You are on page 1of 48

Kurikulum Pelatihan

Koordinasi &
Manajemen
Tempat Pengungsian
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

2
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen
Tempat Pengungsian

3
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan se-
lesainya penyusunan buku kurikulum Pelatihan Koordinasi dan Manajemen Tempat
Pengungsian Tingkat Dasar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
telah mengidentifikasikan kebutuhan peningkatan kapasitas dalam upaya manaje-
men tempat pengungsian yang lebih efektif dengan tujuan untuk memenuhi hak-hak
pengungsi bencana alam dengan lebih baik. Kurikulum pelatihan ini telah menjawab
kebutuhan tersebut.

Penerbitan buku kurikulum ini disertai harapan bahwa buku ini dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi upaya penanggulangan bencana di Indonesia,
khususnya dalam Koordinasi dan Manajemen Tempat Pengungsian. Pelaksanaan
kurikulum ini akan terus dipantau oleh para pemangku kepentingan yang terlibat dan
disempurnakan berdasarkan berbagai masukan yang diperoleh.

Akhir kata, wassalamualaikumwarahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, April 2015

Ttd

( )

Kurikulum Pelatihan Koordinasi dan Manajemen Tempat Pengungsian di-


adaptasikan dari materi pelatihan klaster global Camp Coordination Camp
Management atas kerjasama antara Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) dan International Organization for Migration (IOM)
dengan dukungan dana dari the Office of US Foreign Disaster Assistance
United States Agency for International Development (OFDA-USAID).

Edisi pertama, tahun 2015.

Hak cipta dilindungi. Diperkenankan untuk menerbitkan ulang, kecuali


untuk tujuan komersial yang membutuhkan izin dari BNPB dan IOM.

4
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

5
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

6
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

Daftar Isi
Daftar isi 7
Daftar Gambar 8
Daftar Tabel 8
Bab I : Pendahuluan 9
A. Latar Belakang 9
B. Landasan Yuridis 11
C. Tujuan 12
D. Manfaat 12
BAB II: Tinjauan Pustaka 13
A. Pengungsi Akibat Bencana Alam 13
B. Koordinasi dan Manajemen Tempat Pengungsian 15
C. Pelatihan Koordinasi dan Manajemen Tempat Pengungsian 18
Secara Global

D. Pelatihan Koordinasi dan Manajemen Tempat Pengungsian di 18


Indonesia

BAB III: Penutup 27


Daftar Pustaka 28
Silabus 30

7
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

Daftar Gambar

Gambar 1. Berbagai pilihan perpindahan pengungsi internal 14

Gambar 2. Tingkatan koordinasi dalam Koordinasi dan Manajemen


17
Tempat Pengungsian

Gambar 3. Kompetensi dalam Sektor Koordinasi


21
dan Manajemen Tempat Pengungsian

Daftar Tabel
Tabel 1. Tugas-tugas koordinasi dan manajer tempat pengungsian 19

Tabel 2. Kisi-kisi kurikulum Pelatihan Koordinasi 21


dan Manajemen Tempat Pengungsian sebagai

Tabel 3. Struktur kurikulum Pelatihan Koordinasi 23


dan Manajemen Tempat Pengungsian Tingkat Dasar

Tabel 4. SILABUS.Pelatihan Koordinasi


30
dan Manajemen Tempat Pengungsian Tingkat Dasar

8
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

Bab I :
Pendahuluan
A Latar Belakang babkan oleh letusan Gunung Sinabung.
Bencana alam yang terjadi di Indonesia Penelusuran berita di media massa me-
seringkali menyebabkan banyak orang nunjukkan bahwa jumlah pengungsi per-
meninggalkan rumah, harta benda, nah mencapai 30.117 jiwa atau sekitar
dan lingkungan sekitarnya. Pada saat 9.388 rumah tangga (Kompas, 2014).
meninggalkan lingkungannya, orang-
orang yang terdampak bencana tersebut Tentu saja jumlah pengungsi yang besar
mengalami banyak perubahan dalam memberikan tantangan yang lebih besar
hidupnya. Beberapa perubahan yang dalam manajemen tempat pengungsian.
mencolok antara lain perubahan mata Pemenuhan hak-hak dasar pengungsi
pencaharian, gaya hidup, interaksi so- menjadi lebih kompleks saat jumlah
sial, dan pendidikan anak-anak. Peru- pengungsi membesar, karena ada po-
bahan-perubahan ini dapat mendorong tensi bahwa pengelola pengungsian
munculnya perasaan cemas, tidak nya- mengejar kuantitas dalam melaksa-
man, dan tidak aman pada orang-orang nakan tanggung jawabnya. Standar
tersebut. Bahkan sebagian orang me- pemenuhan hak dasar antar pengungsi
rasakan ketidakpastian akan masa de- dan/atau antar tempat pengungsian juga
pannya, khususnya saat jangka waktu berpotensi berbeda. Kedua hal ini dapat
meninggalkan rumah tidak dapat diten- menciptakan masalah-masalah atau
tukan. kondisi psikologis yang negatif di antara
para pengungsi.
Banyak orang mungkin berpikir bahwa
tempat pengungsian bersama meru- Tantangan pengelola tempat pengungsi-
pakan pilihan terakhir saat meninggalkan an bukan sekedar pemenuhan kebutu-
rumahnya, namun seringkali tempat han dasar para pengungsi. Walaupun
pengungsian merupakan satu-satunya tempat pengungsian bersifat sementara,
pilihan bagi mereka. Dengan kata lain, para pengungsi berhak memiliki standar
tidak jarang tempat pengungsian men- hidup yang lebih baik dan bermartabat.
jadi tujuan utama para pengungsi untuk Namun, standar hidup seperti ini tidak
memperoleh akomodasi dan perlindun- selalu terpenuhi. Hal ini terjadi ketika
gan dalam situasi darurat bencana. Aki- pengelola pengungsian berpikir bahwa
batnya, tempat pengungsian bersama para pengungsi sewajarnya menerima
kadang-kadang memiliki populasi yang kondisi pengungsian apa adanya. Pe-
cukup besar. mikiran ini dapat menyebabkan pengelo-
la tempat pengungsian bekerja dengan
Data resmi Badan Nasional Penanggu- tujuan memenuhi kebutuhan pengungsi
langan Bencana menyebutkan bahwa seadanya.
jumlah pengungsi pada tahun 2014
sebesar 830.789 (http://dibi.bnpb.go.id/ Sebaliknya, tempat pengungsian dapat
data-bencana/statistik, diunduh pada 20 menjadi solusi sementara yang memadai
Maret 2015). Pada tahun yang sama, bagi pengungsi apabila pengelolaannya
pengungsian terbesar terjadi di Kabu- berjalan efektif. Di tempat pengungsian
paten Karo, Sumatera Utara yang dise- yang dikelola dengan baik, para peng

Bab I : Pendahuluan 9
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

ungsi akan mendapatkan perlindungan dari tentang pentingnya manajemen


dan bantuan kemanusiaan yang sesuai tempat pengungsian yang efektif. Tong-
standar internasional. Hidup di tempat gak sejarah utama dalam penanga-
pengungsian yang dikelola dengan baik nan pengungsi bencana alam terjadi
tidak harus berakhir dengan hidup yang saat tanggap darurat dan pemulihan dari
kualitasnya mengalami penurunan. bencana tsunami di Aceh dan Sumate-
ra Utara pada tahun 2005. Pemerintah
Lalu, apa saja yang dibutuhkan agar Indonesia melalui Badan Rehabilitasi
tempat pengungsian dapat memberikan dan Rekonstruksi (BRR) mengkoordi-
perlindungan dan bantuan kemanusia- nasi dan mengelola operasi bantuan
an yang efektif? Camp Management kemanusiaan, termasuk penanganan
Toolkit (2008) mengidentifikasi bahwa pengungsi. Saat itu, BRR bekerja sama
perlindungan dan bantuan kemanusia- dengan komunitas internasional me-
an dapat berjalan efektif apabila stan- nangani 532.898 pengungsi di Aceh.
dar-standar dan hukum-hukum interna- Selanjutnya, besarnya dampak tsunami
sional dan partisipasi pengungsi menjadi mendorong Pemerintah Indonesia un-
fondasi dalam kedua aktivitas di tempat tuk beralih dari upaya tanggap darurat
pengungsian. Secara konkret, mana- ke pengurangan risiko bencana di mana
jemen tempat pengungsian yang efek- salah satu puncaknya adalah penyusu-
tif mencakup antara lain koordinasi di nan dan pengesahan Undang-Undang
dalam dan antar tempat pengungsian Nomor 24 Tahun 2007 tentang penang-
dilakukan dengan melibatkan semua gulangan bencana (International Fede
pemangku kepentingan yang relevan, ration of Red Cross and Red Crescent
informasi dikelola dengan mempertim- Society, 2014). Kebijakan payung ini
bangkan kesetaraan akses bagi semua juga memberikan perhatian pada penge-
pemangku kepentingan, perencanaan lolaan pengungsian.
dan pemeliharaan tempat pengungsian
mempertimbangkan standar SPHERE, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
dan penutupan tempat pengungsian di- diikuti dengan pendirian Badan Nasio-
sertai dengan solusi yang berkelanjutan nal Penanggulangan Bencana (BNPB)
bagi pengungsi internal. dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) yang masing-masing
Kenyataannya, manajemen tempat berwenang sebagai koordinator dalam
pengungsian di berbagai negara me- penanggulangan bencana di tingkat na-
nunjukkan adanya kesenjangan dengan sional dan daerah. Dalam hal penanga-
standar-standar di atas. Salah satu hal nan pengungsi, salah satu tonggak yang
yang mencolok adalah kurangnya per- sudah dibuat oleh BNPB adalah pendi-
lindungan dan bantuan yang memadai rian Direktorat Penanganan Pengungsi
bagi pengungsi. Terkait masalah-ma- di Deputi Tanggap Darurat berdasarkan
salah ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa Peraturan Kepala BNPB Nomor 10 tahun
mengakui pentingnya standar, pedo- 2013. Keberadaan direktorat ini menja-
man, dan perangkat dalam manajemen min bahwa pengelolaan pengungsian
tempat pengungsian. Selain itu, pengua- dan pengungsi mendapatkan perhatian
tan kapasitas terhadap aktor-aktor khusus. Lebih dari itu, sejalan dengan
yang terlibat dalam manajemen tempat visi Perserikatan Bangsa-Bangsa, BNPB
pengungsian sangat vital dalam imple- memandang pentingnya pedoman, pe-
mentasi standar, pedoman, dan peran- rangkat, dan peningkatan kapasitas da-
gkat manajemen tempat pengungsian. lam penanganan pengungsi.Harapan-
Di Indonesia, pemerintah juga menya- nya, pengelolaan pengungsi bencana

10 Bab I : Pendahuluan
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

alam di Indonesia dapat berjalan dengan 3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Ta-


efektif sehingga perlindungan dan pem- hun 2008 tentang Penyelenggaraan
berian bantuan bagi pengungsi sesuai Penanggulangan Bencana;
dengan standar internasional.
4. Peraturan Presiden RI Nomor 8 Ta-
hun 2008 tentang Badan Nasional
Dalam hal peningkatan kapasitas pe- Penanggulangan Bencana;
nanganan pengungsi, Badan Nasional 5. Peraturan Presiden RI Nomor 8 Ta-
Penanggulangan Bencana memandang hun 2012 tentang Kerangka Kualifi-
perlunya pelatihan tentang Koordinasi kasi Nasional Indonesia;
dan Manajemen Tempat Pengungsian
bagi para pemangku kepentingan nasi- 6. Peraturan Menteri Pendayagunaan
onal dan daerah. Melalui pelatihan ini, Aparatur Negara Nomor Per/66/M.
BNPB ingin memfasilitasi peningkatan Pan/6/200 tentang Jenjang Diklat;
kompetensi para pemangku kepetingan 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No-
terkait pemenuhan hak-hak mor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman
pengungsi, koordinasi tempat pengungsi- Organisasi dan Tata Kerja Badan
an yang efektif, dan manajemen tempat Penanggulangan Bencana Daerah;
pengungsian yang efektif. Tujuan akhir
nya adalah perbaikan dalam Koordinasi 8. Peraturan Kepala Badan Nasional
dan Manajemen Tempat Pengungsian di Penanggulangan Bencana Nomor 1
Indonesia secara berkelanjutan. Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Nasional Penang-
Badan Nasional Penanggulangan gulangan Bencana.
Bencana berharap bahwa 9. Peraturan Kepala Badan Nasional
penyelenggaraan Pelatihan Koordinasi Penanggulangan Bencana Nomor 7
dan Manajemen Tempat Pengungsian Tahun 2008 tentang Tata Cara Pe-
terjadi pada masa pra bencana dan secara menuhan Kebutuhan Dasar;
berkesinambungan. Proses belajar
pada masa prabencana memungkinkan 10.Peraturan Kepala Badan Nasional
para pemangku kepentingan untuk Penanggulangan Bencana Nomor 10
mengevaluasi praktik-praktik Koordinasi Tahun 2008 tentang Pedoman Ko-
dan Manajemen Tempat Pengungsian mando Tanggap Darurat Bencana;
yang pernah dilakukan, mengambil 11. Peraturan Kepala Badan Nasional
pembelajaran dari praktik-praktik Penanggulangan Bencana Nomor 7
tersebut, dan melakukan latihan-latihan Tahun 2008 tentang Pedoman Pem-
untuk memperbaiki Koordinasi dan bentukan Pos Komando Tanggap
Manajemen Tempat Pengungsian. Darurat Bencana
B Landasan Yuridis 12.Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 10
Landasan hukum dalam penyusunan Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Kurikulum Pelatihan Koordinasi dan Ma- Peraturan Kepala Badan Nasional
najemen Tempat Pengungsian ini ada- Penanggulangan Bencana Nomor 1
lah: Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Nasional Penang-
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945; gulangan Bencana
2. Undang-Undang Republik Indone- 13.Peraturan kepala LAN Nomor 10 ta-
sia Nomor 24 Tahun 2007 tentang hun 2011 tentang Pedoman Penye-
Penanggulangan Bencana; lenggaraan Diklat Pelayanan Publik;

Bab I : Pendahuluan 11
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

14.Peraturan Kepala LAN Nomor 13 Ta- fasilitator, persyaratan peserta, dan lain-
hun 2011 tentang Pedoman Umum lain.
Pembinaan Penyelenggaraan Diklat
Teknis; D Manfaat
15.Peraturan Kepala Lembaga Adminis- Manfaat dari penyusunan kurikulum ini,
trasi Negara (LAN) Nomor 14 Tahun antara lain:
2011 tentang Pedoman Penyusunan 1. Bagi penyelenggara, kurikulum ini
Penjenjangan Diklat Teknis. memudahkan perencanaan, pelaksa-
naan, dan evaluasi terhadap Pelati-
C Tujuan han Koordinasi dan Manajemen Tem-
C1. Tujuan Umum pat Pengungsian.
Tujuan umum penyusunan kurikulum ini 2. Bagi fasilitator, kurikulum ini mem-
adalah terselenggaranya Pelatihan Ko- berikan panduan yang terstruktur
ordinasi dan Manajemen Tempat Pen- dan jelas tentang fasilitasi Pelatihan
gungsian secara efektif. Koordinasi dan Manajemen Tempat
Pengungsian yang bertujuan mening-
C.2. Tujuan Khusus katkan kompetensi peserta.
Tujuan khusus penyusunan kurikulum 3. Bagi peserta, kurikulum ini memberi-
ini adalah tersedianya sebuah acuan kan kepastian bahwa pelatihan yang
bersama tentang Pelatihan Koordinasi diikutinya dapat meningkatkan kom-
dan Manajemen Tempat Pengungsian, petensi dalam Koordinasi dan Mana-
meliputi standar kompetensi, struktur jemen Tempat Pengungsian, bukan
pelatihan, durasi pelatihan, persyaratan sekedar pemberian informasi.

12 Bab I : Pendahuluan
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

Bab II:
Tinjauan Pustaka

A Pengungsi Akibat Becana bencana di Indonesia cenderung sesuai


Alam dengan istilah internally displaced per-
sons yang digunakan secara global.
Secara umum, istilah ‘pengungsi’ dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN
bahasa Indonesia dapat diterapkan pada OCHA, 2001) mendefinisikan internally
dua kelompok orang yang berpindah ka- displaced persons sebagai ”orang-orang
rena alasan keamanan atau keselama- atau kelompok-kelompok orang yang
tan, yaitu pengungsi di/ke negara lain telah dipaksa atau terpaksa melarikan
dan pengungsi di/ke wilayah lain. Kon- diri atau meninggalkan rumah mereka
teks penggunaan tersebut terbukti dalam atau tempat mereka dahulu biasa ting-
uraian arti kata-kata yang terkait dengan gal, terutama sebagai akibat dari, atau
‘pengungsian’ dalam Kamus Besar Ba- dalam rangka menghindarkan diri dari,
hasa Indonesia. Kamus mendefinisikan dampak-dampak konflik bersenjata, situ-
kata benda ‘pengungsi’ sebagai “pendu- asi-situasi rawan yang ditandai oleh ma-
duk suatu negara yg pindah ke negara raknya tindak kekerasan secara umum,
lain karena alasan politik” sedangkan pelanggaran-pelanggaran hak-hak asasi
kata kerja ‘ungsi’ berarti ‘pergi menghin- manusia, bencana-bencana alam, atau
darkan (menyingkirkan) diri dari bahaya bencana-bencana akibat ulah manusia,
atau menyelamatkan diri”. Definisi perta- dan yang tidak melintasi perbatasan ne-
ma menunjukkan aktivitas lintas negara gara yang diakui secara internasional.”.
yang dilakukan oleh pengungsi secara Agar konsisten dengan definisi tersebut,
eksplisit sedangkan definisi kedua tidak pengungsi bencana alam yang berada
menyatakan aktivitas lintas negara. dalam wilayah Negara Kesatuan Re-
publik Indonesia disebut sebagai pen-
Dalam konteks penanggulangan ben- gungsi internal.
cana, istilah ‘pengungsi’ mengacu pada
orang atau kelompok orang yang ber- Pengungsi internal umumnya melakukan
pindah dari wilayah yang terkena dam- perpindahan ke tempat aman dari ben-
pak bencana ke tempat yang aman dari cana dengan beberapa pilihan:
bencana. Undang-Undang Nomor 24 ● Tinggal di rumah keluarga, kerabat,
Tahun 2007 mendefinisikan pengungsi atau teman (host family)
sebagai “orang atau kelompok orang ● Menyewa rumah (rented house),
yang terpaksa atau dipaksa keluar dari ● Tinggal di tenda-tenda pengungsi yang
tempat tinggalnya untuk jangka waktu sudah dipersiapkan oleh pemerintah
yang belum pasti sebagai akibat dampak dan/atau lembaga bantuan kemanu-
buruk bencana.” Di Indonesia, umumnya siaan (planned camps),
pengungsi akibat bencana merupakan ● Tinggal di tenda-tenda yang didirikan
orang-orang yang berpindah di dalam sendiri oleh pengungsi (self-settled
wilayah Indonesia, bahkan dalam pro- camps),
pinsi atau kabupaten/kota yang sama. ● Tinggal di tenda-tenda sementara
Dengan demikian, pengungsi akibat (transit camps),

BAB II: Tinjauan Pustaka 13


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

● Tinggal di pusat-pusat pengungsian Pilihan apa pun yang dipilih oleh anggo-
bersama seperti gedung sekolah, ge- ta masyarakat yang terdampak dari ben-
dung olahraga, gedung pemerintahan, cana dan terpaksa berpindah dari rumah
dan lain-lain (collective centres). dan lingkungannya, anggota masyarakat
tersebut masih tergolong pengungi inter-
nal.

Gambar 1. Berbagai pilihan perpindahan pengungsi internal

Dalam Guiding Principles on Internal ● Mendapatkan pengakuan resmi di


Displacement, Perserikatan Bangsa- bawah hukum,
Bangsa menyatakan bahwa pengungsi ● Kebebasan beragama dan berpen-
setidaknya memiliki hak-hak untuk me- dapat,
minta dan menerima perlindungan dan ● Kesempatan untuk mencari pekerjaan,
bantuan kemanusiaan sebagai berikut: ● Berpartisipasi dalam pemilihan umum,
● Hak untuk hidup (dilindungi dari keke- ● Memperoleh pendidikan yang layak,
rasan, diskriminasi, dan cara-cara ● Memperoleh solusi yang berkelanjutan
lain yang mengancam keselamatan setelah penutupan tempat pengungsi-
nyawanya), an,
● Hak akan martabat dan integritas (di- ● Kelompok-kelompok berkebutuhan
lindungi dari perbudakan, pemerkosa- khusus seperti anak-anak, perempuan
an dan lain-lain), yang menjadi kepala keluarga berhak
● Bergerak di dalam dan di luar tempat meminta dan menerima perlindungan
pengungsian secara bebas, dan bantuan sesuai dengan ke-
● Mengetahui nasib dan keberadaan butuhan-kebutuhan khususnya
anggota keluarganya,
● Bersatu dengan anggota keluarganya, Daftar hak di atas menunjukkan bahwa
jika menghendaki, pengungsi memiliki hak yang relatif
● Memperoleh standar hidup yang me- sama dengan warga negara lain yang
madai, tidak dalam kondisi mengungsi. Dengan

14 BAB II: Tinjauan Pustaka


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

kata lain, seluruh hak yang dimiliki oleh mengkoordinasi dan mengelola
seorang warga negara yang tercantum pengungsi dan tempat pengungsian
dalam UUD 1945 tetap menjadi hak akibat bencana alam yang berada di wi-
orang tersebut saat berada di tempat layah Negara Kesatuan Republik Indo-
pengungsian. Dengan demikian, ‘hidup nesia.
apa adanya’ tidak dapat disematkan
pada kehidupan di tempat pengungsian. B Koordinasi dan Manajemen
Selanjutnya, dalam Resolusi no 46/182 Tempat Pengungsian
tertanggal 19 Desember tahun 1991,
Perserikatan Bangsa-Bangsa menya-
takan bahwa, “Tiap negara memiliki Pada tahun 2005, Camp Coordination
tanggung jawab pertama dan terutama and Camp Management (Koordinasi dan
untuk menangani korban bencana alam Manajemen Tempat Pengungsian) dite-
dan keadaan darurat lain yang terjadi di tapkan sebagai klaster baru di bawah
wilayahnya. Di sini, negara yang terdam- Humanitarian Reform and the Cluster
pak memiliki peran utama dalam inisiasi, Approach (UNHCR dan IOM, 2010;
organisasi, koordinasi, dan implemen- Global CCCM Cluster, 2014). Pemben-
tasi bantuan kemanusiaan di dalam wi- tukan klaster ini dilatarbelakangi oleh
layahnya.” Pernyataan ini berimplikasi temuan tentang kesenjangan antar tem-
bahwa penanganan pengungsi menjadi pat pengungsian dalam masa tanggap
tanggung jawab negara. Pemerintah darurat dan pemulihan bencana di ber-
suatu negara berkewajiban untuk men- bagai negara. Humanitarian Response
gakui dan memenuhi hak-hak warga ne- Review yang dibentuk oleh Sekretaris
gara yang dimiliki oleh para pengungsi. Jendral PBB menyatakan, “Hampir se-
Dalam konteks manajemen tempat pen- mua operasi masa kini menemukan
gungsian, resolusi ini dapat juga dibaca adanya kelemahan-kelemahan di sektor
bahwa pemerintah bertanggung jawab manajemen tempat pengungsian.” Pada
dalam mengkoordinasi dan mengelola tataran global, kepemimpinan sektor
tempat pengungsian sehingga pelaksa- ini dipegang oleh United Nations High
naan bantuan kemanusiaan bagi para Commissioners on Refugee (UNHCR)
pengungsi dapat berjalan dengan baik. untuk situasi konflik kekerasan dan In-
ternational Organization for Migration
Sebagaimana hukum internasional, (IOM) untuk situasi bencana alam (UNH-
hukum di Indonesia juga mengakui ada- CR dan IOM, 2010; Norwegian Refugee
nya tanggung jawab pemerintah dalam Council, 2008).
penanganan pengungsi. Pasal 6 dari
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Koordinasi dan Manajemen Tempat
menyatakan bahwa, “Tanggung jawab Pengungsian diterapkan pada semua
pemerintah dalam penyelenggaraan jenis hunian bersama yang bersifat se-
penanggulangan bencana meliputi… mentara, termasuk tenda-tenda pen-
perlindungan masyarakat dari dampak gungsian terencana, pusat hunian ber-
bencana, penjaminan pemenuhan hak sama, tenda-tenda pengungsian yang
masyarakat dan pengungsi yang terkena didirikan komunitas secara mandiri, dan
bencana secara adil dan sesuai dengan pusat transit bersama (www.globalccc-
standar pelayanan minimum…” Pasal mcluster.org, tanpa tahun). Koordinasi
8 berlanjut dengan pengakuan tang- dan Manajemen Tempat Pengungsian
gung jawab yang sama bagi pemerin- bertujuan untuk memastikan kesetaraan
tah daerah. Pernyataan-pernyataan ini akses ke layanan dan perlindungan bagi
menunjukkan bahwa Pemerintah Repu- para pengungsi yang tinggal di tempat
blik Indonesia memiliki kewajiban untuk pengungsian bersama, meningkatkan

BAB II: Tinjauan Pustaka 15


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

kualitas hidup dan martabat para kemanusiaan berjalan secara efek-


pengungsi selama masa pengungsian, tif. Aktivitas koordinasi di antaran-
dan mengadvokasi solusi yang berke- ya mengkoordinasikan peran dan
lanjutan seiring dengan mempersiapkan tanggung jawab para pemangku
para pengungsi untuk menghadapi hi- kepentingan yang terlibat, mengad-
dup setelah masa pengungsian berakhir. vokasi penerapan standar-standar
Sebagai catatan, Koordinasi dan Mana- internasional dan layanan kebutu-
jemen Tempat Pengungsian tidak meng- han dasar di tempat pengungsian,
gantikan peran penyedia layanan sekto- mengadvokasi adanya solusi berke-
ral dalam tempat pengungsian. lanjutan bagi pengungsi, dan mencip-
takan ruang dialog antar pemangku
Koordinasi dan Manajemen Tempat kepentingan.
Pengungsian memiliki tiga fungsi utama
(Norwegian Refugee Council, 2008; UN- Mengacu pada beragamnya tempat
HCR dan IOM, 2010; www.globalcccm- pengungsian saat bencana alam, koor-
cluster.org, tanpa tahun), yaitu: dinasi tempat pengungsian diselengga-
1. Administrasi tempat pengungsian, rakan secara bertingkat, yaitu:
yaitu fungsi-fungsi yang berhubungan 1. Koordinasi antar tempat pengungsian,
dengan pemantauan dan supervisi 2. koordinasi di dalam sebuah tempat
aktivitas-aktivitas di seluruh tempat pengungsian, yang terdiri dari:
pengungsian. Aktivititas dalam admin- a. koordinasi antar pemangku kepen-
istrasi tempat pengungsian meliputi tingan di dalam tempat pengungsi-
memastikan hak penggunaan area an,
untuk tempat pengungsian bersama b. koordinasi antar komite dalam ke-
atau hunian sementara, menyediakan lompok pengungsi.
keamanan, memelihara penegakan
hukum dan keteraturan di tempat Mengacu pada Resolusi PBB Nomor
pengungsian, membuat keputusan 46/182 dan Undang-Undang Nomor 24
untuk membuka dan menutup tempat Tahun 2007, seluruh fungsi ini idealnya
pengungsian, dan memfasilitasi solusi dijalankan oleh pemerintah dari negara
berkelanjutan bagi pengungsi. yang terdampak bencana, khususnya
2. Manajemen tempat pengungsian, yai- apabila pemerintah memiliki kapasitas
tu fungsi-fungsi yang berhubungan dan kesiapan dalam menanggulangi
dengan pengelolaan sebuah tempat bencana yang melanda. Dalam hal ini,
pengungsian. Aktivitas manajemen lembaga kemanusiaan internasional dan
tempat pengungsian di antaranya nasional membantu pemerintah dengan
mengkoordinasi layanan sektoral, mengidentifikasi kesenjangan per-
memfasilitasi layanan kebutuhan lindungan dan bantuan kemanusiaan
dasar, pemeliharaan dan perawatan yang diberikan pemerintah dan men-
infrastruktur di tempat pengungsian, gambil langkah-langkah untuk menutup
memobilisasi komunitas pengungsi, kesenjangan tersebut sesuai persetu-
dan mengidentifikasi kesenjangan juan pemerintah. Apabila besarnya dam-
penyediaan kebutuhan dasar di se- pak bencana melampaui kapasitas dari
buah tempat pengungsian. pemerintah dalam menanganinya, maka
3. Koordinasi tempat pengungsian, yai- pemerintah dapat meminta bantuan
tu fungsi yang berhubungan dengan internasional dalam penanganan ben-
penciptaan ‘ruang kemanusiaan’ di cana. Dalam konteks penanganan pen-
seluruh tempat pengungsian untuk gungsi, pemerintah dapat mengundang
memastikan bahwa perlindungan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk
pengungsi dan pemberian bantuan mengaktivasi Klaster Global Koordinasi

16 BAB II: Tinjauan Pustaka


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

Gambar 2: Tingkatan koordinasi dalam Koordinasi dan


Manajemen Tempat Pengungsian

dan Manajemen Tempat Pengungsi- fungsi administrasi yang menjadi wewe-


an untuk bekerja bersama pemerintah nang dari kepala negara/kepala daerah
dalam memberikan perlindungan dan yang bersangkutan, misalnya keputusan
bantuan kemanusiaan bagi pengungsi membuka tempat pengungsian di wi-
internal. layah tertentu.

Dalam konteks Indonesia, jika Klaster Saat Klaster Global Koordinasi dan Ma-
Koordinasi dan Manajemen Tempat najemen Tempat Pengungsian diaktiva-
Pengungsian tidak diaktivasi, maka si, para pemangku kepentingan yang
pelaksanaannya diselaraskan dengan terlibat adalah:
Sistem Komando Tanggap Darurat 1. Koordinator klaster, yaitu UNHCR
yang berlaku di Indonesia. Dalam hal atau IOM,
ini, fungsi administrasi, manajemen, 2. Pemerintah pusat atau pemerintah
dan koordinasi tempat pengungsian daerah di mana tempat pengungsian
menjadi tanggung jawab dari pos ko- didirikan,
mando tanggap darurat yang diben- 3. Penyedia layanan dan pemberi ban-
tuk. Hanya tugas-tugas tertentu dalam

BAB II: Tinjauan Pustaka 17


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

tuan kemanusiaan yang umumnya 1. Koordinasi Tempat Pengungsian bagi


terdiri dari lembaga nonpemerintah staf pemimpin klaster (IOM dan UN-
nasional dan internasional HCR).
4. Aktor-aktor perlindungan yang memi- 2. Koordinasi dan Manajemen Tem-
liki mandat seperti UNICEF untuk pat Pengungsian bagi beragam pe-
perlindungan anak, UN women untuk mangku kepentingan seperti staf IOM/
perlindungan perempuan, dan Inter- UNHCR, staf pemerintahan, dan staf
national Committee for Red Cross. lembaga nonpemerintah.
5. Populasi tempat pengungsian yang 3. Manajemen Tempat Pengungsian
terdiri dari laki-laki, perempuan, dan bagi staf lembaga nonpemerintah
anak-anak yang tinggal di tempat atau organisasi lain yang terlibat da-
pengungsian. lam pengelolaan pengungsian.
6. Populasi tuan rumah atau masyarakat
yang sebagian wilayahnya dijadikan Hingga tahun 2013, pelatihan Koordina-
tempat pengungsian. si dan Manajemen Tempat Pengungsian
telah diikuti oleh 5.532 peserta dari 19
C Pelatihan Koordnasi dan Ma- negara (IOM, 2014).
najemen tempat Pengungsian
Secara Global D Pelatihan Koordinasi dan Ma-
najemen Tempat Pengungsian di
Koordinasi dan Manajemen Tempat
Indonesia
Pengungsian merupakan klaster baru
yang berkembang dengan pesat. Dalam D1. Dasar Pemikiran
konteks global, klaster ini sudah diakti- Pertimbangan dalam penyusunan Pela-
vasi di 19 negara (Global CCCM Cluster, tihan Koordinasi dan Manajemen Tem-
2014). Seiring dengan perkembangan pat Pengungsian di Indonesia adalah
ini, kebutuhan terhadap peningkatan tugas-tugas dalam sektor tersebut dan
kapasitas dalam Koordinasi dan Mana- penyelenggaraan pendidikan berbasis
jemen Tempat Pengungsian pun menin- kompetensi dengan Peraturan Presiden
gkat. Di Indonesia, kejadian bencana nomor 12 tahun 2008 sebagai acuan-
seringkali menyebabkan penduduk di nya. Tugas-tugas koordinasi dan mana-
area terdampak untuk mengungsi, jer tempat pengungsian antara lain:
sehingga pendirian tempat pengungsi-
an tidak dapat dihindarkan. Kebutuhan
akan para manajer tempat pengungsian
yang handal pun meningkat.

Pelaksanaan pelatihan merupakan sa-


lah satu respons terhadap kebutuhan
peningkatan kapasitas dalam sektor
Koordinasi dan Manajemen Tempat
Pengungsian. Sebuah strategi pelatihan
bersama yang dirancang untuk meme-
nuhi kebutuhan pelatihan dari berbagai
pemangku kepentingan yang berbe-
da telah dikembangkan oleh Klaster
Koordinasi dan Manajemen Tempat
Pengungsian (Norwegian Refugee
Council, 2008). Tiga jenis pelatihan yang
dapat dipilih adalah:

18 BAB II: Tinjauan Pustaka


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

Fungsi Tugas
Administrasi ● Membuat keputusan untuk membuka dan menutup tempat
Tempat pengungsian
Pengungsian ● Menjaga keamanan tempat pengungsian bagi para penghuni-
nya, termasuk keamanan terkait hak untuk berdiam di lahan/
bangunan tersebut secara sementara serta melakukan pem-
bagian yang jelas yang tidak memicu konflik di antara para
penghuni.
● Melakukan pemantauan dan supervisi terhadap seluruh tempat
pengungsian
● Melindungi hak asasi para pengungsi dan mencegah pengu-
siran, relokasi atau pemindahan bagi para penghuni tempat
pengungsian sebelum mereka mendapatkan solusi berkelan-
jutan.
● Memfasilitasi akses bagi aktor-aktor kemanusiaan ke tempat
pengungsian
● Menyediakan solusi berkelanjutan bagi pengungsi
Manajemen ● Memastikan terpenuhinya standar, kebijakan, dan pedoman
tempat pemberian bantuan bagi tempat pengungsian
pengungsian ● Membangun tata kelola tempat pengungsian yang mandiri
● Memonitor penyediaan layanan kepada penghuni tempat
pengungsian yang dilakukan oleh berbagai organisasi
● Membangun partisipasi para penghuni dalam keseluruhan sik-
lus hidup tempat pengungsian
● Mengkoordinasi dan/atau melakukan pemeliharaan dan pe-
rawatan tempat pengungsian
● Mengelola data dan informasi terkait tempat pengungsian dan
penghuni
Koordinasi ● Mengkoordinasi tempat-tempat pengungsian secara keseluru-
Tempat han
Pengungsian ● Mengembangkan strategi Koordinasi dan Manajemen Tempat
Pengungsian
● Mengembangkan standar-standar respons kemanusiaan di
tempat pengungsian
● Mengkoordinasi respons kemanusiaan di tempat pengungsian
● Mengadvokasi solusi berkelanjutan bagi para penghuni tempat
pengungsian
Uraian tugas di dalam tabel menun- ordinasi pelaksanaan, dan melakukan
jukkan bahwa peserta sasaran Pela- monitoring. Sebaliknya, tugas-tugas
tihan Koordinasi dan Manajemen Tem- pada tingkat operasional tidak terdapat
pat Pengungsian adalah para pejabat dalam kegiatan Koordinasi dan Manaje-
pemerintahan dan pekerja kemanusiaan men Tempat Pengungsian.
yang memiliki posisi manajerial di lin-
gkungan kerjanya. Seluruh tugas yang Ada pun pelatihan berbasis kompetensi
digambarkan berkaitan dengan tugas-tu- – sebagai pertimbangan kedua – dide-
gas manajerial seperti merencanakan/ finisikan sebagai pendekatan pelatihan
merancang, mengorganisasi, mengko- yang ditujukan untuk mencapai hasil ter-

BAB II: Tinjauan Pustaka 19


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

tentu (National Volunteer Skills Centre, dan Manajemen Tempat Pengungsian.


2003). Dengan pendekatan ini, pelatihan Penerapan pengetahuan dan ketram-
menekankan pada ‘mampu melakukan’, pilan memfasilitasi peserta pelatihan
bukan sekedar ‘mengetahui’. Pelatihan untuk mengakuisisi kompetensi dalam
berbasis kompetensi harus memfasilita- Koordinasi dan Manajemen Tempat
si peserta untuk mampu mendemonstra- Pengungsian. Tahap selanjutnya adalah
sikan kemampuannya untuk melakukan penerapan rencana aksi ke kegiatan-ke-
sesuatu. Untuk mengetahui tingkat giatn terkait Koordinasi dan Manajemen
kemampuan peserta, pelatihan berba- Tempat Pengungsian. Sebaiknya, ren-
sis kompetensi mensyaratkan evaluasi cana aksi dan penerapan didiskusikan
terhadap pencapaian peserta dengan bersama di antara tim kerja/satuan tu-
menggunakan kriteria penilaian berbasis gas terkait dan/atau supervisor/atasan
kinerja. sehingga dukungan untuk menerapkan
hasil pembelajaran diperoleh.
Mengacu pada kedua pertimbangan di
atas, Pelatihan Koordinasi dan Manaje- Untuk proses pembelajaran di kelas,
men Tempat Pengungsian di Indonesia pendekatan yang digunakan adalah
semestinya menyasar peningkatan kom- pembelajaran aktif bagi orang dewasa.
petensi peserta pelatihan agar peman- Dengan pendekatan ini, peserta dipan-
gku kepentingan mampu melaksanakan dang sebagai sumber pembelajaran
berbagai tugas dalam Koordinasi dan yang saling berbagi satu dengan yang
Manajemen Tempat Pengungsian. Un- lain. Fasilitator pembelajaran menye-
tuk mencapai sasaran ini, rancangan pe- diakan berbagai metode pembelajaran
latihan yang paling efektif adalah Action yang memungkinkan peserta saling ber-
Learning yaitu pelatihan yang berbasis bagi, di antaranya diskusi, studi kasus,
pada pembelajaran di kelas sekaligus permainan, permainan peran, dan simu-
penerapan hasil pembelajaran di lapan- lasi.
gan. Rancangan spesifik dari Action Le-
arning untuk Pelatihan Koordinasi dan D2. Kompetensi dan Jenjang Pela-
Manajemen Tempat Pengungsian seba- tihan
gai berikut: Pelatihan Koordinasi dan Manajemen
● Pelatihan di kelas, Tempat Pengungsian di Indonesia dibagi
● Penyusunan rencana tindak lanjut menjadi dua jenjang, yaitu Pelatihan Tin-
● Penerapan rencana tindak lanjut da- gkat Dasar dan Pelatihan Tingkat Lanjut.
lam kegiatan-kegiatan terkait Ko- Pelatihan Tingkat Dasar berfokus pada
ordinasi dan Manajemen Tempat peningkatan kompetensi peserta dalam
Pengungsian menerapkan Koordinasi dan Manajemen
Tempat Pengungsian. Pelatihan Tin-
Pembelajaran di kelas memfasilitasi gkat Lanjut terdiri dari tiga pilihan, yaitu
peserta pelatihan untuk memperoleh Pengungsian Perkotaan, Pengungsian
pengetahuan dan ketrampilan menge- Perdesaan, dan Pengelolaan Informasi
nai Koordinasi dan Manajemen Tempat Darurat yang merupakan pendalaman
Pengungsian. Akuisisi pengetahuan mengenai Koordinasi dan Manajemen
dan ketrampilan pada akhir pelatihan Tempat Pengungsian. Akuisisi kom-
merupakan tahap pertama dari hasil petensi sasaran dari masing-masing
pelatihan. Tahap selanjutnya adalah jenjang dilakukan dengan pendekatan
menyusun rencana aksi untuk penera- Action Learning. Sementara itu, pen-
pan apa yang sudah dipelajari di kelas gembangan Spesialisasi dalam Koor-
ke tugas-tugas nyata terkait Koordinasi dinasi Tempat Pengungsian dan Spesi-

20 BAB II: Tinjauan Pustaka


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

alisasi dalam Manajemen Tempat Pengungsian membutuhkan pelatihan-pelatihan


yang berbeda.

Koordinasi dan Tingkat Dasar


Manajemen Tem-
pat Pengungsian
dan Pengelolaan Tingkat Lanjut
Klaster
Koordinasi dan Koordinasi Tem-
Pengelolaan Tem- pat Pengungsian
pat Pengungsian
Manajemen Tem-
pat Pengungsian

Gambar 3. Kompetensi dalam


Sektor Koordinasi dan Manajemen Tempat Pengungsian

Kisi-kisi kurikulum Pelatihan Koordinasi dan Manajemen Tempat Pengungsian


sebagai berikut

Tingkatan Standar Kompetensi Kriteria Unjuk Kinerja


Dasar Mampu mempraktikkan Koor- ● Menjelaskan hak-hak pengungsi
dinasi dan Manajemen Tempat internal dan tanggung jawab pe-
Pengungsian sesuai dengan merintah terhadap pengungsi in-
standar internasional ternal
● Menjelaskan pendekatan holistik
dalam Koordinasi dan Manaje-
men Tempat Pengungsian
● Mengidentifikasi berbagai peran
dan tanggung jawab dalam Ko-
ordinasi dan Manajemen Tempat
Pengungsian di Indonesia, serta
aktor-aktor kemanusiaan yang
terlibat di dalamnya
● Menjelaskan prinsip, mekanis-
me, dan perangkat koordinasi
dan pengelolaan informasi di
tempat pengungsian
● Menyusun rencana umum untuk
tahap-tahap tempat pengungsi-
an, khususnya tahap perenca-
naan dan pendirian tempat pen-
gungsian

BAB II: Tinjauan Pustaka 21


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

● Mengidentifikasi kebutuhan
perlindungan dan bantu-
an kemanusiaan bagi pen-
gungsi berkebutuhan khusus

Lanjut Mampu mempraktikkan Koor- Pengungsian perkotaan / per-


dinasi dan Manajemen Tempat desaan
Pengungsian Perkotaan/Koor- ● menjelaskan karakteristik pen-
dinasi dan Manajemen Tem- gungsian perkotaan / perdesa-
an
pat Pengungsian Perdesaan/
● mengidentifikasi area-area
pengelolaan informasi darurat dalam Koordinasi dan Ma-
sesuai standar internasiona najemen Tempat Pengungsi-
an yang diterapkan dalam
pengungsian perkotaan / per-
desaan
● mengembangkan strategi un-
tuk mengurangi kesenjangan
dari praktik-praktik koordinasi
dan pengelolaan pengungsian
perkotaan / perdesaan
● menjelaskan pendekatan koor-
dinasi dan pengelolaan tempat
perkotaan / perdesaan
● menjelaskan modalitas-modali-
tas Koordinasi dan Manajemen
Tempat Pengungsian perkota-
an / perdesaan
● menjelaskan mekanisme dan
perangkat yang digunakan da-
lam modalitas-modalitas Koor-
dinasi dan Manajemen Tempat
Pengungsian perkotaan
● mensimulasikan Koordinasi
dan Manajemen Tempat Pen-
gungsian perkotaan / perdesaan

Pengelolaan Informasi Kedaru-


ratan Pengungsian
● menjelaskan ruang lingkup,
peran, dan tanggung jawab
pengelolaan informasi kedaru-
ratan di tempat pengungsian
● mengembangkan strategi
pengelolaan informasi
● mengembangkan mekanis-
me dan perangkat registrasi
pengungsi

22 BAB II: Tinjauan Pustaka


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

● menggunakan data dan infor-


masi tentang populasi tempat
pengungsian untuk pengam-
bilan keputusan manajerial
● menggunakan hasil pengkajian
kebutuhan di tempat pengung-
sian
● menjelaskan profil dan peta se-
buah tempat pengungsian se-
cara informative
● menjelaskan peran dan tang-
gung jawab pengelolaan web
portal untuk Koordinasi dan Ma-
najemen Tempat Pengungsian

D3. Struktur Program Pelatihan Tingkat Dasar


Struktur kurikulum Pelatihan Koordinasi dan Manajemen Tempat Pengungsian Tin-
gkat Dasar sebagai berikut (durasi ditulis dalam jam pelatihan/JPL) :

No Materi Durasi
1 Realitas Pengungsian Internal 2
2 Pendekatan dan Prinsip Koordinasi dan Manajemen Tempat 3
Pengungsian
3 Peran dan Tanggung Jawab dalam Koordinasi dan Manaje- 3
men Tempat Pengungsian
4 Standar Pemenuhan Kebutuhan Pengungsi Internal 3
5 Perlindungan di Tempat Pengungsian 4
6 Partisipasi Komunitas di Tempat Pengungsian 4
7 Koordinasi di Tempat Pengungsian 4
8 Manajemen Informasi di Tempat Pengungsian 4
9 Perencanaan dan Pembukaan Tempat Pengungsian 6
10 Pemeliharaan dan Perawatan Tempat Pengungsian 3
11 Solusi Berkelanjutan dan Penutupan Tempat Pengungsian 3
12 Kesimpulan dan Penutupan 2
13 Observasi lapangan 8
Jumlah 48

BAB II: Tinjauan Pustaka 23


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

D4. Penyelenggaraan 2. Badan Penanggulangan Bencana


Durasi Pelatihan Daerah tingkat propinsi atau kabu-
Pelatihan Koordinasi dan Manajemen paten/kota,
Tempat Pengungsian Tingkat Dasar di- 3. Lembaga pemerintah, lembaga PBB,
selenggarakan dalam waktu 48 jam pe- dan lembaga nonpemerintah nasional
latihan. Satu jam pelatihan (JPL) setara dan internasional yang memiliki ke-
dengan 45 menit. Agar berjalan dengan wenangan, tanggung jawab, dan tu-
efektif, pelatihan ini sebaiknya diseleng- gas dalam penanggulangan bencana.
garakan selama 5-6 hari.
Evaluasi
Peserta Evaluasi pelatihan merupakan se-
Peserta dalam Pelatihan Koordinasi dan buah upaya untuk mengetahui tingkat
Manajemen Tempat Pengungsian Dasar keberhasilan sebuah program pelatihan.
adalah personil dari institusi pemerintah, Kirkpatrick and Kirkpatrick (2004) me-
lembaga non pemerintah, dan lembaga nyatakan bahwa evaluasi pelatihan di-
PBB yang memenuhi kriteria sebagai lakukan pada tingkat:
berikut: Reaksi, yaitu evaluasi yang dilakukan
1. Warga negara Indonesia, untuk mengetahui tingkat kepuasan dan
2. Sehat jasmani dan rohani, pandangan peserta terhadap manfa-
3. Memiliki peran dan tanggung jawab at, kualitas materi, kinerja pelatih, dan
manajerial di bidang penanggulangan penyelenggaraan pelatihan. Evaluasi
bencana terkait Koordinasi dan Mana- ini diadakan selama pelatihan dan saat
jemen Tempat Pengungsian (bagi pe- pelatihan selesai. Metode yang dapat
jabat pemerintahan, peserta memiliki digunakan antara lain penyajian kuisio-
jabatan Eselon III dan IV) ner untuk peserta, wawancara dengan
4. Telah mengikuti Pelatihan Dasar peserta, dan observasi dengan checklist
Penanggulangan Bencana atau pela- catatan deskriptif yang dilakukan oleh
tihan sejenis dalam penanggulangan pengamat.
bencana.
1. Pembelajaran, yaitu evaluasi yang
Tenaga Pelatih dilakukan untuk mengetahui pening-
Tenaga pelatih dalam pelatihan ini terdiri katan kompetensi peserta. Evaluasi
dari para praktisi penanggulangan ben- ini diadakan selama pelatihan pela-
cana. Kriteria pengajar sebagai berikut: tihan berlangsung. Metode evaluasi
1. Pendidikan minimal S1 atau setara, yang dapat digunakan antara lain tes
2. Sehat jasmani dan rohani, tertulis (tes awal dan tes akhir), unjuk
3. Menguasai pendekatan pembelajaran kerja, dan penilaian produk yang di-
orang dewasa, hasilkan peserta saat pelatihan.
4. Memiliki pengalaman dalam kegiatan 2. Perubahan perilaku, yaitu evalua-
Koordinasi dan Manajemen Tempat si yang dilakukan untuk mengetahui
Pengungsian. penerapan kompetensi yang dilaku-
kan oleh peserta di tempat kerja atau
Penyelenggara situasi nyata di tempat pengung-
Penyelenggaran Pelatihan Koordinasi sian. Evaluasi ini diadakan 3-6 bulan
dan Manajemen Tempat Pengungsian setelah pelatihan selesai. Metode
adalah: yang dapat digunakan antara lain ob-
1. Badan Nasional Penanggulangan servasi terhadap kinerja dan pengka-
Bencana, jian 360 derajat terhadap kinerja yang

24 BAB II: Tinjauan Pustaka


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

terkait pelatihan yang diikuti (penilaian


oleh diri sendiri, atasan, rekan dengan
posisi setara, dan bawahan).
3. Hasil, yaitu evaluasi yang dilakukan
untuk mengetahui hasil dari pene-
rapan kompetensi di tempat kerja atau
situasi nyata di tempat pengungsian.
Evaluasi ini diadakan pada 6-12 bu-
lan setelah pelatihan selesai. Metode
yang digunakan antara lain observa-
si terhadap keluaran/produk (output)
dan hasil (outcome) dari penerapan
kompetensi.

Evaluasi penyelenggaraan pelatihan


umumnya berfokus pada evaluasi tingkat
reaksi dan pembelajaran. Penyelengga-
ra dapat mengetahui dampak langsung
dari pelatihan yang diselenggarakannya
atau kegiatan yang berada di bawah ken-
dalinya. Sementara itu, evaluasi tingkat
penerapan dan hasil merupakan evalua-
si tentang dampak lanjutan dari sebuah
pelatihan di mana kendali penyelengga-
ra terhadap apa yang dilakukan oleh pe-
serta relatif lebih kecil.

BAB II: Tinjauan Pustaka 25


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

26
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

Bab III :
Penutup
Tempat pengungsian merupakan ini membutuhkan pemantauan dari pe-
pilihan terakhir bagi seorang pengungsi nyelenggara pelatihan. Catatan-catatan
ketika bencana alam menerjang dari pemantauan tersebut dapat dija-
wilayahnya. Sebagai pilihan terakhir, dikan bahan atau rujukan untuk menge-
bukan berarti tempat pengungsian valuasi kurikulum ini di masa depan. Ha-
tidak dapat memberikan kehidupan rapannya, kurikulum pelatihan ini dapat
yang layak bagi pengungsi internal. diperbarui secara berkesinambungan
Sebaliknya, pengungsi internal sehingga kualitas Pelatihan Koordina-
tetap memiliki hak-haknya sebagai si dan Manajemen Tempat Pengungsi-
warga negara, khususnya hak untuk an dapat berjalan lebih baik, dan pada
mendapatkan perlindungan dan hidup akhirnya semakin meningkatkan kualitas
yang layak. Hak-hak ini dijamin oleh upaya pemenuhan hak-hak pengungsi.
hukum internasional, khususnya dalam
Resolusi PBB no 46/182. Di Indonesia,
hak-hak pengungsi internal dijamin
dalam UU no 24 tahun 2007. Kedua
kebijakan ini juga menyatakan bahwa
pemerintah berkewajiban memenuhi
hak-hak pengungsi internal.

Dalam melaksanakan tanggung


jawabnya untuk memenuhi hak-
hak pengungsi, pemerintah sebagai
pengelola tempat pengungsian perlu
melakukan Koordinasi dan Manajemen
Tempat Pengungsian yang efektif.
Manajer tempat pengungsian wajib
memiliki kompetensi untuk melaksanakan
tugas-tugas tersebut. Dengan demikian,
upaya-upaya peningkatan kompetensi
para pengelola tempat pengungsian
menjadi kebutuhan dalam bidang
penanggulangan bencana. Untuk itulah,
Pelatihan Koordinasi dan Manajemen
Tempat Pengungsian dirancang, dan
tentu saja, akan dilaksanakan di masa
mendatang.

Kurikulum Pelatihan Koordinasi dan


Manajemen Tempat Pengungsian Tin-
gkat Dasar di dalam buku ini merupakan
rancangan pelatihan yang diharapkan
dapat menjadi panduan penyelengga-
raan pelatihan yang dimaksud. Dalam
perjalanannya, pelaksanaan kurikulum

BAB III: Penutup 27


Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

Daftar Pustaka
Barrantes, S.A., Rodriguez, M., Perez, R. (2009). Information Management and
Communication in Emergencies and Disasters: Manual for Disaster Re-
sponse Team. Washington DC, United States of America: Pan Amerian
Health Organization

Data dan Informasi Bencana Indonesia. Statistik pengungsian tahun 2015. Diunduh
dari dibi.bnpb.go.id.

Global CCCM Cluster. (2014). Camp closure guidelines. Geneva, Switzerland:


Global CCCM Cluster.

Global Protection Cluster Working Group. Handbook for the Protection of Internally
Displaced Persons. Geneva, Switzerland: United Nations High Commissioner
for Refugee and International Organization for Migration.

Harian Kompas. (2 Februari 2014). Pengungsi Gunung Sinabung tercatat 30.117


jiwa. Jakarta: Kompas Gramedia.

Inter Agency Standing Committee. (2010). IASC framework on durable solutions for
internally displaced persons. District of Columbia, USA: The Brooking Institu-
tion – University of Bern.

International Displacement Monitoring Centre and Norwegian Refugee Council.


Indonesia: (2014). Durable solutions needed for protracted IDPs as new dis-
placement occurs in Papua. Geneva, Switzerland: International Displacement
Monitoring Centre.

International Federation of Red Cross and Red Crescent Society. (2014). Inter-
national disaster response law in Indonesia: An analysis of the impact and
implementation of Indonesia’s legal framework for international disaster as-
sistance. Geneva: International Federation of Red Cross and Red Crescent
Society.

International Organization for Migration. (2014). CCCM capacity building project:


Information sheet. Geneva, Switzerland: International Organization for Migra-
tion.

Kirkpatrick, D.L., Kirkpatrick, J.D. (2006). Evaluating training programs: The four
levels. San Fransisco, CA: Berrett-Koehler Publishers

National Volunteer Skills Centre. (2003). A guide to writing competency based train-
ing materials. Melbourne, Australia: National Volunteer Skills Centre.

Norwegian Refugee Council. (2008). Camp management toolkit. Oslo, Norwegia:


Norwegian Refugee Council.

28
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

Peraturan Kepala BNPB No 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap


Darurat Bencana.

Peraturan Kepala BNPB No 4 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Rehabilitasi dan
Rekonstruksi PaskaBencana Sektor Permukiman

Peraturan Kepala BNPB No 7 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Bantuan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Peraturan Kepala BNPB No 8 Tahun 2011 tentang Standardisasi Data Kebenca-


naan

Sphere Project. (2011). Sphere handbook: Humanitarian charter and minimum


standards in humanitarian response. Southampton, United Kingdom: Hobbs
the Printer.

The Brookings Institution of University of Bern Project on Internal Displacement.


(2010). IASC framework on durable solutions for internally displaced persons.
Washington DC, USA: The Brookings Institution of University of Bern Project
on Internal Displacement.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

United Nations High Commissioner for Refugee and International Organization for
Migration. (2010). Collective centre guidelines. Geneva, Switzerland: United
Nations High Commissioner for Refugee.

United Nations High Commissioner for Refugee, International Organization for Mi-
gration, Netherland Red Cross. (2014). Urban displacement and out of camp.
Geneva: United Nations High Commissioner for Refugee.

United Nations High Commissioner for Refugee. (2008). A community-based ap-


proach in UNHCR Operation. Geneva: United Nations High Commissioner for
Refugee

United Nations High Commissioner for Refugee. (2013). Emergency information


management toolkit. Geneva, Switzerland: United Nations High Commission-
er for Refugee.

United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs. (2004). Guiding
principles on internal displacement. Geneva, Switzerland: United Nations
Office for the Coordination of Humanitarian Affairs.

United Nations. (1991). Resolution 46/182.

29
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

30
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

31
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

32
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

33
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

34
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

35
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

36
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

37
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

38
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

39
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

40
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

41
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

42
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

43
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

44
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

45
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

46
Kurikulum Pelatihan
Koordinasi & Manajemen Tempat Pengungsian

48

You might also like