You are on page 1of 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL ABORTUS


Dosen Pengampu : Dr. Indah Lestari, S.Kep,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 12
Sultiyaningsih (202272040)
Eva Nuritasari (202272042)
Fieko Chandra Damara (202272043)

PRODI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Abortus” ini disusun untuk memenuhi
tugas mahasiswa dari mata kuliah Maternitas di program ahli jenjang studi ilmu keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dimasa akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Mojokerto,10 November 2023

Kelompok 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,taNpa
mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan
gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan”
(Manuaba, 2011).

Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah
perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan aborsi
tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya akses pada
perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan
13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu
melahirkan 9,4%.
Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka kematian
ibu melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per 100.000
kelahiran, karena kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk juga
pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada tahun 2010
tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000 kelahiran. Walaupun
sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 kematian per
100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca, 2011).
Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan mampu
mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah tepat dan
sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di tunjang oleh
fasilitas yang memadai.
Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta ibu
yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar 500.000
ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, sekitar 30-50 %
di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan sekitar 90 %
kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia, (Ericca, 2011).
AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup,
AKI di Filipina 170 kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44

3
kematian per 100.000 kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan di
singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E, 2011).
Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat 1 dari
bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus 2478 orang dan yang
mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah
2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang dan pada tahun 2009 jumlah ibu yang
mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 6 orang(Susanto, C.E,
2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian abortus ?
2. Apa Jenis abortus?
3. Bagaimana Patofisiloginya abortus?
4. Apa Penyebababortus?
5. Bagaimana Uji diagnostic abortus?
6. Bagaimana Penatalaksanaan medis abortus?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian abortus
2. Mengetahui Jenis abortus
3. Mengetahui Patofisiloginyaabortus
4. Mengetahui Penyebab abortus
5. Mengetahui Uji diagnostic abortus
6. Mengetahui Penatalaksanaan medis abortus
7. Mengetahui Asuhan keperawatan abortus

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan
memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu
diangggap keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar kemungkinan
untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015).
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat- obatan
atau bedah, (Morgan, 2011).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus. Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000
gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus
berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500– 999 gram
disebut juga dengan immature. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-
akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupakan suatu
keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia
kurang dari 20 minggu (Kelompok, 2019).

2.2 ETIOLOGI
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan
hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan
muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

5
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk
abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom.
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah
trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
2. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi.
Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak
kehamilan.
3. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil
konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau,
alkohol, kafein, dan lainnya.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena


hipertensimenahun. Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus.
Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut
infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit
cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan
pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan
mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan
mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan
menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat

6
melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian
terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik
pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya
abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun
tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap
pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus
atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat
melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten,
bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual khususnya kalau
terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran
yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya
abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih
funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.

Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.
8. Penyebab dari segi Maternal

1) Penyebab secara umum :


(1) Infeksi
a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b. Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria

7
2) Infeksi kronis

a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.


b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat,
penyakit jantung, toxemia gravidarum
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.
2) Penyebab yang bersifat lokal:

a. Fibroid, inkompetensia serviks.


b. Radang pelvis kronis, endometrtis.
c. Retroversikronis.
d. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus.
9. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
d. Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa
pada
b. 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi
malformasi pada tubuh janin.
a. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah
kelainan chromosomal.
b. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi dengan adekuat.

2.3 KLASIFIKASI
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain
yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).

8
Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum
janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi
spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin
seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia
kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Aspek klinis abortus spontan
dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa
jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus
mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa
tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban
yang nyata disertai pembukaan serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan
plasentabiasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara
terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat
atau lambatakan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus
inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in
utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan
pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin
juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi
perubahan- perubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan,
tetapi definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi
berturut-turut selama tiga kali atau lebih
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :

9
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup
di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a. Abortus medisinalis
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi- sembunyi oleh tenaga
tradisional.

10
2.4. PATHWAY ABORTUS

Fisiologi organ terganggu Abortus ( Mati janin


penyakit ibu/ bapak <16-28 minggu/ bb
panggul sempit <40-100 gram)

Abortus spontan Abortus provokatus

- Ab. Imminens - Ab. Intoleransi aktivitas


- Ab. Insipens Medisinalis
- Ab. - Ab. Kriminalis
Inkompletus Gangguan rasa nyaman
- Ab.
Komplitus
- Missed
abortion Nyeri abdomen

Curetase Kurang pengetahuan Ansietas

Post anatesi Jaringan terputus/terbuka Resiko infeksi

Penurunan syaraf
oblongata Nyeri gangguan Invasi bakteri
pemenuhan ADL

Penurunan syaraf
vegetatif Perdarahan

Penyerapan cairan di Kekurangan volume


Peristaltik colon carian

Resiko infeksi
Gangguan eliminasi
(konstipasi Resiko syok
(hipovolemik)
( Sumber : Buku Aplikasi NANDA NIC-NOC, 2015 )

11
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :

a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil


konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan,
dapat pula timbul lama setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh
pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya
emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan
teliti.
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal
ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung
udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di

12
endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak
menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah
dapat memastikan dengan segera.
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi
akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang
terlalu panas atau terlalu dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan
cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau
logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik
sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan
tetapi memerlukan waktu.
7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan
menggunakan pengaliran arus listrik.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu
setelah abortus
b. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed
abortion

2.8 PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :
1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :

a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan


mengurangi rangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai
perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau
memasukkan sesuatu ke dalam vagina)
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme

2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :


13
a. Evaluasi tanda – tanda vital
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis dan
servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah,
atau bagian – bagian janin
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta
kondisi ketuban
3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
untukmenentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin
untuk menenangkan wanita
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala
bahaya dan pertahankan nilai normal
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil
pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal
Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti
phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal
yaitu progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.

14
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS

Kasus:

Ny. “N” hamil 25 tahun dilarikan ke RS UMM tanggal 07-03-2018klien mengalami


kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB menggunakan sepeda motor. Klien
jatuh keaspal dalam keadaan duduk dan terhempas dari sepeda motornya sejauh 1 meter. Klien
ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi terlentang, terlihat darah
segardari daerah jalan lahir, dari keterangan keluarga usia kehamilannya 20 minggu. Dari
pengkajian di RS didapatkan : TD 90/70 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu 36,10C, RR 29 x/menit,
nafas cepat dan dangkal, akral dingin (Gcs 7) dan terdapat suara tambahan (ronchi), CRT > 3
detik, konjungtiva anemis, ditemukan laserasi pada ulna sinistra, contusion pada daerah
inguinalis, krepitasi pelvis (+), perdarahan pervaginam (+), hasil pemeriksaan ketuban intact.
3.1 Primary survey
a. Airway : Terdapat sumbatan jalan napas berupa darah dan lendir
b. Bretiang :
Look : Adanya pengembangan dinding dada. Frekuensi 32x/ menit
Listen : Terdengar suara nafas stidor
Feel : Terasa hembusan nafas, terlihat otot bentu pernafasan
b. Circulation : Akral dingin, kulit pucat terdapat pendarahan di telingga, hidung,
mulut, CRT > 3 detik.
c. Disability : GCS 7 (E2, M3, V2) dan kesadaran sopor
3.2 Pengkajian sekunder
A. Biodata
Data pasien
1. Nama : Ny “N”
2. Umur : 25 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : IRT
5. Alamat : Perumahan Jalak Putih V no 46 Singaraja - Bali
Data penanggung jawab
1. Nama : Tn. W

15
2. Umur : 29 Tahun
3. Pekerjaan : PNS
4. Pendidikan : S1 PGSD
5. Alamat : Perumahan Jalak Putih V no 46 Singaraja - Bali

1. Alasan datang/dirawat
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB menggunakan
sepeda motor dan diboncengi suami dalam posisi duduk miring tidak berpegangan dengan
suaminya, Klien jatuh keaspal dalam keadaan duduk dan terhempas dari sepeda motornya sejauh
1 meter.
2. Keluhan utama
Klien ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi
terlentang, terlihat darah segar ke arah kaki, dari keterangan keluarga usia
kehamilannya 29 minggu
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : 30 hari
Lama : 5 hari Teratur : teratur
Sifat darah : Cair Keluhan : Tidak ada

4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Menikah Menikah ke : 1 (satu)
Usia menikah pertama kali : 22 Tahun Lama : 3 Tahun

5. Riwayat obstetrik : G2P1A0 Ah1

Hamil Persalinan Nifas


ke Tangg Umur Jenis Penol Komplik JK BB laktasi komplika
al kehamila persalina ong asi lahir si
n n
1 20-3- Aterm Spontan Bidan Tidak L 2600 Asi Tidak
10 ada gr eks ada
Hamil Ini

16
6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No Jenis Pasang Lepas
kontras Tangg Oleh Tempat Keluha Tanggal Oleh Temp Alas an
epsi al n at
Ibu Mengat tidak perna Menggunaka alat kontrase
akan h n psi

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


A. ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
B. Kunjungan ANC
1. Trimester I
Frekuensi : 2x
Keluhan : Mual, Flek-flek
Komplikasi : Tidak ada
Terapi : Asam folat
2. Trimester II
Frekuensi :-
Keluhan :-
Komplikasi :-
Terapi :-
3. Trimester III
Frekuensi :-
Keluhan :-
Komplikasi :-
Terapi :-
C. Imunisasi TT : 1 kali
TT I : tanggal : 25 Januari 2018
D. Pergerakan janin selama 24 jam ( dalam sehari )
Ibu mengatakan belum merasakan gerakan janin.

8. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahanun)

17
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (PMS, TBC,
Hepatitis), menurun (DM, Asma, Hipertensi), menahun (Jantung, Ginjal)
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan
menahanun)Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak sedang
menderita penyakit menular (PMS, TBC, Hepatitis), menurun (DM, Asma,
Hipertensi), menahun ( Jantung, Ginjal )

c. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak punya riwayat
keturunan kembar.
d. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat oprasi
e. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi obat.

9. Pola pemenuhan kebutuhan


Sebelum Hamil Saat Hamil
a. Nutrisi
Makan
Frekuensi : 3x sehari 3x sehari
Jenis : Nasi,sayur,lauk Nasi,sayur,lauk
Porsi : 1 piring 1 piring
Pantangan : Tidak ada Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
 Minum
Frekuensi : 6-7x sehari 7-8x sehari
Jenis : Air Putih,teh Air putih, the,susu
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Pantangan : Tidak ada Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi
 BAB
Frekuensi : 1x sehari 1x sehari
Warna : Kuning Kuning
Konsistensi : Lembek Lembek

18
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi : 3-4x sehari 4-5x sehari
Warna : Kuning jernih Kuning jernih
Konsistensi : Cair Cair
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
c. Istirahat
Tidur siang
Lama : 2jam/hari 2 jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
Tidur malam
Lama : 8jam/hari 8jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
d. Personal Hygien
Mandi : 2x/hari 2x/hari
Ganti pakaian : 2x/hari 2x/hari
Gosok gigi : 3x/hari 3x/hari
Keramas : 3x/minggu 3x/minggu
e. Pola seksualitas
Frekuensi : 3x/minggu 1x/minggu
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
f. Pola aktivitas ( Terkait kegiatan fisik, olahraga )
Ibu mengatakan di rumah melakukan kegiatan sehari- hari yaitu memasak,mnyapu,
dan menjaga anak.Ibu mengatakan jarang melakukan kegiatan olah raga.

10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan ( merokok, minum jamu, minuman


beralkohol.)Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu-jamuan dan minum
minuman yang beralkohol.

11. Data psikososial, spiritual, dan ekonomi ( pererimaan ibu/ suami/ keluarga terhadap
kelahiran, dukungan keluarga, hubungan dengan suami/ keluarga/ tetangga, perawatan
bayi, kegiatan ibadah, kegiatan social, keadaan ekonomi keluarga )
1. Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilan ini.
2. Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung kehamilan ini.

19
3. Ibu mengatakan hubungan dengan suami,keluarga dan tetangga baik – baik saja.
4. Ibu mengatakan akan melakukan perawataan bayi dengan baik
5. Ibu mengatakan selalu taan dalam melaksanakaan sholat 5 waktu
6. Ibu mengatakan selalu aktif dalam mengikuti kegiatan social.
7. Ibu mengatakan keadaan ekonomi keluarga sangat baik.

12. Pengetahuan ibu ( tentang kehamilan,persalina, nifas )


g. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan
h. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang persalinan
i. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentanng nifas

13. Lingkungan yang berpengaruh ( sekitar rumah dan hewan peliharaan )


1. Ibu mengatakan lingkungan sekitar rumah tidak ada berpengaruh buruk
2. Ibu mengatakan tidak memeliharaan hewan peliharaan dirumah.

3.3 Data Obyektif


1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Sopor
Status emisional : Stabil
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/70mmHg Nadi : 83x/menit
Pernapasan : 20x/menit Suhu : 36,50c
BB : 52kg TB : 155 cm

2. Pemeriksaan fisik
Kepala :Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal,tidak ada nyeri tekan
Wajah :Bentuk oval, tidak ada bekas luka operasi,tidak pucat,tidak ada cloasma
gravidarum.
Mata :Simetris, tidak ada secret,sclera putih konjungtiva merah muda
Hidung :Simetris. Tidak ada polip. Tidak ada secret, tidak ada gerak cuping hidung
saat bernafas
Mulut :Simetris. Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada perdarahan
gusi, lidah bersih.

20
Telingga :Simetris, tidak ada serumen, Pendengaran baik.
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis Dada
:Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing,pernafasan teratur. Payudara
:Simetris, putting susu menonjol, areola mammae hiperpigmentasi, tidak ada
benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen :Pembesaran sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka, tidak ada bekas
operasi, tidak ada linea nigra, tidak ada linea alba, tidak ada striae gravidarum.
Palpasi
Leopold I : fundus tegang
Leopold II : belum teraba
Leopold III : belum teraba
Leopold IV : belum teraba
Osborn test : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Mc. Donald
TFU : - cm TBJ : - gram
Auskultasi
DJJ : - x/mnt
Ekstremitas atas : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap masing-masing 5, tidak
ada odema, tidak ada sianosis, kuku bersih warna merah muda.
Ekstremitas bawah : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap masing-masing 5, tidak
ada odema, tidak ada varices, reflek patella ada, kuku bersih warna
merah muda.
Genetalia luar : Terjadi pengeluaran flek-flek, tidak ada odema, tidak ada bekas luka
operasi, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini.
Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
(Bila perlu)
Periksa Dalam Tanggal: 07-03-2012 Pukul:10.10WIB
Indikasi : keluarnya flek-flek
Hasil : tidak ada pembukaan serviks
3. Pemeriksaan penunjang
Tanggal:07-03-2012 Pukul:10.10 WIB
USG : Hasilnya janin masih ada di dalam uterus
4. Data Penunjang
Dilakukan pemeriksaan PP test dengan hasil postif

21
3.4 ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Kejadian kecelakaan lalu Resiko syok
- penolong mengakatan lintas Benturan
korban mengalami (hipovolemik)
perdarahan hebat Abortus spontan
- Penolong mengatakan
keluar darah segar dan Ansietas
menggumpal pada
daerah jalan lahir Nyeri abdomen
DO :
- Konjungtiva anemis Gangguan rasa nyaman
- Pasien tampak pucat
- Pasien lemah Perdarahan

Resiko syok
(hipovolemik)

2. Kejadian kecelakaan lalu Kekurangan volume


DS : lintas Benturan cairan
- Penolong mengatakan
korban banyak Abortus spontan
mengungeluarkan
darah Ansietas
DO :
- TD 90/70 mmHg Nyeri abdomen
- nadi 110 x/meni
suhu 36,10C

22
Gangguan rasa nyaman

Perdarahan

Kekurangan volume
cairan
3. RR 29 x/menitDS : Kejadian kecelakaan lalu Gangguan rasa
- Pasien mengatakan lintas nyaman
nyeri pada Perut bagian
bawah dan pada Benturan
Pinggang.

DO : Perdarahan
- Pasien tampak tidak
sadarkan diri setelah
kecelakaan Abortus spontan

- TD 90/70 mmHg
- nadi 110 x/meni Ansietas
- suhu 36,10C
- RR 29 x/menit
Nyeri abdomen

Gangguan rasa nyaman

3.5. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ansietas dan nyeri abdomen

23
3.6. RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
o
1 Resiko syok Syok prevetion Syok prevention
(hipovolemik) Syok management 1. Monitor status sirkulasi,
berhubungan Kriteria hasil : warna kulit, suhu tubuh,
dengan 1. Nadi dibatas denyut jantung dan ritme,
perdarahan yang diharapkan nadi perifer dan kapiler
2. Irama jantung refill
dalam batas yang 2. Monitor suhu dan
diharapkan pernafasan
3. Irama 3. Monitor tanda awal syok
pernapasan yang 4. Monitor tanda dan gejala
diharapkan asites
Hidrasi 5. Berikan cairan iv dan oral
1. Indicator : yang tepat
Mata cekung 6. Ajarkan keluarga dan pasien
tidak ditemukan tentang tanda dan gejala
Demam tidak datangnya syok.
ditemukan 7. Syok management
TD normal 8. Monitor fungsi neurologis
1. Hematokrit DBN
2 Kekurangan Fluid balace . Fluid management
volume cairan Hydration 1. Pertahankan cacatan intake
berhubungan Nutritional status dan output yang akurat
dengan Kriteria hasil : 2. Monitor tekanan darah
perdarahan 1. Mempertahankan pasien
urine output sesuai 3. Monitor vital sign
dengan usia, BB, BJ, Hyovolemia management
urine normal, HT 1. Berikan cairan IV dan
normal. monitor adanya tanda dan
2. Tekanan darah, nadi, gejala kelebihan volume
suhu tubuh dalam cairan

24
batas normal 2. Monitor tingkat HB dan HT
turgor kulit baik 3. Dorong pasien untuk
menambah intake oral.
4. Kolaborasi dengan dokter
3 Gangguan rasa Ansienty Anxienty reduction (penurunan
nyaman Fear level kecemasan )
berhubungan Comfort Gunakan pendekatan yang
dengan Kriteria hasil : menenangkan
ansietas dan 2. Mampu mengontrol Temani pasien untuk
nyeri abdomen kecemasan memberikan keamanan dan
3. Kualitas istirahat dan mengurangi takut
tidur adekuat Bantu pasien mengenali
4. Dapat mengontol situasi yang menimbulkan
ketakutan kecemasan
5. Mengontrol nyeri Dorong pasien untuk
Respon terhadap mengungkapkan perasaan,
pengobatan ketakutan, persepsi
Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Monitor fungsi renal
Monitor tekanan nadi
Monitor status cairan, input dan
ouput

25
3.7. IMPLEMENTASI
No Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi
1 08 -12- 2018 Resiko syok (hipovolemik) - Syok prevention
berhubungan dengan perdarahan - Memonitor status
sirkulasi, warna
kulit, suhu tubuh,
denyut jantung dan
ritme, nadi perifer
dan kapiler refill
- Memonitor suhu
dan pernafasan
- Memonitor tanda
awal syok
- Memonitor tanda
dan gejala asites
- Memberikan cairan
iv dan oral yang
tepat
- Mengajarkan
keluarga dan
pasien tentang
tanda dan gejala
datangnya syok.
- Syok management
- Memonitor fungsi

2 Gangguan rasa nyaman 1. Mengunakan


berhubungan dengan ansietas pendekatan yang
dan nyeri abdomen menenangkan
2. Menemani pasien
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut

26
3. Membantu pasien
mengenali situasi
yang menimbulkan
kecemasan
4. Mendorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
5. Memberikan obat
untuk mengurangi
kecemasan
6. neurologis
7. Memonitor fungsi
renal
8. Memonitor tekanan
nadi
9. Memonitor status
cairan, input dan
ouput
2 Kekurangan volume cairan Fluid
berhubungan dengan perdarahan management
1. Mempertahank
an cacatan
intake dan
output yang
akurat
2. Memonitor
tekanan darah
pasien
3. Memonitor
vital sign
Hyovolemia

27
management
1. Memberika
n cairan IV
dan monitor
adanya
tanda dan
gejala
kelebihan
volume
cairan
2. Memonitor
tingkat HB
dan HT
3. Mendorong
pasien
untuk
menambah
intake oral.
4. Mengkolab
orasi
dengan
dokter

28
3.8. EVALUASI

No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi


1 08-12-2018 Resiko syok (hipovolemik) S : kelurarga mengatakan
berhubungan dengan pasien masih nampak
perdarahan panik
O : perdarahan sudah mulai
berhenti
- Pasien tampak lebih tenang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan

2 Kekurangan volume cairan S : Keluarga mengatakan


berhubungan dengan darah pada bagian
perdarahan pervaginam mulai
berhenti
O : tidak ada lagi tanda-tanda
kekurangan cairan
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
3 Gangguan rasa nyaman S : Pasien mengatakan nyeri
berhubungan dengan ansietas pada Perut bagian bawah dan
dan nyeri abdomen padaPinggang sudah mulai
berkurang.
O : nyeri mulai berkurang
dengan skala nyeri 6
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

29
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.


Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil
konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda.
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang
luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila
kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100
gram bisa hidup di luar tubuh

4.2. SARAN

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini
bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna
evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA


(North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media
Hardy.

Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.

31

View publication stats

You might also like