You are on page 1of 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN SECTION


CAESAREA (SC) DI RS. UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

OLEH :
WINDI PUJI ASTUTI

NIM : 221030230529

PEMBIMBING :
Ns. Andini Restu M., M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2022
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Section Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (Amru Sofian, 2012). Section
Caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah
irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika
kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi kendati
cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal (Mitayani, 2012).

Etiologi

1. Yang berasal dari ibu


Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para itu disertai
kelainan letak adam disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul),
ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan
panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta
tingkat I-II, komplikasi kehamilan yang disertai penyakit (jantung, dm).
gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan
sebagainya).
2. Yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum
atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).
B. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, pre eklamsia dan eklamsia berat, kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta
yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu
yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini,
ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan
sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Section Caesarea (Sari, 2016).
C. Resiko Kelahiran Sectio Caesarea
Melahirkan dengan cara Sectio Caesarea sudah populer. Namun demikian,
secara obyektif kita perlu menimbang untung dan ruginya adapun resiko Sectio
Caesarea adalah :
1. Resiko jangka pendek
a. Terjadi infeksi
Infeksi luka akibat persalinan Sectio Caesarea beda dengan luka
persalinan normal, luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat,
sedangkan luka Cesar lebih besar dan berlapir-lapis. Ada sekitar 7
lapisan mulai dari kulit perut sampai dinding rahim, yang setelah
operasi selesai, masing-masing lapisan dijahit tersendiri. Jadi bisa ada 3
sampai 5 lapis jahitan. Apablia penyembuhan tidak sempurna, kuman
akan lebih mudah menginfeksi sehingga luka menjadi lebih parah.
Bukan tidak mungkin dilakukan penjahitan ulang.
Kesterilan yang tidak terjaga akan mengundang bakteri penyebab
infeksi. Apabila infeksi ini tak tertangani, besar kemungkinan akan
menjalar ke organ tubuh lain, bahkan organ-organ penting seperti otak,
hati dan sebagainya bisa terkena infeksi yang berakiba kematian.
Disamping itu infeksi juga dapat terjadi pada rahim. Infeksi rahim
terjadi jika ibu sudah kena infeksi sebelumnya, misalnya mengalami
pecah
ketuban. Ketika dilakukan operasi, rahim pun terinfeksi. Apa lagi jika
antibiotik yang digunakan dalam operasi tidak cukup kuat. Infeksi bisa
dihindari dengan selalu memberikan informasi yang akurat kepada
dokter sebelum keputusan Tindakan Cesar diambil.
b. Kemungkinan terjadi keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena
pertumbuhan berlebihan. Sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel
meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan yang
punya kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya mengalami
keloid pada sayatan bekas operasinya. Keloid hanya terjadi pada wanita
yang memiliki jenis penyakit tertentu. Cara mengatasinya adalah
dengan memberikan informasi tentang segala penyakit yang ibu derita
sebelum kepastian tindakan Sectio Caesarea dilakukan. Jika memang
harus menjalani Sectio Caesarea padahal ibu punya potensi penyakit
demikian tentu dokter akan memiliki jalan keluar, misalnya diberikan
obat-obatan tertentu melalui infus atau langsung diminum sebelum atau
sesudah Sectio Caesarea
c. Perdarah berlebihan
Resiko lainnya adalah perdarahan. Memang perdarahan tak bisa
dihindari dalam proses persalinan. Misalnya plasenta lengket tak mau
lepas. Bukan tak mungkin setelah plasenta terlepas akan menyebabkan
perdarahan. Darah yang hilang lewat Sectio Caesarea lebih sedikit
dibandingkan lewat persalinan normal. Namun dengan teknik
pembedahan dewasa ini perdarahan bisa ditekan sedemikian rupa
sehingga sangat minim sekali. Darah yang keluar saat Sectio Caesarea
adalah darah yang memang semestinya keluar dalam persalinan normal.
Keracunan darah pada Sectio Caesarea dapat terjadi karena sebelumnya
ibu sudah mengalami infeksi. Ibu yang diawal kehamilan mengalami
infeksi rahim bagian bawah, berarti air ketubannya sudah mengandung
kuman. Apabila ketuban pecah dan didiamkan, kuman akan aktif
sehingga vagina berbau busuk karena bernanah. Selanjutnya, kuman
masuk ke pembuluh darah sehingga operasi berlangsung dan menyebar
ke seluruh tubuh.
2. Resiko jangka panjang
Resiko jangka panjang dari Sectio Caesarea adalah pembatasan kehamilan.
Dulu, perempuan yang pernah menjalani Sectio Caesarea hanya boleh
melahirkan 3 kali. Kini, dengan teknik operasi yang lebih baik, ibu
memang boleh melahirkan lebih dari itu, bahkan sampai 4 kali. Akan tetapi
tentu bagi keluarga zaman sekarang pembatasan itu tidak terlalu
bermasalah karena setiap keluarga memang dituntut membatasi jumlah
kelahiran sesuai program KB nasional (Indriarti dan Wahyudi, 2014).
D. Klasifikasi Section Caesarea
Bentuk pembedahan Section Caesarea menurut Manuaba (2012), meliputi :
1. Section Caesarea Klasik
Section Caesarea klasik dibuat vertikel pada bagian atas rahim.
Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira sepanjang 10 cm. tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya
melahirkan melalui vagina apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan
pembedahan ini.
2. Section Caesarea Transperitonel Profunda
Section Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low servical yaitu
sayatan vertical pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini
dilakukan jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis
untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan
vertical dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
3. Section Caesarea Histerektomi
Section Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah
janin dilahirkan dengan Section Caesarea, dilanjutkan dengan pengangkata
rahim.
4. Section Caesarea Ekstraperitoneal
5. Section Caesarea Ekstraperitoneal yaitu Section Caesarea berulang pada
seorang pasien yang sebelumnya melakukan Section Caesarea. Biasanya
dilakukan di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan
insisi dinding dan faisa abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah
kepala untuk menamparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat
dibuka secara ekstraperitoneum.
E. Komplikasi
Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2012), komplikasi Section Caesarea
adalah sebagai berikut:
1. Infeski Peurperal
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada wakti pembedahan jika cabang-cabang
arteri ikut terbuka. Darah yang hilang lewat pembedahan Section Caesarea
dua kali lipat disbanding lewat persalinan normal.
3. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan embolisme
paru
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
nuptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah
Section Caesarea klasik.
F. Penangangan Medis
1. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang perlu di evaluasi adalah tekanan darah nadi, suhu,
pernafasan, jumlah urine, jumlah perdarahan, dan status fundus uteri.
2. Pemberian obat-obatan
Analgetik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk mnghilangkan
nyeri seperti, Tramadol, Antrain, Ketorolac. Pemberian antibiotik seperti
Ceftriaxone, Cefotaxime, dan sebagainya.
3. Terapi cairan dan diet
Pemberian cairan intravena, pada umumnya mendapatkan 3 liter cairan
memadai untuk 24 jam pertama setelah dilakukan tindakan, namun apabila
pengeluaran urine turun, dibawah 30 ml/jam, wanita tersebut harus segera
dinilai Kembali. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 1 %, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah dapat diberikan transfuse darah sesuai
kebutuhan. Pemberian cairan infus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus, lalu dianjurkan untuk pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada 6-8 jam pasca operasi, berupa air putih.
4. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
Kateter umumnya dapat dilepas dalam waktu 12 jam pasca operasi atau
keesokan paginya setelah pembedahan dan pemberian makanan padat bisa
diberikan setelah 8 jam, bila tidak ada komplikasi.
5. Ambulasi
Ambulasi dilakukan 6 jam pertama setelah operasi harus tirah baring dan
hanya bisa menggerakkan lengan, tangan, ujung jari kaki dan memutar
pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot beris serta
menekuk dan menggeser kaki. Setelah 6 jam pertama dapat dilakukan
miring kanan dan kiri. Latihan pernafasan dapat dilakukan sedini mungkin
setelah ibu sadar sambal tidur terlentang. Hari kedua post operasi, pasien
dapat dilakukan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya. Pasien dapat diposisikan setengah duduk atau semi
fowler. Selanjutnya pasien dianjurkan untuk belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke tida sampai
hari ke lima pasca operasi.
BAB II

TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus
1. Identitas
Nama klien dan suami, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, suku bangsa,
agama, alamat (Manurung et al., 2011).
2. Riwayat kehamilan sekarang/Riwayat penyakit sekarang
Ada atau tidaknya gejala dan tanda kehamilan. Jika ada amenorea, kapan
hari pertama haid terakhir, siklus haid biasanyaberapa hari. Hal ini penting
untuk memperkirakan usia kehamilan menstrual dan memperkirakan saat
persalinan menggunakan Rumus Naegele (h+7 b-3 +x + 1mg) untuk siklus
28 + x hari.
Ditanyakan apakah sudah pernah periksa kehamilan ini sebelumnya atau
belum (jika sudah, berarti ini bukan kunjungan postnatal care pertama,
namun tetap penting untuk data dasar inisial pemeriksaan kita). Apakah ada
keluhan atau masalah dari sistem organ lain, baik yang berhubungan
dengan perubahan fisiologis kehamilan maupun tidak.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau
diperberat oleh kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal, hati, diabetes
mellitus), riwayatalergi makanan atau obat tertentu dan sebagainya. Ada
atau tidaknya riwayat operasi umum atau lainnya maupun operasi
kandungan (miomektomi, sectio cesarea dansebagainya).
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat bawaan, dan sebagainya. Data
ini meliputi penyakit keluarga yang bersifat penyakit keturunan (asma,
diabetes mellitus, haemophili, keturunan kembar) dan penyakit kronis
(Manurung et al., 2011).
5. Riwayat khusus obstetric ginekologi
Memberikan informasi mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan saat ini. Riwayat
obstetri pada kehamilan dan persalinan sebelumnya antara lain, gravida,
para- abortus, dan anak hidup (GPAH), berat badan bayi saat lahir dan usia
gestasi, pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan
penolong persalinan, jenis anastesi dan kesulitan persalinan, komplikasi
maternal, komplikasi pada bayi, riwayat nifas sebelumnya (Ratnawati,
2017).
6. Riwayat kontrasepsi
Lama pemakaian, ada masalah/tidak. Penggunaan KB yang lalu, beberapa
kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu atau keduanya.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahilan dan berlanjut saat
kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan
organ janin (Ratnawati, 2017).
7. Riwayat pola hidup sehari-hari
Data yang perlu dikaji pemenuhan kebutuhan fisiologis dalam kehidupan
sehari-hari selama periode kehamilan meliputi: kebutuhan nutrisi,
eliminasi, seksualitas, aktivitas dan istirahat tidur, imunisasidan pola gaya
hidup (penggunaan zat adiktif, alkohol dan merokok) (Manurunget al.,
2011).
8. Riwayat psikososial
Pengaruh praktik budaya yang dijalankan oleh keluarga atau klien selama
periode kehamilan, penerimaan keluarga terhadap kehamilan, penerimaan
keluarga terhadap kehamilan saat ini, perubahan gambaran diri sehubungan
dengan perubahan postur tubuh selama kehamilan (Manurung et al., 2011).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan komunitas,
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).

C. Rencana Keperawatan
Menurut nursalam (2009), rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatu
dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi
keperawatan. Rencana keperawatan meliputi pengembangan srategi desain
untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang telah
diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi Dengan Pendekatan
Yogyakarta: Nuha Medika..

Indiarti, M.T., & Wahyudi, K., 2014. Buku Babon Kehamilan. Yogyakarta: Indoliterasi

Manuaba, Ida Bagus Gde. (2012). IlmuKebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Mitayani, 2009.). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
LAPORAN KASUS
PADA PASIEN DENGAN Ny. R Post partum (PNC)
Stase Keperawatan Maternitas

Oleh :

WINDI PUJI ASTUTI

NIM : 221030230529

PEMBIMBING
Ns. Andini Restu M., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2021-2022
FORMAT PENGKAJIAN
PADA KLIEN POST PARTUM (NORMAL/TINDAKAN)

Nama Mahasiswa : Windi Puji Astuti


Tanggal pengkajian : 28 September 2022

I. Identitas Klien
 Nama : Ny. W
 Umur : 29 tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : IRT
 Suku bangsa : Sunda
 Pendidikan : SMA
 Alamat : Ciputat pisangan
 Diagnosa medis : Post Partum sc

II. Identitas Penanggung Jawab


 Nama : Tn. H
 Umur : 30 tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Karyawan Swasta
 Suku bangsa : Sunda
 Pendidikan : SMA
 Hubungan dengan klien : Suami.
 Alamat : Kp Rancabango Rt 04/Rw 04 Kec.Rajeg
III. Data Umum Kesehatan
 Status obstetrikus :G2P1A 0
No Tipe persalinan BB waktu Keadaan bayi Umur
lahir waktu lahir sekarang
1 Sectio Caesaria 3,0 Bayi lahir pukul
00.35 WIB, lahir menangis :
bersihan jalan napas, tenangkan,
rangsang raktil : tonus otot lemah,
sianosis (+), VTP 1 menit dada
mengembang, sianosis ( ), napas
teratur, gerak aktif, suhu : 36,5℃

 Keluhan Utama Saat Pengkajian : mules mules dari siang


 Masalah prenatal : bayi sungsang
 Riwayat persalinan sekarang : persalinan sc
 Riwayat Kesehatan Yang Lalu : tidak ada
 Riwayat Kesehatan Keluarga : tidak ada
 Riwayat KB : pil kb 3 bulan
 Rencana KB : belum terfikirkan
IV. Pola Aktivitas Sehari-Hari

Jenis aktivitas Di rumah Di rumah sakit

1. Pemenuhan nutrisi Menu: nasi, buah dan sayuran Menu: nasi, buah dan sayuran

2. Eliminasi Frekuensi: 1x/hari. Frekuensi: belum bab


Konsistensi: Padat Konsistensi: -
Warna: kuning Warna: -

3. Istirahat dan tidur


Kualitas: nyenyak Kualitas: tidak nyenyak
Kuantitas: 8 jam/ hari Kuantitas: 5 jam/ hari

4. Ambulansi Tidak Tidak

5. Kebersihan diri Bersih Bersih

V. Pemeriksan Fisik Post Natal


 Keadaan umum : tampak tidak sakit
 Tanda vital : 127/81 mmhg
 Kepala : tidak ada odema
 Muka : normal
 Leher : tidak ada pembengkakan vena
jugularis, tidak ada pembengkakan
typoid
tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
 Dada (jantung, paru, payudara) : normal
 Abdomen
- Diastasis rectus abdominis (ukuran) : normal
- Uterus (tinggi, posisi, kontraksi) : 3 jari dibuat pusat. Kontraksi normal
 Perineum
- Utuh, episiotomi, rupture : repture great one
- REEDA sign : tidak ada
- Kebersihan : bersih

Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau

Perdarahan pervagina 30 ml Merah Cair Ada Khas

Fluor albus - - - - -

Lochea Rubra - - - -

Luka episiotomi Great one - - - -

Pemasangan
Tidak - - - -
kateterisasi
 Hemoroid : tidak ada
 Varises : tidak ada
 Homan’s sign : tidak ada
 Ekstremitas atas : normal
 Ekstremitas bawah : tidak ada
VI. Pemeriksaan Psikososial
 Konsep diri : -
 Peran diri : pasien mampu berperan menjadi seorang istri dan Ibu
 Identitas diri : -
 Harga diri : harga diri pasien cukup baik
 Pengetahuan tentang perawatan
diri/luka/penyakit: Pasien mampu merawat dirinya
sendiri
Pasien masih dibantu merawat luka jaitan oleh bidan K
Pasien tidak mempunyai penyakit yang serius

VII. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil pemeriksaan radiologi


Ekspertise :
 Cor :
√ Besar
√ Trachea disentral
√ Mediastinum superior tak melebar
√ Bentuk normal CTR <50%
√Aorta Normal
 Pulmo : Corakan bronchovasculer normal
 Parenchym paru normal
 Sinus dan Diafragma normal
Kesan : Cor dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal

b. Hasil pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.0 g/dl (P:14-18)(W:12-16)
Leukosit 11.1 Ribu/mm3 4.0-10.0
Trombosit 306 Ribu/mm3 150-450
1Bleeding Time 3 Menit 1-6
Clothing Time 7 Menit 1-15
SEROLOGI/IMMUNOLOGI
Rapid Swab Antigen Negatif
HBSAG Negatif
ANALISA DATA

No Tgl/Jam Data Penunjang Problem Etiologi


1 27-09- DS : Nyeri Akut Agen pencedera
22/ 20.31 -Klien mengatakan nyeri pada (D.0077) Fisik
area oprasi

DO :
Pengkajian
Nyeri :
P : SC
Q : seperti di iris-iris
R : di perut bagian
bawah
S : skala 6
T : nyeri berlangsung 5
sampai 10 menit

2 28-09- DS : Menyusui Tidak Ketidaktepatan Posisi


22/ 21.27 - Klien mengatakan kelahiran Efektif Duduk
(D.0029)
anak pertama sulit untuk
ASI dibantu dengan susu
formula
- Klien mengatakan kurang
nyaman saat duduk

DO :
- Klien terlihat tidak percaya
diri
- Klien tampak berkeringat
- ASI tidak menetes/memancar
- Bayi menghisap tidak terus
menerus
3 29-09- DS : Intoleransi Kelemahan
22/ 21.27 - Klien mengatakan sulit Aktifitas
beraktifitas (D.0056)
- Klien mengatakan kakinya masih
lemas

DO:
- KU / Composmentris
- Klien tampak lemas
- Klien tampak gelisah
- TD: 127/81 mmHg
- N: 81 x /menit
- RR: 20 x /menit
- Suhu: 36,7℃

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut beruhubungan dengan Agen pencedera Fisik (D.0077)


2. Menyusui tidak efektif beruhubungan dengan Ketidakadekuatan suplai ASI (D.0029)
3. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
RENCANA KEPERAWATAN

No Hari/Tgl Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 27- SDKI SLKI: Nyeri Akut SIKI: Nyeri Akut


09-22 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Observasi
beruhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Identifikasi skalanyeri
dengan Agen status menyusui dapat membaik 2. Identifikasi factor
pencedera Fisik dengan kriteria hasil : yang memperberat dan
(D.0077) 1. Keluhan nyeri (4) memperingan nyeri
2. Meringis (5)
3. Gelisah (5) Terapeutik
4. Frekuensi nadi membaik (5) 1. Fasilitasi istirahat dan tidur
2. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
4. Berikan lingkungan
nonfarmokologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab.periode,dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan lingkungan
nonfarmokologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Berikan analgetik jika
perlu

2 28- Menyusui SLKI: Status Kenyamanan Pasca SIKI: Edukasi Menyusui


09-22 tidak efektif Partum Observasi
beruhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan
dengan keperawatan selama 1 x 24 jam kemampuan menerima
Ketidakadekua status kenyamanan pasca partum informasi
t an suplai ASI dapat membaik dengan kriteria hasil 2. Identifikasi tujuan atau
: keinginan menyusui
1. Perlekatan bayi pada
payudara ibu meningkat (5) Terapeutik
2. Tetesan/pancaran ASI meningkat 3. Sediakan materi dan media
(5) pendidikan kesehatan
3. Suplai ASI adekuat meningkat (5) 4. Jadwalkan pendidikan
4. Lecet pada putting menurun (5) Kesehatan sesuai kesepakatan
5. Kelelahan maternal menurun (5) 5. Berikan kesempatan untuk
6. Kecemasan maternal menurun (5) bertanya
Bayi rewel menurun (5) 6. Dukung ibu meningkatkan
kepercayaan diri dalam
menyusui
7. Libatkan sistem pendukung :
suami, keluarga, tenaga
kesehatan

Edukasi
8. Berikan konseling menyusui
9. Jelaskan manfaat menyusui
bagi ibu dan bayi
Ajarkan 4 posisi menyusui
dan perlekatan (lacth on)
dengan benar
3 29- Intoleransi SLKI: Intoleransi Aktifitas SIKI: intoreransi
09-22 Aktifitas Setelah dilakukan tindakan Aktifitas
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri Observasi
dengan melahirkan dapat membaik dengan 1. Identifikasi gangguan fungsi
kelemahan kriteria hasil: tubuh yang mengakibatkan
(D.0056) 1. Kemudahan dalam melakukan kelelahan
aktifitas sehari hari (2) 2. Monitor pola dan jam tidur
2. Kekuatan tubuh bagian bawah 3. Monitor kelelahan fisik dan
(5) emosional
3. Toleransi dalam memiliki Edukasi
tenanga (5) 1. Anjurkan tirah baring
4. Keluhan Lelah (5) 2. Anjurkan melakukan aktifitas
5. Perasaan lemah (5) secara bertahap
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah
stimulus
2. Lakukan Latihan rentan
gerak pasif/aktif
3. Berikan aktifitas
distraksasi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
CATATAN PERKEMBANGAN

No Diagnosa Implementasi Tindakan Evaluasi


. Keperawatan
1. Nyeri akut - Mengidentifikasi S:
beruhubungan - Pasien mengatakan nyeri
lokasi,karakteristk,durasi,
dengan Agen pada bagian perut bawah
pencedera Fisik frekuensi, kualitas, intensitas
(D.0077) setelah dilakukan tindakan sc
nyeri (H= P : SC, Q : seperti di
- Pasien mengatakan nyeri
iris-iris, R : di perut bagian
skala 6
bawah, S : skala 6, T : nyeri
- Pasien mengatakan nyeri
berlangsung 5 sampai 10 menit)
seperti di iris-iris
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Pasien mengatakan nyeri
(H= nyeri skala 6)
berlangsung 5 sampai 20
- Memonitor efek samping
menit
penggunaan analgetik
O:
- Menjelaskan penyebab, periode,
- Pasien terlihat lemas
dan pemicu nyeri - Pasien terlihat meringis
A:
- Menjelaskan strategi meredakan
Masalah belum teratasi
nyeri
P:
- Menganjurkan memonitor nyeri
Lanjutkan intervensi :
secara mandiri 1. Mengidentifikasi
lokasi,karakteristk,durasi,
- Menganjurkan menggunakan
frekuensi, kualitas,
analgetik secara tepat intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala
Mengkolaborasi pemberian
nyeri
analgetik, jika perlu 3. Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
4. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
5. Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
6. Menganjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
7. Mengkolaborasi
pemberian analgetik
2. Menyusui tidak 1. Mengidentifikasi kesiapan S:
efektif dan kemampuan - Paasien mengatakan
beruhubungan menerima informasi
kelahiran anak pertama
dengan 2. Mengidentifikasi tujuan
Ketidakadekuatan atau keinginan menyusui sulit untuk ASI dibantu
suplai ASI 3. Mendukung ibu
meningkatkan dengan susu formula
kepercayaan diri dalam
- Pasien mengatakan kurang
menyusui
4. Melibatkan sistem nyaman saat duduk
pendukung
O:
: suami, keluarga, tenaga
- Pasien terlihat tidak percaya
kesehatan
diri
5. Memberikan konseling
- Pasien tampak berkeringat
menyusui
- ASI pasien tidak
6. Menjelaskan manfaat
menetes/memancar
menyusui bagi ibu dan bayi
- Bayi menghisap tidak terus
menerus
A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi :
1. Mendukung ibu
meningkatkan kepercayaan
diri dalam menyusui
2. Mengajarkan 4 posisi
menyusui dan perlekatan
(lacth on) dengan benar
3. Intoleransi Aktifitas - Mengidentifikasi S:
berhubungan dengan kemampuan berpartisipasi - Klien mengatakan sulit
kelemahan (D.0056) dalam aktivitas tertentu beraktifitas
- Klien mengatakan kakinya
- Mengidentifikasi sumber masih lemas
daya untuk aktivitas yang O:
diinginkan - Klien tampak lemas
- Klien tampak gelisah
- Memfasilitasi aktivitas
A:
motorik untuk
Masalah belum teratasi
merelaksasikan otot
- Melibatkan keluarga dalam P:
aktivitas jika perlu Lanjutkan intervensi :

- Menjelaskan metode aktivitas 1. Memfasilitasi aktivitas


fisik sehari- hari, jika perlu motorik untuk
merelaksasikan otot
- Mengajarkan cara 2. Mengidentifikasi sumber
melakukan aktivitas yang daya untuk aktivitas yang
dipilih diinginkan
- Menganjurkan terlibat dalam 3. Menjelaskan metode
aktivitas kelompok, aktivitas fisik sehari- hari

You might also like