You are on page 1of 10

EPIST,EMOLOGII(Rll~ISISME ROYCE

SI~11AGAI DAS,AR MENENTlJI(AN UI(URAN KEBENARAN

Royce'..\~ Criticism Epistelllology a..\~ a Foundatio/l to Deft/lite


The Criterion of The Truth

Sri Soeprapto

Fakultas Filsa.fat
l.1niversitas Gadjah Mada

ABSTRACT

l~oyce explain..s' the nleaning (~f' idea as a, representative (~f facts or as a idea lvhich
corre,~pond lvith that facts.T'he facts lvere understood as external n1eanings ofidea, l1Jhereas
1
the essence as an internal nleaning o,fidea. 7 he problem ofthis research is houl the relation
beetlven the concept of'idea an(1 the fact,\; ? ant] \vhal L",' the criterion of'the truth? l'he ainl
oj'this research are to ,systeltlalize and to evaluate concept ofCriticism which be promoted
b,Y l?o)Jce a..\' a ,fiJunllation to de.finite the criterion of'the truth.
7'he fna/erial o/~jec{ (~t' this research are the hooks have been written by [~oyce and be
supported b)J the books (~f' researchers \vhich have analy,\'ed l?oyce 's hook\'. [Jata collected
be analysed by interpretation, coherency intern, and comparative methods. Interpretation
anti intern coherenc)J 111etho(] are intended to S)Jstel11atize Criticis111 concept of Royce.
C:ofnparalive nlethod is used to evaluate and to compare Royce's concept with other
Criticism concept,
1

7 he result of this research appears that the meaning of internal idea an intuitive
knolvledge about the ultinlate, lvhich have the highest truth. The intuitive knolvletlge is direct
kn01Vle((f5e, so that its characterL\'tic is a potential truth until· be exafnined by the others
subject. 171e filcts are external n1eaning lvhich not the all of them can be systematized by the
internal n-leaning of idea~ The external Ineaning not automatically as a truth. T'he truth of
knolvletlge about the o~jects is a proces o.f s)lsten1aticize the external nleaning by the
internal fneaning (~fidea.

I.
'Revolusi industri di Inggris pada awal pengetahuan telah luelnacu pertu111buhan
XIX
'industri yang .ditopang kenlajuan teknologi Analisis ten tang ciri-ciri tnasyarakat
bel~ialan sangat cepat. Negara-negara luaju industrial akan Inenghasilkan juga
kini telah Inencapai fase pasca industri, pengmnatan adanya gejala-gejala negatif
sedangkan negara-negara berke'lnbang yang Inenyertai sistelTI industrial. Warga
sedang dalatTI proses industrialisasi. Inasyarakat dinegara-negara industri telah
Teknologi In~ju Inenjadi faktor pelnacu lueniklnati kesejahteraan Inaterial, tetapi juga
eksplorasi dan pelnanfaatan slunber daya titTIbul keresahan, gejolak, dan berbagai
alaln. Teknologi sebagai kepanjangan ihnu InaCalTI Inanifestasi rasa tidak puas.

",Jurnal Fi/sa/at, ~Jeri ke-29, Juni 1999


Sri Soeprapto, Iipistefll010gi Kritisisnle Ro.yce ...

Sartono Kartodirdjo (1993: 79) (hakikatnya). Faktor pengetahuan yang


ll1enyebutkan, ballwa kehidupan paling dalatn adalah sUluber (asal lTIula)
bennasyarakat di negara-negara industri pengetahuan. Epistelllologi In en gh asilkan
Inengandung berbagai lnacanl faktor yang pengcrtian tentang sutnber pengetahuan yang
Inenilnbulkan keresahan. Pertanla, teknologi berbeda dengan paradiglna ihnu
yang dipakai dalatn industri tniliter pengetahuan. Epistell101ogi Inenghasilkan
Inengandung ancanlan bag'i kehidupan pengertian tentang sUlnber pengetahuan yang
lllanusia.Kedua, teknologi Inaju sangat lebih lengkap daripada ihnu pengetahuan.
potensial untuk Inerusak lingkungan dan Epistelllologi telah Inembuktikan
sUlnber daya. J<.etiga, teljadi diskrepansi bahwa sUlnber pengetahuan bukan hanya
antara kelnajuan te](TIologi dengan kelnajuan elnpiri (alirannya disebut Elnpirislne), tetapi
lTIoral. juga akal (alirannya disebut Rasionalislne),
Pellnasalahan yang tilnbul ialah selia kOlnbinasi Elnpirislne dan
bagailnana faktor-f~ktor negatif yang I{asionalislne yang disebut Kritisistne.
terkandung dalaln kelnajuan teknologi dapat Pendapat ElnpiriSIne dan Rasionalislne
dicegah atau diusahakan' agar sangat sedikit Inerupakan dua titik ekstritn, sehingga untuk
pengaruh negatifnya. Pennasalahan lnenganalisis kekurangan paradiglna ihnu
seluacalU iui pada utnulnnya akan dijawab pengetahllan tentunya kurang adil apabila
dengan bantuan atau dukungan faktor-faktof dilawankan dengan paradigtnaRasionalislne
spiritual atau etika. Faktor-faktor spiritual saja dan akan lebih adil dan lebih Inenarik I

dan etika diharapkan dapat rnelnberi apabila diperbandingkan atau dilengkapi


landasan 111 otivasi ·yang bellll0ral dalalll dengan paradiglna Kritisislne.
metnilih dan menentukan kebijakan di Penelitian telltang paradi gIna
bidang pengelubangan ihnu pengetahuan dan pengetahuan tnenumt Kritisislne penting
teknologi. dilakukan delni kelangsungannya dalalTI
Para ihnuwan dan pengalnbil kebijakan lllelnbantu Inenyejahterakan Inanusia.
selalu berpendapat bahwa ihnu pengetahuan Pendapat Sartono Kaltodirdjo (1993: 77)
dan teknologi sebenanlya netral, sedangkan dapat dipakai sebagai pendukung pentingnya
yang bersalah adalah 11lanusianya. Para peneIitian iui, bahwa denli rasionalitas dan
ihnuwan dengan berdasar kepada faktor- efisiensi, lnaka faktor Inanusia di dalalTI
faktor paradiglnatis di bidang keillTIUan sistelll produksi hanya diperhitungkan seperti
Inelnang tidak akan lllatnpu Inengevaluasi faktor non-human lainnya. Scienticisln
kesalahan dan kekurangan suatu kegiatan (saintislne) dan teknisisll1e telah
ihniah. Faktor-faktor kegiatan ihniah hanya Inelnperhebat proses dehulnanisasi dan
tnengenal paradiglna elnpiris, sehingga . depersonalisasi.
pell1buktian Tokoh Ktitisislne yang terkenal adalah
......"'Jl ........ SelTIUa yang Itmnanuel
A.A. ..,......... Kant, tetapi konsepnya
tidak elnpiris seialu ditolak atau tidak Inelnpunyaikelelnahan dalaln Inenjelaskan
dikenal dalatn petnbuktian ihniah. Salah satu hubungan antara fakta (objek eksistensial)
kekurangan kegiatan ihniah terletak para dengan ide (rasional). Josiah Royce adalah
paradigtnanya yang bersifat etl1piris. tokoh Kritisistue pengagulll Ilnluanuel Kant
Epistelnologi atau Filsafat Pengetahuan yang berusaha Inelnecahkan kesulitan konsep
adalall cabang filsafat yang Inenganalisis Transendentalislue yang dikelubangkan oleh
pengertian pengetahuan salnpai ke faktor- Ill11nanuel Kant. Copleston (1967: 32)
faktor pengetahuan yang sedalaln.. dalmllJl)ra lnenyebutkan tesis pokok yang diajukan oleh

~ .furnol J/ilsl!!al, ~)feri ke-29, .Julli J 999 30


Sri Soeprapto, 1~J)i.\'le/11()logi Kriti.\'i.\'lne l?oyce ...

Royce, bahwa fakta Inerupakan perwujudan berpendapat bahwa setiap tindakan


dari sistetll ide. Setiap petwujudan (objek) ll1engetahui berakhir pada suatu ide, dan
tnerupakan petnenuhan yang bersiJ~lt parsial Inerupakan suatu peristiwa yang 'subjektif
da.ri sistenl ide. Objek-objek elnpiris dapat: ITIurni (Hardono Hadi, 1994: 35).
diterilna sebagai data, fakta, dan bukti-bukti Persoalan berapa jmnlah esensi
bagi kebenaran, apabila seluruh data, fakta, tnelahirkan sedikitnya tiga faham. Pertama,
dan bukti tersebut ll1erupakan suatu kesatuan MoniSIne, fahmn ini berpendapat bahwa
organis yang sesuai dengan sistetTI ide. esensi hanya terdiri dari satu realitas, yaitu
Pennasalahan penelitian ini adalab apa dapat sebagai realitas rohani atau Spilitual,
konsepRoyce tentang kebenaran ? Jawaban dan dapat juga sebagai realitas Inateri.
perlnasalahan ini Inelalui tinjauan pustaka Kedua, Dualisme, faham ini berpendapat
dianalisis lTIulai dari sUlnber pennasalahan bahwa esensi terdiri atas dua realitas, yaitu
kebenaran yaitu kebenaran tet1inggi realitas rohani dan Inateri. Ketiga faham ini
(kenyataan). Sejarah filsafat telah berpendapat bahwa esensi Inerupakan sistem
lllenunjukkan, bahwa sejarah filsafat telah yang lnajenluk, kenyataan terdiri dari realitas
tllenunjukkan, bahwa persoalan esensi yangjalnak atau plural.
(hakikat kenyataan) sejak jalnan filsafat Persoalan· apa jenis 11akikat kenyataan
Y unaniKuno satnpai filsafat Kontetllporer. yang terdalam atau esensi, Inelahirkan
Jawaban terhadap persoalan esensi tersebut sedikitnya dua fahalTI. Pertalna, Idealislne,
kel11udian tuenitnbulkan sistcll1.-sisteln faham ini berpendirian bahwa realitasyang
Ontologi dan "Epistelnologi. Tirrlbulnya terdalam hanya Inelulu kejiwaan atau
sistelll Ontologi itu disebabkan adanya dua spiritual. Kedua, Materiali sme, fahain iui
"cara pandang dal31ll luelnecahkan persoalan berpendapat bahwa realitas terdalam
esensi. Cara ~ pandang epistemologi tnetupakan realitas Inateri saja, segala
Inendekati persoalan esensi dengan sesuatu bersulnber atau dapat dikelubalikan
tneIlgajukan pertanyaan bagaitnana esensi ltu kepada materi. Banyak juga filsuf yang
dijelaskan kehadirannya ? atau bagailnana berusaha luencari sintesis antara keduanya,
ll1anusia dapat Inengenal esensi ?, serta sehingga Inelahirkan faham yang ketiga.
bagailnana Inanusia Inengetahui bahwa Karya Royce TheWorld and the
esensi itu sungguh-sungguh ada ? .Cara Individual (1959) melupakan kunci untuk
pandang ontologi Inenganalisis esensi Inelnahalni konsep kenyataan tertinggi (Yang
dengan Inengajukan pettanyaan apa jenis Absolut). Buku ini tnenjelaskan bahwa tenn
hakikat kenyataan yang terdalatn atau esensi "Yang Absolut" atau "Self Conscious
? (pendekatan kualitatif), dan berapa jUlnlah knower" tnengacu pada tenn "Pikiran", yaitu
kenyataan atau esensi ? (pendel<atan sebagai tenn yang bennuatan pengertian
l1u1DU111!2LU antara dan ide, serta kesatuan
semua parsial. Yaug Absolut
ll1enjelaskan kehadiran melahirkan luelupakan perkelnbangan penuh (kesatuan)
sekurang-kurangnya dua fahron. Peltalna, dari Inakna internal ide-ide. Ide-ide tersebut
Realisme EpistetTIologis, fahatn Int juga Inelniliki tnakna ekstemal yang
berpendapat bahwa kesadaran berhubungan dengan fakta. Kebenaran
luenghubungkan Inan usia dengan apa yang adalah hasil korespondensi antara makna
di luar dill Inanusia. Esensi tidak tergantung intetual (ide) dengan .makna ekstemal (fakta
pada objek yang bereksistensi. Kedua, dan eksistensi) (Blau, 1952: 214).
ldealislne "EpistelTIologis, fahalll ini Makna internal ide yang utuh luenjadi

31 ". .Jurnal Filsafat~ Seri ke-29, Juni 1999


Sri Soeprapto, [jpistem%gi KritisL\'111e l?oyce ...

sistenl ide Inelnbuka kelTIUngkinan adanya yang Inenganalisis buku-buku Royce.


ide-ide terbatas. Makna internal ide sebagai SUlllber prilner yang diteliti adalah katya
"One Final )(nower'" di dalanl "One Royce yang berjudul The World and the
Inclusive Act". Dunia keseluruhan sebagai Individual dan The Conception of God.
fakta hanya dapat eksis apabila dihadirkan Buku-buku yang lnenganalisis karya Royce
oleh Inaksud atau kehendak "One Fin.al dijadikan bahan penelitian sekWlder.
I(nower". Data yang dil<utnpulkan dianalisis
Ide sejati adalah ide Yaug Absolut dan secara filsafati dengan tahap-tahap analisis
selnua ·ide terbatas harus diberi alasan sebagai berikut.
sebagai pernbel1aran bagi ide sejati. 1. Deskripsi
Keunikan ide terbatas Inenjadi sebab bagi Pelnikiran Royce tentang esensi
eksistensi individualitas. Uraian Royce ini dipaparkan secara lengkap dalatn urutan
lnenjelaskan adanya·, dua hal yang saling konsistensinya.
berhubungan yaitu antara fakta, yang bentuk 2. Interpretasi
kongkrctnya adalah individu objck dcngan PCI11ikiranRoyce d'itafsir, sehingga akan
ide. I~oyce berusaha tnenjclIlbatani dipcroleh kejelasan pandangannya.
pandangan Monisllle dan .Pluralislne, bahwa 3. Koherensi Intel11
Pluralisme dan M.onisme akan bennakna Masing-masing telna dalaln konsep esensi
apabila dapat saling menjelaskan antara dilihat dalatn hubungan yang selaras satu
kesatuan seluluh pengalanlan hidup (aspek satna lain, sehingga terkandung
tnonistis) dan keberagatnan individual kesinatnbungan pengertian yang ingin
terbatas (aspek pluralistik), yaitu bukan dicapai, yaitu kejelasan konsep tentang
sebagai dua hal yang saling bertentangan, kebenaran.
lnalainkan justru saling melengkapi dan 4. KOlnparasi
saling tnengandaikan keberadaann)Ta (Blau, Pelnikiran Royce tentang esensi
1952: 214). dikotnparasikan dengan pandangan lain
untuk mengidentifikasi persamaan dan
Hipotesis penelitian ini adalah: perbedaannya, kelelna11an, dan
1. Royce Inemahami esensi sebagai Yang keunggulannya.
Absolut, yaitu sebagai kesatuan Inakna
internal ide, artinya sebagai pelnenuhan Ill. IIASIL PENEIJITIAN DAN
ide parsial, sehingga lial-Ilal kongkret PEMBAHASAN
adalah mengadanya ide dalmTI bentuk Pandangan Royce di bidang
individual. Epistelnologi Inerupakan refleksi untuk
2. Antara individu objek (yang banyak) , tnencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitan
dengan esensi (yang satu) merupakan yang dialalni oleh llnmanuel Kant. Kant
hubungan kesatuan organis dalam suatu Inenemui kesulitan untuk Inenjelaskall
kesatuan ontologis, yang tidak saling hubungan an tara pengetahuan hasil
tueniadakan, l<arena keberagalnan pengalmnan (aposteriori) dengan
(sulnbenlya) adalah pengebihuan akali (apriori).
esensi, dan esensi tidak Inenghilangkan Kant tnenyebut filsafatnya sebagai
keberagal'nan serta kekhususan individu. Rasionalislne-Kritis. Kant ingin 111emahami
kelnmnpuan daya penalaran (reason) yang
CARA PENELITIAN pada uluumnya tidak bergantung pada
Penelitian ini tnenlpakan penelitian pengalatnan. Kant luengajukan pelnikirannya
kepustakaan. SUlnber priIner penelitian ini dengan Inengeritik filsafat sebelmnnya, yang
adalah karya-karya Josiah Royce. SUI11ber disebutnya sebagai "doglnatisme", yakni
sekunder adalah kalya-kalya peneliti lain filsafat yang terlalu percaya pada

-I' .Jurnallfllsafat, 5"'eri ke-29, ./uni 1999 32


Sri Soeprapto, EfJistel1101ogi Kritisi.sJne l~oyce ...

ketnanlpuan daya penalaran lnanusiauntuk ll1enjadi jelas setelah ada pengalanlan


Ineluahalni pengetahuan abstrak akali. tertentn 111engenai kasusnya.
Ketnatnpuan kognitif Inanusia perlu diteliti Kant Inenatik kesitnpulan bahwa
terlebih dahulu karena ada batas-batasnya. kepastian dan universalitas pengetahuan
K.ant (1965: 43) berusaha tnelnahatni tidak berasal dan apa yang terjadi atan
dasar-dasar pengetahuan berdasarkan pada pengalanlan.Pengalatnan hanya Inetnberi
kegagalan cabang-cabang ihnu. pengetabuan, galnbaran Inengellaikenyataan adanya dan
sepeltiMetafisika, Teologi, Psikologi dan cara beradanya suatu objek tertentu.
Antropologi, dalalll Inenentukan nilai Misalnya, 7+5=12. Kebenaran ataupun
keniscayaan dan universalitasnya. Kant kepastian persatnaan matelnatis ini tidak
berpandangan babwa 'kegagalan cabang- ditarik dari pengalatnan. Pengertian 12 sudah
cabang ibnu pengetahuan tersebut ada ketika dipikirkan penjulnlahan antara 7
disebabkan olch kesalahannya sendiri di dan 5; dan ketnudian terbukti kebenarannya
dahll11 pcncrapan logika ilnlu pengetahuan. ketika diwujudkan dengan pcngalalnan
·Kelo1npok ilnlu-ihnu ll1urni, seperti penghitungan 7 jari ditarnbah 5 jari.
M.etafisika dan Teologi, terlalu Pengeltian atau keputusan seperti itulah yang
Inengandalkan kelTImnpUan kognitif akal, dilnaksudkan oleh Kant sebagai kep·utusan
sedangkan kelolnpok ihnu pengetahuan apriori. Pengertian apriori sudah ada di
alaIn, seperti Antropologi, Fisik~ terlalu dalal11 penalaran Inanusia, tanpa Inelalui
lllenitik beratkan pada pengetalluan yang pengalatnan. Kant Inelawankatl keputusan
diperoleh dari pengalatnan. Pengetahuan apriori dengan keputusan aposteriori, yakni
yang diperoleh tanpa bellTIula pada keputusan yang ditarik dari pengalalnan.
pengalalllan adalah. pengetahuan yang Menurut Kant (1965, 44), pengalaman tidak
bersifat buta dan kosong,. sedangkan lueilluat keharusan. Pengalaman hanya
pengetahuan yang Inen d asark an ITIenlberi galnbaran faktual Inengenai sifat-
penyelidikannya hanya pada pengalalllatl sifat tertentu. Nilai keharusan dan
tidak akan pemah Inengllasilkan konsep yang universalitas hanya ditelnukan pada
tnelnpunyai nilai kepastian dan tmiversalitas. pengetahuan apriori. Pengetahuan apriori
Kant 111 engajukan teolinya~ bahwa sebagai pengetahuan yang tidak dialnbil dari
pengetahuan seharusnya bertulupu pada pengalaluan justru berlaku pada saat ada
objek (pengalalnan) dan sekaligus pada pengalatnan atau peristiwa tertentu.
kelnatnpuan kognitif (akal). Pengetahuan apriori itu bersifat mumi,
Kant setuju dengan' pandangan artinya bebas dari segala pengaruh unsur
ElTIpiristne, bahwa pengetahuan dimulai dari elnpiris. Konsepapriori tnmID itu berada di
pengalatnan, tetapi lnenolak pandangan dalatn struktur penalaran Inanusia, tetapi akal
bahwa pengetahuan hanya Inuncul dari tetap tidak luampu luelmnpaui pengalatnan.
pengalatnan. Menurutnya, di sanlping Akal tidak Inalnpu Iuelnperoleh pengetahuan
pengetahuan yang ditarik dari (111etafisik) yang tidak dapat ditangkap oleh
pengalalnan atauaposteriori, terdapat j·uga pengalatnan. Pengetahuan apriori dalatn
yang ditarik dari struktur penalaran berfungsi settag:al
pengalalUan atau apriori. . Pengetahuan prasyarat untuk dapat lnenerilua
apriori sepelti itu talnpak pada keputusan pengalalUan inderawi. Konsep apriori
atau peltiinbangan yang l)ersifat niscaya dan bersifat fonnal, attinya pengetahuan apriori
universal. l\1.isalnya, pernyataan "setiap berfungsi sebagai gatnbaran fannal terhadap
perubahan itu Inelnpunyai sebab". materi yang berasal dari pengalmnan.
P~rnyataan itu bersifat apriori, 'karena sudah Pengetahuan apriori itu terdapat di dalam
dlketahui tanpa ada pengalalnan ·yang struktuT penalaran Inanusia.
Inendahului, tetapi .pemyataan itu barn akan Perbedaatl antara apriori dan

." tJurnal Filsafat, Seri ke-29, tJuni 1999


Sri Soeprapto, ApistenlologiKritisisnle Royce ...

aposleriori, Inenllrut Kant belunl cukup tidak dapat ll1eluberikan penjelasan yang
untuk tnenjawab persoalan tentang ll1enluaskatl tentang llubungan antara
pengetahuan. Kant berpendapat bahwa eksistensi objek dengan esensi (ide). Royce
kebenaran yang diperoleh daTi unsur berkeberatan pada argutnentasi, bahwa
ajJOSleriori hanya bersifat kontingen, pengalalnan dengan serta Inet1a berhubungan
sedangkan pengetahuan yang hanya dengan (mengarah pada) subjek ,yang
Inengandalkan unsur apriori akan tnenjadi tnengetahui.
pengetahuan yang selnu dan kosong. Royce (1959; vol 1 dan 2) Inelakukan
Persoalan yang akan dipecahkan oleh Kant kritik tnetodis terhadap konsep Realisme,
adalah bagaitnana pengetahuan itu Idealislne, dan Transendentalislne
Inelnpunyai nilai keniscayaan. dan (Rasionalislne-Kritis). Realisme Inelnandang
universalitas yang diambil dari unsur apriori bahwa objek sebagai sesuatu yang
serta sekaligus sesuai dengan k enyataan, independen dati subjek yang Inenyadari dan
artinya sesuai dengan pengalaman (Kant, mengetahuinya. Royce berpendapat bahwa
1965: 8). fahatTI ini hanya tnelihat realitas dalatTI
Endang Datuni Asdi (1997: 38) pengertian tnakna ekstemal saja, Idealislne
b erpendapat, bahwa yang p'entingbagi Kant tnenitik beratkan pada aspek 111akna internal
di dalatll penyelidikan terhadap pengetahuan dengan pandangannya bahwa realitas dunia
lllanusia adalah pelnahatnan dan objek dan pikiran 'subjek Iebur Inenyatu,
penyelidikan terhadap unsur-unsur apriori sehingga menolak adanya realitas yang
yang terdapat di dalatn kelnalnpuan koguitif "berbeda. Idealislne tidak' lnengenal
Inanusia. Penyelidikan ini perlu petnisahan antara fakta-fakta dan ide-ide,
dilaksanakan, karena· pengetahuan tidak tnaka perbedaan itu tidak ada, yang ada
. hanya didasarkan pada pengalalnan tentang hanya kesatnaan' (kesatuan). Rasionalislne-
kenyataan, tetapi juga oleh" unsur-unsur Kritis berpandangan bahwa perbedaan
apriori yang terdapat di dalatn akaltuanusia. Inerupakan sarana untuk tnencariukuran
Kant berbeda pendapat dengan pandangan apakah ide-ide seseorang benar atau salah.
filsafat sebelutnnya. Kant Inenekankan Fahatll .Rasionalislne-Kritis ini tidak lTImnpU
bahwa pelnahalnan tentang benda-benda Inelnberikan penjelasan yang InelTIUaskan
pada dirinya sendiri ada.lah tidak mungkin, tentang hubungan antara eksistensi
dan yatlg Inungkin adalah petuahanlan (perbedaan) dengan esensi (kesalnaan).
tentang apa yang terdapat di dalatn diri Royce tnenjelaskan,bahwa pengalaman
Inanusia sendiri, yaitu unsur-unsur apriori. bukanlah lTIUl11i bellsi fakta yang serta Inerta
Tujuan filsafat transendental adalah tnendatangi subjek. Pengalaman periu
Inengadakan analisis Inengenai kelnatnpuan diseleksi dan ditata secara hati-hati.
kognitif tnanusia. Analisis ini akan Inengarah Pengalaman yang ditata seperti ini akan
pada pelnahmnan Inengenai pengetahuan Inenghidupkan (Inenilnb'ulkan) ide-ide.
tnungkin disusun tnelalui persepsi Fakta-fakta elnpiris juga ada yang memiliki
dan tnenunjukkan struktur sifat tnerusak dan melniliki pengarul1 yang
ketnatnpuan V~.::..I.lLI',.AJl
j .... untuk Inenghalangi teljadinya
manusia. Petnahatnan Inengenai kenlmnpuan hubungan yang serta InC11a dengan ide-ide.
kognitif Inanusia dan apa yang diterilna oleh Refleksi filsafati berfungsi untuk menata
akal dari .persepsi inderawi Inenurut Kant secara sistctnatis (lnenautkan) pengalatnan
adalah langkah awal Inenuju pada dan ide-ide dalam suatu bangunan yang
penlbentukan suatu teon yang In elUadai Inenyelutuh danruntut, yaitu Inakna internal
tentang pengetalluan dan ihnu pengetahuan. ide.
Royce berpendapat, bahwa filsafat Makna internal ide berfungsi
'fransendental iSln e (Rasionalistne-Kriti s) tnenyatukan pengalalnan manusia tentang

ttl' .Jllrl1all~/l.~"C!fal, 5'eri ke-29, .luni 1999 34


Sri Soeprapto., ]jpi.s'tenl0!ogi Kriti.s'isnle I~oyce ...

fakta-fakta. Makna intel11al ide Inerupakan kausalitas, evolusi dapat Inelnberi itnplikasi
hasil penyatuan (penlel1uhan) ide tertentu, epistelnologis, yaitu pandangan Inengenai
dan ide tet1entu tnerupakan pelnahanlan pengetahuan Inanusia.
tentang apa yang tcrjadi di hadapan Inanusia. Suatu nletafisika tertentu akan
Makna intcrnal ide 111clnpunyai cakupan Inelnberikan paradiglna epistelTIologis yang
(keluasan) berupa pengalaluan-pengalalnan tertentu pula. M.etafisika J<ritisislne yang
tnanusia terhadap fakta-fakta, sehingga bercorak tllonodualistis akan berilnp1ikasi
disebut dengan pengalaman ekstemal. .pada epistetllologinya. Pengetahuan hams
PengalaJnan ekstemal disatukan oleh Inakna selalu belisi kenyataan yang dapat diindera.
intenlal ide· dengan. cara diseleksi dan ditata Kenyataan inderawi yang merangsang budi
secara bertingkat dan· .sisteInatis. Makna. manusia ·akan dio1ah olehaka1 menjadi
ekstemal tidak selalu Inerupakan fakta yang pengetahuan. Pengetahuan yang benar yaitu
sesuai dengan tnakna internal, sehingga apabila adakesesuaian antara proposisi
tnakna eksternal bukan sebagai satu-satunya apriori dengan kenyataan yang menjadi
kebenaran. objek pengeblhuan. Tidak ada lTIodel
Subjek yang berkeingin.an llntuk berpikir benar kecuali oleh i1tnu
l11eneluukan kebenaran seharusnya tidak pengetahuan, sedang intuisi (pengetahuan
Inelulu 111ctnperhatikan hubungan antara apriori) akan tnenjadi sUlnber yang orisinal
ll1akna internal dengan Inalma eksternal, dati pengetahuan ihniah (0 Uspensky, 1970:
tetapi juga penting. lueluperhatikan seleksi 230-240). Jadi ada konsistensi antara
dan penataan. yang dilakukan, sel1ingga Metafisika dengan Epistelnologi, artinya ada
111akna ekstel11al sesuai dengan yang konslstensi antara karakter konsep
diharapkannya, altinya ide yang ditniliki kenyataan, bukti, dan lnetode untuk
subjek telah dijadikan ukuran dalatn tnelnilih Ineln.peroleh pengetahuan, validitas, dan
objek-objek. kebenaran pengetahuan.
Syarat bagi tCljadinya pengetahuan Kesadaran apriori adalah aktifitas
adalah terdapamya unsur inteligibilitas dari kejiwaan sebagai pengolal1 segala
objek yang ingin dil<etahui, karena tanpa rangsangan dari objek yang ingin diketahui.
inteligibilitas pengetahuan yang benar tidak Kesadaran akan Inengolah dengan seluruh
lTIungkin diperoleh (Pranarka, 1987: 50). unsur...unsur kemarnpuan kelnanusiaan,
Setiap objek tentu ll1elnpunyai kodrat sehingga pengetahuan yang dihasilkan
(hakikatnya) dalmn diri Inasing-lnasing. Ada melalui kesadaran dapat diverifIkasi
tiga jenis kodrat yang terdapat dalalTI objek, kebenaratmya.
yaitu: Ada dua jenis kesadaran dalam proses
1. Sifatdasar (kodrat) sesuatu yang dapat Inengolah pengetahuan, yaitu langsung dan
diketahui. belupa refleksi. Kesadaran langsung yaitu
2. J(odrat (ha1(ikat) sesuatu sebagaitnana subjek sadar atas sesuatu yang sedang
diciptakan oleh Tuhan sebagai dilakukan dan objek dari tindakannya, tetapi
Penciptanya. perhatian terbesar subjek dipusatkan pada
benda yang dibuat oteh objek itu sendiri. Kesadaran refleksi
luanusia, sehingga Inanusia yang Inenyesuaikan suatu kejadian dan "tindakan
tnelnberikan inteligibilitas pada benda dirinya" dalam. pusat perhatian. Kesadaran
tersebut (Pranarka, 1987: 51). refleksi melnbuat subjek sadar secara
Pandangan di bidang Epistenlo1ogi dapat eksplisit akan setnua jenis aktivitas jiwanya,
Inelnpunyai itnplikasi di dalatTI pandangan di dalamnya terdapat kejelasan dan
luengenai realitas, alaln selnesta~ dan kesenlpumaan. Sesungguhnya jenis
Inengenai Tuhan. Sebaliknya, pandangan kesetnpumaan terbesar dari kesadaran adalah
Inengenai Tuhan, tnanusia, kodrat, dunia, pengetahuan seseorallg tentang dirinya

35 "" JU171al rllsafat, Seri ke-29, .Juni 1999


Sri Soeprapto, l;;Pistenlo[ogi Kritisistne Royce ...

sendiri dalwn berbagai tindakan mengetahui Pengetahuan objektif tellTIUat dalatn


"(Hasset, 1968: 75). ibnu pengetahuan dan filsafat. Pengalaman
Kesadaran intuitif (1 angsung) dalmn terdalatl1 ihnu pengetahuan diharapkan
kaitannnya dengan ruang dan waktu adalah Inenghasilkan sesuatu yang tetap, yang tidak
berupa kesadaran ruang elnpat ditllcnsi berubal1, dan tidak In eragukan, sehingga
bukan hanya tiga dilnensi. Kesadaran yang Inelnbutuhkan verifikasi dan afinnasi dari
delnikian Inatnpu luenelnpatkan kajadian- Inetode yang objektif. Pengentahuan objektif
kejadian yang secara logis bertentangan ini Inerupakan perluasan atas pengalaman
menjadi suatu "kerangka yang menyelurull langsung, tetapi hanya terbatas pada persepsi
taupa adanya pettentangan. Kesadaran atas fakta dan eksistensi tiga ditnensi. Karena
intuitif adalah kesadaran tingkat tinggi,yang pengetahuan objektif Inenjadikan subjek
matnpu Inenangkap tnakna sitnbol, mainpu menjadi serba terbatas, Inaka akibat lebih
tnemahami 'lnakna dan kegtmaan selnesta, lanjut adalah pengetahuan objektif akan sulit
sehingga' sering dikatakan sebagaikesadaran mengatasi keterbatasan ruang tiga dimensi,
koslnis (Ouspensky, ] 970: 100). yaitu wilayah, ataupun penganih persepsi
Kesadaran intqitif tnerupakan yang selaluberubah (Ouspensky, 1950:
penTIulaan perkell1bangan snatll 213).
pengetahuan. Pengetahuan' apriori dapat Dunia ekstemal menghadirkan diri pada
berupa suatu pelnahaman atas sllbjek hanya dengan penampakan, karena itu
ketidakterbatasan, pelnahaman barn atas dapat dikatakan bahwa subjek mUllgkin lebih
waktu, pelnahatnan atas sifat apriori Inelniliki opini daripada pengetahuan.
fenolnena atau dunia yang dapat djjndera. Paradigma epistetnologi Kritisistne dalatn
Suatu pellgetahuan tentang substansi yang Inelnperoleh pengetahuan 11ukan beltmnpu I

terselubunyi di dalmn silnbol-silnbol luar pada logika Aristotelian, yang mengharuskan


(Ouspensky, 1970: 132). adanya jarak antara subjek dengan objek,
Beberapa filsuf tnetnang tnelainkan justru jalan utalna untuk
lnengindikasikan bahwa kelnampuan aka1 Inengetahui adalah Inenjadi. Seseorang akan
adalah tidak terbatas, penyebab .ketetbatasan dapat menggapai pemahaman langsung tanpa
akal da1aIn Inenggapai pengetahuan adalah p erantara, sehingga Inetnungkinkan
Inelihat sesuatu objek hanya dari satu sudut tergapainya "pengetahuan orisional".
pal1dang sebagailnana dilakukan oleh Nlelnang dalmn keadaan "tnenjadi" kadang
pengetahuan ilmiah. Kemampuan intuisi kala peran subjek kur311g aktif, tetapi justru
dalaln Inenggapai pengetahuan apriori adalah keaktifan subjek kadang kala Inengganggu
rn.endekati esensinya, naInun luenlpunyai pancaran kebenaran objek (Ouspensky,
kelelnahan yaitu sering bersifat tida:k lnurni 1970:' ]93-196).
dan personal (Ouspensky, 1950: 202). Kebenaran epistemologis adalah
Bentuk-bentuk organisasi "pengetahuan kebenaran dalatn hubungannya dengan
intelektual" adalall ilmn yang bCltulnpu di pengetahuan Inanusia, sedang kebenaran
at as llntuk penalaran dan " ontologis adalah kebenaran sebagai sifat
pcnggalnbaran kesinlpulan. Bentuk dasar yang tnelekat kepada segaia sesuatu
organisasi '~pengetahuan elTIosional" adalah yang ada. Pengetahuan adalah
bersifat religi dan seni, dengan tujuan untuk kelnanunggalan antara subjek dan objek.
menanamkan pengetahuan, lTIoral, dan Pengetahuan tnenurut· konsep Royce dapat
estetik atas sisi tnisteri dari d.unia. dikatakan benar apabila di dalam
Pengetalluan elnosional dapat dipakai kelnanunggalan yang sifatnya inttinsik,
sebagai iandasan dalam pencarian intensional, pasif-al<:tif terdapatlah
kebenaran dan pencarian TU.han kesesuaian antara apa yang ada dalaln
(Ouspensky, 1950: 206). pengetahuan subjek dan. apa yang

tI' Jurnall-1/1sq!at, Sleri ke-29, Juni j 999 36


Sri Soeprapto, It,,pi.c;tenl0Iogi Kritisisnle l~oyce ...

dalatn kenyataannya ada atau terdapat dalaln Fakta yang ditangkap oleh subjek
objek. disebut Inakna ekstemal ide tidak seluruhnya
Kel)cnaran pengctahuan ditinjau dari dapat tersclcksi dan ditata oleh 1l1akna
sudut subjeknya tentu akan bervariasi, internal ide, sehingga tnakna ekstemal belum
sehingga akan selalu berbeda. Kebenaran tentu Inerupakan kebenaran. Pengetabuan
ditinjau dati aspek objeknya akan sclalu yang benar akan diperoleh apabila makna
berarti kebenaran epistemologis yang tidak eksternal yang ditangkap oleh subjek telah
tuntas, karena objek tnelupakan totalitas diseleksi dan ditata sesuai sistem ide yang
yang kOlnpleks. Pengetah'uan tidak pemah secara intuitif telah dimiliki oleh makna
akan Inenjangkau seluruh objek itu dalatn internal ide.
totalitasnya, tetapi hanya sebagian atau Kebenaran epistemologis berhubungan
beberapa bagian dari objeknya, schingga dengan 'pengetahuall nlallusia, sedangkan
tidak tnutlak sempmna dan kepastiannya kebenaran ontologis berh'ubungan dengan
tidak 111cnyelufuh. Paradigma I<ritisislne sifat dasar objeknya. Pengetahuan akan
Royce Inenyebabkan kebenaran pengetahuan dinilai benar apabila terjadi kesatuan antara
bersifat 'pasti-mutlak dan tnenyeluruh atau subjek dan objek artinya ada kesesuaian
total. Suatu kebenaran tnelnpunyai sifat antara pengetahuan subjek dengan kenyataan
111utlak, tidak berubah-uball, tanpa mengenal yang terdapat pada objeknya.
batas mang dan waktu. Pengetahuan secara Penelitian tentang konsep-konsep
epistemologis akan benar bila ada Epistemologi yang bercorak Kritisisme perlu
konfoll11itas antara pengetahuan subjek lebih diga1akkan, karena kecendemngan
dengan apa yang senyatanya ada pada objek. teluuan-tenluan ilmiah di abad Kontemporer
sekarang ini. Telnuan ihniah akhir-akhir ini
IV. KESll\lPULAN DAN SARAN . tnenunjukkan adanya hubungan kausal antara
EpistelTIologi Royce d'isebut Kritisislne unsur-unsur lnaterial dengan yang abstTak-
dalatn pengertian sebagai hasil sintesis rohaniah.
,epistelnologi Elllpirisine dan Rasionalislne.
Royce luenempatkan akal dan elnpiri bukan DAFTAR PUSTAKA
pada kedudukan utalUa, karena yang
111enelnpati kedudukan 'utrona sebagai Blau, J.L., 1952, Man And Movement In
sUlnber pengetahuan adalah Yang Absolut. American Philosophy, Prentice Hall
Pengetahuatl ya:ng benardapatdicapai Inc., New York'.
apabila budi manusia (subjek) dapat Copleston, F., 1964, A History of
menangkap tnakna.intemal ide, sehingga a.da Philosophy, lInage Books, New York,
kelnalnpuan lUltuk Inenyeleksi dan menata Vol. 6.
fakta hasil pengal81nan. Fakta yang telah _ _ _ _ _, 1967, A History of
. diseleksi dan ditata tTIatllPU l11etnunculkan Philosophy, lInage Books, New York,
(lnenimbulkan) ide. Ide sebagai pengetahuan Vol. 8.
Inerupakan kesatuan dati ide-ide parsial yang Datuni Asdi,
terkandung objek-objek yang dalam
bennacaul-tnaCanl. I1nfnanuel Kant,
Makna internal ide berupa pengetahuan Jakarta.
intuitif (apriori) tentang Yang Absolut, Gabriel, R.H., 1974, American Values:
sehingga tuetnpunyai kepastian yang tinggi. Continuity and Change, Greenwood
Pengetahuan. intllitif bersifat langsung, Press, Westpot.
sehingga kebenararulya bersifat hipotesis Hardono Hadi, 1991, F'ilsajat Pengetahuan,
apabila belutn diuji (dibuktikan) oleh subjek Kanisius, Yogyakarta.
lain. Hassett, 1968, Epistemology for All,

37 ~ Jurnal rllsqfat, Seri ke-29, Juni 1999


Sri Soeprapto, l?pistenlologi Kritisisme l~oyce ...

Mercier Press, Cork Yayasan Proklalnasi, Jakarta.


(~r J:>ure J?eason, I{oyce, J., 1959, 7 he World Anti The
l
Kant, L, 1965, C:ritique
London J.1\1. ppnt and. Sons Ltq., Ne)V Individual, Dover Publication Inc.,
Yo~. ' New York, Vol. I.
Kraushaar, O.l~' .., 1951, Josiah Royce, dal(JlT' ____+_._, 1959, 111e rr'orld And 'lne
. Max. I-I. Fisch (cd) G"lassic Alneric{ln lndivid~~l, DoverPublicati0r1pc.,
Philosophers, Meredith Co., New New York, Vol. 11.
York. Satt0110 I(artodirdjo, 1993, Pembqngl(nan
Ouspensky, 1950, Tertiunl ()rganun1: A Key Bangsa, Aditya Media, Y ogyakat1~.
to the l~~nigmas (?f the Wor/(l, Vintage Werktneister, W.H., 1949, A History ()f
E30oks., New York. }>hi/osophical Ideas In Alnerica.,
Pranarka, 1987, 1~pisten1(JI()gi !Jasar, Ronald Press Co., New York.

", .lurnal Filfiqfa/, Seri ke-29, Juni 1999 38

You might also like