You are on page 1of 15

Standar sertifikasi produk dan Quality Control

Standardisasi adalah upaya untuk menjaga kualitas produk dan efisiensi usaha.
Sertifikasi produk dan Quality Control adalah dua hal yang penting untuk
meningkatkan kualitas dan daya saing produk UMKM di Indonesia. Sementara
sertifikasi produk adalah proses pemberian tanda atau label yang menunjukkan
bahwa produk telah memenuhi standar kualitas dan keamanan tertentu, baik
nasional maupun internasional1. Sertifikasi produk dapat memberikan manfaat bagi
pelaku UMKM, seperti meningkatkan kepercayaan konsumen, memperluas pasar,
memenuhi persyaratan hukum, dan meningkatkan nilai tambah produk2.
Quality Control adalah proses pengawasan dan pengecekan kualitas produk yang
dilakukan sebelum produk dipasarkan ke konsumen3. Quality Control bertujuan
untuk mengurangi kerusakan atau cacat produk, meningkatkan efisiensi produksi,
dan memastikan kesesuaian produk dengan standar yang ditetapkan4.
Untuk mendapatkan sertifikasi produk dan menerapkan Quality Control yang bagus
pada produk UMKM di Indonesia, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan,
antara lain:
1. Mengetahui jenis sertifikasi produk yang sesuai dengan bidang usaha. Ada
berbagai jenis sertifikasi produk yang dapat diperoleh oleh pelaku UMKM, seperti
Sertifikat Produksi Pangan-Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), sertifikasi halal,
pendaftaran merek, dan izin edar BPOM MD (Makanan Dalam). Pelaku UMKM
harus menyesuaikan jenis sertifikasi produk dengan bidang usaha dan produk
yang dihasilkan.
2. Memenuhi persyaratan dan prosedur sertifikasi produk. Setiap jenis sertifikasi
produk memiliki persyaratan dan prosedur yang berbeda-beda. Pelaku UMKM
harus mempelajari dan mempersiapkan dokumen, peralatan, bahan baku, proses
produksi, dan kemasan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
lembaga pemberi sertifikat2. Pelaku UMKM juga harus mengikuti proses
verifikasi, inspeksi, pengujian, dan audit yang dilakukan oleh lembaga pemberi
sertifikat.
3. Membuat tim Quality Control. Tim Quality Control adalah kelompok kecil yang
terdiri dari beberapa pekerja dan satu pengawas yang bertanggung jawab untuk
menjaga kualitas produk sebelum dipasarkan4. Tim Quality Control harus
memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, menyelesaikan masalah,
dan melakukan perbaikan pada proses produksi.
4. Membuat SOP Quality Control. SOP Quality Control adalah pedoman yang
digunakan oleh tim Quality Control untuk melakukan pengecekan kualitas produk
secara sistematis dan terstandar. SOP Quality Control harus mencakup kriteria
kualitas produk, metode pengecekan kualitas produk, alat ukur kualitas produk,
batas toleransi kualitas produk, dan tindakan perbaikan jika terjadi penyimpangan
kualitas produk.
5. Menggunakan alat bantu Quality Control. Alat bantu Quality Control adalah alat
atau teknik yang dapat membantu tim Quality Control dalam melakukan analisis
data kualitas produk4. Beberapa contoh alat bantu Quality Control adalah lembar
periksa (check sheet), diagram pareto, peta kendali (control chart), diagram
tulang ikan (fishbone diagram), dan diagram sebab akibat (cause and effect
diagram)
Jenis-Jenis Standardisasi dan Sertifikasi

1. Bersifat Wajib (Primer)

Standardisasi dan sertifikasi yang harus dimiliki oleh pengusaha, berupa perizinan
atau regulasi yang diterbitkan oleh instansi pemerintah. Contohnya adalah Izin Edar
BPOM, PIRT, Halal, Batas Maksimal Residu Pestisida dan Batas Kontaminasi
(melalui Sertifikasi Analisis atau COA), dan lain-lain.

2. Bersifat Umum (Sekunder)

Standardisasi dan sertifikasi yang tidak wajib namun dibutuhkan/dituntut oleh pasar
pada umumnya (diterbitkan oleh instansi pemerintah maupun swasta). Contohnya
adalah Halal, Good Agricultural Practices (GAP), Good Manufacturing
Practices (GMP), Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP), Standar
Nasional Indonesia (SNI), ISO tertentu, serta terkait HKI (Hak Kekayaan Intelektual)
seperti Merek dan Paten.

3. Bersifat Khusus (Tersier)

Standardisasi dan sertifikasi yang diminati oleh segmen pasar tertentu (diterbitkan
oleh instansi pemerintah maupun swasta). Contohnya Organik, Eco-friendly, Fair
Trade, Vegan. Disini terdapat juga standar spesifikasi teknis terkait kualitas produk
seperti bentuk, rasa, bahan untuk memenuhi kebutuhan segmen pembeli/konsumen
tertentu.
Beberapa masalah standarisasi/sertifikasi yang dihadapi oleh UKM
Meskipun standardisasi/sertifikasi sangat penting untuk meningkatkan daya saing di
pasar domestik dan pasar global, namun terdapat beberapa hal yang perlu kita
hadapi untuk bisa mengurusnya, antara lain adalah :

1. Penyebaran informasi mengenai standarisasi/sertifikasi yang tidak merata

Pelaku usaha disarankan untuk lebih proaktif dalam mencari informasi mengenai hal
ini. Salah satu caranya adalah dengan bergabung dengan organisasi usaha yang
sejenis atau koperasi, karena biasanya organisasi akan memberikan pelatihan
tentang jenis sertifikasi apa saja yang dibutuhkan dan lembaga kompetensi mana
yang benar kompeten. Penting untuk mencari lembaga sertifikasi yang kompeten
agar sertifikat yang dimiliki diakui secara nasional maupun internasional

2. Proses yang panjang dan berbelit-belit

Setiap pengurusan sertifikasi pastinya memiliki beberapa persyaratan dan prosedur


yang harus dilalui. Akan tetapi, janganlah ini menjadi suatu penghambat bagi teman-
teman dalam mengurusnya. Karena kita harus ingat mengenai manfaat setelah
mendapatkan sertifikasi ini.

3. Biaya pengurusan yang mahal

Hal ini karena banyaknya uji kompetensi yang harus dilakukan sebelum suatu
produk dinyatakan memenuhi standar, sehingga dikenakan biaya yang tidak murah.
Namun, ketahuilah bahwa kita juga akan mendapatkan peningkatan penjualan yang
lebih besar daripada biaya pengurusan sertifikat ini.

4. Tidak terbatas hanya di sertifikasi produk

Untuk standar ekspor, termasuk di ASEAN, pasar global menuntut tidak hanya
produknya yang memiliki sertifikat, tapi juga dalam sertifikasi untuk usahanya seperti
sistem manajemen. Misalnya, UKM yang menghasilkan produk jamu, selain
sertifikasi Halal untuk produknya, perusahaan produsen jamunya pun harus memiliki
sertifikasi sistem manajemen seperti ISO 22000. Jadi bisa saja produk itu gagal
dijual ke luar negeri, karena perusahaannya tidak bersertifikat sistem manajemen.
Regulasi (Aturan Cross Border dan Pajak)
Aturan Cross Border adalah aturan yang mengatur tentang perdagangan lintas batas
melalui platform e-commerce. Aturan ini bertujuan untuk melindungi UMKM lokal dari
serbuan produk asing yang dijual dengan harga sangat murah dan tidak sesuai
dengan standar kualitas dan keamanan. Pemerintah telah mengeluarkan beberapa
regulasi terkait aturan cross border, antara lain:
 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 199/PMK/010/2019 yang
menurunkan ambang batas bea masuk barang kiriman dari 75 dolar AS
menjadi 3 dolar AS1. Kebijakan ini diambil untuk memberikan perlindungan
tarif bagi produk UMKM lokal.
 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik (PP 7/2021) yang mengatur tentang kewajiban pelaku
usaha e-commerce asing untuk memiliki izin usaha, membayar pajak, dan
mematuhi ketentuan hukum Indonesia2. Kebijakan ini diambil untuk
menciptakan persaingan yang sehat dan adil antara pelaku usaha e-
commerce lokal dan asing.
 Peraturan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-3/BC/2023 tentang
Tata Cara Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat (TPPB) yang mengatur
tentang mekanisme pemasukan, pengeluaran, dan pengawasan barang
kiriman di TPPB3. Kebijakan ini diambil untuk memberikan kemudahan
pelayanan kepabeanan dan cukai bagi pelaku usaha e-commerce yang ingin
mengikuti pameran berikat.

Praktik perdagangan lintas negara berbasis elektronik atau cross border menyimpan
bahaya yang berpotensi mematikan keberlangsungan UMKM-UMKM lokal. Sejauh
ini, regulasi impor barang melalui sektor perdagangan berbasis elektronik atau e-
commerce masih belum juga terlihat wujudnya. Regulasi terhadap praktik cross
border jelas diperlukan. Jika tidak, maka banyak pihak yang merugi akibat praktik
cross border.

Contohnya, pelaku UMKM lokal akan mengalami kerugian karena produk mereka
kalah bersaing dengan produk lintas negara yang harganya jauh lebih murah, salah
satunya karena tidak kena pajak yang seharusnya. Praktik cross border di e-
commerce dapat membunuh UMKM karena pemain e-commerce asing ini menjual
dengan harga sangat murah.

Pentingnya regulasi cross-border di e-commerce adalah menciptakan keseimbangan


antara mendukung pertumbuhan UMKM dan melindungi konsumen serta
memastikan keadilan dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu, regulasi
harus dirancang dengan hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk
kebutuhan UMKM. Dalam prakteknya, berbagai negara dan lembaga internasional
seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) bekerja bersama untuk
mengembangkan kerangka regulasi yang cocok bagi pasar e-commerce yang
berkembang pesat.
Aturan Pajak adalah aturan yang mengatur tentang kewajiban perpajakan bagi
pelaku UMKM di Indonesia. Aturan ini bertujuan untuk memberikan kemudahan,
insentif, dan perlindungan bagi UMKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Pemerintah telah mengeluarkan beberapa regulasi terkait aturan pajak, antara lain:

 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja)
yang memberikan beberapa fasilitas perpajakan bagi UMKM, seperti penurunan
tarif PPh final dari 0,5% menjadi 0,25%, penghapusan PPh pasal 22 impor bagi
UMKM tertentu, dan pembebasan PPN bagi UMKM dengan omzet di bawah
Rp4,8 miliar per tahun. Kebijakan ini diambil untuk mendorong pertumbuhan dan
produktivitas UMKM di Indonesia.
 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu (PP 55/2022) yang memberikan ketentuan baru tentang pajak
UMKM, yaitu adanya omzet hingga Rp500 juta tidak kena pajak, adanya opsi tarif
progresif bagi UMKM dengan omzet lebih dari Rp4,8 miliar per tahun, dan
adanya kemudahan pelaporan SPT tahunan bagi UMKM dengan omzet di bawah
Rp4,8 miliar per tahun. Kebijakan ini diambil untuk memberikan insentif dan
kemudahan perpajakan bagi UMKM di Indonesia.

Regulasi pajak bagi UMKM diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2018 tentang Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan dari Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah. Peraturan ini mengatur bahwa UMKM dengan peredaran bruto
tahunan tidak lebih dari Rp4,8 miliar per tahun dikenakan tarif PPh sebesar 0,5%.

Regulasi ini dinilai sudah cukup untuk melindungi UMKM dari beban pajak yang
terlalu berat. Namun, masih ada beberapa hal yang perlu disempurnakan, seperti
perlu ada definisi yang jelas tentang UMKM, agar tidak ada pelaku usaha yang
memanfaatkan celah untuk tidak membayar pajak, perlu ada kemudahan dalam
proses administrasi pajak bagi UMKM, agar mereka tidak terbebani dengan biaya
dan waktu yang terlalu banyak.

Payung hukum regulasi pajak

Pemerintah sebenarnya telah mengantisipasi perkembangan dan pertumbuhan


ekonomi digital tersebut, Pada akhir tahun 2014, dibawah koordinasi Kementerian
Koordinator bidang Perekonomian berkolaborasi dengan Kementerian Kominfo dan
Kementerian/lembaga terkait, para pemangku kepentingan dari kalangan asosiasi
dan pelaku usaha e-commerce, serta konsultan Ernst & Young mulai bekerja untuk
mengembangkan e-commerce roadmap dan menyiapkan ekosistem yang baik untuk
mengembangkan industri e-commerce lokal. Hasil dari kolaborasi tersebut adalah
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem
Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Road Map e-Commerce) Tahun 2017-
2019. Dalam roadmap tersebut, terdapat delapan sektor prioritas yang akan
dikembangkan yaitu e-commerce, transportasi, kesehatan, pendidikan, pariwisata,
ekonomi kreatif, serta teknologi keuangan atau fintek.
Khusus pada program bidang perpajakan, akan dilakukan program penyederhaan
pemenuhan kewajiban perpajakan, dengan kegiatan menyederhanakan tata cara
perpajakan bagi pelaku usaha perdagangan berbasis elektroknik yang omsetnya di
bawah Rp 4,8 Miliar per tahun, dengan keluaran yang diharapkan adalah penerapan
aturan perpajakan bagi pelaku usaha dengan jumlah peredaran usaha sampai
dengan Rp 4,8 Miliar per tahun, berlaku bagi pelaku usaha perdagangan berbasis
elektronik yang omsetnya di bawah Rp 4,8 Miliar per tahun. Aturan mengenai
penyederhaan kewajiban perpajakan itu diharapkan keluar Desamber 2017, dan
Menteri Keuangan menjadi penanggung jawab penyusunan peraturan aturan
tersebut, dengan melibatkan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,
Kementerian Perdagangan, dan Badan Ekonomi Kreatif.

Dengan payung hukum di atas sebenarnya sudah cukup bagi Menteri Keuangan
dapat segera mengeluarkan kebijakan pemungutan pajak atas kegiatan ekonomi
digital. Regulasi setingkat Peraturan Menteri Keuangan sebagai landasan
pelaksanaan sudah cukup kuat, misalnya dimulai dengan peraturan yang mengatur
tentang pemungutan pajak atas transaksi e-commerce. Dengan isi pengaturan
antara lain: pertama, untuk meningkatkan kepatuhan pelaku bisnis e-commerce dan
dengan mempertimbangkan bahwa sebagian besar penjual dalam platform
marketplace adalah UMKM, aturan perpajakan bagi pelaku bisnis e-commerce
disamakan dengan aturan perpajakan bagi pelaku bisnis UMKM, misalnya dengan
pengenaan PPh Final dengan tarif 0,5% dari omzet transaksi. Kedua, untuk
memudahkan pengenaan tarif PPh dan PPN, threshold bagi pelaku bisnis e-
commerce disamakan dengan threshold bagi pelaku bisnis UMKM yakni sebesar
Rp4,8 miliar. Ketiga, pengaturan perpajakan e-commerce dengan menunjuk
penyedia platform marketplace sebagai WP Wajib Potong-Pungut (WAPU) dengan
tetap memperhatikan asas keadilan atau perlakuan yang sama (level playing field)
dalam sistem perpajakan e-commerce, baik untuk platform marketplace,
perdagangan online melalui media sosial, dan konvensional.

Edukasi Masyarakat mengenai Pengenalan E-Commerce


1. Data internet di Indonesia
2. Masyarakat yang mengakses jasa layanan jual barang
3. Gejala tren masyarakat lebih memilih berbelanja daring
4. Bagaimana edukasi yang di lakukan oleh pemerintah agar masyarakat lebih
mengenal Ecommerce dalam dunia digitalisasi?
Edukasi Masyarakat mengenai Pengenalan E-Commerce
Perkembangan teknologi dan sistem informasi saat ini telah banyak membawa
perubahan di berbagai bidang kehidupan manusia seperti bidang politik, ekonomi,
sosial dan budaya. Salah satu teknologi dan sistem informasi yang berkembang saat
ini adalah internet, karena dengan adanya internet semua kebutuhan manusia dapat
terpenuhi dengan lebih cepat dan mudah.
Internet telah menjadi kebutuhan bagi sebagian besar manusia. Menurut We Are
Social 2020, jumlah pengguna internet di dunia pada Januari 2020 sebanyak 4,54
miliar jiwa, jumlah tersebut telah lebih dari setengah populasi dunia yaitu sebanyak
7,75 miliar jiwa. Jumlah pengguna internet secara terus-menerus mengalami
kenaikan seiring dengan berjalannya waktu. Tidak berbeda halnya dengan
Indonesia, jumlah pengguna internet di Indonesia terus-menerus mengalami
peningkatan setiap tahunnya,
Indonesia termasuk negara dengan pengguna internet terbanyak di dunia. Hal itu
bisa terjadi lantaran jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta
jiwa, terbanyak keempat di dunia1. Indonesia menempati posisi ketiga dengan
pengguna internet terbanyak di Asia. Dengan jumlah 212,35 juta pengguna internet
pada Juli 2022, Indonesia berada di bawah Tiongkok dengan 1,01 miliar pengguna
dan India dengan 833,71 juta pengguna.
Besarnya jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini mendorong munculnya
fenomerna baru di masyarakat, yaitu perilaku konsumen dalam hal berbelanja.
Perilaku konsumen merupakan sesuatu yang dinamis, yang berarti bahwa dapat
mengalami perubahan seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan hal tersebut,
salah satu kekuatan yang mendorong pertumbuhan e-commerce di Indonesia
adalah perubahan perilaku konsumen yang diakibatkan oleh perkembangan
teknologi dalam hal ini adalah internet. E-commerce dapat didefinisikan sebagai
transaksi bisnis dalam bentuk online dengan media internet.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren masyarakat Indonesia lebih memilih berbelanja
daring semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah pengguna
e-commerce di Indonesia, serta semakin beragamnya jenis produk dan layanan
yang ditawarkan oleh e-commerce. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi
gejala tren masyarakat lebih memilih berbelanja daring. Faktor yang paling utama
adalah pandemi COVID-19 yang memaksa masyarakat untuk membatasi mobilitas
mereka. Belanja daring menjadi salah satu solusi bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan mereka tanpa harus keluar rumah.
Faktor lain yang turut mendorong tren masyarakat berbelanja daring adalah semakin
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Dengan adanya smartphone
dan internet, masyarakat semakin mudah mengakses informasi dan berbelanja
secara daring. Selain itu, semakin banyaknya promosi dan diskon yang ditawarkan
oleh e-commerce juga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk
berbelanja daring.
Menurut lembaga riset asal Inggris (Merchant Machine, 2018), Indonesia tercatat
sebagai negara dengan perkembangan e-commerce paling cepat di dunia pada
tahun 2018, diikuti oleh Meksiko dan Filipina diperingkat dua dan tiga. Selain itu
menurut Global Web Index, Indonesia merupakan negara dengan tingkat adopsi e-
commerce tertinggi di dunia pada 2019. Sebanyak 90% pengguna internet berusia
enam belas hingga 64 tahun di Indonesia pernah melakukan pembelian produk jasa
secara online. Jumlah pengguna e-commerce di Indonesia pada tahun 2019
mencapai 168,3 juta pengguna dan diproyeksikan 212,2 juta pengguna pada tahun
2023. Berdasarkan hasil survei DataIndonesia.id, sebanyak 53,8% responden
berbelanja online karena lebih hemat waktu dan tenaga. Sebanyak 25,1%
responden mengatakan lebih mudah membandingkan harga ketika berbelanja
online.

Dari data yang dicantumkan diatas terlihat bahwa invasi dari internet sangatlah
besar dan berpengaruh terutama bagi masyarakat Indonesia, terutama dalam
bidang E-Commerce. Tetapi perlu disoroti bahwa meskipun besarnya penggunaan
yang sudah tertulis, tidak semua masyarakat mampu memaksimalkan penggunaan
E-Commerce dengan baik. Perlunya peran dari pemerintah untuk mengedukasi
masyarakat Indonesia tentang pengenalan Internet dan E-Commerce. Karena
banyak pelaku usaha yang belum mengaplikasikan usaha mereka ke dalam dunia
digitalisasi seperti E-Commerce. Edukasi ini perlu dilakukan secara komprehensif
dan tepat sasaran agar dapat mencapai tujuannya. Berikut adalah beberapa cara
yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan edukasi e-commerce
kepada masyarakat:
1. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80
Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) yang
mengatur tentang aspek-aspek hukum, teknis, dan ekonomi dari bisnis e-
commerce1. Peraturan ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum,
perlindungan konsumen, dan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku e-commerce
di Indonesia
2. Salah satu program prioritas dalam peta jalan e-commerce adalah pendidikan
dan SDM. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas
SDM di bidang e-commerce, baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai
konsumen. Pendidikan dan SDM terdiri dari kampanye kesadaran e-commerce,
program inkubator nasional, kurikulum e-commerce, dan edukasi e-commerce
kepada konsumen, pelaku, dan penegak hukum
3. Penyelenggaraan sosialisasi dan pelatihan. Pemerintah dapat
menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan mengenai e-commerce di berbagai
daerah. Sosialisasi dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti televisi,
radio, dan media sosial. Pelatihan dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri atau
bekerja sama dengan pihak swasta.
4. Pengembangan materi edukasi. Pemerintah dapat mengembangkan materi
edukasi e-commerce yang mudah dipahami oleh masyarakat. Materi edukasi
dapat mencakup berbagai aspek, seperti manfaat e-commerce, cara
menggunakan e-commerce, dan tips belanja aman di e-commerce.
5. Selain itu, pemerintah juga melakukan berbagai inisiatif untuk mendukung
pengembangan e-commerce di Indonesia, seperti: (1) meluncurkan program e-
Smart IKM yang bertujuan untuk membantu Industri Kecil Menengah (IKM)
memasarkan produknya melalui platform e-commerce; (2) menyelenggarakan
Indonesia E-commerce Summit and Expo yang merupakan ajang pertemuan
antara pelaku industri, pemerintah, akademisi, dan masyarakat terkait
perkembangan e-commerce di Indonesia; dan (3) menggandeng berbagai pihak,
seperti asosiasi industri, perguruan tinggi, lembaga riset, dan media massa untuk
membangun ekosistem e-commerce yang sehat dan berdaya saing

Edukasi mengenai e-commerce merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh
pemerintah. Edukasi ini dapat membantu masyarakat untuk memahami manfaat e-
commerce dan memanfaatkannya secara optimal. Dengan edukasi yang tepat, e-
commerce dapat menjadi sarana untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pelatihan pra-kerja yang dilakukan oleh pemerintah untuk pelaku usaha UMKM

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh pelaku usaha UMKM di Indonesia
adalah persaingan global yang semakin ketat. Untuk dapat bertahan dan
berkembang di era digital, pelaku usaha UMKM harus mampu meningkatkan
kualitas dan produktivitas usahanya. Pelatihan kerja adalah salah satu strategi
penting yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan
dan daya saing pelaku usaha UMKM di Indonesia. Dengan mengikuti pelatihan
kerja, pelaku usaha UMKM dapat memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan,
dan bantuan yang sesuai dengan bidang usaha dan kebutuhan mereka. Salah satu
tantangan terbesar yang dihadapi oleh pelaku usaha UMKM di Indonesia adalah
persaingan global yang semakin ketat. Untuk dapat bertahan dan berkembang di era
digital, pelaku usaha UMKM harus mampu meningkatkan kualitas dan produktivitas
usahanya.

Pelatihan kerja juga dapat membantu pelaku usaha UMKM untuk menghadapi
tantangan dan peluang di era digital, seperti persaingan global, perubahan pasar,
dan perkembangan teknologi. Oleh karena itu, pemerintah harus menyediakan
pelatihan kerja yang berkualitas, terjangkau, dan mudah diakses oleh pelaku usaha
UMKM di seluruh Indonesia. Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan bahwa
pelatihan kerja tersebut dapat diakses oleh semua pelaku usaha UMKM, termasuk
mereka yang berada di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan akses.
Pemerintah dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti lembaga pelatihan,
perguruan tinggi, dan pelaku usaha UMKM, untuk menyediakan pelatihan yang
berkualitas dan terjangkau.

Salah satu transisi yang harus dilakukan oleh pemerintah misalnya melakukan
sebuah transisi sistem pemasaran menggunakan teknologi digital. Mengingat bahwa
sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memainkan peran yang sangat
penting dalam perekonomian nasional. UMKM sering dianggap sebagai tulang
punggung perekonomian karena kontribusi mereka dalam menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Oleh karena itu, peningkatan daya saing UMKM adalah hal yang sangat
penting bagi pemerintah.

Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing UMKM
adalah melalui transisi sistem pemasaran menggunakan teknologi digital. Berikut
adalah beberapa alasan mengapa ini penting:
1. Akses ke Pasar yang Lebih Luas
Melalui teknologi digital, UMKM dapat mencapai pasar yang lebih luas, bahkan
secara internasional. Mereka dapat menggunakan platform e-commerce dan
media sosial untuk mempromosikan produk dan layanan mereka kepada
pelanggan potensial di berbagai lokasi.
2. Efisiensi Operasional
Teknologi digital dapat membantu UMKM mengelola bisnis mereka dengan lebih
efisien. Ini termasuk manajemen stok, pemrosesan pembayaran, dan pengiriman
barang. Dengan alat-alat digital yang tepat, UMKM dapat menghemat waktu dan
sumber daya.
3. Analisis Data
Data yang dihasilkan oleh teknologi digital dapat membantu UMKM memahami
perilaku pelanggan dan tren pasar. Dengan menganalisis data ini, mereka dapat
membuat keputusan yang lebih baik tentang strategi pemasaran dan
pengembangan produk.
4. Peningkatan Branding
Media sosial dan situs web memungkinkan UMKM untuk membangun merek
mereka sendiri secara online. Ini memungkinkan mereka untuk menciptakan citra
yang kuat dan mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan pelanggan
mereka.
5. Kemudahan Bertransaksi
Dengan teknologi digital, pelanggan dapat dengan mudah melakukan pembelian
secara online, yang membuat proses bertransaksi menjadi lebih praktis. Ini dapat
meningkatkan penjualan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Dilansir dari Kementiran Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia,


sebagaimana memberi contoh yakni untuk mendukung kemampuan digitalisasi
UMKM tersebut, pemerintah pernah melakukan kolaborasi antara Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koperasi dan UKM, Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal Kementerian Agama, serta 6 (enam) Pusat
Layanan Usaha Terpadu KUMKM melaksanakan Program Pusat Layanan Usaha
Terpadu Educational Center (PLUTEC) dengan tema Pelatihan Digitalisasi
Pemasaran dan Manajemen Produk Halal bagi KUMKM dan Wirausaha pada 13 –
30 Juni 2022 di 6 lokasi PLUT KUMKM.

Program pelatihan tersebut merupakan implementasi dari kebijakan dan program


Pemerintah terkait upaya digitalisasi UMKM yang ditargetkan sebanyak 30 juta
usaha pada tahun 2024, Sertifikasi Jaminan Produk Halal bagi pelaku Usaha Mikro
melalui pola self declare, serta Pengembangan Kewirausahaan Nasional melalui
peran pendampingan bagi KUMKM dan Wirausaha di PLUT-KUMKM. Peserta
memperoleh materi pelatihan terkait digitalisasi pemasaran secara komprehensif
yang disampaikan oleh Tim Lazada dilanjutkan dengan pendampingan on-boarding
dan tips memulai penjualan secara online. Selain itu disampaikan juga materi terkait
pemanfaatan teknologi finansial bagi UMKM oleh tim Public Affairs DANA dan
pendampingan Sertifikasi Halal (SH) bagi UMK terkurasi melalui program SEHATI
oleh Tim Pendamping PPH BPJPH.

Tak hanya berfokus pada capaian kegiatan, Pemerintah juga akan melakukan tindak
lanjut pelatihan dengan memberikan dukungan pendampingan bagi UMKM secara
berkelanjutan. Selain itu juga akan dilakukan monitoring terkait perkembangan
permohonan sertifikasi halal yang sudah diajukan oleh KUMKM dan wirausaha.
Dengan melanjutkan upaya untuk mengintegrasikan teknologi digital ke dalam
operasi UMKM, pemerintah dapat membantu meningkatkan daya saing sektor ini,
menciptakan lebih banyak peluang kerja, dan mendukung pertumbuhan ekonomi
nasional.
Kampanye “Cintai Produk Lokal”

Kampanye "Cintai Produk Lokal" adalah langkah yang sangat positif untuk
mendukung produk usaha UMKM di Indonesia. Kampanye semacam ini dapat
memiliki dampak positif yang signifikan pada perekonomian lokal dan juga
membantu mempromosikan produk-produk berkualitas yang diproduksi oleh UMKM.
Kampanye “Cintai Produk Lokal” adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap produk-produk buatan
Indonesia, khususnya yang dihasilkan oleh usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM). Kampanye ini diharapkan dapat membantu UMKM untuk bersaing di pasar
global, memperkuat perekonomian nasional, dan menciptakan kemandirian industri
dalam negeri.

Agar Kampanye “Cintai Produk Lokal” dapat dikenal luas oleh masyarakat, hal ini
dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:
1. Pendidikan dan sosialisasi
Pendidikan dan sosialisasi tentang pentingnya membeli produk lokal dapat
dilakukan melalui berbagai media, seperti media massa, media sosial, dan
pendidikan formal. Pendidikan dan sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat membeli produk lokal, baik
secara ekonomi, sosial, maupun budaya.

2. Promosi dan pemasaran


Pemerintah dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti pelaku usaha
UMKM, media massa, dan platform digital, untuk mempromosikan produk lokal.
Promosi dan pemasaran ini bertujuan untuk meningkatkan visibilitas produk lokal
dan mendorong masyarakat untuk membelinya.

3. Insentif dan kemudahan


Pemerintah dapat memberikan insentif dan kemudahan kepada pelaku usaha
UMKM, seperti kemudahan akses permodalan, pelatihan, dan pemasaran.
Insentif dan kemudahan ini bertujuan untuk membantu pelaku usaha UMKM
mengembangkan usahanya dan meningkatkan kualitas produknya.

4. Gelar pameran dan bazar produk lokal


Gelar pameran dan bazar produk lokal dapat menjadi sarana bagi masyarakat
untuk mengenal dan membeli produk lokal. Pemerintah dapat bekerja sama
dengan pelaku usaha UMKM untuk menyelenggarakan gelar pameran dan bazar
ini di berbagai tempat, seperti pusat perbelanjaan, sekolah, dan kampus.

5. Adakan kompetisi produk lokal


Adakan kompetisi produk lokal untuk mendorong pelaku usaha UMKM untuk
berinovasi dan meningkatkan kualitas produknya. Kompetisi ini dapat diikuti oleh
pelaku usaha UMKM dari berbagai daerah.
Kampanye “Cintai Produk Lokal” merupakan sebuah gerakan yang penting untuk
mendukung perekonomian Indonesia. Dengan membeli dan menggunakan
produk-produk UMKM, kita dapat membantu meningkatkan daya saing UMKM
dan menciptakan lapangan kerja baru. Kampanye “Cintai Produk Lokal” perlu
dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan berbagai pihak. Dengan kerja
sama yang baik, kampanye ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya membeli produk lokal dan mendukung pertumbuhan ekonomi
nasional.

Kami mendukung kampanye ini karena saya percaya bahwa produk lokal
memiliki kualitas dan kreativitas yang tinggi, serta mampu memenuhi kebutuhan
dan selera masyarakat Indonesia. Kami juga bangga dengan produk lokal karena
mereka merupakan hasil karya dari para wirausahawan industri yang berbakat
dan bersemangat.

You might also like