Professional Documents
Culture Documents
122 217 1 PB
122 217 1 PB
ABSTRAK
Industri tapioka adalah salah satu jenis industri yang menghasilkan limbah cair yang dapat
menyebabkan pencemaran apabila tidak dikelola dengan baik karena mengandung senyawa
organik yang cukup tinggi, untuk mengatasi permasalahan tersebut timbul gagasan untuk
memanfaatkan limbah cair tapioka menjadi produk akhir yang bernilai dengan cara
mengelolanya sebagai pupuk cair organik yang juga berguna untuk membantu penyelamatan
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan C organik, fosfor, nitrogen,
rasio C/N, kalium dan pH pada pupuk cair dari limbah cair tapioka untuk mengetahui mutu
pupuk cair yang dihasilkan. Pada penelitian ini terdapat tiga perlakuan, yaitu pengolahan
limbah cair tapioka tanpa starter (Kontrol), pengolahan limbah cair tapioka dengan
penambahan Trichoderma koningii (Pupuk A), dan pengolahan limbah cair dengan penambahan
EM4 (Pupuk B). Analisis parameter kualitas pupuk seperti C/N, C organik, N, P, K dan pH
pada Pupuk A dan Pupuk B berbeda nyata dibandingkan dengan Kontrol. Sementara itu,
semua parameter kualitas pada Pupuk A lebih tinggi dibandingkan dengan Pupuk B.
Kandungan N, P, K dari Pupuk A sudah memenuhi nilai standar kualitas pupuk sesuai SNI 19-
7030-2004.
Abstract
Industry tapioca is one of the types of industries that produce wastewater that can use pollution
properly because contains an organic compound relatively high, to overcome these problems
arise the idea to utilize tapioca liquid waste into into a final product in a way to it as a liquid
organic fertilizer that is also useful to help rescue the environment. The research purpose to
analyze the content of C organic, nitrogen, ratio C/N, phosphorus, and potassium in liquid
fertilizers derived from tapioca wastewater. this study there were three treatments, namely
tapioca processing wastewater without starter (control), tapioca wastewater treatment with the
addition of Trichoderma koningii (Fertilizer A), and the treatment of wastewater with the
addition of EM4 (Fertilizer B). Analysis of fertilizer quality parameters such as C / N, organic C,
N, P, K and pH on Fertilizer A and B were significantly different compared with controls.
Meanwhile, all the quality parameters on Fertilizer A is higher than B. Content of Fertilizer N,
P, K of Fertilizer A value has met quality standards in accordance with SNI 19-7030-2004
fertilizer.
panjang gelombang 660 nm, sebagai Tabel 1. Standar Kualitas Pupuk Organik
pembanding dilakukan penetapan deret Berdasarkan SNI 19-7030-2004
standar dengan konsentrasi fosfor 0, 1, 2, 3, Parameter Standar
4, 5 ppm (AOAC, 1999). Total N > 0.40%
Total C organik 9.80 – 32.00%
Kalium Rasio C/N 11 – 20
P2O5 > 0.10%
Kalium (K) berperan dalam pembentukan
K2O > 0.20%
protein dan karbohidrat, pengerasan bagian
pH 4-9
kayu dari tanaman, peningkatan kualitas biji Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2004)
dan buah. Unsur K diserap dalam bentuk
K+, terutama pada tanaman muda (Mulyani, HASIL DAN PEMBAHASAN
1994). Tanaman yang kekurangan unsur K
akan mengalami gejala kekeringan pada Derajat Keasaman (pH)
ujung daun, terutama daun tua. Ujung yang Derajat keasaman dari ketiga perlakuan,
kering akan semakin menjalar hingga ke Kontrol, Pupuk A dan Pupuk B berkisar
pangkal daun. Kadang-kadang terlihat antara 4.95 sampai dengan 5.55 ( Tabel 2),
seperti tanaman yang kekurangan air. dari kandungan tersebut maka pH yang
Kekurangan unsur K pada tanaman buah- dihasilkan belum memenuhi SNI 19-7030-
buahan mempengaruhi rasa manis buah 2004. pH pada ketiga perlakuan tidak
(Winata, 1998). menunjukkan perbedaan pada awal dan
Pengujian kalium dilakukan akhir fermentasi. Tetapi, perbedaan pH
menggunakan metode pertukaran kation terjadi pada pertengahan waktu fermentasi.
dengan cara dilakukan ekstraksi dengan
larutan NH4OAc pH 7.0 N selanjutnya Tabel 2. Kandungan pH pada Pupuk Cair
diukur dengan Instrument Atomic pH
Perlakuan
Absortion Spetrophotometer (AAS) pada Ke-1 Ke-14 Ke-28
panjang gelombang 768 nm, sebagai Kontrol 5.26 a 5.53 a 5.01 a
pembanding dilakukan penetapan deret Pupuk A 5.27 a 5.40 b 5.03 a
Pupuk B 5.27 a 5.40 c 5.13 a
standar dengan konsentrasi fosfor 0, 1, 2, 3
BNT 5% 0.20 0.00 0.28
ppm (AOAC, 1999).
Bilangan rata-rata yang didampingi huruf yang
sama tidak berbeda nyata pada P (0.05); Kontrol =
Derajat Keasaman (pH) Limbah Cair Tapioka; B = Limbah Cair Tapioka +
Menurut Campbell dan Reece (2008), pH Trichoderma Koningii; C = Limbah Cair Tapioka +
EM4
merupakan faktor penting karena
berpengaruh terhadap ketersediaan mineral
yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Salah satu Kandungan pH pada Kontrol, Pupuk A
faktor yang mempengaruhi aktivitas dan Pupuk B tergolong asam. Menurut
mikroorganisme didalam media penguraian Campbell dan Reece (2008), jika pH terlalu
bahan organik adalah pH. pH optimum asam dapat disesuaikan dengan
untuk proses penguraian bahan organik menambahkan kapur yakni kalsium
menurut Sutanto (2002) antara 5–8. Akhir karbonat atau kalsium hidroksida.
proses penguraian menghasilkan pupuk Pada hari ke-14 terjadi peningkatan
organik cair yang bersifat asam netral dan kandungan pH dan kemudian mengalami
alkalis sebagai akibat dari sifat bahan penurunan pada akhir proses fermentasi,
organik. hal ini sesuai dengan Prahesti dan
Pengujian pH dilakukan menggunakan Dwipayanti (2011) bahwa tingginya pH
pH meter. Ditimbang 10 gram contoh pupuk disebabkan oleh aktivitas kelompok bakteri
organik, dimasukkan ke dalam botol kocok, lainnya, misalkan bakteri metanogen yang
ditambah 50 ml air bebas ion. Kemudian mengonversikan asam-asam organik
dikocok dengan mesin kocok selama 30 menjadi senyawa yang lebih sederhana
menit. Kemudian suspensi pupuk cair seperti metana, amoniak dan
diukur dengan pH meter yang telah karbondioksida. Setelah mengalami pH
dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH yang tinggi terjadi proses penurunan pH
7.0 dan pH 4.0. menuju pada kondisi yang optimal yaitu pH
12
Cesaria, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
7. pH yang dihasilkan dari limbah cair Keterangan : bilangan rata-rata yang didampingi huruf
tapioka berkisar antara 4.95-5.55. yang sama tidak berbeda nyata pada P (0.05); Kontrol =
Limbah Cair Tapioka; B = Limbah Cair Tapioka +
Trichoderma Koningii; C = Limbah Cair Tapioka + EM4
Kandungan C organik
Kandungan C organik yang dihasilkan dari Berdasarkan hasil penelitian pH yang
Kontrol, Pupuk A dan Pupuk B berkisar dihasilkan dari pupuk cair cenderung asam.
antara 1.10–3.02%. Berdasarkan nilai Menurut Polprasert (1989), pH yang basa
tersebut maka kandungan C organik dari menyebabkan kandungan nitrogen turun,
limbah cair tapioka masih dibawah SNI 19- sehingga dapat disimpulkan bahwa
7030-2004. Kandungan C organik dalam meningkatnya kandungan nitrogen ini
pupuk cair semakin meningkat dengan disebabkan oleh pH yang bersifat asam.
bertambahnya waktu fermentasi (Tabel 3). Kandungan nitrogen tertinggi diperoleh
dari Pupuk B.
Tabel 3. Kandungan C organik pada
Pupuk Cair
C organik (%) Rasio C/N
Perlakuan Selama proses fermentasi berlangsung Rasio
Ke-1 Ke-1 Ke-1
Kontrol 0.41 a 1.09 a 1.15 a C/N pada pupuk cair semakin meningkat,
Pupuk A 0.57 a 1.26 bc 1.86 ab hal ini dikarenakan kandungan C/N
Pupuk B 0.79 a 1.41 c 2.53 b didapatkan dari perbandingan antara
BNT 5% 0.39 0.17 0.84 kandungan C organik dan nitrogen,
Bilangan rata-rata yang didampingi huruf yang sehingga jika terjadi peningkatan
sama tidak berbeda nyata pada P (0.05); Kontrol =
Limbah Cair Tapioka; B = Limbah Cair Tapioka +
kandungan C organik dan nitrogen maka
Trichoderma Koningii; C = Limbah Cair Tapioka + kandungan C/N juga akan semakin
EM4 meningkat (Tabel 5).
Selama proses fermentasi berlangsung, Tabel 5. Rasio C/N pada Pupuk Cair
kandungan C organik mengalama fluktuasi, Rasio C/N
Perlakuan
hal ini disebabkan ada bakteri yang Ke-1 Ke-1 Ke-1
mengalami kematian. Bakteri yang Kontrol 0.66 a 1.71 a 1.79 a
mengalami kematian ini tidak mendegradasi Pupuk A 0.87 b 1.77 ab 2.54 ab
senyawa organik, tetapi terukur sebagai Pupuk B 1.18 c 1.88 c 3.27 b
BNT 5% 0.17 0.11 0.94
organik sehingga kandungan senyawa
Keterangan : bilangan rata-rata yang didampingi
organiknya tinggi (Winda, 2009). huruf yang sama tidak berbeda nyata pada P (0.05);
Kontrol = Limbah Cair Tapioka; B = Limbah Cair
Kandungan Nitrogen Tapioka + Trichoderma Koningii; C = Limbah Cair
Kandungan nitrogen pada pupuk cair Tapioka + EM4
hasil dari penggilingan padi yang Tabel 7. Kandungan Kalium pada Pupuk
mempunyai sumber karbon dan nitrogen Cair
lebih kompleks dibandingan media lain. Kalium (%)
Perlakuan
Karbohidrat yang yang mudah tersedia Ke-1 Ke-14 Ke-28
seperti halnya dedak padi merupakan Kontrol 0.42 a 0.72 a 0.87 a
sumber energi yang dapat memfasilitasi Pupuk A 0.28 a 0.79 ab 1.05 ab
aktifitas mikroorganisme dalam melakukan Pupuk B 0.27 a 1.08 c 1.25 b
BNT 5% 0.25 0.20 0.29
proses fermentasi. Keterangan : bilangan rata-rata yang didampingi
huruf yang sama tidak berbeda nyata pada P (0.05);
Kandungan Fosfor Kontrol = Limbah Cair Tapioka; B = Limbah Cair
Peningkatan kandungan fosfor sebanyak 8% Tapioka + Trichoderma Koningii; C = Limbah Cair
Tapioka + EM4
(Tabel 6), hal ini dikarenakan tingginya
kandungan fosfor juga dipengaruhi oleh
Pupuk B menghasilkan kandungan
tingginya kandungan nitrogen, semakin
kalium lebih tinggi dibandingkan dengan
tinggi nitrogen yang dikandung maka
perlakuan lain. Hal ini disebabkan oleh
multiplikasi mikroorganisme yang
terbentuknya asam organik selama proses
merombak fosfor akan meningkat, sehingga
penguraian pada Pupuk B lebih banyak dan
kandungan fosfor akan meningkat (Yuli et
al., 2011). menyebabkan daya larut unsur-unsur hara
seperti Ca, P dan K menjadi lebih tinggi,
sehingga lebih banyak kalium bagi tanaman
Tabel 6. Kandungan Fosfor pada Pupuk
(Donahue, 1970).
Cair
Fosfor (%)
Perlakuan KESIMPULAN
Ke-1 Ke-14 Ke-28
Kontrol 0.54 a 1.17 a 1.17 a
Pupuk A 0.39 a 1.33 b 1.37 b Pemberian starter EM4 dan Trichoderma
Pupuk B 0.19 a 1.53 c 1.58 c Koningii berpengaruh nyata terhadap
BNT 5% 0.81 0.15 0.17 kandungan C/N, C organik, N, P, K dan
Keterangan : bilangan rata-rata yang didampingi pH. Pada penelitian ini kualitas pupuk cair
huruf yang sama tidak berbeda nyata pada P (0.05); terbaik diperoleh dari limbah cair tapioka
Kontrol = Limbah Cair Tapioka; B = Limbah Cair
Tapioka + Trichoderma Koningii; C = Limbah Cair
dengan penambahan EM4 yaitu pada Pupuk
Tapioka + EM4 B. Penambahan starter EM4 meningkatkan
kandungan hara lebih tinggi dibandingkan
Kandungan fosfor tertinggi diperoleh dengan penambahan Trichoderma Koningii.
dari pupuk B yaitu perlakuan yang diberi Kandungan N, P dan K pada Pupuk B
EM4. Kandungan fosfor pada pupuk cair sudah memenuhi nilai standar kualitas
berkisar antara 1.14–1.70%. Berdasarkan pupuk, sehingga pupuk cair dari limbah cair
kandungan tersebut maka kandungan fosfor tapioka jika dilihat dari segi kandungan
yang dihasilkan sudah memenuhi SNI 19- hara sudah dapat digunakan sebagai pupuk,
7030-2004. akan tetapi kandungan C organik dan pH
yang dihasilkan masih belum memenuhi
Kandungan Kalium SNI 19-7030-2004.
Kandungan kalium pada pupuk cair
mengalami peningkatan sebanyak 4% (Tabel DAFTAR PUSTAKA
7). Kandungan kalium terbaik dihasilkan
dari perlakuan dengan penambahan EM4 AOAC. 1999. Official Methode of Analysis of
yaitu pada Pupuk B. Dari hasil analisa AOAC International. The Association
kualitas pupuk cair memiliki kandungan of Official Analitycals, Contaminants,
kalium berkisar antara 0.70-1.46%. Drugs. Vol. 1. AOAC International.
Berdasarkan kandungan tersebut maka Gaithersburg.
kandungan kalium yang dihasilkan sudah Bangun, D. W. 2012. Petani Pintar. Klinik
memenuhi SNI 19-7030-2004. Pertanian Indonesia.
Campbell, N. A. dan J.B. Reece. 2008. Biologi
edisi kedelapan Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.
14
Cesaria, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Donahue, R. L,W. 1970. Soils an introduction Yuli A. Hidayati.et al. 2011. Kualitas pupuk
to soil and plant growth. Prentice hall, cair hasil pengolahan Feses Sapi Potong
inc. New Jersey Menggunakan Saccharomyces cereviceae.
Hadisuwito, Sukamto. 2012. Membuat Pupuk Jurnal Ilmu Ternak Vol.11, No.2.
Organik Cair. Agromedia Pustaka. Yulipriyanto, H. 2010. Biologi tanah dan
Jakarta. startegi pengolahannya. Graha Ilmu.
Hamrad, et al .2007. Pengawasan Industri Yogyakarta.
dalam Pengendalian Pencemaran
Lingkungan. Granit. Jakarta.
Irlbeck, N.A. 2000. Basic of Alpaca Nutrition.
Alpaca Owners and Breeder
Association Annual Conference
Procedings. June 4. Louisville.
Jenie, B.S.L. dan Rahayu WP. 1993.
Penanganan Limbah Industri Pangan.
Kanisius. Yogyakarta.
Mulyani, S. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Pancapalaga, W. 2011. Pengaruh Rasio
Penggunaan Limbah Ternak dan Hijauan
terhadap Kualitas Pupuk Cair. Gamma
7(1), Hal 61-68.
Polprasert. 1999. Organic Waste Recyling. John
Wiley and Sons. Chicester.
Prahesti R.Y. dan N.U. Dwipayanti. 2011.
Pengaruh penambahan nasi basi dan gula
merah terhadap kualitas kompos dengan
proses anaerobik; studi kasus pada
sampah domestik lingkungan Banjar
Sari, Kelurahan Ubung, Denpasar
Utara: 497-506
Rahayu, M.S., dan Nurhayati, (2005),
Penggunaan EM4 dalam Pengomposan
Limbah Padat. Jurnal Penelitian Bidang
Ilmu Pertanian Vol. 3, No. 2.
Simamora, S., dan Salundik. 2005.
Meningkatkan Kualitas Kompos.
Agromedia Pustaka. Jakarta
Sungguh A. 1993. Kamus Lengkap Biologi.
Gaya Media Pratama. Jakarta.
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian
Organik : Pemasyarakatan &
Penerapannya. Karisius. Yogyakarta
Tjokroadikoesoemo, P. S. 1986. HFS dan
Industri Ubi Kayu Lainnya. PT
Gramedia. Jakarta.
Winata, L. 1998. Budidaya Anggrek. Penebar
Swadaya . Jakarta.
Winda, L. 2009. Penyisihan Senyawa Organik
pada Biowaste Fasa Padat Menggunakan
Reaktor Batch Anaer. Tugas Akhir,
Program Studi Teknik Lingkungan.
ITB. Bandung.