You are on page 1of 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad, terbukti mampu


menampakkan sisi kemukjizatannya yang luar biasa, bukan hanya pada
eksistensinya yang tidak pernah rapuh, tetapi juga pada ajarannya yang telah
terbukti sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga ia menjadi referensi bagi
umat manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia. al-Qur’an tidak hanya
berbicara tentang moralitas dan spritualitas, tetapi juga berbicara tentang ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan umat manusia.

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril


dengan menggunakan Bahasa Arab yang sempurna. Di dalamnya terdapat
penjelasan mengenai dasar-dasar akidah, kaidah-kaidah hukum, asas-asas
perilaku, menuntun manusia ke jalan yang lurus dalam berpikir dan berbuat. Akan
tetapi penjelasan itu tidak dirinci oleh Allah sehingga muncullah banyak
penafsiran, terutama terkait dengan susunan kalimat yang singkat dan sarat
makna.

B . Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami akan mencoba menguraikan tentang Asbabun


Nuzul, Tafsir, dan pendapat ulama’ tentang ayat – ayat yang berkenaan dengan
Akidah.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Illah yang berhak disembah dari Tafsir surah Zukhruf ayat 26-28 dan
Thaha ayat 98 menurut pandangan para mufasir

Al Fatihah juga dinamakan dengan Al Matsaanii, karena dibaca berulang-


ulang di setiap rakaat. Ia juga dikenal dengan nama Ummul Qur`an karena ummu
asy syai`i (induk sesuatu), yaitu asal yang segala sesuatu kembali kepadanya.
Makna-makna Al Qur`an kembali kepada kandungan surat ini (Al Fatihah). Dan
dinamakan pula dengan ash sholah, berdasarkan sabda Nabi SAW pada hadits
yang diriwayatkan dari Rabbnya,
bahwasanya Allah SWT berfirman yang artinya:
“ Aku bahagi shalat setengah untuk-Ku dan setengah untuk hamba-Ku, yakni Al
Fatihah. Jika hamba berkata: (Alhamdulillahirabbil’alamin) Allah berfirman:
“Hamba-Ku telah memuji-Ku.” Apabila dia berkata: (Arrahmanirrahim), Allah
berfirman: “Hamba-Ku telah memuji-Ku.” Apabila dia berkata:
(Maalikiyaumiddin) , Allah berfirman: “Hamba-Ku telah mengagungkan-
Ku.”Lalu apabila dia berkata : (Iyyakana’budu Wa iyyakanasta’in) “hanya
kepada-Mulah kami beribadah dan hanya kepada-Mulah kami meminta
pertolongan.” Allah berfirman : “Ini antara Aku dan hamba-Ku. Hamba-Ku akan
mendapatkan apa yang dimintanya.” (HR. Muslim (393) dari hadits Abu
Hurairah)
 Ayat 5
‫ِاَّياَك َنْعُبُد َو ِاَّياَك َنْس َتِع ْيُن‬
"Hanya kepada-Mu Kami mengabdi dan hanya kepada-Mu Kami meminta
pertolongan."
Kalimat "Hanya kepada-Mu Kami mengabdi dan hanya kepada-Mu Kami
meminta pertolongan", adalah bukti bahwa kalimat-kalimat tersebut adalah
pengajaran. Allah mengajarkan ini kepada kita agar kita ucapkan, karena mustahil
Allah yang Maha Kuasa itu berucap demikian, bila bukan untuk pengajaran.
3

Banyak sekali pesan yang dikandung kata iyyaka dan na'budu. Secara tidak
langsung penggalan ayat ini mengecam mereka yang mempertuhan atau
menyembah selain Allah, baik masyarakat Arab ketika itu maupun selainnya.
Penggalan ayat mengecam mereka semua dan mengumandangkan bahwa Allah
lah yang patut disembah dan tidak ada sesembahan yang lain.
Selain itu dalam meminta pertolongan kita tidak dapat mengabaikan Allah
dalam peranan-Nya. Permohonan bantuan kepada Allah agar Dia mempermudah
apa yang tidak mampu diraih oleh yang bermohon dengan upaya sendiri. Para
ulama mendefinisikannya sebagai "Penciptaan sesuatu yang dengannya menjadi
sempurna atau mudah pencapaian apa yang diharapkan."
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa permohonan bantuan itu, bukan
berarti berlepas tangan sama sekali. Tetapi Kita masih dituntut untuk berperan,
sedikit atau banyak, sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

 Ayat 6
‫اْه ِد َنا الِّصَر اَط اْلُم ْس َتِقْيَم‬
"Bimbing (antar)lah Kami (memasuki) jalan lebar dan luas."
Setelah mempersembahkan puja puji kepada Allah dan mengakui kekuasaan
dan kepemilikan-Nya, ayat selanjutnya merupakan pernyataan tentang ketulusan-
Nya beribadah serta kebutuhannya kepada pertolongan Allah.
Maka dengan ayat ini sang hamba mengajukan permohonan kepada Allah,
yakni bimbing dan antarkanlah Kami memasuki jalan yang lebar dan luas.
Shiroth di sini bagaikan jalan tol yang lurus dan tanpa hambatan, semua yang
telah memasukinya tudak dapat keluar kecuali setelah tiba di tempat tujuan.
Shiroth adalah jalan yang lurus, semua orang dapat melaluinya tanpa
berdesak-desakan. Sehingga shiroth menjadi jalan utama untuk sampai kepada
tujuan utama umat manusia, yaitu keridloan Allah dalam setiap tingkah laku.
 Ayat 7

‫ِصَر اَط اَّلِذ ْيَن َأْنَعْم َت َع َلْيِهْم َغ ْيِر اْلَم ْغ ُضْو ِب َع َلْيِهْم َو َال الَّض اِّلْيَن‬
4

"(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada


mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang
yang sesat."
Kata ni'mah/nikmat yang dimaksud di sini adalah nikmat yang paling
bernilai yang tanpa nik mat itu, nikmat-nikmat yang lain tidak akan mempunyai
nilai yang berarti, bahkan dapat menjadi niqmah atau bencana jika tidak bisa
mensyukuri dan menggunakannya dengan benar.
Nikmat tersebut adalah nikmat memperoleh hidayah Allah serta ketaatan
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka yang taat melaksanakan pesan-pesan Ilahi
yang merupakan nikmat terbesar itu, mereka itulah yang masuk dan bisa melalui
shiroth al-mustaqim.
Mengenai yang disebut dengan al-maghdhub 'alaihim,ayat ini tidak
menjelaskan siapakah orang-orang tersebut, tetapi rasulullah telah memberi
contoh konkret,yaitu orang-orang Yahudi yang mengerti akan kebenaran tetapi
enggan melaksanakannya.

Demikian ayat terakhir surah al-Fatihah ini mengajarkan manusia agar


bermohon kepada Allah, kiranya ia diberi petunjuk oleh-Nya sehingga mampu
menelusuri Shiroth al-mustaqim, jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang
sukses di dunia maupun di akhirat.
Ayat ini juga mengajarkan kaum muslimin agar selalu optimis menghadapi
hidup ini, bukankah nikmat Allah selalu tercurah kepada hamba-hamba-Nya?

B. Tafsir Al Fatihah ayat 5-7 dan Amin dari terjemahan kitab Asy-Syaikh
Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan

 Ayat 5
‫ِاَّياَك َنْعُبُد َو ِاَّياَك َنْس َتِع ْيُن‬
"Hanya kepada-Mu Kami beribadah dan
hanya kepada-Mu Kami meminta pertolongan."
5

Dalam ayat ini (terdapat dalil yang menunjukkan) tauhid uluhiyyah dan
tauhid rububiyyah:
 (Iyyakana’budu) menunjukkan tauhid uluhiyyah.
 (Wa Iyyakanasta’in) menunjukkan tauhid rububiyyah.
Penjelasan :

Tauhid uluhiyyah, yaitu mengesakan Allah dengan perbuatanperbuatan


hamba yang disyariatkan oleh Allah, karena al uluhiyyah artinya ibadah .
Dan ibadah itu termasuk perbuatan-perbuatan para hamba.
Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan
yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya menurut cara pendekatan diri yang
disyariatkan seperti do’a, nadzar menyembelih, berharap, takut, tawakkal,
roghbah, rohbah dan inaabah.” Asy Syaikh Al Utsaimiin berkata:” Roghbah
adalah cinta yang sampai kepada sesuatu yang dicintai. Rohbah adalah takut yang
menyebabkan (pelakunya) lari dari yang ditakuti. Takut ini berkaitan dengan
amalan. Inaabah adalah kembali kepada Allah dengan melakukan ketaatan
kepada-Nya dan manjauhi perbuatan maksiat. Inaabah ini dekat maknanya
dengan taubat.
Jadi Tauhid uluhiyyah adalah mengikhlaskan atau memurnikan semua
bentuk ibadah hanya untuk Allah semata tidak kepada yang lainNya Dan tauhid
rububiyyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatanNya

Tauhid rububiyyah, karena member pertolongan termasuk perbuatan-


perbuatan Ar Rabb (Allah) . Asy Syaikh Sholeh Al Fauzan dalam kitab Syarh Al
Qowaa’idul Arba: “Tauhid rububiyyah adalah pengikraran bahwasanya Allah
Sang Pencipta, Pemberi Rizki, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan lagi
Mengatur (alam semesta), atau dengan pengertian yang ringkas Tauhid
rububiyyah adalah mengesakan Allah SWT dengan perbuatanperbuatanNya.”
6

 Ayat 6
‫اْه ِد َنا الِّصَر اَط اْلُم ْس َتِقْيَم‬
"Bimbing (antar)lah Kami (memasuki) jalan lebar dan luas."
Penjelasan :
(Ihdinassirato) hidayah (petunjuk) itu ada dua macam :
 Hidayah dalaalah dan irsyaad (hidayah berupa petunjuk dan bimbingan).
 Hidayah taufiiq dan tasdiid
(Hidayah yang pertama): Hidayah dalaalah dan irsyaad. Hidayah ini
untuk seluruh makhluk baik yang mukmin, kafir atau yang musyrik. Karena
sesungguhnya Allah memberi penjelasan dan petunjuk kepada mereka (makhluk),
untuk menempuh jalan yang benar, akan tetapi orang-orang kafir tidak (mau)
menerimanya.
Allah SWT berfirman yang artinya :
“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi
mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk.” (Fushshilat : 17)

Artinya Kami menjelaskan kepada mereka. maka Allah yang memberikan


petunjuk kepada seluruh makhluk dengan hidayah berupa penjelasan dan
bimbingan.
(Hidayah yang kedua) : hidayah taufiiq dan menerima kebenaran. Hidayah
ini khusus untuk orang-orang yang beriman saja. Maka kamu minta kepada Allah
kedua hidayah ini.
Jalan Allah adalah mustaqiim yaitu lurus. Berbeda dengan jalan-jalan
kesesatan. Karena jalan-jalan kesesatan itu adalah jalan yang berbelok-belok dan
menyimpang serta menyianyiakan orang yang menempuh jalan tersebut. Adapun
jalan Allah adalah jalan yang terang lagi lurus. Barangsiapa yang menempuh
jalanNya, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.
Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalanjalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya.” (Al An’aam: 153)
7

Maka mohonlah kamu kepada Allah agar diberikan petunjuk kepada jalan
ini.

 Ayat 7
‫ِصَر اَط اَّلِذ ْيَن َأْنَعْم َت َع َلْيِهْم َغ ْيِر‬
‫اْلَم ْغ ُضْو ِب َع َلْيِهْم َو َال الَّض اِّلْيَن‬
"(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada
mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang
yang sesat." terdapat beberapa faedah yang menyebutkan keadaankeadaan
manusia. Allah membagi manusia menjadi tiga golongan :
1. (Golongan) yang diberikan nikmat
2. (Golongan yang dimurkai
3. (golongan) yang sesat
Penjelasan :
Manusia itu ada yang diberikan kenikmatan (jalan yang lurus), ada yang
dimurkai dan ada pula yang sesat. Adapun orang-orang yang diberikan
kenikmatan adalah orang-orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya.
Dan orangorang yang dimurkai adalah Orangorang yang berilmu tetapi
meninggalkan amalan (tidak mengamalkan ilmunya).
Dan orang-orang yang sesat adalah orangorang yang beramal akan tetapi
tanpa didasari ilmu). Engkau memohon kepada Allah, agar menjadikanmu dan
diriku bersama orang-orang yang diberikan kenikmatan, dan dijauhi dari jalan
orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat. Surat Al Fatihah ini
adalah surat yang agung. Oleh karena itulah, Allah mewajibkanmu (membaca)nya
pada setiap rakaat. Mengapa? karena di dalamnya terdapat rahasia-rahasia
(hikmah).
Orang-orang yang dimurkai adalah ahlul ilmi (orang yang berilmu) yang
tidak beramal.
Penjelasan :
8

Mereka adalah Yahudi dan orang yang bersama mereka menempuh jalan ini
dari kalangan umat ini (umat Islam) yang mengetahui (berilmu, akan tetapi) tidak
mengamalkan ilmunya.
(Golongan yang kedua): Orangorang yang sesat Ahli ibadah yang tidak berilmu.
Penjelasan :
Di antara mereka adalah kaum sufisme pelaku bid'ah dan ahli khurofat.
Semuanya termasuk dalam golongan orang-orang sesat. Karena mereka sibuk
beribadah dan meninggalkan ilmu (tidak mau mempelajari dan
menuntut ilmu syar’i). Mereka mengatakan ilmu itu (hanya) menyibukkanmu dari
beramal (menyibukkanmu untuk tidak beramal). Oleh karena itu, sebagian salaf
berkata:
“Barangsiapa yang rusak dari ulama kita, karena pada dirinya terdapat
(sifat) yang serupa dengan Yahudi. Dan barangsiapa yang rusak dari ahli ibadah
kita, karena pada dirinya terdapat (sifat) yang serupa dengan Nashrani.”

(Golongan yang ketiga) : orang yang berhias dengan ilmu dan amal. Mereka
adalah orang-orang yang diberikan kenikmatan.
Penjelasan :
Allah SWT berfirman yang artinya :
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan
bersamasama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
nabinabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orangorang
saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaikbaiknya.” (An Nisaa’ : 69)

Siroothol mustaqiim adalah jalan yang ditempuh oleh para rasul dalam
perkara keyakinan dan selainnya dan juga jalan yang ditempuh oleh Ahlus Sunnah
wal Jama’ah yaitu jalannya orangorang yang diberikan kenikmatan oleh Allah.
Dia memberikan kenikmatan yang mutlak lagi sempurna kepada mereka dengan
kenikmatan yang mengantarkan kepada kebahagiaan yang abadi.
9

Allah memerintahkan agar kita berdo’a kepada-Nya supaya diberikan


petunjuk untuk menempuh jalan mereka. Mereka adalah 4 golongan yang
mendapatkan kenikmatan yang mutlak ini. Mereka itu adalah:
1. Al Anbiyaa’ (para nabi) yaitu orang-orang yang dikhususkan oleh Allah untuk
mendapatkan nubuwwah dan risalah.
2. As Shiddiquun yaitu orang-orang sangat jujur, tunduk dan membenarkan ajaran
para rasul dengan sebenar-benarnya disertai keikhlasan yang sempurna
kepada Allah. Firman Allah :
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan
membenarkannya. Mereka itulah orangorang yang bertakwa.” (Az Zumaar : 33)
Dan firman Allah SWT:
“Yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang shiddiqin
dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala
dan cahaya mereka.” (Al Hadiid : 19)
3. Asy Syuhadaa’ adalah orangorang yang terbunuh di jalan Allah. Mereka
dinamakan syahiid karena = kenikmatan oleh Allah. Dia memberikan kenikmatan
yang mutlak lagi sempurna kepada mereka dengan kenikmatan yang
mengantarkan kepada kebahagiaan yang abadi. Allah memerintahkan agar kita
berdo’a kepada-Nya supaya diberikan petunjuk untuk menempuh jalan mereka.
Mereka adalah orang-orang yang diberikan kenikmatan. Apabila
kamu ingin bersama mereka, maka padukanlah antara ilmu yang
bermanfaat dengan amalan sholeh. Pada ayat ini terdapat beberapa faedah, di
antaranya berlepas diri dari segala upaya dan kekuatan. Karena sesungguhnya ia
(ilmu dan amal) hanyalah pemberian Allah semata.
Penjelasan :
Hal tersebut terkandung dalam firman
Allah SWT berfirman :
‫ِاَّياَك َنْعُبُد َو ِاَّياَك َنْس َتِع ْيُن‬
“Hanya kepada-Mulah kami menyembah dan hanya kepada-Mulah
kami meminta pertolongan” (Al Faatihah : 5)
10

Semuanya itu merupakan keutaman dari Allah bukan karena upayamu dan
bukan pula kekuatanmu. Kamu mendapatkan taufiq (kemudahan) untuk
(mendapatkan) ilmu yang bermanfaat dan beramal dengan ilmu tersebut. Ini
semua merupakan keutamaan dari Allah. Seandainya Allah berkehendak niscaya
kamu akan bersama golongan yang dimurkai atau termasuk golongan yang sesat.
Dialah Allah yang memberikan nikmat kepadamu dan mengeluarkanmu dari dua
golongan ini, dan menjadikanmu bersama para nabi, para shiddiiqiin, dan syuhada
(orang-orang yang mati syahid). Ini (semua) bukanlah karena upayamu dan bukan
pula karena kekuatanmu akan tetapi karena keutamaan dari Allah SWT. Karena
itu, sepantasnyalah engkau menggantungkan (menyandarkan) hatimu ha nya
kepada Allah, dan berlepas diri dari daya dan kekuatan kecuali kepada-Nya.
Ibnul Qoyyim berkata : “Seandainya Rabbmu berkendak, niscaya engkau
juga akan seperti mereka. Karena hati (manusia) itu (berada) di antara jarijemari
Ar Rahman.

C. Tafsir Amin menurut tafsir Al Misbah dan Al Maraghikan bagian


Dianjurkan mengakhiri bacaan surah ini dengan ucapan Amin walaupun kata
ini bukan bagian dari al Fatihah. Terdapat beberapa pendapat tentang makna
Amin:
1. Ya Allah perkenankanlah! Demikian pendapat mayorits ulama.
2. Ya Allah! Lakukanlah!
3. Demikian itu, Ya Allah. Maka, semoga Engkau mengabulkannya.
4. Jangan kecewakan kami, Ya Allah!
5. Amin adalah salah satu nama Allah SWT.
Jika pengertian Amin dikaitkan langsung kepada ayat-ayat surah al Fatihah,
permohonan yang kita ajukan adalah kandungan ayat ketujuh, dan dengan
demikian permohonan itu diakhiri dengan permohonan baru yaitu Amin yakni
kiranya Allah memperkenankan dan tidak mengecewakan pemohon.
Tetepi, jika Amin dikaitkan dengan bunyi salah satu hadits, permohonan itu
mencakup seluruh ayat-ayat surah al Fatihah.
11

Sebelum ini telah dikemukakan hadits yang diriwayatkan dari Sayyidina ali
Ibn abi Thalib berkata: Sesungguhnya aku telah telah mendengar Rasulullah
SAW. bersabda. bahwasanya Allah SWT berfirman yang artinya:
“ Aku bahagi shalat setengah untuk-Ku dan setengah untuk hamba-Ku,
yakni Al Fatihah. Jika hamba berkata: (Bismillahirrahmanirrahim) Allah
berfirman: “Hamba-Ku telah memulai pekerjaannya dengan memuji-Ku maka
menjadi kewajiban-Ku untuk menyempurnakan seluruh pekerjaannya serta
memberkati seluruh keadaannya.” Apabila dia berkata:
(Alhamdulillahirabbil’alamin), Allah berfirman: “Hamba-Ku mengetahui bahwa
seluruh nikmat yang dirasakannya bersumber dari-Ku, dan bahwa dia telah
terhindar dari malapetaka karena kekuasaan-Ku.” Apabila dia berkata:
(Arrahmanirrahim) , Allah berfirman: “ Aku diakui oleh hamba-Ku sebagai
Pemberi rahmat dan sumber segala rahmat. Ku-persaksikan hai para malaikat
bahwa akan-ku curahkan rahmat-Ku sampai sempuna dan akan Ku-perbanyak
pula anugerah-Ku untuknya.”Lalu apabila dia berkata : (Maalikiyaumiddin), Allah
menyambutnya dengan berfirman: “Ku-persaksikan hai malaikat sebagaimana
diakui oleh hamba-Ku, bahwa Akulah Raja, Pemilik hari kemudian, maka pasti
akan-Ku permudah baginya perhitungan pada hari itu, akan-Ku terima kebajikan-
kebjikannya dan Ku ampuni dosa-dosanya”. Apabila ia membaca
(Iyyakana’budu), Allah berfirman: “Benar yang diuapkan hamba-Ku, hanya Aku
yang disembahnya. Ku persaksikan kamu semua, akan Ku-beri ganjaran atas
pengabdiannya, ganjaran yang menjadikan semua yang berbeda ibadah dengannya
akan merasa iri dengan ganjaran itu”. Apabila ia membaca (Wa iyyakanasta’in)
“hanya kepada-Mulah kami beribadah dan hanya kepada-Mulah kami meminta
pertolongan.” Allah berfirman : “Kepada-Ku hamba-Ku meminta pertolongan dan
perlindungan. Ku-persaksikan kamu, pasti akan Ku-bantu ia dalamsegala
urusannya, akan Ku-tolong ia dalam segala kesulitannya, dan akan Ku-bimbing ia
dalam saat-saat krisisnya”. Apabila ia membaca (ihdinash-shiratl al mustaqim)
hingga akhir ayat, Allah menyambutnya dan berfirman: “Ini antara Aku dan
hamba-Ku. Hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dimintanya,Ku-beri
12

harapannya,dan Ku-tentramkan jiwanya dari segala yang mengkhawatirkannya”


(HR. Muslim (393) dari hadits Abu Hurairah)
Kembali kepada Amin, jika kita membacanya, kaitkanlanlah ia dengan
kandungan hadits-hadits qutsi di atas. Karena, kini kita telah mengetahui apa yang
dijanjikan Allah. Ucapkanlah Amin dengan maksud “Perkenankanlah semua itu ya
Allah, jangan kecewakan Kami.”
Dengan surah al Fatihah ini, kita bermohon kiranya Allah SWT. Mengantar
kita kepada kejelasan, pergerakkan, dan peningkatan. Itulah agama yang benar
dan itu pulalah seharusnya kenyataan hidup kita. Jalan yang diharapkan itu telah
mengantar puluhan ribu manusia, para nabi, shiddiqin, syuhada’ dan orang-orang
saleh ke tujuan yang mereka harapkan. Semoga kita juga berhasil, sebagaimana
mereka. Amin. Demikian, wa Allah a’lam`
13

BAB III
PENUTUP

A. Penutup / Kesimpulan
Surat Al-Fatihah merupakan surat makiyyah (yaitu surat yang diturunkan di
kota Mekkah) dan terdiri dari 7 (tujuh) ayat. Surat ini merupakan satu-satunya
surat yang diturunkan secara lengkap diantara surat-surat yang lain dalam Al-
Qur’an.
Surat ini disebut “al-Fatihah” (pembuka) karena dengan surat inilah
dibukanya dan dimulainya al-Qur’an. Disamping nama tersebut di atas, ternyata
surat al-Fatihah mempunyai nama lain yaitu “Ummul Qur’an” atau disebut
“Ummul Kitab”. Dinamakan “Ummul Qur’an” karena dia merupakan induk dari
semua isi al-Qur’an, serta menjadi intisari dari al-Qur’an. Pendek kata, surat al-
Fatihah mengandung beberapa unsur pokok yang mencerminkan seluruh isi al-
Qur’an. Karena saking hebatnya surat al-Fatihah, maka surat itu diwajibkan
membacanya pada tiap-tiap shalat, dinamakan pula “As-Sab’ul Matsaani” (tujuh
yang berulang-ulang) karena jumlah ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang
dalam shalat.
14

DAFTAR PUSTAKA

- Mustafa, Ahmad, Tafsir al-Maraghi, Beirut : Darul Fikri, t.t.


- Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Tilawatil Qur’an, t.t. Al-
Qur’an dan Terjemahannya, Jombang.
- Junus, Mahmud. 2000. Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim. Bandung :
PT. Al-Ma’arif.
- Al-Mahalli, Imam Jalaluddin, et.al., Tafsir Jalalain, Bandung :
Sinar Baru Algesindo.

You might also like