Professional Documents
Culture Documents
S DENGAN
DIAGNOSA HIDRONEFROSIS DI RUANG ICU RUMAH SAKIT UMUM
CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA
Disusun Oleh:
Oktaviana.,S.Kep
NPM. 2214901005
A. Definisi Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibatadanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah
obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapatmengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat
mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.Apabila obstruksi ini
terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua
ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau
kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan
kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis
terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses
obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus, seperti megaureter sekunder untuk
refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya
obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2012).
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi
aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter
sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal
(Gibson, 2003).
B. Klasifikasi Hidronefrosis
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks
berbentuk Blunting alias tumpul
2. Hidronefrosis Derajat 2
4
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening,
alias mendatar
3. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya
tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
4. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya
penipisan korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda
signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk
ballooning alias menggembung.
C. Etiologi Hidronefrosis
d) Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang
letaknya abnormal, dan tumor
b. Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
5
a) Batu di dalam ureter
b) Tumor di dalam atau di dekat ureter
6
D. Patofisiologi Hidronefrosis
7
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total
menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila
obstruksi terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan
peregangan kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit
menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat terganggunya kemampuan tubulus
memekatkan urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli kelainan ginjal.
Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam jangka lama,
kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang
membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin.
Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau
tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang secara tidak langsung menimbulkan
perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu
biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun seiring dengan waktu
perubahan menjadi ireversibel.
E. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akutdapatmenimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi
akan terjadi disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi.
Hematuri dan piuriamungkin juga ada. Jikakedua ginjal kena maka tanda dan
gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2. Gagal jantung kongestif.
3. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4. Pruritis (gatal kulit).
5. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang
8
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik
dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah
lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum:
hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan
kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi
yang mengancam kehidupan.
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk
mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung
pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining
pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
3. Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab
paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
4. CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan
hidroureter. Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari
ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT
Scan.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Hidronefrosis akut
a. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,
maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera
dikeluarkan(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui
kulit).
b. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu,
maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu .
9
2. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan
mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal
bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan
kembali.
a. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskanureter dari
jaringan fibrosa.
b. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali
di sisi kandung kemih yang berbeda.
c. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: a) Terapi
hormonal untuk kanker prostat
d. Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari
jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat,
maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat
dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik.
e. Pelebaran uretra dengan dilator
H. Komplikasi Hidronefrosis
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan
komplikasi sebagai berikut:
1. Batu ginjal
2. Sepsis
3. Hipertensi renovaskuler
4. Nefropati obstruktif
5. Infeksi
6. Pielonefritis
7. Ileus paralitik
10
ASUHAN KEPERAWATAN
11
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini
seperti klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri
saat berkemih, nyeri panggul.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal
herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
d. Pengkajian Keperawatan
1) Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise)
2) Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak
cemas, marah)
3) Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin)
4) Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi,
anoreksia, mual, muntah)
5) Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang
panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan)
6) Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan
peran seperti biasa)
7) Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
8) Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit : pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo matang,palpasi
turgor cukup 2) Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi
merata, tidak mudah dicabut.
b. Mata :Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor,
reflek cahaya(+/+).
c. Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
d. Hidung : simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
e. Mulut : gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
f. Leher : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
12
g. Thorax :
1) Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas
jantung dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara
tambahan.
2) Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri,
nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar
vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
3) Abdomen :
a) I: Perut datar, tidak ada benjolan
b) A: Bising usus biasanya dalam batas normal.
c) P: Timpani seluruh lapang abdomen
d) P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba
massa.
e) Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat
teraba. Dengan hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah
dapat terjadi. Sudut kostovertebral pada satu sisi yang terekena
sering lembut. Adanya kembung pada kandung kemih yang
teraba jelas menambah bukti bahwa adanya obstruksi saluran
kemih.
13
3) Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat
mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu,
hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
b. Radiodiagnostik
1) USG abdomen: Berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk
menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
2) IVP
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan
dan penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal
merupakan penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi
berdasarkan temuan IVP
3) Renogram / RPG
4) Poto thorax
5) ECG : untuk mengetahui elektrolit dalam tubuh
14
• Analisis Data
1 DO : Nyeri Akut
Obstuksi Aliran Urin
Klien tampak
↓
meringis
Tekanan saluran Kemih
Pernafasan klien
↓
cepat Kolik renalis/nyeri
Tamnpak gelisah pinggang
Skala nyeri klien 8 ↓
DS : Nyeri Akut
Klien mengatakan
nyeri di bagian
pinggang
15
3 DO : Obstruksi aliran urin Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Nafas klien berbau ↓
kebutuhan tubuh
ammonia Kerusakan ginjal
Klien hanya ↓
menghabiskan Kegagalan ginjal
makan ¼ porsi membuang limbah
BB klien menurun metabolic
dari 69 menjadi 50 ↓
DS : Pe ureum dalam darah
Klien mengatakan ↓
tidak mau makan Di sis. Pencernaan
Klien merasa mual ↓
dan muntah
Anoreksia, mual, muntah
4 DO : Hidronefrosis unilateral
Suhu Badan klien ↓
37,90C Terdapat obstruksi
Hasil pemeriksaan ↓
lab darah : Refluk urin ke ginjal
peningkatan leukosit, ↓
keratin menurun Peningkatan jumlah urin
Diagnose di ginjal
Hidronefrosis DS: ↓
Klien merasa Kontaminasi kuman
demam ↓
Klien merasa lemas Risiko Infeksi
dan lemah
16
• Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan jumlah volume urin pada
ginjal
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan perubahan jumlah urin
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah
4. Resiko infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologi sekunder
terhadap uremia
• Intervensi Keperawatan
•
Kaji kultur yang
mempengaruhi nyeri
• Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
• Kaji tipe dan sumber
nyeri Berikan analgetik
• Lakukan pengobatan
non farmakologik
17
Gangguan pola eliminasi NOC NIC:
urin b/d perubahan urinary elimination )
( • Memenatau asupan
jumlah urin
urinary continuece dan keluaran
• Memntau tingkat
kriteria hasil: distensi kandung
• intake cairan dalam rentang kemih dengan palpasi
normal kantung kemih dan perkusimeransang
secara penuh tdak ada reflex kandung kemih
residu urine > 100-200cc • Masukan kateter kemih
• balance cairan seimbang • Menyediakan
penghapusan privasi
Intoleransi aktifitas NOC NIC
b/d penurunan alergiy conservation • Energy management
aktivitas
self care: ADL • Obserpasi adanya
batasan klien dalam
Kriteria hasil: beraktivitas kaji
• Berpartisipasi dalam adnya faktor yang
aktivitas fisik tanpa • menyebabbkan
disertai peningkatan kelelahan
tekanan darah nadi dan • monitor nutrisi
pernafasan mampu dan sumber
melakukan aktivitas
sehari-hari energi yang
adekuat
• monitor akan adanya
• kelelahan fisik dan
emosi secara berlebih
Activity terapy
• bantu klien untuk
• mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
• bantu untuk memilih
• aktivitas konsisiten
yang sesuai dengan
kemamuan fisik dan
psikologis
18
)• Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi
medic dalam
merencanakan
program
• terapi yang tepat
19
DAFTAR PUSTAKA
De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
20
Pathways