You are on page 1of 8

REFORMASI KEBIJAKAN EKONOMI DAN REVITALISASI PENERAPAN

GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA

Delly Maulana

Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Serang Raya
Jalan Raya Cilegon-Serang Km. 5, Drangong, Serang, Banten
Email :delly_maulana@yahoo.com

ABSTRAK
Tulisan ini dilatarbelakangi kondisi ekonomi Indonesia yang tidak menguntungkan, baik dalam
tingkat kompetisi secara global, tingkat pertumbuhan yang tidak berkualitas, dan menjadi negara
importir. Kondisi tersebut tentu memerlukan reformasi kebijakan di bidang ekonomi, dengan cara
merevitalisasi peneraparn good governance dengan mengedepankan negara sebagai leading sector dan
regulator dalam pembangunan ekonomi. Revitalisasi tersebut bukan berarti menciptakan negara sebagai
negara yang otoriter dan memperlemah masyarakat, tetapi menciptakan negara yang mampu
menerjemahkan keinginan dan responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya. Selain itu, peran
civil society dan swasta harus juga dikedepankan dengan mengedepankan konsep kemitraan yang
seimbang dan sukarela untuk menuju tujuan bersama, yakni mensukseskan penerapan good governance
di Indonesia, terutama disektor ekonomi.
Kata Kunci : Reformasi Kebijakan Ekonomi, Good Governance, dan Kesejahteraan

A. Pendahuluan lain adalah membentuk negara kesejahteraan


(welfare state). Pembukaan UUD 1945
Riant Nugroho (2012 : 30) dalam
menunjukkan bahwa negara ini dibentuk untuk
bukunya Public Policy mengungkapkan bahwa
menjadi negara kesejahteraan, yakni : “
kebijakan public adalah bentuk paling nyata dari
Pemerintah melindungi segenap bangsa dan
ideologi suatu negara bangsa. Idiologi adalah
seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan
keyakinan politik suatu kesatuan politik dari suatu
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”.
negara yang merdeka dan berdaulat. Ideologi akan
Juga tercermin pada pasal 27, dimana setiap
diturunkan menjadi sistem politik. Apapun
warga negara berhak atas pekerjaan dan
bentuknya, baik demokrasi maupun non
penghidupan yang layak bagi kemanusia; pasal
demokrasi adalah tidak penting, yang paling
31, setiap warga negara harus mendepatkan
penting adalah apakah ideologi tersebut
pendidikan yang layak; pasal 33 dan 34, yang
memberikan keunggulan terhadap kebijakan yang
mengamanatkan pengelolaan kekayaan alam
dibuat,
untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat
Jika kita kaitkan dengan aspek filosofis serta fakir miskin dan anak terlantar dipelihara
dari pendirian negara ini menunjukkan bahwa negara.
Indonesia merumuskan cita-cita bernegaranya
melalui Undang-undang Dasar 1945 tidak bisa

25
26 Reformasi Kebijakan Ekonomi dan Revitalisasi Penerapan Good Governance di Indonesia

Sementara itu, Peter F. Drucker (1976) korupsi, birokrasi yang tidak efesien, infrastruktur
mengungkapkan bahwa :the developing countries yang tidak memadai, ketidakstabilan politik, akses
are not underdeveloped, they are undermanaged. pada pembiyaan, tenaga kerja terdidik yang
Jadi dalam konsep menajemen modern, memanej memadai, etika kerja yang buruk, ketidakstabilan
negara tidak hanya mengendalikan, tetapi pemerintah, inflasi, peraturan pajak, tingkat pajak,
menciptakan nilai atau value creation. (Riant, peraturan buruh yang membatasi, kriminalitas dan
2012 : 28) Oleh karena itu, dalam merumuskan pencurian, kesehatan umum yang buruh, peraturan
kebijakan-kebijakan ekonomi tidak hanya mata uang asing. (Word Economic Forum, 2014 :
mengejar rasionalitas semata, tetapi harus juga 13)
memasukan aspek ideologis sebagai nilai dari
Kedua, tingkat pertumbuhan yang kurang
sebuah bangsa.
berkualitas, Ada beberapa indikator yang
Sebetulnya Indonesia bisa menjadi negara menyebabkan hal tersebut, yakni pertumbuhan
maju bahkan menjadi negara kaya, jika yang tinggi tidak secara signifikan menurunkan
dimanajemeni dengan baik dan disentuh dengan angka kemiskinan dan pengangguran, ditambah
value atau nilai. Data kekayaan alam Indonesia dengan angka gini ratio yang menunjukkan
dalam bentuk tambang pada rangking dunia tingkat ketimpangan di Indonesia semakin
menunjukkan gold atau emas berada di peringkat melebar. Data tahun 2007 menunjukkan bahwa
7, natural gas berada di peringkat 10, nikel berada persentase angka kemiskinan Indonesia sekitar
di peringkat 3, rubber atau karet (natural & 16,58 persen, dan angka penganggurannya sekitar
synthetic) berada di peringkat 3, coal atau batu 9,11 persen, sedangkan angka pertumbuhan PDB
bara berada di peringkat 6, dan copper atau sekitar 6,3 persen dan angka gini ratio sekitar 0,35
tembaga berada di peringkat 6. (The Economist persen. Sementara itu, data tahun 2014
Pocked Word in Figurer) menunjukkan angka kemiskinan 11 persen, angka
pengangguran sekitar 5,9 persen, sedangkan
Tetapi dengan kekayaan alam yang
pertumubuhan PDB sekitar 5 persen dan angka
berlimpah, Indonesia saat ini masih terbelit
gini ratio sekitar 0,41 persen. (BPS.go.id)
dengan beberapa persoalan, seperti :Pertama,
Indonesia saat ini masih rendah dalam hal tingkat Dan Ketiga, banyak impor dibandingkan
kompetisinya. Data The Global Competitiveness ekspor. Keunggulan dan kemajuan suatu negara
Index 2014–2015 menunjukkan bahwa Indonesia bisa dilihat dari produktivitas ekspornya,
berada di posisi 34 (4.57), sedangkan negara Indonesia saat ini menjadi negara importir.
Asean lainnya, seperti Malaysia berada di Contoh yang paling nyata adalah disektor
peringkat 20 (5,16), Thailand berada di peringkat pertanian, Data BPS tahun 2014 menunjukkan
31 (4,66), dan Singapura berada di peringkat 2 bahwa Impor tanaman pangan ke negara kita
(5,65). Ada beberapa indikator yang mengukur menembus angka 2,770,157,101 US$, sedangkan
tingkat kompetisi secara global, yakni : tingkat ekspornya hanya sekitar 82,865,056 US$. Selain
Jurnal Sawala Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 27

tanaman pangan, impor perternakan ke negara kita demokrasi, desentralisasi dan peningkatan
juga besar, yakni sekitar 15,385,845,433 US$, kemampuan pemerintah; (2) hormat terhadap hak
sedangkan ekspornya hanya sekitar 6,842,093,987 asasi manusia dan kepatuhan terhadap hukum
US$. (BPS.go.id) yang berlaku; (3) partisipasi rakyat; (4) efisiensi,
akuntabilitas, transparansi dalam pemerintah dan
B. Pembahasan
administrasi publik; (5) pengurangan anggaran
1. Penerapan Konsep Good Governance dan
militer; dan (6) tata ekonomi yang berorientasi
Reformasi Kebijakan Ekonomi
pasar. OECD dan World Bank (LAN, 2000 : 6)
United Nations Development Programme mensinonimkan good governance dengan
(UNDP) mendefinisikan governance sebagai “the penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
exercise of political, economic, and administrative solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan
authority to manage a nation’s affair at all demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran
levels”. Menurut definisi ini, governance salah alokasi dana investasi yang langka, dan
mempunyai tiga kaki (three legs), yaitu economic, pencegahan korupsi baik secara politik maupun
political, dan administrative. Economics administratif, menjalankan disiplin anggaran serta
governance meliputi proses-proses pembuatan penciptaan legal and political frameworks bagi
keputusan (decision-making processes) yang tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Sedangkan
memfasilitasi aktivitas ekonomi di dalam negeri UNDP dalam workshop yang diselenggarakannya
dan interaksi diantara penyelenggara ekonomi. (Widodo, 2001 : 24) menyimpulkan “that good
Economic governance mempunyai implikasi governance system are participatory, implying
terhadap equity, poverty dan quality of life. that all members of governance institutions have a
Political governance adalah proses-proses voice in influencing decision making”. Namun
pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan, dalam perkembangan berikutnya lembaga ini
sedangkan administrative governance adalah (LAN, 2000 : 7) memberikan definisi good
sistem implementasi proses kebijakan. Oleh governance sebagai hubungan yang sinergis dan
karena itu institusi dari governance meliputi tiga konstruktif di antara negara, sector swasta dan
domain, yaitu state (negara atau pemerintahan), masyarakat (society).
private sector (sektor swasta atau dunia usaha),
Lembaga Administrasi Negara (2000 : 6)
dan society (masyarakat), yang saling berinteraksi
medefinisikan good governance sebagai
dan menjalankan fungsinya masing-masing (LAN,
penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid
2000 : 5).
dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif
Konsep good governance sejak tahun
dengan menjaga “kesinergisan” interaksi yang
1991 dipromosikan oleh beberapa agensi
konstruktif di antara domain-domain negara,
multilateral dan bilateral seperti JICA, OECD,
sector swasta dan masyarakat (society). Pada
GTZ (Keban, 2000 : 52). Mereka memberikan
tataran ini, good governance berorientasi pada 2
tekanan pada beberapa indikator, antara lain : (1)
(dua) hal pokok, yakni :Pertama, orientasi ideal
28 Reformasi Kebijakan Ekonomi dan Revitalisasi Penerapan Good Governance di Indonesia

negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan 6. Equity ; Semua warga negara, baik laki-
laki maupun perempuan mempunyai
nasional. Pada tataran ini, good
kesempatan untuk meningkatkan atau
governancemengacu pada demokratisasi dalam menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effectiveness and effeciency ; Proses-
kehidupan bernegara dengan elemen-elemen
proses dan lembaga-lembaga
konstituennya, seperti legitimacy, accountability, menghasilkan sesuai dengan apa yang
telah digariskan dengan menggunakan
scuring of human right, autonomy and devolution
sumber-sumber yang tersedia sebaik
of power dan assurance of civilian control; mungkin.
8. Accountability ; Para pembuat keputusan
Kedua, pemerintahan yang berfungsi secara ideal
dalam pemerintahan, sektor swasta dan
yaitu secara efektif dan efisien dalam melakukan masyarakat (civil society) bertanggung
jawab kepada publik dan lembaga-
upaya mencapai tujuan nasional. Dalam konteks
lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini
ini, good governance tergantung pada pada sejauh tergantung pada organisasi dan sifat
keputusan yang dibuat, apakah keputusan
mana struktur serta mekanisme politik dan
tersebut untuk kepentingan internal atau
administratif berfungsi secara efektif dan efisien. eksternal organisasi.
9. Strategic vision ; Para pemimpin dan
Dari beberapa pengertian good publik harus mempunyai perspektif good
governance dan Pembangunan yang luas
governance diatas, maka dapat diidentifikasi dan jauh kedepan sejalan dengan apa yang
indikator-indikator yang terkandung didalamnya. diperlukan untuk pembangunan semacam
ini.
UNDP (LAN, 2000 : 7) mengajukan karakteristik
good governance, sebagai berikut : Sementara itu, United Nations (Keban,

1. Participation ; Setiap warga negara 2000 : 52) merumuskan indikator good


mempunyai suara dalam pembuatan governance yang meliputi : (1) kemampuan, yaitu
keputusan, baik secara langsung maupun
secara intermediasi institusi legitimasi kemampuan yang cukup untuk melaksanakan
yang mewakili kepentingannya. kebijakan dan fungsi-fungsi pemerintah, termasuk
Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar
keabsahan berasosiasi dan berbicara serta sistem administrasi publik efektif dan responsif;
berpartisipasi secara konstruktif. (2) akuntabilitas dalam kegiatan pemerintah dan
2. Rule of law ; Kerangka hukum harus adil
dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, transparan dalam pengambilan keputusan; (3)
terutama hukum untuk hak azasi manusia. partisipasi dalam proses demokrasi, dengan
3. Transparancy ; Transparansi dibangun
atas dasar keabsahan arus informasi. memanfaatkan sumber informasi dari publik dan
Proses-proses, lembaga dan informasi dari swasta ; (4) perhatian terhadap pemerataan
yang secara langsung dapat diterima oleh
mereka yang membutuhkan. dan kemiskinan; dan (5) komitmen terhadap
4. Responsive ; Lembaga-lembaga dan kebijakan ekonomi yang berorientasi kepada
proses-proses harus mencoba untuk
melayani setiap stakeholders. pasar.
5. Consensus Orientation ;Good governance
menjadi perantara kepentingan yang Dari beberapa indikator di atas jika
berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik dikaitkan bagaimana penting reformasi kebijakan
bagi kepentingan yang lebih luas, baik
dalam kebijakan-kebijakan maupun ekonomi dengan mengedepankan penerapan good
prosedur-prosedur. governance di Indonesia maka persoalan
Jurnal Sawala Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 29

bagaimana untuk meningkatan pertumbuhan, menyediakan lingkungan yang mendukung dan


menurunnya angka kemiskinan dan memberdayakan warganya untuk memainkan
pengangguran, memberikan pemerataan peran kemitraan yang efektif dalam proses
pembangunan dan lain-lain tidak akan terhindar pemerintahan. Kemitraan yang melibatkan
dari kemampuan yang cukup dari semua penggabungan dan saling tukar pengetahuan,
stakeholders pembangunan yang merupakan informasi, dan pengalaman di antara mitra.
bagaian dari logika penerapan good governance Berbagi pengalaman dari pemerintah yang
untuk merumuskan dan melaksanakan suatu sedang melakukan perubahan yang mutahir
kebijakan yang berkaitan dengan ekonomi. Selain merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh
itu, pemerintah harus mengedepankan nilai-nilai pemerintah dan civil society lainnya. Konsep yang
responsifitas dan akuntabilitas dalam kegiatan berbasis kemitraan, menyadari bahwa partisipasi,
pemerintah dan transparan dalam pengambilan inisiatif, responsibilitas, dan akuntabilitas harus
keputusan. Selanjutnya kemitraan antara swasta, dilakukan secara bersamaan. Bukan hanya
negera, dan civil society harus menjadi pijakan menjadi tangggung jawab pada pemerintah, tetapi
dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi sebagai juga menjadi tanggung jawab semua stakeholders,
dari komitmen dalam menerapkan good termasuk dalam memperkuat warga masyarakat.
governance di Indonesia. Kerangka kerja dalam penerapan konsep good
governance, baik dalam hal proses dan manfaat
2. Konsep Kemitraan
diharapkan dapat meningkatkan pembangunan,
Farazman (2004:81 dan 82)
meningkatkan kapasitas dan kelembagaan, serta
menggambarkan bahwa kemitraan secara implisit
mengakatifkan seluruh stakeholders, seperti
sebagai usaha bersama dan sukarela untuk menuju
pemerintah lokal, NGOs, masyarakat, dan
tujuan bersama. Dalam konteks penerapan good
organisasi sektor swasta.
governance, kemitraan sangat penting dan
membutuhkan partisipasi yang murni dari seluruh 3. Pentingnya Keseimbangan Antar Aktor-
pemangku kepentingan, yang berarti semua warga aktor Kebijakan Ekonomi di Indonesia
negara yang memiliki sumbangsih dalam proses
Sebagaian besar masalah negara-negara
pemerintahan. Peran utama dari negara adalah
berkembang hampir sama, termasuk Indonesia.
sangat penting untuk mendorong dan membangun
Mengapa Indonesia tidak bisa unggul dalam hal
kemitraan yang signifikan antara berbagai sektor
pembangunan ekonomi, padahal Indonesia
masyarakat di semua tingkatan.
mempunyai potensi yang besar. Saya melihat pada
Oleh karena itu, inti dari efektifitas
kondisi ini disebabkan karena kebijakan-kebijakan
kemitraan adalah pembagian kekuasaan, tanggung
ekonomi yang dirumuskan dan dilaksanakan oleh
jawab, dan prestasi. Ini adalah ide yang mulia
pemerintah kita tidak bisa terhindar dari intervensi
dicita-citakan oleh banyak peradaban. Ini juga
politik global. Dalam bukunya Confession of an
merupakan tanggung jawab negara untuk
Economic Hit man yang ditulis oleh Jhon Perkins
30 Reformasi Kebijakan Ekonomi dan Revitalisasi Penerapan Good Governance di Indonesia

(2004) sebagai pelaku dari Word Bank aktor-aktor pembangunan yang menjadi dasar dari
menggambarkan bahwa kejatuhan negara-negara penerapan good governance dalam memberikan
berkembang diantaranya Indonesia adalah karena kontribusi untuk memformulasikan kebijakan-
kebijakan-kebijakan yang dibuat diarahkan untuk kebijakan di bidang ekonomi, yakni :Pertama,
kepentingan negara-negara maju atau negara atau pemerintah memiliki peran sebagai
multinational cooperation’s (MNC’s) melalui regulator atau pembuat kebijakan. Untuk
agen-agennya, baik government to memberikan kesemimbangan yang baik maka
governmentatau melalui lembaga-lembaga donor negara harus diperkuat karena memperkuat negara
lainnya, seperti word bank, IMF, ADB, dan lain- bukan berarti menciptakan negara sebagai negara
lain. yang otoriter dan memperlemah masyarakat,
tetapi mencipatakan negara yang mampu
Ishak (2008) mengungkapkan bahwa
menerjemahkan keinginan dan responsif terhadap
tidak ada negara menengah yang berhasil
kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya;
meningkatkan kesejahteraannya dengan mengikuti
paket model ala IMF dan World Bank, Kedua, Sektor Swasta. Sektor swasta
kemerosotan selama tiga dekade di Amerika Latin diharapkan berperan dalam memberikan
(1970-2000) adalah contoh monumental dari sumbangsih pembangunan di bidang ekonomi.
kegagalan tersebut, justru negara-negara yang Misalnya ikut serta dalam memberikan pelayanan
melakukan peyimpangan model tersebut seperti kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat
Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, dan tanpa mengedepankan profit oriented, ikut serta
China berhasil meningkatkan kesejahtraan dan dalam membantu pembanguanan infrastruktur dan
memperbesar kekuatan ekonominya. Negara- fasilitas lainnya, ikut serta menurunkan angka
negara yang berhasil tersebut mengikuti model pengangguran dan kemiskinan di Indonesia
pembangunan Asia Timur yang memberikan dengan cara membuka peluang pekerjaan, dan
keseimbangan peranan antara negara dengan yang tidak kalah pentingnya adalah ikut serta
swasta, serta ketergantungan utang yang minimal. mendorong peneraparan good governance
sehingga tidak ada lagi fenomena korupsi yang
Tentu kondisi tersebut tidak akan terjadi
didorong juga oleh setor ini, karena ingin
jika tidak adanya kemitraan yang seimbang antar
mendapatkan project dari pemerintah dengan
aktor pembangunan (swasta, negara, dan civil
cara-cara yang melanggar aturan. Oleh karena itu,
society) dengan menggunakan instrumen-
hanya pihak swasta yang tidak baik saja yang
instrumen yang terkandung dalam prinsip konsep
tidak mengingingkan diterapkannya konsep good
tersebut, yakni, :Competence, Transparency,
governance di Indonesia.
Accountability, Participation, Rule of Law, and
Social Justice. Instrumen-instrumen tersebut harus Dan Ketiga, Civil Society dan NGO’s.
menjadi azas yang tidak bisa dipisahkan dalam Organisasi ini merupakan bagian dari
mengelola suatu negara. Ada beberapa peran dari penyeimbang yang berada di pihak masyarakat
Jurnal Sawala Volume 4 Nomor 3 (September – Desember 2016) 31

dalam mempengaruhi dan mengawasi kebijakan- kebijakan ekonomi tidak akan signifikan jika tidak
kebijakan yang berkaitan dengan bidang ekonomi. ada revitalisasi penerapan good governance, yakni
Oleh karena itu, pemahaman penguatan negara dengan cara memposisikan negara sebagai leading
harus ditopang juga dengan memperkuat kekuatan sector dan regulator dalam pembangunan
masyarakat sebagai bagian dari elemen civil ekonomi. Revitalisasi tersebut bukan berarti
society dan NGO’s. Masyarakat diciptakan untuk menciptakan negara sebagai negara yang otoriter
menjadi kekuatan agar dapat memahami subtansi dan memperlemah masyarakat, tetapi
isi dari pondasi dasar negara kita, selanjutnya mencipatakan negara yang mampu
masyarakat kita harus melek terhadap kebijakan- menerjemahkan keinginan dan responsif terhadap
kebijakan ekonomi yang dibuat oleh pemerintah kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya. Selain itu,
sekaligus dapat mengawasinya sehingga peran civil society dan swasta harus juga
kebijakan-kebijakan ekonomi yang dibuat dapat dikedepankan dengan mengedepankan konsep
memberikan hasil dan dampak yang positif kemitraan yang seimbang dan sukarela untuk
terhadap pembangunan ekonomi, yakni menuju tujuan bersama, yakni mensukseskan
mensejahteraakan masyarakat, baik di tingkat penerapan good governance di Indonesia sehingga
nasional maupun di tingkat daerah. menjadi dasar dalam penerapan kebijakan-
kebijakan yang berkaitan dengan bidang ekonomi.
Menurut Matinuseen dalam Firmansyah
(2010 : 7) menggambarkan bahwa hubunngan
Daftar Pustaka dan Referensi Lainnya
antar aktor kebijakan dengan konsep triangulasi
aktor kebijakan memiliki kekuatan yang berbeda Farazman. Ali. 2004. Building Partnerships for
Sound Governance dalam bukunya
dan saling mempengaruhi. Kekuatan dan Sound Governance: Policy and
kelemahan masing-masing aktor akan Administrative Innovations. Praeger
Publications. London
menimbulkan garis hubungan yang cenderung
satu arah. Oleh karena itu, hubungan yang saling Nugroho, Riant. 2012. Public Policy : Dinamika
mendukung dan bersifat sukarela serta Kebijakan, Analisis Kebijakan, dan
Manajemen Kebijakan. Elexmedia
menempatkan posisinya masing-masing Kompetindo. Jakarta.
merupakan syarat utama dalam keberhasilan
penerapan konsep good governance untuk Triwibowo, Darmawan & Bahagijo, Sugeng.
2006. Mimpi Negara Kesejahteraan :
mendukung pembangunan ekonomi di Indonesia. Peran Negara dalam Produksi dan
Alokasi Kesejahteraan Sosial. LP3ES.
C. Penutup Jakarta.

Sampai saat ini Indonesia mengalami


Keban, T, Yeremias. 2000. Good Governance dan
staganansi bahkan mengalami kemunduran dalam Capacity Building sebagai Indikator
pembangunan ekonomi. Kondisi ini jelas harus Utama dan Fokus Penilaian Kinerja
Pemerintahan. Dalam Jurnal
ada keberanian untuk mereformasi kebijakan, Perencanaan Pembangunan. Jakarta
khususnya di bidang ekonomi. Tentu reformasi
32 Reformasi Kebijakan Ekonomi dan Revitalisasi Penerapan Good Governance di Indonesia

Firmasyah. Herry. 2010. Jejaring Advokasi


Kebijakan dalm Mendukung Gerakan
Anti Korupsi di Daerah (Studi Tentang
Aktor dan Strategi Kelompok). Jurnal
Kebijakn dan Administrasi Publik.
Program Administrasi Publik UGM.
Yogyakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2000.


Akuntabilitas dan Good Governance,
Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Jakarta.

Rafick, Ishak. 2007. Catatan Hitam Lima


Presiden Indonesia. Ufuk Press. Jakarta.
Word Economic Forum. 2014. The Global
Economic Report 2014-2015.
Widodo, Joko. 2001. Good Governance : Telaah
dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi pada Era Desentralisasi dan
Otonomi Daerah. Insan Cendekia,
Surabaya.

www.BPS.go.id

The Economist Pocked Word in Figures, 2010

You might also like