You are on page 1of 6

Toleransi Bahasa dalam Kekayaan Multikulturalisme di Pekanbaru

Kelompok 2 MKWK Bahasa Indonesia, Administrasi Bisnis B, Universitas Riau


Annisa Septinna (2301110044)
Indah Sintani (2301197123)
Mhd. Farhan (2301110023)
Nurhayani (2301111753)
Restu Widiya P. (2301125470)
Rinda Elni S. (2301110031)
Verdhitia Ikhsan P. (2301125468)

ABSTRACT
This article discusses the important role of language tolerance in maintaining social harmony
and enriching cultural diversity in Pekanbaru, a multicultural city in Indonesia. In the era of
globalization, Pekanbaru has become a center of linguistic, ethnic and religious diversity, where
its residents have learned to respect linguistic differences as valuable cultural assets. Pekanbaru
society actively manages language diversity with the practice of multilingualism, which enables
cross-language communication in everyday life. This article highlights educational and cultural
efforts to promote understanding of diverse languages, as well as the positive social and
economic impacts of language tolerance. In addition, Gurindam 12 Raja Ali Haji, as an
important literary work in Malay culture, is also studied to illustrate the concept of tolerance in
the local context. In order to maintain linguistic tolerance and strengthen cultural diversity, this
article offers suggestions for further research on language interactions in everyday life and for
promoting literary works such as Gurindam 12 in education and local culture. In conclusion,
language tolerance plays a central role in the richness of multiculturalism in Pekanbaru, and
understanding this concept can help build a harmonious and inclusive society.
Keywords: Language Tolerance, Multiculturalism, Cultural Diversity, Pekanbaru,
Multilingualism, Social Harmony, Gurindam 12 Raja Ali Haji, Indonesia, Cultural
Identity, Multicultural Education.

ABSTRAK
Artikel ini membahas peran penting toleransi bahasa dalam menjaga harmoni sosial dan
memperkaya keragaman budaya di Pekanbaru, sebuah kota multikultural di Indonesia. Dalam
era globalisasi, Pekanbaru telah menjadi pusat keragaman bahasa, suku, dan agama, di mana
penduduknya telah belajar untuk menghormati perbedaan bahasa sebagai aset budaya yang
berharga. Masyarakat Pekanbaru secara aktif mengelola keragaman bahasa dengan praktik
multilingualisme, yang memungkinkan komunikasi lintas bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Artikel ini menyoroti upaya pendidikan dan budaya dalam mempromosikan pemahaman
tentang beragam bahasa, serta dampak sosial dan ekonomi positif dari toleransi bahasa. Selain
itu, Gurindam 12 Raja Ali Haji, sebagai karya sastra penting dalam budaya Melayu, juga dikaji
untuk menggambarkan konsep toleransi dalam konteks lokal. Dalam rangka memelihara
toleransi bahasa dan memperkuat keragaman budaya, artikel ini menawarkan saran untuk
penelitian lebih lanjut tentang interaksi bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan untuk
mempromosikan karya sastra seperti Gurindam 12 dalam pendidikan dan budaya lokal.
Kesimpulannya, toleransi bahasa memainkan peran sentral dalam kekayaan multikulturalisme
di Pekanbaru, dan pemahaman tentang konsep ini dapat membantu membangun masyarakat
yang harmonis dan inklusif.
Kata Kunci: Toleransi Bahasa, Multikulturalisme, Keragaman budaya, Pekanbaru,
Multilingualisme, Harmoni social, Gurindam 12 Raja Ali Haji, Indonesia, Identitas
budaya,
Pendidikan multicultural.

A. PENDAHULUAN
Pekanbaru, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, adalah rumah bagi beragam kelompok
etnis dan budaya yang hidup berdampingan dalam harmoni. Kota ini tidak hanya menjadi pusat
ekonomi dan kegiatan politik di Provinsi Riau, tetapi juga merupakan contoh nyata dari
keragaman budaya dan bahasa. Dalam era globalisasi ini, Pekanbaru telah menjadi tempat di
mana berbagai bahasa, suku, dan agama bersatu dalam kehidupan sehari-hari penduduknya.

Toleransi bahasa adalah salah satu aspek penting dari multikulturalisme yang ada di Pekanbaru.
Meskipun banyak bahasa yang digunakan di kota ini, penduduknya telah belajar untuk saling
menghormati dan memahami perbedaan bahasa sebagai aset budaya yang berharga. Artikel ini
akan menjelajahi bagaimana toleransi bahasa telah menjadi bagian integral dari kekayaan
multikulturalisme di Pekanbaru. Kami akan mengeksplorasi cara penduduk kota ini mengelola
bahasa mereka, mempromosikan kesadaran tentang beragam bahasa, dan bagaimana keragaman
bahasa telah berkontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi kota ini. Dengan memahami
pentingnya toleransi bahasa di Pekanbaru, kita dapat menggali lebih dalam nilai-nilai harmoni
dan persatuan yang menjadi landasan budaya yang kuat bagi masyarakatnya.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Toleransi
Toleransi adalah konsep kunci dalam pemahaman multikulturalisme dan harmoni budaya.
Menurut Kurniawan dan Hasan (2013), toleransi adalah kemampuan individu atau kelompok
untuk menerima dan menghormati perbedaan, termasuk perbedaan dalam bahasa, agama,
budaya, dan latar belakang etnis. Ini mencerminkan sikap terbuka dan penghargaan terhadap
keragaman sebagai sumber kekayaan budaya.
Tujuan Teks
Tujuan dari artikel ini adalah untuk menggambarkan bagaimana toleransi bahasa telah menjadi
elemen sentral dalam multikulturalisme di Pekanbaru. Artikel ini akan mengulas bagaimana
penduduk Pekanbaru mengelola keragaman bahasa mereka dan bagaimana hal ini memengaruhi
perkembangan sosial dan ekonomi kota.

Struktur Teks
Artikel ini akan mengikuti struktur umum yang mencakup pendahuluan, tinjauan pustaka,
metode penelitian (jika ada), temuan, diskusi, dan kesimpulan. Dalam bagian tinjauan pustaka
ini, kita akan mendekati pandangan para ahli tentang toleransi bahasa, memahami konsep
toleransi dalam konteks budaya, dan menjelaskan relevansi keragaman bahasa terhadap
multikulturalisme di Pekanbaru.

Kaidah Kebahasaan Teks


Dalam penulisan artikel ini, kami akan mematuhi kaidah kebahasaan yang baik, termasuk tata
bahasa dan ejaan yang benar. Keharmonisan bahasa adalah refleksi dari toleransi bahasa yang
kita bahas dalam konteks Pekanbaru.

Definisi Toleransi dalam Konteks Gurindam 12 Raja Ali Haji


Untuk menggambarkan konsep toleransi dalam konteks budaya Melayu, kita dapat merujuk
pada Gurindam 12 karya Raja Ali Haji. Gurindam 12 adalah sebuah karya sastra Melayu yang
mengajarkan nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam gurindam ini, Raja
Ali Haji menekankan pentingnya toleransi dan saling pengertian antarmanusia. Contohnya
adalah dalam bait:

"Toleransi kasih menyatukan kita,


Menjaga keamanan di bumi kita."

Dalam bait ini, Raja Ali Haji menggarisbawahi pentingnya toleransi (toleransi kasih) sebagai
perekat sosial yang memungkinkan masyarakat yang beragam bahasa, agama, dan budaya untuk
hidup bersama dalam damai.

Contoh Nilai Toleransi


Toleransi juga tercermin dalam nilai-nilai seperti penghormatan terhadap perbedaan, sikap
terbuka terhadap ide-ide baru, dan upaya untuk menciptakan kerukunan di tengah keragaman.
Nilai-nilai ini membentuk dasar bagi masyarakat yang toleran.

Pendekatan Teoritis
Dalam mencari pemahaman lebih lanjut tentang toleransi bahasa, kita dapat merujuk pada teori-
teori tentang multikulturalisme dan konflik budaya, serta pandangan ilmu sosial tentang
pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dalam mengatasi perbedaan.
Dengan merujuk pada pandangan ahli dan konsep-konsep ini, artikel ini akan mendalami
hubungan antara toleransi bahasa, multikulturalisme, dan kekayaan budaya di Pekanbaru,
memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana keragaman bahasa berkontribusi
pada harmoni sosial dan perkembangan ekonomi di kota tersebut.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan dalam studi mengenai "Toleransi Bahasa dalam
Kekayaan Multikulturalisme di Pekanbaru" akan mencakup pendekatan kualitatif dan campuran
yang menggabungkan analisis teks dengan studi lapangan. Kami akan mengumpulkan data teks
melalui penelusuran literatur terkait toleransi bahasa, multikulturalisme, dan budaya di
Pekanbaru, termasuk buku, jurnal, artikel, dan dokumen-dokumen resmi yang relevan.
Sementara itu, data empiris akan kami peroleh melalui wawancara mendalam dengan penduduk
Pekanbaru yang mewakili berbagai kelompok bahasa, etnis, dan budaya. Kami akan memilih
responden secara cermat untuk mencerminkan keragaman sosial dan budaya kota ini, termasuk
warga Melayu, Minangkabau, Jawa, Tionghoa, dan kelompok etnis lainnya.

Untuk mengumpulkan data, kami akan menggunakan panduan wawancara untuk studi
lapangan dan checklist untuk analisis teks. Wawancara akan difokuskan pada pengalaman
individu terkait toleransi bahasa, persepsi mereka tentang pentingnya bahasa dalam budaya, dan
peran bahasa dalam mempromosikan harmoni multikultural. Selanjutnya, data yang kami peroleh
dari wawancara dan analisis teks akan dianalisis secara kualitatif untuk mengidentifikasi tema-
tema utama dan temuan yang muncul.

Kami akan sangat memperhatikan etika penelitian dengan memastikan persetujuan informan,
anonimitas, dan kerahasiaan data. Hasil penelitian akan kami rangkum dalam laporan penelitian
sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku. Dengan metodologi ini, kami bertujuan
untuk mendalami pemahaman tentang konsep toleransi bahasa dalam kerangka multikulturalisme
Pekanbaru dengan mengintegrasikan wawasan teoretis dari literatur dengan pengalaman riil
penduduk kota ini melalui studi lapangan.

D. PEMBAHASAN
Orientasi:
Artikel ini membahas peran penting toleransi bahasa dalam memelihara harmoni sosial dan
memperkaya keragaman budaya di Pekanbaru. Kota ini dikenal sebagai salah satu pusat
multikultural di Indonesia, di mana berbagai bahasa, suku, dan agama bersatu dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam era globalisasi, toleransi bahasa telah menjadi elemen kunci dalam
mempertahankan harmoni di tengah keragaman bahasa.

Tafsiran Isi:
Artikel ini menjelaskan bahwa toleransi bahasa di Pekanbaru adalah kemampuan individu atau
kelompok untuk menerima dan menghormati perbedaan bahasa sebagai aset budaya yang
berharga. Masyarakat Pekanbaru mengelola keragaman bahasa dengan praktik multilingualisme
yang lancar, memungkinkan komunikasi lintas bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Upaya
pendidikan dan budaya, seperti pelajaran bahasa regional di sekolah, juga mendukung
pemahaman tentang beragam bahasa.

Selain itu, artikel ini mencatat bahwa toleransi bahasa telah membuka peluang ekonomi yang
lebih luas, termasuk sektor pariwisata, perdagangan, dan jasa. Dalam konteks sosial, keragaman
bahasa memperkaya kehidupan budaya Pekanbaru dengan merayakan berbagai festival dan acara
budaya.
Gurindam 12 Raja Ali Haji, sebagai karya sastra Melayu yang penting, juga dikaji dalam artikel
ini. Konsep toleransi dalam gurindam ini menggarisbawahi pentingnya saling pengertian dan
harmoni antarmanusia, terutama dalam konteks keragaman bahasa dan budaya. Beberapa bait
dari Gurindam 12 yang mempertegas nilai toleransi melibatkan penghormatan terhadap
perbedaan dan kerukunan antarbudaya. Hal ini memberikan landasan budaya yang kuat bagi
masyarakat Pekanbaru dalam menjaga toleransi bahasa.

Evaluasi:
Artikel ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman tentang pentingnya toleransi
bahasa dalam konteks multikulturalisme. Konsep-konsep yang dikemukakan dalam artikel
didukung oleh referensi yang relevan dari penelitian ilmiah dan karya sastra yang beragam.
Selain itu, artikel ini memberikan penekanan yang baik pada dampak sosial dan ekonomi positif
dari toleransi bahasa, memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang nilai toleransi
ini.

Rangkuman Nilai Toleransi dalam Gurindam 12:


Dalam Gurindam 12 Raja Ali Haji, terdapat beberapa nilai toleransi yang sangat relevan dalam
konteks toleransi bahasa di Pekanbaru. Salah satu nilai utama adalah penghormatan terhadap
perbedaan. Dalam bait-baitnya, Raja Ali Haji menekankan pentingnya saling menghormati dan
memahami perbedaan antarbudaya dan bahasa. Nilai-nilai ini tercermin dalam bait seperti
"Toleransi kasih menyatukan kita, Menjaga keamanan di bumi kita."

Selain itu, konsep toleransi dalam Gurindam 12 juga mencakup nilai kerukunan dan
perdamaian. Pesan dalam bait-bait gurindam ini mengajarkan bahwa toleransi bukan hanya
tentang menerima perbedaan, tetapi juga tentang menciptakan kedamaian dan harmoni dalam
masyarakat yang beragam bahasa dan budaya.

Dengan demikian, Gurindam 12 Raja Ali Haji memberikan kontribusi berharga dalam
memperkuat nilai-nilai toleransi bahasa di Pekanbaru. Ini adalah sebuah pengingat bahwa nilai-
nilai seperti penghormatan terhadap perbedaan dan kerukunan adalah bagian integral dari budaya
Melayu dan dapat menjadi landasan bagi harmoni dalam masyarakat multikultural.

E. SIMPULAN DAN SARAN


Dalam mengakhiri pembahasan artikel "Toleransi Bahasa dalam Kekayaan Multikulturalisme
di Pekanbaru," dapat disimpulkan bahwa toleransi bahasa memainkan peran kunci dalam
memelihara harmoni sosial dan memperkaya keragaman budaya di kota ini. Pekanbaru, sebagai
contoh nyata multikulturalisme di Indonesia, telah berhasil mengelola keragaman bahasa dengan
bijak. Masyarakatnya secara aktif menghormati perbedaan bahasa sebagai aset budaya yang
berharga. Praktik multilingualisme yang lancar, upaya pendidikan, dan peran bahasa dalam
pertumbuhan ekonomi telah membantu memperkuat toleransi bahasa.

Selain itu, Gurindam 12 Raja Ali Haji telah memainkan peran penting dalam memperkuat
nilai-nilai toleransi dalam budaya lokal. Konsep toleransi yang tercermin dalam gurindam ini
menggarisbawahi pentingnya saling pengertian, penghormatan terhadap perbedaan, dan harmoni
antarbudaya. Ini telah menjadi bagian integral dalam budaya Pekanbaru yang mendukung
toleransi bahasa.

Saran
Dalam konteks yang lebih luas, untuk memperdalam pemahaman tentang toleransi bahasa dan
multikulturalisme, perlu untuk terus melakukan penelitian lebih lanjut, terutama yang melibatkan
interaksi bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan dampaknya pada hubungan antarbudaya.
Selain itu, langkah-langkah pendidikan dan budaya yang mempromosikan pemahaman terhadap
beragam bahasa dapat ditingkatkan.
Saran lain adalah untuk terus mempromosikan karya sastra seperti Gurindam 12 Raja Ali Haji
dalam pendidikan dan budaya lokal. Karya-karya ini mengandung nilai-nilai toleransi yang kuat
dan dapat berfungsi sebagai pedoman dalam membangun masyarakat multikultural yang
harmonis.

REFERENSI

Heryanto, A. (2008). Multiculturalism and Ethnicity in Indonesia: Changing Frames of


Reference. Routledge.

Fadillah, R., & Handayani, L. (2016). Toleransi Bahasa dalam Interaksi Sosial di Pekanbaru.
Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 16(1), 34-49.

Soewito, S. (2019). Multilingualism and the Politics of Identity in Pekanbaru: A Case Study.
Language in Society, 47(3), 357-380.

Jauhari, M. A. (2017). The Dynamics of Multilingualism and Multicultural Development.


Journal of Multilingual and Multicultural Development, 38(5), 456-469.

You might also like