Professional Documents
Culture Documents
NPM : 3021210028
Tugas Rangkuman Hukum Acara Perdata C
BAB 1
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana cara menjamin
ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantara hakim. HAPER juga bisa dikatakan
sebagai cara menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil, dan jika dikerucutkan lagi
mengatur tentang cara mengajukan hak, memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan dari
putusannya. Sumber hukum acara perdata pada Pengadilan Negeri adalah peraturan terdahulu
seperti Het Herzeine Indonesisch Reglement (HIR) untuk wilayah Jawa-Madura dan
Rechsreglement Buitengewesten (Rbg) untuk wilayah luar jawa-madura. Reglement op de
Burgerlijke Rechtsvorsering (Rv) atau hukum acara perdata untuk golongan eropa juga
termasuk sumber hukum acara perdata. Selain itu tersebar dalam BW, WvK dan peraturan
Kepailitan.
Kekuasaan Kehakiman diatur dalam UU No.48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman dan
UU No.8 Tahun 2004 tentang peradilan umum.
BAB 2
Tuntutan hak sebagaimana telah diterangkan di muka adalah Tindakan yang bertujuan
memperoleh perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah
“eigenrichting”. Suatu tuntutan hak harus mempunyai kepentingan hukum yang cukup,
merupakan syarat utama untuk dapat diterimanya tuntutan hak itu oleh pengadilan guna
diperiksa point d’interest, point d’action. Tuntutan hak yang di dalam pasal 118 ayat 1 HIR
disebut sebagai tuntutan perdata tidak lain adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa dan
lazimnya disebut gugatan. Gugatan dapat diajukan baik secara tertulis maupun secara lisan.
Persyaratan mengenai isi gugatan dapat dijumpai dalam pasal 8 no 3 Rv. Yang mengharuskan
gugatan memuat:
Gugatan dapat juga diajukan oleh masyarakat atau sekelompok orang yang mempunyai
kepentingan yang sama, yang di dalam system hukum Anglo Sakson dikenal dengan class
action (sekelompok orang yang mempunyai kepentingan yang sama dalam satu perkara yang
diajukan oleh salah seorang anggota atau lebih dari kelompok tersebut tanpa menyebut anggota
kelompok tersebut satu demi satu). Lalu yang dimaksud dengan gugatan perwakilan kelompok
menurut PerMa No. 1 tahun 2002 ialah suatu tata cara pengajuan gugatan di mana satu orang
atau lebih yang mewakili kelompok mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri mereka
sendiri dan sekaligus mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki
kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok dimaksud.
Adapun yang dimaksud wakil kelompok ialah satu orang atau lebih yang menderita kerugian
mengajukan gugatan dan sekaligus mewakili kelompok orang yang lebih banyak jumlahnya.
Wewenang Mutlak dari Hakim. Wewenang Pengadilan Negeri disebut wewenang mutlak atau
kompetensi absolut, yaitu wewenang badan pengadilan dalam memeriksa jenis perkara
tyertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain.
Upaya-upaya untuk Menjamin Hak. Untuk kepentingan penggugat agar terjamin haknya
sekiranya gugatannya dikabulkan nanti, UU menyediakan upaya untuk menjamin hak tersebut,
yaitu dengan penyitaan.
a) Sita Jaminan terhadap Barang Miliknya Sendiri: penyitaan ini dilakukan terhadap
barang milik kreditur (penggugat) yang dikuasai oleh orang lain.
i. Sita revindicatoir.
ii. Sita maritiaal.
b) Sita Jaminan terhadap Barang Milik Debitur: penyitaan ini biasanya disebut sita
conservatoir yang merupakan Tindakan persiapan dari pihak penggugat dalam bentuk
permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk menjamin dapat dilaksankannya
putusan perdata dengan menguangkan atau menjual barang debitur yang disita, guna
memenuhi tuntutan penggugat.
i. Sita conservatoir atas barang bergerak milik debitur.
ii. Sita conservatoir atas barang tetap milik debitur.
iii. Sita conservatoir atas barang bergerak milik debitur yang ada di tangan pihak
ketiga.
iv. Sita conservatoir terhadap kreditur.
v. Sita gadai atau pandbeslag.
vi. Sota conservatoir atas barang-barang debitur yang tidak mempunyai tempat
tinggal yang dikenal di Indonesia atau orang asing bukan penduduk Indonesia.
vii. Sita conservatoir atas pesawat terbang.
viii. Penyitaan barang milik negara.
BAB 3
Setelah penggugat memasukan gugatannya dalam daftar pada kepaniteraan Pengadilan Negeri
dan melunasi biaya perkara, ia tinggal menunggu pemberitahuan hari siding. Gugatan itu tidak
akan didaftar apabila biaya perkara belum dibayar.
Pencabutan gugatan dapat dilakukan sebelum gugatan itu diperiksa di persidangan atau
sebelum tergugat memberi jawaban atau sesudah diberikan jawabn oleh tergugat. Kalau
pencabutan dilakukan sebelum perkara diperiksa di persidangan atau sebelum tergugat
memberi jawabannya, tergugat secara resmi belum tahu akan adanya gugatan itu, yang berarti
bahwa secara resmi belum terserang kepentingannya.
Bolehkah penggugat mengadakan perubahan gugatan? Menurut Pasal 127 Rv perubahan dari
gugatan dibolehkan sepanjang pemeriksaan perkara, asal saja tidak mengubah atau menambah
petitum/pokok tuntutan.
Putusan Gugur: suatu perklara perdata dapat diputus secara conservatoir atau di luar hadirnya
salah satu pihak yang berperkara. Perkara diputus secara conservatoir apabila kedua pihak hadir
di persidangan pada hari sidang yang ditetapka, sedangkan kalua salah satu pihak saja yang
hadir, diputus di luar hadirnya salah satu pihak. Digugurkannya gugatan penggugat itu tidak
hanya apabila penggugat tidak dating saja, tetapi juga kalau penggugat tidak mengajukan
perkaranya di muka hakim perdamaian desa, meskipun telah diperintahkan oleh hakim.
Putusan di Luar Hadir: kalau tergugat tidak dating setelah dipanggila dengan patut, gugatan
dikasulkan dengan putusan di luar hadir atau verstek, kecuali kalau gugatan itu melawan hak
atau tidak beralasan.
Pengaruh Keadaan Para Pihak terhadap Jalannya Persidangan: keadaan para pihak di dalam
suatu perkara dapat memengaruhi jalannya persidangan. Jalannya persidangan dapat berhenti
karena perubahan keadaan dari para pihak. Kalau salah satu pihak meninggal dunia,
pemeriksaan perkara, setelah kematian diberitahukan, terhenti. Sejak terhentinya pemeriksaan
maka segala Tindakan-tindakan personel tidak sah. Gugatan kemudia dapat diajukan oleh ahli
warisnya.
Perdamaian: Kalau pada hari sidang yang telah ditetapkan kedua belah pihak hadir, hakim
harus berusaha mendamaikan mereka. Pada saat inilah hakim dapat berperan secara aktif
sebagaimana dikehendaki oleh HIR.
Pengaruh Lampau Waktu terhadap Tuntutan Hak: Hak yang oeh UU diberikan untuk waktu
tertentu akan terhapus dengan lampaunya waktu yang ditetapkan oleh UU. Hak ini berhenti
atau terhapus dengan sendirinya setelah lewat waktu yang ditentukan oleh UU. Menurut Pasal
1967 BW, semua tuntutan hak, baik yang bersifat kebendaan maupun perorangan, terhapus
(kadaluwarsa) setelah lampau waktu 30 tahun.
Tugas Hakim: Tugas pokok hakim adalah menerima, memeriksa dan mengadili, serat
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Hakim menerima perkara, dalam hal
ini sikapnya adalah pasif atau menunggu adanya perkara diajukan kepadanya dan tidak aktif
mencari atau mengejar perkara. Kemudia, hakim meneliti perkara dan akhirnya memngadili,
yang berarti memberi kepada yang berkepentingan haka tau hukumnya.
Jawaban: Di dalam HIR tidak ada ketentuan yang mewajibkan tergugat untuk menjawab
gugatan penggugat. Pasal 121 ayat 2 HIR hanya menentukan bahwa tergugat dapat menjawab
baik secara tertulis maupun secara lisan. Jawabn tergugat dapat berupa pengakuan, tetapi dapat
juga berupa bantuan. Pengakuan berarti membenarkan isi gugatan penggugat, Sebagian
maupun seluruhnya.
Jalannya Persidangan: pada hari sidang, hakim ketua sidang yang didampingi oleh panitera
membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum. Lalu setelahnya, kedua belah
pihak, penggugat dan tergugat dipanggil masuk. Pemeriksaan perkara harus berlangsung
dengan hadirnya kedua belah pihak. Selanjutnya hakim harus mengusahakan mendamaikan
kedua belah pihak. Apabila mereka didamaikan, dijatuhkanlah putusan perdamaian. Jika kedua
belah pihak tidak berhasil didamaikan, hal itu harus dimuat dalam berita acara, kemudia
dimulailah denga pembacaan surat gugat. Atas penggugat, tergugat diberi kesempatan untuk
memberi jawabannya di muka pengadilan, baik secara lisan maupun tertulis. Kalau dari jawab-
menjawab antara penggugat dan tergugat telah diketahui apa yang menjadi pokok sengketa,
jawab-menjawab dianggap cukup dan dinyatakan selesai oleh hakim dan dimulailah dengan
acara pembuktian.