You are on page 1of 33

ANTROPOLOGI

KESEHATAN
NYERI
Subtitle
PENGERTIAN NYERI

▪ Nyeri adalah suatu pengalaman perasaan emosional


maupun sensori yang tidak menyenangkan karena
terjadinya kerusakan potensial maupun aktual yang
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan jaringan
tubuh (Menurut International Association for Study of Pain (IASP)

▪ Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak nyaman, baik nyeri


ringan, sedang maupun berat (Tamsuri, 2015)
JENIS NYERI

Nyeri terdiri dari


▪ Physiological Mechanism (Somatic, Visceral, Or Neuropathic)
▪ Temporal Pattern (Acute Or Chronic)
(Coyle & Layman-Goldstein, 2001)

(Lowey, 2015)
Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
PHYSIOLOGICAL MECHANISM
▪ Somatic pain, disebut juga nociceptive pain Terlokasisasi pada satu
area, sering pada jaringan /otot musculoskeletal yang lebih dalam
Contohnya : Bone pain
▪ Visceral pain adalah nyeri yang dalam, terasa seperti meremas atau
ada tekanan dan menyebar (tidak di satu area). Sering dihubungkan
dengan thorax atau abdominal viscera kompresi atau meregang. Juga
nyeri pada pankreatitis atau ca liver

(Lowey, 2015)
PHYSIOLOGICAL MECHANISM
▪ neuropathic pain. Nyeri ini dihubungkan dengan sakit atau injury pada
sistem syaraf perifer atau sentral. Misalnya tumor yang menekan
syaraf khusus.
▪ Sensasi Neuropathic pain adalah tajam, shooting, seperti nyeri
terbakar, seperti shock elektrik yang penetrasi pada satu bagian
tubuh.

(Lowey, 2015)
Neurofisiologi Nyeri

▪ Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri


terdapat 4 proses yaitu
▪ Transduksi
▪ Transmisi
▪ Modulasi
▪ Persepsi

▪ Transduksi Nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu


sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri
▪ Transmisi Nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari
tempat transduksi melewati syaraf perifer sampai ke terminal di
medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang nail dari
medulla spinalis ke otak
▪ Modulasi Nyeri melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur syaraf
desendens sari otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri
setinggi medulla spinalis. Modulasi juga melibatkan factor kimiawi
yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas di reseptor nyeri
aferen primer.
▪ Persepsi nyeri adalah pengalaman subjektif nyeri yang bagaimanapun
juga dihasilkan oleh aktivivtas transmisi nyeri oleh syaraf
Teori Nyeri

▪ Teori yang menjelaskan mekanisme neurologic yang mendasari


sensasi nyeri yaitu
▪ Teori spesifitas
▪ Teori Pola
▪ Teori Pengendalian Gerbang
▪ Teori endorphin-enkefalin
Teori spesifitas dan Teori Pola atau penjumlahan

Teori spesifitas
▪ Teori ini ada sejak 200 tahun lalu oleh Descartes
▪ Menyatakan bahwa nyeri berjalan dari resesptor-reseptor nyeri spesifik
melalui jalur neuroanatomic tertentu ke pusat nyeri di otak dan bahwa
hubungan antara stimulus dan respon nyeri bersifat langsung dan invariable

Teori Pola atau penjumlahan


▪ Pertama kali diperkenalkan oleh Goldscheider tahun 1989
▪ Ia berpendapat bahwa penjumlahan input sensorik kulit di sel-sel tanduk
dorsal menimbulkan pola khusus impuls saraf yang memicu nyeri.
Lanjutan Teori Pola atau penjumlahan

▪ Nyeri dihasilkan stimulus instens dari reseptor-reseptor nonspesifik,


dan bahwa penjumlahan impuls-impuls itulah yang dirasakan sebagai
nyeri
▪ Ia juga mengidentifikasi serat nyeri yang memiliki kecepatan hantaran
tinggi dan serat yang lebih lambat
▪ Tahun 1943, Livingstone memperkenalkan konsep penjumlahan
sentral. Salah satu konsep kunci adalah dapat terbentuk sirkuit sirkuit
serat saraf dalam kelompok” interneuron spinal setelah suatu cedera
shg nyeri dapat berlanjut tanpa stimulasi, seperti pada phantom limb
pain (nyeri anggota badan bayangan)
Teori Pengendalian Gerbang

▪ Melzack dan Wall tahun 1965 menciptakan teori pengendalian gerbang (gate
control pain theory).
▪ Teori ini menjelaskan bahwa variasi persepsi nyeri terhadap stimulasi yang
identic
▪ Prinsip dasar teori control/pengendalian gerbang adalah
1. Baik serat sensorik bermielin besar (L) yang membawa informasi mengenai
rasa raba dan propriosepsi perifer (serat A alafa dan A beta) maupun serta
kecil yang membawa informasi ttg nyeri menyatu di kornu dorsalis medulla
spinalis
2. Transmisi impuls saraf dari serat aferen ke sel-sel transmisi medulla spinalis
di kornu doesalis di modifikasi oleh suatu mekanisme gerbang di sel-sel
substansi gelatinosa. Apabila gerbang tertutup, impuls nyeri tidak dapat
diteruskan, apabila gerbang terbuka impuls nyeri merangsang sel T di kornu
dorsalis dan kemudian naik melalui medulla spinalis ke otak, tempat impuls
tersebut dirasakan sebagai nyeri
Teori endorphin-enkefalin

▪ Pada mekanisme nyeri ini, ditemukan reseptor opiate di membrane


sinaps.
▪ Reseptor opiat terutama terdapat pada PAG, nucleus rafe medial, dan
kornu dorsalis medula spinalis.
▪ Obat narkotik eksogen (misalnya morfin) mengikat dan antogonis
narkotik (misalnya nalokson) mengikat reseptor” ini. Opiat dan opioid
menghambat nyeri. Nalokson menghambat inhibisi shg meningkatkan
nyeri
MANIFESTASI KLINIS NYERI

Nyeri ditandai dengan adanya tanda dan gejala :


▪ Diaforesis, perubahan tekanan darah atau nadi, dilatasi
pupil, perubahan frekuensi nafas, postur tubuh berhati-hati
(guarding), meringis, mengerang, dan gelisah.
▪ Klien melaporkan tentang kualitas nyeri dan intensitas, atau
secara fisiologis.
▪ Nyeri menyebabkan perubahan pernafasan dan apabila
nafas makin berat dapat menyebabkan klinis kardiovaskuler
dan syok

(Carpenito, 2013)
INSTRUMEN PENGUKURAN NYERI

Nyeri adalah pengalaman subjektif, sehingga tidak ada alat yang


definitif secara universal untuk mengukur nyeri (Horgas, 2012)
MANAJEMEN NYERI
Manajemen nyeri bergantung pada sumber dan
jenis nyeri : (Lowey, 2015)
▪ Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi

Terapi Farmakologi
• Tindakan farmakologi yaitu dengan memberikan
obat-obatan seperti dengan obat analgesik,
analgesik non narkotika dan obat anti inflamasi
non steroid (NSAID)

Herr; Bjoro; Decker (2006)


MANAJEMEN NYERI Lanj

Terapi Non Farmakologi


▪ Merupakan tindakan independen dari seorang perawat
▪ Tindakan tersebut adalah :
▪ Relaksasi, Hipnosis, Massase, Stimulasi Saraf Elektrik Transkutan
(TENS), Imajinasi Terbimbing, Akupuntur, dan Distraksi.

Herr; Bjoro; Decker (2006)


▪ Tiga langkah tangga analgesik menurut WHO untuk pengobatan nyeri
itu terdiri dari:

• Langkah pertama hendaknya menggunakan obat analgesik non opiat.

• Apabila masih tetap nyeri naik kelangkah kedua yaitu ditambahkan obat
opioid lemah misalnya kodein.

• Apabila ternyata masih belum reda atau menetap maka sebagai langkah
ketiga menggunakan opioid keras yaiut morfin.
Farmakologi : Clinical Pharmacology Of Analgesic
Drugs

▪ Opioids
▪ Opioid khususnya dipakai pada pasien yang
mendekati kematian / end of life.
▪ Opioids memberikan kenyamanan dan
menghilangkan tidak hanya nyeri tetapi juga
gejala lain seperti dyspnea atau breathlessness.
▪ Opioids mengikat reseptor di otak untuk
mencegah pelepasan transmisi nyeri ke
neuroreceptors (Coyle & Layman-Goldstein,
2001).
Farmakologi : Clinical Pharmacology Of Analgesic
Drugs
▪ Opioids
▪ opioids diklasifikasi atas sub-categories receptor
khusus yang diikat. Yaitu pure agonists, agonist-
antagonists, and pure antagonists (Paice, 2010).
▪ Morphine adalah salah satu contoh opioid yang
cukup efektif dalam mengobati nyeri sedang-
berat.
▪ Biasanya dipakai untuk symptom management
untuk pasien yang mendekati end of life
▪ Morphine is cost-effective
(Lowey, 2015)
▪ Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDS)
▪ NSAIDS , umumnya digunakan karena efeknya pada proses
inflammatory.
▪ Digunakan untuk nyeri sedang dan sebagai obat ajuvant, bersama
opioid, untuk mengobati nyeri tulang pada pasien kanker

(Lowey, 2015)
MANAJEMEN NYERI Lanj

Teknik distraksi
▪ Distraksi merupakan tindakan pengalihan terhadap perhatian pasien
agar tidak terlalu fokus terhadap nyeri yang dirasakan

Ada 3 jenis tehnik Distraksi Yaitu :


▪ Distraksi Penglihatan (Visual),
▪ Distraksi Pendengaran (Audio) Dan
▪ Distraksi intelektual

Herr; Bjoro; Decker (2006)


6 JENIS INDIKATOR PAIN BEHAVIOR
Indikator ini telah di akui oleh the American
Geriatrics Society (AGS) dan the American Medical
Directors Association (AMDA)

• Ekspresi Wajah
• Verbalizations, vocalizations
• Gerak tubuh
• Perubahan interaksi interpersonal
• Perubahan pola aktivitas rutin
• Perubahan status mental

Herr; Bjoro; Decker (2006)


6 JENIS INDIKATOR PAIN BEHAVIOR

▪ Facial expressions: sedikit cemberut, sedih, wajah


ketakutan, meringis, dahi berkerut, mata tertutup atau
menegang, berkedip cepat
▪ Verbalizations, vocalizations: mendesah, mengerang,
mendengus, melantunkan, memanggil, nafas berisik,
meminta bantuan
▪ Body movements: kaku, postur tubuh tegang, postur
tubuh terjaga, meningkatnya jalan mondar-mandir
gelisah, jalan bergoyang, gerakan yg terbatas, gaya
berjalan menyeret, atau perubahan mobilitas

Herr; Bjoro; Decker (2006)


6 JENIS INDIKATOR PAIN BEHAVIOR

▪ Changes in interpersonal interactions: agresif, menolak


perawatan, interaksi sosial menurun, tidak pantas secara
sosial, mengganggu, menarik diri, pelecehan verbal
▪ Changes in activity patterns or routines: menolak makan,
perubahan nafsu makan, peningkatan waktu istirahat
atau tidur, perubahan pola istirahat, penghentian rutinitas
umum secara tiba-tiba, peningkatan aktivitas
mengembara
▪ Mental status changes: menangis atau air mata,
kebingungan yang meningkat, mudah tersinggung, atau
tertekan.

Herr; Bjoro; Decker (2006)


KONSEKUENSI
NYERI YANG TIDAK DI OBATI

Konsekuensi nya adalah :


▪ Risiko fisiologikal
▪ Depresi
▪ Gangguan fungsi kognitif
▪ Gangguan tidur
▪ Kurang bersosialisasi
▪ Waktu rawat lebih panjang dan biaya bertambah

Herr; Bjoro; Decker (2006)


PERAN PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI
MANAJEMEN NYERI YG KOMPREHENSIF

▪ Perawat harus menyadari intervensi non farmakologis apa yang dapat


ia lakukan.
▪ Penting untuk mempertimbangkan apakah pasien atau keluarganya
memiliki energi fisik, mental, atau emosional yang diperlukan untuk
berpartisipasi pada tindakan tertentu
▪ Penting diingat bahwa intervensi nonpharmacological bukan
pengganti terapi analgesik
▪ Tetapi sebagai pelengkap terapi farmakologi dengan bbrp manfaat
yaitu

a) Meningkatkan rasa/sens kontrol individu;


b) Mengurangi perasaan lemah;
c) Meningkatkan tingkat aktivitas dan kapasitas fungsional;
d) Mengurangi stres dan kecemasan;
e) Mengurangi perilaku nyeri dan fokus nyeri; dan
f) Mengurangi dosis analgesik tanpa peningkatan nyeri, sehingga mengurangi
efek samping pengobatan
(Demir, 2012)
TERIMAKASIH

You might also like