaman bagi peternak dengan Tani Neang Mukti adalah permintaan susu nasional
semakin sedikitnya lahan yang tersedia untuk yang terus meningkat dengan skor 0,658. Hal ini
menanam rumput hijau. membuka kesempatan Kelompok Tani Neang
Mukti untuk ikut berkontribusi dalam rangka
3. Sektor manufaktur, jasa, dan infrastruktur peningkatan SSDN. Ancaman terbesar yang
jadi fokus prioritas pembangunan nasional dihadapi kelompok ini adalah adanya pemanasan
global dengan skor 0,474 yang dapat mengganggu
Pemerintah memfokuskan pembangunan nasional produksi ternak sapi perah.
melalui tiga sektor dalam beberapa dekade
terakhir, yaitu sektor manufaktur, jasa, dan Total bobot dari matriks IFE dan EFE
infrastruktur (Amir 2014). Aktivitas dari tiga kemudian dimasukkan ke dalam matriks IE untuk
sektor ini berupa peningkatan daya saing sektor mengetahui posisi strategi usaha ternak sapi perah
manufaktur di pasar domestik dan global, kelompok ini. Matriks IE usaha ternak sapi perah
mendorong pertumbuhan di sektor jasa termasuk Kelompok Tani Neang Mukti dapat dilihat pada
pariwisata, jasa keuangan dan jasa lainnya, serta Gambar 2.
pembangunan sektor infrastruktur yang disebabkan
kondisi infrastruktur nasional masih jauh Matriks IE pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa
tertinggal. Sektor prioritas ini merupakan ancaman posisi usaha ternak sapi perah Kelompok Tani
bagi sektor pertanian, khususnya peternakan dalam Neang Mukti berada pada sel V yaitu pertumbuhan
melakukan pengembangan usahanya karena dan stabilitas. Pada kondisi ini, usaha kelompok
anggaran beserta program pemerintah akan lebih berada pada strategi yang terkonsentrasi melalui
diprioritaskan ke tiga faktor utama tersebut. integrasi horizontal. Hunger dan Wheelen (2003)
menjelaskan pertumbuhan perusahaan yang dapat
Matriks IFE dan EFE usaha ternak sapi perah dilakukan adalah dengan berkonsentrasi pada
Kelompok Tani Neang Mukti dapat dilihat pada industri yang sekarang.
Tabel 1. Matriks IFE usaha ternak sapi perah Kelompok Tani Neang Mukti
184
JIIA, VOLUME 6 No. 2, MEI 2018
Tabel 2. Matriks EFE usaha ternak sapi perah Kelompok Tani Neang Mukti
185
JIIA, VOLUME 6 No. 2, MEI 2018
186