You are on page 1of 16

MAKALAH

DAMPAK PENCEMARAN SUARA TERHADAP LINGKUNGAN DAN


KESEHATAN

Dosen Pengampu : Nuansa Dwika Aulia, SKM

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1) Diah Ayu Lestari (2102380)

2) Siti Hamidah (2102381)

3) Afifah Faoziah (2102384)

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BINA CIPTA HUSADA


PURWOKERTO
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran lingkungan adalah masalah yang akan selalu dihadapi oleh
sekumpulan masyarakat yang berada di suatu lingkungan tertentu. Pencemaran
ini dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran suara, dan lain
sebagainya. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air
atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi di mana saja dengan laju yang
sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah industri
dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. Kehidupan manusia tidak bisa
dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan
sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan,
minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Pengertian
lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak
langsung. Agar Pencemaran tidak menyebar secara cepat diperlukan
pengendalian terhadap pencemaran itu, yaitu pengendalian terhadap baku mutu
lingkungan. Yang dimaksud dengan baku mutu lingkungan adalah batas yang
diperkenankan bagi suatu zat agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas maka masalah
dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran suara?
2. Apa yang menyebabkan pencemaran suara?
3. Apa saja dampak dari pencemaran suara?
4. Bagaimana pengendalian dampak pencemaran suara?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pencemaran suara
2. Mengetahui sebab sebab dari pencemaran suara
3. Mengetahui dampak dari pencemaran suara
4. Mengetahui cara menanggulangi dampak dari pencemaran suara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pencemaran Suara


Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuk nya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup No. 4 Tahun 1982).
Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal
yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat
cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air,
batu bara, atau udara. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai
sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan
osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau
kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar
bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain, sampai ke
gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh
telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum
dengan berbagai variasi dalam kurva responnya. Jadi, pencemaran suara adalah
gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi atau suara yang
mengakibatkan ketidak tentraman makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran
suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah
sekitarnya menjadi bising dan tidak menyenangkan. Tingkat kebisingan terjadi
bila intensitas bunyi melampui 70 desibel (dB).
2.2 Penyebab Pencemaran Suara
Dalam pencemaran suara, kebisingan yang dialami sehari-hari tanpa sadar
merupakan faktor utama terjadinya pencemaran suara. Apalagi pada era modern
seperti sekarang ini banyak sekali alat-alat yang menggunakan mesin yang
berbunyi bising serta penggunaan gadget yang bisa memutar
bunyi dengan earphone yang suaranya langsung mengenai gendang telinga
tanpa ada perantara merupakan suatu hal yang beresiko mengakibatkan
pencemaran suara.
Saat berada di rumah, telinga kita diisi oleh riuhnya suara binatang
peliharaan, suara AC, televisi, dan banyak hal lain. Saat berada di jalan, kita
juga mendengar keriuhan lain seperti proyek pembangunan, suara kendaraan
umum yang menderu dan musik yang dinyalakan orang lain. Di kabin mobil,
kapal laut, dan pesawat terbang menimbulkan suara mesin yang menderu. Juga
di pabrik atau tempat kerja yang memakai kipas angin besar, kompresor, trafo,
dan pompa. Di hotel, perkantoran, atau apartemen biasanya saluran udaranya
mengeluarkan bising.
Sebagai contoh beberapa kebisingan yang menyebabkan kebisingan yang
kekuatannya diukur dengan dB atau desibel adalah:
1) Orang rebut/silat lidah = 80 dB
2) Suara kereta api/krl = 95 dB
3) Mesin motor 5 pk = 104 dB
4) Suara petir = 120 dB
5) Pesawat jet tinggal landas = 150 dB
2.3 Dampak Pencemaran Suara
Pencemaran bunyi dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti
gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian.
Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya
gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan
komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres
dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja
dijelaskan sebagai berikut:
1) Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa
peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi
pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan
intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini
disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam
telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan
mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising
terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan
darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2) Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam
waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis,
jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
3) Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan
ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan
terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya.
Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan
keselamatan seseorang.
4) Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang
angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis
berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
5) Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada
indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah
diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek
bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara
cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila
bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan
tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan
kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya
dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk
percakapan.
Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi
atas:
a) Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi.
Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya
sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila
tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya
akan pulih kembali.
b) Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di
pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
 Tingginya level suara
 Lama paparan
 Spektrum suara
 Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka
kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar
 Kepekaan individu
 Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat
(pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan
dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat
lainnya.
 Keadaan Kesehatan
c) Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian
atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan
tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang
sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti
suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga,
merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
d) Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan
gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan
prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini
harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat
pajanan bising ditempat kerja.
e) Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan
pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging.
Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut
pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat
berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).
2.4 Cara Menanggulangi Pencemaran Suara
1) Penggunaan alat peredam suara
Ada berbagai cara untuk mengurangi pencemaran suara, salah satunya
adalah penggunaan alat peredam suara, kini banyak digunakan sistem
kendali bising yang aktif. Menurut Dr Ir Bambang Riyanto Trilaksono MSc,
peneliti dan dosen pada Departemen Teknik Elektron, Institut Teknologi
Bandung (ITB), secara konvensional bising diredam dengan memakai
bahan-bahan peredam. Bahan tersebut ditempatkan di sekitar sumber bising
atau di dinding ruang yang intensitas bisingnya mau dikurangi. Selain itu
kini di perkantoran, hotel atau apartemen di kota-kota besar yang dekat
dengan lalu lintas utama atau dekat bandara yang dirasa lingkungannya
mempunyai kebisingan yang tidak bisa ditolerir oleh pendengaran manusia,
maka Direktur Jendera Bina Marga sejak tahun 1999 mencanangkan
bangunan peredam bising. Dimensi Bangunan Peredam Bising tersebut
antara lain :
a) Tinggi minimal 2,75m (makin tinggi kemampuan redaman makin baik)
b) Tebal dinding minimal 10 cm.
Sedangkan Bahan bangunan peredam bisik
a) Penggunaan bahan untuk mereduksi bising adalah dari hasil olahan
industri berupa beton ringan agregat yang disebut ALWA berupa
konblok (masif) dengan komposisi campuran: Semen : Pasir :
ALWA= 1 : 4 : 4
b) Dimensi konblok ALWA dapat dicetak menurut ukuran pabrik, sebagai
berikut: (30 x 10 x 15) atau (30x15x15) cm
c) Bahan selain ALWA seperti Bata Merah atau Batako harus dengan
rancangan khusus untuk memperoleh kemampuan redaman bising yang
baik. Secara terus menerus program ini terus disosialisasikan oleh
pemerintah dalam upaya mengurangi polusi suara.
2) Pendidikan
Melalui pendidikan dapat memberikan kesadaran serta membentuk
sikap positif terhadap alam sekiar terutama dari hal-hal yang sangat kecil.
Melalui pendidikan mereka dapat mengetahui berbagai pencemaran alam
dari segi efek-efek negative terhadap lingkungan dan manusia.
3) Tanggung jawab bersama
Pemerintah harus berperan dalam membuat hukum untuk melindungi
alam sekitar. Pengawasan oleh pejabat lingkungan perlu ditingkatkan.
Pengusaha pabrik harus mendapatkan pengetahuan tentang berbagai bentuk
pencemaran dan dampaknya terhadap lingkungan sebelum memulai operasi
pabriknya. Sehingga pemilik pabrik dapat memasang alat peredam suara
dalam setiap poduknya sehingga kebisingan dapat diminimalisir. Terutama
untuk pabrik kendaran, Pabrik kendaraan perlu memikirkan produksi
kendaraan yang mesinnya lebih senyap dan ramah lingkungan. Selain itu,
masyarakat juga harus memperhatikan alat-alat yang dapat menimbulkan
kebisingan. karena delapan puluh persen penyebab pencemaran suara ini
datangnya dari manusia sendiri. Terutama peralatan rumah tangga, seperti
tidak terlalu banyak memakai alat elektronik yang menimbulkan suara
bising, tidak berteriak dalam berbicara atau tidak mendengarkan musik
dengan
earphone dengan sangat keras. Karena secara tidak langsung hal itu bisa
mengurangi kelelahan otak dalam mendengar.
4) Pameran dan kampanye lingkungan
Mengadakan pameran secara berkala disetiap daerah tertentu tentu
perlu dilakukan dengan mendistribusikan brosur tenteng penyebab dan
dampak pencemaran suara terhadap lingkungan dan manusia. Selain itu,
pemerintah perlu menunjukkan slide terkait pencemaran suara agar dapat
menyadarkan masyarakat dan mengajar masyarakat untuk melindungi
lingkungan.
5) Melalui media massa
Penyiaran masalah terkait lingkungan agar masyarakat peka dan
berhati-hati untuk melindungi lingkungan dari pencemaran. Di samping itu
juga pihak media massa juga harus selalu meng-uptade informasi tentang
lingkungan terutama masalah pencemaran.
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Judul Penelitian

Sosialisasi Dampak Dan Pengendalian Kebisingan Di Permukiman


(Socialization of Impacts and Noise Control in Settlements) dan Pengukuran
Tingkat Polusi Suara di Desa Prasutan–Ambal, Kebumen dengan Menggunakan
Aplikasi Sound Level Meter.

3.2 Penulis dan Sumber


1) Astri Rinanti, Melati Ferianita Fachrul, Sintorini Moerdjoko, Widyatmoko,
dan Lailatus Siami. Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia. e-ISSN 2721-0634.
p-ISSN 2684-9011. Volume 2, No. 1. Maret 2020.

2) Albab, Z. U., & Mulyaningsih, N. N. (2022). Pengukuran Tingkat Polusi


Suara di Desa Prasutan–Ambal, Kebumen denganMenggunakan Aplikasi
Sound Level Meter. In Seminar Nasional Fisika-Universitas Kristen
Indonesia Toraja (pp. 1-4).
3.3 Tujuan Penelitian
Memberikan informasi mengenai dampak dan pengendalian kebisingan
lingkungan di pemukiman dan di pedesaan.
3.4 Metode Penelitian
Metode sosialisasi dilakukan dengan penggabungan metode ceramah
,diskusi dan dengan melakukan pengukuran dan analisis secara langsung
terhadap objek yang diukur. Pemecahan masalah yang telah teridentifikasi
tersebut, telah dilakukan pencarian solusi dalam kegiatan bertahap. Pada
kesempatan tersebut disampaikan pula demonstrasi pengukuran kebisingan
dengan alat Sound Level Meter (SLM). Peserta Pengabdian kepada Masyarakat
(PkM) yang terpilih adalah warga Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat, sebanyak 30 orang yang meliputi ibu–ibu
rumah tangga, Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), dan
Karang Taruna dan penelitian secara langsung di desa Jl.Rami, Desa Prasutan-
Ambal,Kebumen yang dilakukan pada pagi hari yaitu pada pukul 06.00 s/d07.00
WIB dengan jeda waktu 2 sampai 3 menit.
3.5 Hasil Penelitian
Bentuk kegiatan yang diinginkan oleh pihak kelurahan Wijaya Kusuma,
Kecamatan Grogol, Petamburan, Jakarta Barat adalah penyuluhan mengenai
dampak dan pengendalian kebisingan di pemukiman. Pada kesempatan ini
didiskusikan pula kelompok sasaran pelatihan, serta waktu dan tempat pelatihan.
Pada saat survei wilayah dan identifikasi masalah ditemukan solusi dan saran
yang bersifat ke arah peningkatan kesadaran masyarakat untuk membuat
penghalang (barrier) secara alami untuk mengurangi dampak kebisingan yang
berpotensi menyebabkan Gangguan Pendengaran Akibat Bising/GPAB (Noise
Induced hearing Loss/NIHL). Penyuluh menyampaikan pemasangan penghalang
atau barrier bertujuan untuk mencegah atau menghalangi transmisi kebisingan
dari sumber ke penerima. Pemilihan bahan barrier untuk daerah pemukiman
sebaiknya memperhatikan berbagai hal, antara lain: lokasi, ukuran kenyamanan,
keselamatan, kekuatan dan lain-lain.

Hal ini dapat mempengaruhi psikologi dan kesehatan penghuni pemukiman


tersebut. Menurut Satoto (2018), jenis-jenis barrier dibedakan menjadi dua
macam yaitu:a

1) Barrier Alami, berupa tanaman atau gundukan tanah. Berbeda


dengan barrier buatan, barrier alami mempunyai sifat menyerap
gelombang bunyi.

2) Barrier Buatan, biasanya berupa bahan yang rapat dan tak bercelah
sehingga gelombang suara lebih banyak yang dipantulkan daripada
diteruskan. Penghalang buatan dapat berupa tembok yang berada
antara sumber bunyi dan penerima. Bahan penghalang buatan terdiri
dari berbagai jenis bahan seperti: kayu (papan), pasangan bata,
beton, polywood (tripleks), batako, asbestos semen, aluminium
sheet, dan lain- lain
Berdasarkan tabel tersebut, tampak bahwa intensitas bunyi pada hari kerja
rata-rata mencapai 50,67 dBA, sementara pada hari libur rata-ratanya adalah
40,6 dBA, keduanya dengan kategori normal. Nilai tersebut berada pada
ambang batasaman. Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah standar
sebagai pedoman pengendalian agar pendengar masih mampu menghadapinya
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-
hari, untuk waktu tidak melebihi 8 jam dalam sehari dan 5 hari kerja dalam
seminggu atau 40 jam dalam seminggu. NAB kebisingan adalah 85 dBA. NAB
kebisingan tersebut merupakan ketentuan dalam PERMENAKERTRANS No.
13/MEN/X/201.
Berdasarkan nilai yang tercantum pada Tabeln, nilai tingkat kebisingan
pada pukul 06.00 – 07.00 WIB, pada hari kerja berkisar 39,9 – 55,5 dBA dan
pada hari libur berkisar 31,6 – 49,6 dBA dengan jarak pengukuran 3 km dari
jalan lintas provinsi. Tingkat kebisingan yang diperoleh masuk kedalam
kategori normal yaitu kelompok bunyi yang berada dalam rentang intensitas 50-
60 dBA. Kategori ini dianggap aman terhadap indera pendengaran karena rata-
rata intensitas bunyi yang dihasilkan masih berada dibawah ambang batas yang
besarnya 85 dBA. Hal ini menujukan bahwa tidak ada masalah jika para
penduduk berada di desa tersebut. Bunyi yang berasal dari laju lalulintas di
Jalan Rami, Desa Prasutan-Ambal, Kebumen termasuk kategori kebisingan
yang terputus-putus. Kategori ini tidak menganggu dan juga tidak menulikan,
namun apabila terlalu lama berada disekitar sumber suara mengakibatkan
kemampuan pendengaran menurun. Menurut Risnur11, kebisingan dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu yang pertama kebisingan yang kontinyu dengan
spectrum frekuensi yang luas, misalnya mesin-mesin, dapur pijar, dan lain-lain.
Keduanya kebisingan yang kontinyu dengan spectrum frekuensi yang sempit,
misalnya gergaji serkuler, katup gas, dan lain-lain. Ketiganya yaitu kebisingan
terputus-putus (intermitten/interuted noise) yaitu kebisingan dimana suara
mengeras dan kemudian melemah secara perlahan-lahan, misalnya lalu-lintas,
suara kapal terbang di lapangan udara.
3.6 Kesimpulan
Kegiatan PkM dapat menambah wawasan masyarakat di Kelurahan Wijaya
Kusuma mengenai jenis-jenis kebisingan, dampak negatif bagi kenyamanan dan
kesehatan, serta upaya pengendaliannya. Kegiatan PkM memberikan informasi
bagi masyarakat di Kelurahan Wijaya Kusuma untuk mencegah dampak negatif
kebisingan dengan membuat barier alami seperti menanam tanaman di sekitar
pemukiman. Kegiatan PkM diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat
menjadi perilaku yang lebih berwawasan lingkungan dengan melaksanakan
kegiatan penghijauan di setiap rumah sesuai dengan ketersediaan lahan dan
karakteristik pemukiman yang tersedia.

Dan hasil penelitian yang sudah dilakukan, diperoleh informasi bahwa


tingkat intesitas bunyi di Jl.Rami, Desa Prasutan-Ambal, Kebumen pada
beberapa titik pengukuran mempunyai nilai yang berbeda-beda.Akan tetapi hasil
rata-rata pengukuran menunjukkan nilai intensitas bunyi masih berada di bawah
ambang batas dengan kategori normal. Oleh karena itu laju lalu lintas di Desa
Prasutan-Ambal, Kebumen masih tergolong aman dan tidak mengganggu
aktivitas penduduk. Namun untuk menjaga kesehatan indera pendengaran,
penduduk disarankan untuk tetap berhati-hati karena sewaktu-waktu mobilitas
transportasi dapat berubah seiring dengan perubahan waktu
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, J., Artauli Hasibuan, F., kunci, K., Udara, P., & Gauss, D. (2019). Pengaruh
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Untuk Menambah
Pemahaman Masyarakat Awam Tentang Bahaya Dari Polusi Udara. SNFUR-
4 September, 978–979.

Dewanty, R. A., & Sudarmaji. (2015). Analisis Dampak Intensitas Kebisingan


Terhadap Gangguan Pendengaran Petugas Laundry. Jurnal Kesehatan
Lingkungan.

Nilandita, W., Nurmaningsih, D. R., & Auvaria, S. W. (2018). Analisis Kebisingan


Pada Institusi Pendidikan Di Frontage Road Sisi Timur Jalan A.Yani
Surabaya. Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan.

Pencemaran menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No


02/MENKLH/1988.

Satoto, H.F. 2018. Analisis Kebisingan Akibat Aktifitas Transportasi Pada Kawasan
Pemukiman Jalan Sutorejo-Mulyorejo Surabaya. Jurnal Teknik Industri
HEURISTIC vol. 15 no. 1, April 2018, hal. 49-62

Albab, Z. U., & Mulyaningsih, N. N. (2022). Pengukuran Tingkat Polusi Suara di


Desa Prasutan–Ambal, Kebumen denganMenggunakan Aplikasi Sound Level
Meter. In Seminar Nasional Fisika-Universitas Kristen Indonesia Toraja (pp.
1-4).

You might also like