You are on page 1of 10

RINGKASAN MATERI KULIAH

AKUNTANSI MANAJEMEN
SEGMENTED REPORTING; INVESTMENT CENTRE EVALUATION
AND TRANSFER PRICING

Oleh Kelompok 01:


1. Faustine Cathleen Saunoah (2207531026)
2. Ni Putu Intan Oktaviani (2207531029)
3. Kezia Josephine Anggara (2207531031)

Dosen Pengampu:
Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.si., Ak. CA.

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
A. Akuntansi Pertanggungjawaban

Pengertian akuntansi pertanggungjawaban menurut Hansen and Mowen (2005) adalah


sistem pengukuran berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut
informasi yang dibutuhkan oleh para manager untuk mengoperasikan pusat
pertanggungjawaban.

B. Desentralisasi dan Pertanggungjawaban

Secara umum, suatu perusahaan diatur sesuai dengan garis-garis pertanggungjawaban.


Bagan organisasi tradisional dengan bentuk piramid mengambarkan garis tanggung jawab
yang dimulai dari CEO turun melewati wakil direktur hingga manajer tingkat bawah.
Perusahaan yang memiliki beberapa pusat pertanggungjawaban biasanya memilih salah satu
dari dua pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola berbagai aktivitas yang
beragam.

Semua organisasi berkisar dari yang sangat tersentralisasi hingga sangat


terdesentralisasi. Sebagian besar dari perusahaan yang berada di tengah di antara kedua rentang
ini dan Sebagian besar perusahaan kearah terdesentralisasi.

a) Alasan-alasan untuk Melakukan Desentralisasi


(a) Mengumpulkan dan Menggunakan Informasi Lokal

Kualitas dari berbagai keputusan dipengaruhi oleh kualitas


informasi yang telah tersedia, tergantung pada perkembangan perusahaan
dan penambahan operasi dipasar dan area yang berbeda dimana manajemn
pusat mungkin tidak memahami kondisi lokal.

(b) Memfokuskan Manajemen Pusat

Dengan mendesentralisasikan keputusan operasional, manajemen


pusat bebas mengelola perencanaan strategis dan pengambilan keputusan
strategis. Bagi manajemen pusat keberlangsungan jangka panjang dari
perusahaan harus lebih penting bagi manajemen pusat daripada operasional
sehari-hari.

1
(c) Melatih dan Memotivasi Para Manajer

Organisasi selalu membutuhkan manajer yang terlatih untuk


menggantikan posisi manajer tingkat yang lebih tinggi untuk mengambil
keuntungan dari peluang yang lain.

(d) Meningkatkan Daya Saing

Pada perusahaan yang sangat tersentralisasi, margin keuntungan


secara keseluruhan mampu menutupi ketidakefisienan yang terjadi di
berbagai divisinya. Perusahaan-perusahaan besar kini menyadari bahwa
mereka tidak mampu mempertahankan suatu divisi yang tidak kompetitif.

b) Divisi-divisi dalam Perusahaan yang Terdesentralisasi

Desentralisasi sering kali dicapai dengan membentukan unit-unit yang


disebut divisi. Salah satu cara membagian divisi adalah berdasarkan jenis
barang atau jasa yang diproduksi. Dalam konteks terdesentralisasi, seringkali
terdapat beberapa saling kebergantungan. Jika tidak, suatu perusahaan hanya
akan menyerupai Kumpulan entitas yang terpisah secara total.

Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang


manajemennya bertanggungjawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan
tertentu. Berikut ini adalah jenis-jenis utama pusat pertanggungjawaban.

(a) Pusat Biaya: Merupakan pusat pertanggungjawaban dimana manajer hanya


bertanggung jawab biaya.
(b) Pusat Pendapatan: Merupakan suatu pusat pertanggungjawaban dimana
manajer bertanggung jawab atas penjualan.
(c) Pusat Laba: Merupakan pusat pertanggungjawaban yang manajernya
bertanggung jawab terhadap pendapatan maupun biaya.
(d) Pusat Ivestasi: Merupakam pusat pertanggungjawaban yang manajernya
bertanggung jawab terhadap pendapatan, biaya dan investasi.

2
C. Metode Pengukuran Kerja Segmen
Metode pengukuran kerja segmen adalah teknik atau pendekatan yang digunakan untuk
mengevaluasi kinerja suatu segmen atau divisi dalam suatu organisasi. Segmen dapat merujuk
pada unit bisnis yang terpisah, departemen fungsional, wilayah geografis, atau produk/jasa
yang ditawarkan oleh organisasi. Tujuan dari pengukuran kinerja segmen adalah untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kontribusi segmen tersebut terhadap
keseluruhan kinerja organisasi, serta untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan atau
diperbaiki. Metode pengukuran kerja segmen dapat berbeda-beda tergantung pada tujuan dan
karakteristik spesifik dari segmen yang dievaluasi. Beberapa metode pengukuran kinerja
segmen yang umum digunakan tergantung pada kebutuhan dan konteks organisasi, antara lain:
a) Return on Investment (ROI):
Metode ini mengukur efisiensi segmen dalam menghasilkan tingkat
pengembalian yang diharapkan dari investasi yang telah dilakukan. ROI dihitung
dengan membagi laba bersih segmen dengan total aset yang digunakan dalam
segmen tersebut. ROI = Laba Operasi / Aktiva Operasi Rata-rata. Laba operasi
(operation income) mengacu pada laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva operasi
(operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba
operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan. Ada
beberapa kelebihan yang dimiliki oleh metode ROI yaitu,
(a) ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan,
beban, dan investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat
investasi.
(b) ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya.
(c) ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi.
Adapun kelemahan yang dimiliki oleh metode ROI yaitu,
(a) ROI mengakibatkan fokus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan
mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan.
(b) ROI mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka
pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.

3
b) Laba Residu
Laba residu adalah perbedaan antara laba operasi dan pengembalian
dolar minimum yang disyaratkan atas aktiva operasi perusahaan. Laba residu =
Laba operasi – (Tingkat pengembalian minimum x aktiva operasi rata – rata).
Tingkat pengembalian minimum ditentukan perusahaan dan sama dengan burdle
rate yang disebutkan pada bagian ROI. Jika laba residu lebih besar dari nol, divisi
memperoleh lebih banyak tingkat pengembalian minimum. Jika laba residu
kurang dari nol, divisi memperoleh lebih sedikit pengembalian minimum.
Akhirnya laba residu yang sama dengan nol menunjukkan divisi memperoleh
tepat sama dengan tingkat pengembalian minimum. Adapun kelebihan yang
dimiliki oleh metode laba residu yaitu, dapat menunjukkan perbedaan antara dua
kelompok dan penggunaan laba residu mendorong para manajer untuk menerima
proyek apapun yang menghasilkan tingkat di atas minimum. Namun Laba residu
bisa mendorong orientasi jangka pendek dan apabila adanya perbandingan langsung
dari kinerja pada dua pusat investasi yang berbeda menjadi sulit karena tingkat
investasinya bisa berbeda.
c) Balanced Scorecard
Metode ini mengukur kinerja segmen berdasarkan empat perspektif
utama, yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan
pertumbuhan. Pendekatan ini memastikan bahwa segmen dinilai secara
komprehensif dengan mempertimbangkan aspek-aspek penting yang
berkontribusi terhadap keseluruhan keberhasilan organisasi. Metode Balanced
Scorecard memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang perlu
dipertimbangkan.
Berikut adalah kelebihan Balanced Scorecard.
(a) Fokus pada tujuan strategis
Metode ini membantu menghubungkan tujuan strategis organisasi
dengan inisiatif operasional yang spesifik. Dengan mengaitkan tujuan jangka
panjang dengan tindakan sehari-hari, Balanced Scorecard membantu
mengarahkan upaya organisasi secara keseluruhan menuju pencapaian visi
dan strategi yang ditetapkan.

4
(b) Komunikasi yang jelas
Balanced Scorecard menyediakan kerangka kerja yang jelas untuk
mengkomunikasikan tujuan dan kinerja kepada seluruh organisasi. Ini
memungkinkan setiap anggota tim untuk memahami bagaimana kontribusi
mereka berhubungan dengan tujuan strategis dan memastikan keterlibatan
yang lebih baik dalam mencapai hasil yang diinginkan.
Berikut adalah kekurangan Balanced Scorecard.
(a) Pengukuran yang kompleks
Implementasi Balanced Scorecard dapat menjadi rumit karena
memerlukan pengumpulan data yang konsisten dan terkait dengan setiap
perspektif. Hal ini dapat memakan waktu dan sumber daya, terutama jika
organisasi tidak memiliki sistem pelaporan yang baik.
(b) Tantangan dalam mengidentifikasi indikator yang tepat
Memilih indikator yang relevan dan dapat diukur untuk setiap perspektif
dapat menjadi tantangan. Memastikan bahwa indikator tersebut dapat
dihubungkan dengan tujuan strategis dan memberikan informasi yang berarti
dapat memerlukan analisis yang mendalam dan pemahaman yang baik tentang
organisasi.

D. Sistem Pelaporan Segmen


Hal-hal Penting dalam Menyusun Pelaporan Segmen
a) Penggunaan laporan format kontribusi
Penggunaan laporan format kontribusi merupakan hal yang penting karena
format kontribusi tersebut memisahkan biaya tetap dari biaya variabel sehingga
memungkinkan dilakukannya perhitungan margin kontribusi.
b) Pemisahaan biaya tetap yang dapat ditelusuri dari biaya tetap bersama
Pemisahan kedua biaya tersebut memungkinkan untuk dilakukannya
perhitungan magin pada tiap segmen (segment margin).

5
(a) Biaya tetap yang dapat ditelusuri (Tracable fixed cost)
Biaya tetap yang dapat ditelusuri adalah biaya yang timbul sebagai
akibat dari keberadaan sebuah segmen tertentu. Dengan demikian, ketiadaan
segmen tersebut akan meniadakan pula biaya tersebut. Contoh: Biaya gaji
manajer Divisi IT merupakan sebuah konsekuensi dari adanya Divisi IT.

(b) Biaya tetap bersama (Common fixed cost)


Biaya tetap bersama adalah biaya yang timbul karena adanya operasi
perusahaan secara keseluruhan sehingga biaya tersebut tidak akan hilang
dengan dihapusnya segmen tertentu. Contoh: Biaya gaji presiden direktur
tidak akan hilang meskipun Divisi IT dihapuskan.Sebuah hal yang penting
untuk disadari adalah bahwa Biaya tetap yang dapat ditelusuri dari sebuah
segmen bisa jadi merupakan biaya tetap bersama bagi segmen yang lain.

(c) Margin segmen


Margin segmen dihitung dengan cara mengurangkan biaya tetap
yang dapat ditelusuri sebuah segmen dari margin kontribusinya. Margin
segmen merupakan ukuran terbaik bagi profitabilitas sebuah segmen.
Berikut adalah kesalahan-kesalahan dalam pelaporan segmen.
a) Penghilangan Biaya
b) Penggunaan Metode yang Tidak Tepat dalam Mengaitkan Biaya Tetap
Dapat Ditelusuri dengan Segmen Tertentu
Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari:
(a) Kegagalan untuk menelusuri biaya secara langsung
(b) Penggunaan dasar alokasi yang tidak tepat
(c) Pembagian Biaya Tetap Bersama terhadap Segmen-segmen secara
Sembarang Pembagian biaya tetap secara sembarang berakibat menjadikan
segmen yang menguntungkan terlihat tidak menguntungkan.

6
E. Harga Transfer

Pada saat divisi dianggap sebagai pusat pertanggungjawaban, ia dinilai berdasarkan


laba operasi, pengembalian investasi, dan laba residu atau EVA. Dengan kata lain, nilai barang
yang ditransfer adalah pendapatan divisi yang menjual dan biaya divisi yang membeli. Harga
transfer, atau harga internal, adalah harga yang dibebankan oleh divisi penjualan kepada divisi
pembeli di perusahaan.

a) Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan Perusahaan secara Keseluruhan
Pada saat suatu divisi menjual kepada divisi lain, pengaruhnya mencakup
perusahaan secara keseluruhan dan kedua divisi tersebut. Harga yang dikenakan untuk
barang yang ditransfer memengaruhi biaya divisi pembeli dan pendapatan divisi
penjual; dengan kata lain, laba kedua divisi tersebut, serta evaluasi dan kompensasi
manajer mereka, dipengaruhi oleh harga transfer. Meskipun harga transfer sebenarnya
tidak memengaruhi perusahaan sebagai suatu kesatuan, penetapan harga transfer
ternyata dapat memengaruhi tingkat laba perusahaan multinasional karena pajak badan
dan persyaratan hukum.
b) Kebijakan Penetapan Harga Transfer

Perusahaan yang terdesentralisasi memberi manajemen tingkat bawah lebih


banyak kuasa untuk membuat keputusan. Dalam menyusun kebijakan penetapan harga
transfer, perspektif dari divisi penjualan dan pembelian harus dipertimbangkan. Tujuan
ini dicapai dengan menggunakan pendekatan biaya peluang, yang menentukan harga
minimum yang ingin diterima divisi penjualan dan harga maksimum yang ingin dibayar
divisi pembeli, keduanya sesuai dengan biaya transfer internal. Berikut adalah harga
yang ditetapkan.

• Jika barang dijual pada divisi internal daripada dijual pada pihak luar, harga
transfer minimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi
penjual tidak menjadi lebih buruk.
• Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang, dalam kasus di mana
input dibeli secara internal, akan membuat keadaan divisi pembeli tidak
menjadi lebih buruk.

7
Harga pasar, harga transfer berdasarkan biaya, dan harga transfer yang
dinegosiasikan adalah beberapa kebijakan penetapan harga transfer yang digunakan
dalam praktik.

(a) Harga Pasar


Cara terbaik untuk menentukan harga transfer adalah dengan menggunakan
harga pasar jika tersedia. Ini karena divisi penjual mampu menjual barang pada
harga pasar, dan divisi pembeli selalu mampu membeli barang untuk ditransfer
secara internal pada harga yang lebih rendah dari harga pasar.
(b) Harga Transfer Berdasarkan Biaya
Terkadang, harga di pasar luar tidak dapat diakses. Hal ini dapat terjadi
karena produk yang akan ditransfer menggunakan desain yang memiliki hak
paten perusahaan induk. Dalam hal ini, organisasi dapat menggunakan
penetapan harga transfer yang didasarkan pada biaya. Sebagai contoh, produsen
matras menggunakan busa dengan kepadatan tinggi untuk matras tempat tidur
lipat, tetapi produsen luar tidak memproduksi matras dengan ukuran yang
sesuai. Jika bisnis menetapkan harga transfer berdasarkan biaya, divisi matras
akan membayar semua biaya, termasuk bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, overhead variabel, dan bagian overhead tetap.
(c) Harga Transfer yang Dinegosiasikan
Akhirnya, manajer tingkat atas dapat mengatur harga transfer dengan
manajer divisi pembeli dan penjual. Dalam situasi di mana kondisi pasar tidak
ideal, seperti ketika perusahaan memiliki kemampuan untuk membagi bisnis
untuk mengurangi biaya distribusi dan penjualan, metode ini sangat
bermanfaat. Dalam situasi seperti ini, biaya yang dihemat dapat dibagi menjadi
dua komponen.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, Don R. & Mowen Maryanne M. 2007. Managerial Accounting. Edisi 8. Thomson.:
South-Western (HM)

D, Ayustian. (2017). Tinjauan Praktek dan Teori. Diakses dari


http://eprints.undip.ac.id/58973/3/BAB_III_TINJAUAN_PRAKTEK_DAN_TEO
RI.pdf (Diakses pada 11 Maret 2022)

You might also like