You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa kehamilan dan persalinan merupkan masa masa kritis dengan resiko yang

terjadi stress dan depresi di alami ibu dalam hidupnya. Namun pada masa tersebut sering

terjadi perubahan yang memerlukan adaptasi.Ibu bisa mengalami stress atau biasa kita

kenal dengan baby blues syndrome yang di sebabkan oleh gejolak psikologis yang normal,

perubahan emosi dan penyesuaian yang merupakan proses dari kehamilan, melahirkan dan

pascanatal (Lubis, 2019). Banyaknya perubahan yang dialami ibu setelah proses persalinan

menyebabkan ibu seharusnya mendapatkan perlakuan yang membuatnya nyaman agar

dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka dari situasi yang menakutkan. Ibu

juga membutuhkan istirahat dan pertolongan praktis dari orang sekitar agar dapat

menyesuaikan kegiatan sehari-hari dengan konsep mengenai keibuan dan perawatan bayi

(Anandita, 2018)

Secara statistik kejadian kecemasan lebih sering muncul dibanding dengan depresi.

Kecemasan postpartum serta depresi mempunyai efek pada seluruh perkembangan mental

pada anak-anak yang dilahirkan. Kecemasan yang terjadi pada fase postpartum

penyebabnya dikarenakan terdapatnya proses perubahan peran wanita dan pria dalam

proses menjadi orang tua, wanita dan pria mengalami penyesuaian diri yang sangat besar

terhadap hubungan mereka dengan orang lain (Pratiwi et al., 2021)


Berdasarkan data WHO yang dilansir dalam BBC News Indonesia (BBC News

Indonesia, 2021), sekitar 10% wanita hamil dan 13% wanita yang baru melahirkan

mengalami gangguan mental, terutama depresi. Angka kejadian postpartum blues di Asia

cukup tinggi antara 26- 85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian postpartum blues

berada di rentang 50-70% (Setyaningrum et al., 2023).

Menurut bukti ilmiah terbaru, baby blues dalam penelitian (Tosto et al., 2023),

sebaliknya disebut dan dikenal sebagai "post partum blues", "blues hari ketiga", "sindrom

hari ketiga", "baby blues", atau "postnatal blues” adalah kondisi psikologis sementara

dengan potensi gejala sementara emosinal pada ibu pasca melahirkan yang sulit untuk di

atasi, termasuk gejala, insomnia (sulit tidur), kecemasan, kehilangan nafsu makan, dan

konsentrasi yang buruk yang terjadi dihari pertama setelah melahirkan Puerperium adalah

periode kerentanan besar bagi wanita, terkait dengan intens keterlibatan fisik dan

emosional. Memang, perubahan mood pascapersalinan itu kompleks dan melibatkan

komponen biologis, psikologis, sosial dan budaya. Baby blues, juga dikenal sebagai baby

blues, postnatal blues, atau post-partum blues, termasuk suasana hati yang rendah dan

gejala depresi ringan, sementara, dan terbatas pada diri sendiri, yang dapat berkembang

pada awalnya hari setelah melahirkan.

Mempertimbangkan bahwa baby blues adalah faktor risiko yang mapan untuk

beralih ke gangguan mood pasca persalinan yang lebih parah dan itu hebat prevalensi

setelah melahirkan, membuat diagnosis dini penting untuk memberikan yang memadai dan

dukungan cepat untuk ibu, yang dapat berkontribusi untuk menghindari evolusi ke arah

yang lebih gangguan pasca melahirkan yang serius. Memang, baby blues telah terbukti

merupakan risiko tertentu faktor terjadinya post partum depression (PPD), postpartum
psychosis (PP) dan gangguan PPD emosional dan kognitif yang tidak dapat dipulihkan

untuk wanita dan neonatus mereka.

Baby blues digunakan untuk menggambarkan suasana hati seperti khawatir,

ketidakbahagiaan dan kelelahan. Banyak wanita mengalami baby blues selama 2 minggu

pertama setelah melahirkan bayi dan harus membutuhkan perawatan ekstra. Depresi

perinatal adalah gangguan mood yang dapat mempengaruhi wanita selama kehamilan dan

setelah melahirkan. Kata "perinatal" mengacu pada ke waktu sebelum dan sesudah

kelahiran a anak. Depresi perinatal termasuk depresi yang dimulai selama kehamilan

(disebut prenatal depresi) dan depresi yang dimulai setelah bayi lahir (disebut postpartum

depresi). Ibu dengan perinatal Depresi mengalami perasaan ekstrim kesedihan, kecemasan,

dan kelelahan yang mungkin membuat sulit bagi mereka untuk melakukan tugas sehari-

hari, termasuk merawat diri sendiri atau orang lain (Lim, 2021)

Baby Blues merupakan syndroma gangguan efek ringan yang biasanya dijumpai

pada minggu pertama setelah persalinan. Kejadian Baby Blues Syndorme memuncak pada

hari ke tiga sampai kelima dan bertahan dalam rentang waktu 14 hari setelah persalinan.

Baby Blues Syndrome dapat terjadi pada semua ibu postpartum tanpa memandang etnis

dan ras manapun, serta ibu primipara maupun multipara. Secara global diperkirakan 20%

ibu nifas menderita Baby Blues Syndrome (Namirah, 2020).

Baby blues dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti umur ibu saat

melahirkan, pekerjaan ibu, dan juga dukungan sosial. Dimana usia ibu dibawah 21 tahun

ketika melahirkan sebanyak 18.2% berpotensi untuk mengalami baby blues dan sebesar

45.5% baby blues terjadi kepada ibu yang tidak bekerja. Selanjutnya ibu yang kurang

mendapatkan dukungan sosial akan lebih berpotensi mengalami baby blues sebanyak
54.5%. Rendahnya atau ketidakpastian dukungan sosial suami dan keluarga akan

meningkatkan post-partum blues (Anandita, 2018)

Dampak yang ditimbulkan antara lain ibu mengalami gangguan aktivitas, gangguan

berhubungan dengan orang lain (keluarga dan teman) dan ibu tidak dapat merawat diri dn

bayinya. Dampak secara kesehatan yaitu ibu tidak dapat mengikuti anjuran dokter atau

petugas Kesehatan lainnya, selama masa post partum dan hal tersebut dikhawatirkan akan

menimbulkan komplikasi ibu post partum yang lain. Dampak pada bayi yaitu bayi

cenderung sering menangis, mengalami masalah tidur, dan gangguan makan. Dampak lain

dari depresi postpartum adalah mempengaruhi kemampuan bayi dalam perkembangan

bahasa, kedekatan emosional dengan orang lain, dan masalah bersikap. Dampak yang

paling fatal adalah ibu ada keinginan untuk bunuh diri atau bahkan ingin membunuh

bayinya (Elisabet, 2021)

Tingkat stress ibu pasca melahirkan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal antara lain, fluktuasi hormonal, faktor psikologis dan

kepribadian, adanya riwayat depresi sebelumnya, riwayat kehamilan dan persalinan

dengan komplikasi, persalinan section caesarea, kesulitan menyusui, dan minimnya

pengetahuan ibu akan perawatan bayi. Sedangkan faktor eksternal meliputi dukungan

sosial, kondisi dan kualitas bayi, dan status mental (Ningrum, 2017)

Penlitian yang dilakukan oleh Anandita (2018) bertujuan untuk mengetahui apakah

ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan kecenderungan mengalami baby blues

pada ibu pasca melahirkan. Hasil ini berarti semakin tinggi dukungan sosial suami, maka

semakin rendah kecenderungan mengalami baby blues pada ibu pasca melahirkan dan

begitu juga sebaliknya.


Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Putri et al., 2022) Depresi adalah gangguan

alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam

dan bekelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam

menilai realitas (Reality Testing Ability), kepribadian tetap utuh (splitting of personality)

perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal. Post partum adalah lepasnya

plasenta dari dinding rahim, sehingga ibu akan mengalami perubahan sesuai dengan jumlah

hormon, seingga ibu memebutuhkan waktu untuk menyesuaikan dirinya. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui hubungan kelompok umur dan peran suami dengan tingkat

depresi pada pasien post partum di BPM Jumita, SST, M.Kes. hasil analisis data

menunjukan bahwa ada hubungan antara peran suami dengan tingkat depresi pada pasien

post partum dengan nilai p= 0,000.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara

penyesuaian diri dan dukungan sosial suami dengan BBS (Baby Blues Syndrome) pada ibu

melahirkan primipara. Ada hubungan yang kuat antara penyesuaian diri dan dukungan

sosial suami dengan BBS (Baby Blues Syndrome) pada ibu melahirkan primipara.

Penelitian ini menunjukkan pentingnya persiapan pada ibu yang baru melahirkan. Suami

juga memerankan peranan penting bagi ibu yang baru melahirkan dan perlu memberikan

support dalam bentuk perhatian dan dukungan bantuan tenaga.

Adanya sistem dukungan yang kuat dan konsisten merupakan faktor utama

keberhasilan melakukan penyesuaian bagi ibu. Ibu postpartum sangatlah membutuhkan

bantuan dalam menyelesaikan tugas rumah tangganya seperti memasak makanan, mencuci

pakaian, berbelanja, dan ibu juga membutuhkan dorongan, dukungan, penghargaan dan

pernyataan bahwa ia adalah ibu yang baik. Bantuan atau dukungan yang paling efektif
didapat dari suami. Peran suami sangatlah penting dan merupakan sosial support yang

paling utama selain anggota keluarga dan petugas kesehatan. minimnya dukungan suami

memberikan dukungan pada saat ibu memasuki masa postpartum, maka akan menjadi

pemicu timbulnya kejadian postpartum depression, karena ibu postpartum merasa kurang

dicintai dan dihargai oleh pasangan atau suaminya.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 61,5% ibu pasca melahirkan

mendapatkan dukungan sosial suami yang tinggi, dan 50% ibu rendah mengalami Baby

Blues sehingga ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial suami (p=0,000)

dengan Baby Blues Syndrome pada ibu primipara pasca melahirkan. Hasil penelitian juga

menunjukkan keeratan hubungan dukungan sosial suami dengan Bab y Blues Syndrome

berada pada derajat keeratan yang sedang dengan korefisien korelasi r = -0,592 (Fadhilah

& Budiman, 2021)

Dukungan suami merupakan faktor terbesar dalam memicu kejadian Baby blues.

Hal ini disebabkan dukungan suami merupakan strategi koping penting pada saat

mengalami stress dan berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress. Mereka

yang mendapatkan dukungan suami baik secara emosional, support,penghargaan relatif

tidak menunjukkan gejala postpartum blues, sedangkan mereka yang kurang memperoleh

dukungan suami relative mengalami gejala postpartum blues (Samria et al,2021)

Dukungan suami merupakan tindakan mencari bantuan yang dilakukan individu

ketika mengalami tekanan psikologis. Istri membutuhkan dukungan afeksi atau tindakan

dari suami sebagai wujud tanggungjawab sebagai ayah dari anak yang dilahirkan.

Kesediaan suami memahami kebutuhan dukungan dan bantuan pada istri akan

membantunya mengalami masa sulit dan unik dalam hidupnya pasca melahirkan.
Penelitian yang dilakukan di Rumah Bersalin An Nuur pada tanggal 11 April 2019

ada 3 ibu melahirkan. Di Rumah Bersalin An Nuur rata-rata sehari 2 kelahiran terjadi dan

selama bulan Februari dan bulan Maret ada 3 Ibu yang melahirkan. Tempat penelitin

dilakukan di Kota Surakarta. Peneliti lakukan pada ibu setelah melahirkan dan mengalami

baby blues sangat membutuhkan sekali dukungan suami. Saat peneliti mengamati

ketidakperdulian suami pada kondisi istri semakin memperparah kondisi baby blues istri.

Kebanyakan suami tidak memahami kemungkinan istri mengalami postpartum blues

bahkan suami akan meladeni ketika istri uring-uringan tidak jelas yang membuat

permasalah menjadi besar dan mereka terus menerus bertengkar. Istri yang mengalami

postpartum blues tentu tidak pernah paham akan kondisi yang dialaminya jadi jika suami

juga tidak memahami, tidak perhatian dan tidak memberi dukungan tentu saja kondisi istri

yang mengalami postpartum blues akan sulit sembuh (Arianti, 2019)

Dukungan merupakan dorongan dalam bentuk kenyamanan, kepedulian,

penghargaan, maupun bantuan yang tersedia untuk individu dari seseorang atau kelompok

lain. Dukungan dapat diperoleh dari sejumlah orang penting seperti suami, anak, orang tua,

saudara atau kerabat dan teman akrab. Dukungan suami memiliki dimensi yaitu dukungan

instrumental, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dan dukungan informasi. Ibu

postpartum memiliki resiko untuk perubahan gangguan mood atau suasana hati, yaitu

postpartum blues. Diantara faktor-faktor penyebab postpartum blues yaitu dukungan suami

yang kurang. Hasil penelitian didapatkan p = 0,19 yang menunjukkan terdapat hubungan

antara dukungan suami dengan terjadinya postpartum blues pada ibu. Ibu yang tidak

mengalami postpartum blues cenderung memiliki dukungan suami yang kuat. Kesimpulan:

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab utama ibu mengalami postpartum
blues (Wulandari & Yumni, 2019)

Berdasarkan latar belakang diatas penilis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “ Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami dan Kecendrungan Mengalami Baby

Blues Syndrome Pada Ibu Pasca Melahirkan “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “

Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami dan Kecendrungan Mengalami Baby Blues

Syndrome Pada Ibu Pasca Melahirkan “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “ Hubungan Antara

Dukungan Sosial Suami dan Cendrung Mengalami Baby Blues Syndrome Pasca

Melahirkan”.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Dukungan Sosial Suami dan Kecendrungan Mengalami

Baby Blues Syndrome Pasca Melahirkan.

b. Menganalisis Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami dan Cendrung

Mengalami Baby Blues Syndrome Pasca Melahirkan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat

Dapat menjadi sumber informasi bagi semua Kalangan masyarakat untuk mengetahui
dukungan sosial suami dan kecendrungan mengalami baby blues syndrome pasca

melahirkan.

2. Bagi Instrtiusi Pendidikan

Dapat di jadikan acuan awal dan referensi untuk melakukan penelitian lainnya terkait

dengan judul yang sudah ada.

3. Bagi Institusi Kesehatan

Dapat dijadikan sumber yang dapat dijadikan awal pemberian informasi atau

penyuluhan kepada pasien dan ibu hamil bahwa pentingnya peran sosial suami dalam

proses pasca melahirkan untuk meminimalisir kejadian baby blues syndrome.

4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai tambahan referensi untuk penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan ilmu

keperawatan yang lebih maju dan dapat di manfaatkan kepada masyarakat.

E. Keaslian Penelitian

No. Nama peneliti Judul Tahun dan Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
tempat
peneliti
1. Anggia Afra Hubungan (2018) Hasil penelitian Judul 1.Tempat penelitian
Anandita Antara Kota menunjukkan penelitian,variabel yang dilakukan di kota
Dukungan pekanbaru bahwa ada penelitian pekanbaru sedangkan
Sosial Suami hubungan penilitian ini dilakukan
Dan signifikan antara di kecamatan Seponti,
Kecenderungan dukungan sosial kabupaten Kayong
Mengalami suami dengan Utara, Kalimantan
Baby Bluess kecenderungan Barat
Syndrome Pada mengalami baby 2. tahun penelitian
Ibu Pasca blues pada ibu yang dilakukan pada
Melahirkan pasca melahirkan ( tahun 2018, sedangkan
r = -0,389 dengan penilitan dilakukan
p = 0,000 pada tahun 2023
(p<0,05)). Hasil 3. sampel penelitian
ini berarti semakin berjumlah 100 orang
tinggi dukungan sedangkan penelitian
sosial suami, ini sebanyak 30 orang.
maka semakin
rendah
kecenderungan
mengalami baby
blues pada ibu
pasca melahirkan
dan begitu juga
sebaliknya.
2. Aryani, Faktor-Faktor (2022) Hasil analisa data Membahas 1. desain penelitian
afriana, farnita yang RSUD dr. bivariat tentang baby blues menggunakan desain
Berhubungan Zainoel Kota menunjukkan ada syndrome pada cross sectionsal
dengan Baby Banda Aceh hubungan usia ibu melahirkan sedangkan penlitian ini
Blues Syndrome dengan baby blues menggunakan
Pada Ibu Post syndrome pada spearman
Partum di ibu postpartum 2. lokasi penelitian
RSUD dr. (ρ=0,018), dilakukan di RSUD dr.
Zainoel Abidin pendidikan zaioel Kota Banda
Kota Banda (ρ=0.001), jenis Aceh sedangkan
Aceh persalinan penelitian ini dilakukan
(ρ=0,000), di Kecamatan Seponti
komplikasi
kelahiran
(ρ=0,025), serta
dukungan
keluarga dengan
baby blues
syndrome pada
ibu postpartum
(ρ=0,031). Ada
hubungan antara,
usia, pendidikan,
jenis persalinan,
komplikasi
kelahiran serta
dukungan
keluarga dengan
baby blues
syndrome pada
ibu postpartum.
3. Fadhila, Hubungan (2021) Hasil penelitian 1.cara 1. lokasi penelitian
Budiman Dukungan Bandung menunjukkan pengambilan data yang dilakukan dikota
Sosial Suami sebanyak 61,5% dan desain bantung, sedangkan
dengan Baby ibu pasca penelitian penelitian di lakukan di
Blues Syndrome melahirkan 2. variabel kecamatan Seponti
pada Ibu mendapatkan dukungan sosial 2. tahun penelitian
Primipara Pasca dukungan sosial suami dengan dilakukan tahun 2021,
Melahirkan suami yang tinggi, baby blues sedangkan penelitian
dan 50% ibu syndrome pda ibu ini dilakukan pada
rendah mengalami pasca melahirkan tahun 2023
Baby Blues
sehingga ada
hubungan yang
signifikan antara
dukungan sosial
suami (p=0,000)
dengan Baby
Blues Syndrome
pada ibu primipara
pasca melahirkan.
Hasil penelitian
juga menunjukkan
keeratan
hubungan
dukungan sosial
suami dengan
Baby Blues
Syndrome berada
pada derajat
keeratan yang
sedang dengan
korefisien korelasi
r = -0,592.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Baby Blues

1. Definisi Baby Blues syndrome

Annisa et al., (2022)mengemukkan bahwa Baby Blues Syndrome adalah

suatu gangguan kestabilan emosi ringan yang terjadi pada ibu akibat dari proses

kelahiran bayi yang berlangsung beberapa jam hingga lama sekitar dua minggu

dengan puncak ketidakstabilan yang bisa terjadi selama 3-5 hari ketidakstabilan

emosi pada ibu nifas yang mengalami Baby Blues Syndrome memicu ibu mudah

tersinggung khawatir berlebihan, merasa tidak dapat melakukan tugas menjadi

seorang ibu yang baik, serta pada tingkat gangguan yang berat mampu membuat

ibu tersebut acuh bahkan sampai melakukan penganiayaan terhadap anak kandung

mereka. Fenomena Baby Blues Syndrome bisa disebabkan oleh kelelahan

mengurus bayi, keletihan saat proses persalinan, perubahan hormon yang naik turun

dengan cepat, kecemasan berlebih serta kekhawatiran tidak dapat merawat bayinya

sendiri.

Menurut Laitupa et al., (2023) adalah postpartum blues atau baby blues

merupakan gangguan mood ringan yang dialami oleh ibu dalam minggu pertama

pasca melahirkan yang memuncak pada hari 1-3. Hal ini dapat dipicu oleh perasaan

ibu yang belum siap dengan kelahiran bayinya atau kesadaran langsung akan
tanggung jawab menjadi seorang ibu. Baby blues di Indonesia banyak dialami ibu

nifas terutama pada ibu dengan usia risiko dan ibu primipara..Kurangnya kesadaran

masyarakat terkait baby blues berdampak kurangnya dukungan yang diberikan

pada ibu sehingga ibu merasa diabaikan dan sendirian. Jika baby blues tidak

ditangani dengan baik maka dapat berlanjut menjadi depresi postpartum dan

psikosis postpartum.

Aryani (2022) juga mengemukan bahwa Masalah psikologi yang sering

muncul pada ibu postpartum salah satunya yaitu baby blues syndrome, yaitu

perasaan yang terjadi pada ibu pasca melahirkan yang ditandai dengan kecemasan,

serangan panik, kelelahan, perasaan menyalahkan diri dan merasa tidak mampu

mengurus bayinya. Apabila postpartum blues tidak dapat ditangani dengan baik,

maka akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan bagi ibu dan bayi, masalah

ini dapat menimbulkan perasaan tidak menyenangkan bagi ibu dan bahkan

gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi

postpartum yang mempunyai dampak lebih buruk.

Berdasarkan beberapa peneliti di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

baby blues adalah suatu sindrom yang dirasakan oleh ibu tepatnya ketika sesudah

proses persalinan dengan mengalami beberapa gejala mengenai perubahan suasana

hati yang signifikan.

2. Aspek-aspek Baby Blues Syndrome

anggia Afra Anandita (2018), menyatakan Baby Blues Syndrome memiliki beberapa

aspek, antara lain :

a. Aspek emosional
Aspek emosional merupakan perubahan suasana hati yang dialami seorang

ibu sepanjang hari, perasaan terpuruk, depresi, muram, penuh air mata, dan juga

meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung).

b. Aspek Motivasi

Aspek ini terdiri dari ibu mengalami kesulitan untuk memulai kegiatan di

pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat. Ibu juga dapat mengalami

penurunan tingkat partisipasi sosial atau minat dengan aktivitas sosial.

c. Aspek Motorik

Aspek motorik terdiri dari melambannya respon gerakan setiap hari

dibandingkan dengan biasanya. Ibu juga dapat mengalami gangguan susah tidur

(insomnia) dan mengalami kenaikan atau penurunan berat badan yang signifikan.

d. Aspek Kognitif

Aspek kognitif berkurangnya kemampuan dalam berfikir dan mengambil

keputusan dalam suatu hal. Ibu juga dilanda perasaan tidak berharga dan perasaan

bersalah yang berlebihan. Perasaan lelah atau kehilangan energi dapat dirasakan

tiap hari. Oleh karena hal-hal tersebut dapat muncul pikiran dan percobaan bunuh

diri kepada ibu pasca melahirkan.

3. Jenis-jenis gangguan Psikologis Baby Blues Syndrome

Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues

dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam

minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga sampai kelima dan

menyerang dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan (Sepriani, 2020)

a. Postpartum blues/ baby blues Terjadi pada hari 1–10 setelah melahirkan dan hanya
bersifat sementara dengan gejala gangguan mood, rasa marah, mudah menangis,

sedih, nafsu makan menurun, sulit tidur.

b. Postpartum depression Gejala yang timbul adalah perasaan sedih, tertekan, sensitif,

merasa bersalah, lelah cemas, dan dan tidak mampu merawat dirinya dan banyinya.

c. Postpartum psikosis Depresi berat yaitu dengan gejala proses pikir yang dapat

mengancam dan membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga

memrlukan pertolongan dari tenaga professional yaitu psikiater dan pemberian obat

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi baby blues syndrome

Menurut Dilla Dwi Tilana (2021) faktor penyebab postpartum blues atau baby blues, antara

lain :

1. Faktor hormonal

Perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron mempengaruhi

terjadinya fluktuasi hormonal pada tubuh. Kadar hormon kortisol atau hormon

pemicu stres yang terdapat pada tubuh ibu mengalami peningkatan, sementara

kadar hormon progesteron sangat rendah. Pada waktu yang sama, kadar hormon

prolaktin dan hormon laktogen mengalami peningkatan, dimana hormon ini

berperan dalam produksi ASI. Dan hal inilah yang akan menyebabkan kelelahan

fisik serta memicu stres pada ibu.

Dalam penelitian Sepriani (2020) menyatakan bahwa Berupa perubahan

kadar kortisol, estrogen, progesteron, prolaktin, dan estriol yang terlalu rendah atau

terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan. Ternyata

estrogen memiliki efek 12 supresi terhadap aktivitas enzim monoamine oksidase,

yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktivasi, baik noradrenalin maupun
serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.

2. Faktor Demografik

Faktor demografik yang menyebabkan baby blues yaitu usia ibu yang

terlalu tua atau terlalu muda, pengalaman kehamilan maupun persalinan, latar

belakang ibu seperti status perkawinan, tingkat pendidikan, status kehamilan, sosial

ekonomi dan riwayat kejiwaan ibu.

3. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang menyebabkan baby blues yaitu Dukungan suami dan

keluarga. Kurangnya dukungan suami dan keluarga kepada ibu yang baru

melahirkan dapat memicu terjadinya postpartum blues. Selain itu, kondisi bayi

yang tidak sesuai dengan harapan ibu dapat juga menjadi pemicu terjadinya

postpartum blues.

Menurut Elisabet (2021), menyatakan bahwa ditunjukkan dengan

memberikan perhatian dan kasih sayang pada anggota keluarga, memberikan rasa

aman, meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu bercakap-

cakap untuk menjaga komunikasi yang baik dan lain-lain.

4. Faktor Fisik

Kelelahan akibat mengasuh bayi, memandikan, menyusui, mengganti

popok dan lain sebagainya dapat menjadi pemicu ibu mengalami postpartum blues,

apalagi jika suami dan keluarga tidak membantu ibu selama masa nifas, maka hal

ini akan meningkatkan kemungkinan ibu mengalami postpartum blues.

Menurut Hasibuan (2018) menyatakan bahwa, Tidak nyamanan fisik yang

di alami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita pasca melahirkan,


misalkan: rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak pada payudara

5. Faktor Sosial

Ibu yang sulit beradaptasi dengan peran barunya sebagai seorang ibu serta

adanya perubahan gaya hidup dan perasaan terkekang akibat kehadiran bayi dan

merasa dijauhi oleh lingkungan, akan meningkatkan resiko ibu mengalami

postpartum blues. Menurut Elizabet et al (2021) menyatakan bahwa, Dukungan

sosial diberikan dengan cara menyarankan individu untuk mengikuti kegiatan

spiritual seperti pengajian, perkumpulan arisan, memberikan kesempatan untuk

memilih fasilitas kesehatan sesuai keinginan sendiri, tetap menjaga interaksi

dengan orang lain, dan memperhatikan norma-norma yang berlaku.

5. Gejala Postpartum blues atau Baby Blues

Menurut Resmi & Tyarini (2020), menyatakan bahwa gejala yang muncul dan

dirasakan ketika ibu mengalami postpartum diantaranya nyeri, mudah merasa lesu, capek,

malas, kurang tidur, disertai perasaan khawatir, cemas, dan tegang. Sebagian ibu juga

cenderung akan mengabaikan bayinya. Sedangkan menurut Achmada et al (2022), ketika

ibu menyadari mengalami baby blues maka yang dirasakan ialah nafsu makan berkurang,

perasaan senang dan sedih yang dating secara bergantian, rasa bosan, rasa malas, jengah

ketika melihat suami, mudah marah, mudah tersinggung dan tiba – tiba menangis.

6. Pencegahan dan Penanganan

Persiapan fisik yang dapat dilakukan, diantaranya menjaga pola makan;

berolahraga secara teratur; menerapkan gaya hidup sehat; serta tidur dan istirahat dengan

cukup. Persiapan mental atau psikis dapat dilakukan dengan senantiasa berniat baik,

berpikir positif (positive thinking), menghindari dan mengatasi rasa cemas dan panik
dengan baik, bersosialisasi, percaya diri, mencintai pasangan, serta berdoa. Selain itu,

dalam mempersiapkan kehadiran sang buah hati, tidak hanya sang ibu, tetapi sang ayah

juga perlu mempersiapkan diri untuk merawat sang bayi. Kehadiran suami dalam

mendampingi sang ibu dapat mencegah ataupun mengatasi postpartum blues (baby blues).

Beberapa hal yang dapat dilakukan suami, diantaranya menemani istri memeriksa

kehamilan; menjaga komunikasi; menemani istri ketika bersalin atau melahirkan;

membantu dalam menjaga bayi secara bergantian khususnya pada malam hari; merawat

bayi ketika di rumah; serta mengajak sang istri beraktivitas di luar rumah (Achmada et al.,

2022)

B. Dukungan Sosial Suami

1. Definisi Dukungan Sosial Suami

Dukungan sosial suami adalah dukungan yang sangat diperlukan

oleh seorang ibu. Dukungan sosial suami merupakan tindakan yang

dilakukan suami untuk menunjukan rasa kasih saying terhadap, perhatian

dan penghargaannya kepada ibu dan anggota keluarga guna mencapai

kesejahteraan keluarga. Ada 4 aspek dukungan sosial suami yaitu :

dukungan emosional, dukungan kelompok, dukungan informasi dan

dukungan penghargaan (mega setyaningrum,2020)

Menurut Putri et al (2022), menyatakan bahwa adanya sistem

dukungan yang kuat dan konsisten merupakan faktor utama keberhasilan

melakukan penyesuaian bagi ibu. Ibu baby blues sangat memerlukan

bantuan dalam menyelesaikan tugas rumah tangganya seperti memasak

makanan, mencuci pakaian, berbelanja, dan ibu juga membutuhkan


dorongan, dukungan, penghargaan dan pernyataan bahwa ia adalah ibu

yang baik. Kurangnya dukungan dari suami memberikan dukungan pada

saat ibu memasuki masa baby blues , maka akan menjadi pemicu timbulnya

kejadian postpartum depression, karena ibu postpartum merasa kurang

dicintai dan dihargai oleh pasangan atau suaminya.

Suami yang tidak memberikan dukungan terhadap ibu baby blues

akan menyebabkan ibu akan merasa tidak diperhatikan dan menjadi

tertekan. Tekanan yang dirasakan ibu nifas tersebut jika dibiarkan

berlarutarut dapat menyebabkan ibu mengalami stres, sehingga bisa

memunculkan sikap negatif dan menimbulkan perilaku yang kurang baik

seperti tidak mempunyai nafsu makan dan tidak mau memeriksakan

ketenaga kesehatan yang akan berdampak buruk terhadap kesehatan

dirinya.

Fadhilah & Budiman (2021), menyatakan bahwa beberapa proses

adaptasi dibutuhkan oleh sebagian perempuan dalam menjalankan peran

baru sebagai ibu, terutama di minggu-minggu awal pasca melahirkan, yang

juga dikenal sebagai masa postpartum. Selain adanya proses adaptasi dalam

menghadapi peran baru menjadi ibu, wanita yang baru melahirkan juga

akan mengalami perubahan secara fisik seperti badan yang melebar,

timbulnya strechmark ditubuh, dan hormon yang memberikan pada pada

stabil atau tidaknya emosi ibu. Hal ini perlu mendapatkan dukungan dari

orang-orang disekitar ibu. Ibu yang gagal menghadapi masa postpartum

akan mengalami perasaan cemas, stress, takut dan khawatir.


2. Tujuan Dukungan Sosial

Ibu pertama kali membutuhkan dukungan selama kehamilan, persalinan,

dan setelahnya, terutama dari orang yang dicintai. Dengan dukungan dan

perhatian, seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman. Sebagai teman

terdekatnya, pasangan paling tahu kebutuhannya. Perubahan fisik dan mental

terjadi selama kehamilan. Tugas suami adalah memberikan perhatian istri dan

menjalin hubungan yang kuat sehingga istri dapat menasihatinya dengan masalah

terkait kehamilan.

Keterlibatan pria dalam kesehatan reproduksi merupakan cara

potensial untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Memberikan layanan

perawatan prenatal yang ditargetkan termasuk mempromosikan keterlibatan

pasangan ( siti nafi`ah,2022

3. Konsep dukungan sosial

Menurut Siti Nafi`ah (2022), dukungan sosial meliputi kenyamanan,

perhatian, harga diri, atau segala bentuk bantuan yang diterima. Dukungan sosial

secara tidak langsung meningkatkan kesejahteraan dengan menurunkan stres

terkait peristiwa. Bantuan sosial memerlukan interaksi yang bermakna untuk

menguntungkan penerima. Dukungan sosial meningkatkan kesehatan mental.

Dukungan sosial mempengaruhi kesehatan fisik. Ibu pertama kali membutuhkan

dukungan selama kehamilan, persalinan, dan setelahnya, terutama dari orang yang

zdicintai. Dengan dukungan dan perhatian, seorang wanita akan merasa tenang

dan nyaman. Sebagai teman terdekatnya, pasangan paling tahu kebutuhannya.

Perubahan fisik dan mental terjadi selama kehamilan. Tugas suami adalah
memberikan perhatian istri dan menjalin hubungan yang kuat sehingga istri dapat

menasihatinya dengan masalah terkait kehamilan.

4. Bentuk – bentuk dukungan suami

a. Dukungan Informasional

Dukungan informasional yang diberikan suami

kepada ibu, menyediakan layanan informasi televisi,

majalah dan internet untuk kemudian diaskes menjadi

informasi. Suami juga harus Bersama ibu Ketika penyediaan

layanan Kesehatan memeberikan informasi tentang cara

merawat bayi. Jika suami adalah yang sangat mendukung itu

dalam mendukung ibu dalam kegiatan ini, ibu tidak akan

merasa bahwa dia telah melakukan bagiannya dalam

merawat anak.

b. Dukungan Penghargaan

Memberikan apresiasi atas dukungan yang dapat ibu

berikan membantu memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi.

Suami sering bertanya keadaan ibu dan suami mendukung

ibu untuk makan dengan baik agar melindungi Kesehatan ibu

dan anak. Suami selalu bertanya tentang masalah yang

dialami ibu setelah melahirkan. Dukungan syukur memegang

peranan yang sangat penting dalam merawat ibu nifas dan

dapat mengangkat semangat merawat bayinya.


c. Dukungan Kelompok

Dukungan kelompok meliputi ibu menentukan nama

anak. Mengajak suami diskusi tentang tumbuh kembang

anak, mengajak suami membelikan kebutuhan anak,

bergantian berjaga malam saat anak tidur. Tentunya

dukungan suami ini sangat diperlukan untuk membangun

kemitraan yang baik antara ibu dan suami saat mengasuh

anak.

d. Dukungan Emosional

Ibu membutuhkan persiapan fisik dan mental sejak

konsepsi hingga masa nifas. Dukungan sosial dari suami,

anggota keluarga atau anggota keluarga juga dapat

berkontribusi pada perkembangan depresi

pascamelahirkan. Dukungan sosial dibagi menjadi tiga

bagian : Dukungan emosional, kepedulian, kenyamanan,

dan dorongan. Dukungan Instrumental meliputi uang,

waktu, dan bantuan prkatis, dukungan informasi mencakup

nasihat, pelatihan dan diskusi dengan ibu. Ibu yang

menderita baby blues pasca persalinan akan merasakan

“kesepian yang tak tertahankan”.

Dukungan suami sangat besar pengaruhnya dalam

mengurangi stress dan tekanan psikologis ibu nifas.

Dukungan sosial juga mempengaruhi keterkaitan yang


tanpa batas, terutama dukungan dari suami. Dapat

disimpulkan bahwa dukungan suami mempengaruhi

keadaan psikologis Wanita dalam persalinan. Jika

psikologis ibu tidak berubah, maka akan terjalin ikatan yang

kuat antara ibu dan anak.

5. Faktor-faktor yang menghambat dukungan sosial Faktor yang menghambat

dukungan sosial (siti nafiah,2022)

1. Penarikan sosial yang disebabkan oleh harga diri yang buruk, ketakutan

akan penilaian, dan asumsi bahwa orang lain tidak akan membantu,

seperti menghindari, mengutuk diri sendiri, diam, dan tidak meminta

bantuan.

2. Menjadi tidak percaya, tidak peka, tidak timbal balik, dan bermusuhan.

3. Perilaku sosial yang tidak pantas, termasuk terus-menerus

membicarakan diri sendiri, membuat orang lain kesal, dan berpakaian

buruk

6. Dukungan sosial (social support) dapat berasal dari suami, keluarga, dan teman

atau sahabat (achmada,2022)

a. Suami

Hubungan perkawinan dimana terjalin hubungan antara

seorang suami dengan istri merupakan sebuah hubungan akrab yang

diikuti oleh minat dan kepentingan yang sama. Selayaknya sepasang

suami-istri, mereka akan berbagi perasaan, saling mendukung satu

sama lain, dan


b. Keluarga

Hubungan antara seorang individu dengan keluarganya

merupakan sebuah hubungan yang tercipta karena rasa saling

percaya. Seorang individu yang merupakan bagian atau anggota dari

sebuah keluarga akan menjadikan keluarga sebagai rumah dimana

di sana terkumpul harapan-harapan serta tempat ia bercerita,

bertanya, dan berkeluh kesah ketika menghadapi suatu

permasalahan

C. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kecenderungan Baby Blues

Kesepian dikaitkan dengan penurunan kesehatan fisik dan harapan hidup

seorang individu, terutama berkaitan dengan peningkatan risiko masalah

kardiovaskular. Demikian pula, perasaan kesepian yang dikaitkan dengan

peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan kognitif dan mental. Meskipun jelas

terdapat hubungan dua arah antara kesepian dan tekanan mental (mental stress),

tinjauan penelitian menunjukkan bahwa kondisi seperti depresi dapat diprediksi

oleh perasaan kesepian yang dialami sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi

kemungkinan dukungan sosial (social support) informal yang ditawarkan kepada

seseorang dengan tekanan mental merupakan sikap inisiatif yang diambil terhadap

permasalahan kesehatan mental oleh orang-orang di sekitar mereka.

Dukungan sosial dari suami merupakan strategi coping yang penting untuk

ibu yang mengalami stres pasca melahirkan dan berfungsi sebagai strategi preventif

untuk mengurangi stres Suami dapat memberikan perhatian, komunikasi, dan

hubungan emosional yang intim. Bentuk dukungan dari keluarga terutama orang
tua (ibu) adalah komunikasi dan hubungan emosional yang baik dan hangat

(Mariany et al., 2022)

D. Kerangka Teori

Faktor – faktor Baby Blues Postpartum Blues

1. Faktor Hormonal
2. Faktor Demografik
Postpartum Defresion
3. Faktor Psikologis
4. Faktor Fisik
5. Faktor Sosial Psikosis Defresi Berat

Faktor-faktor Dukungan
Sosial Suami

Dukungan Sosial Suami 1. Informasional


2. Penghargaan
3. Kelompok
4. Emosional

Keterangan :

= tidak diteliti

= diteliti

Skema 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Tilana (2021), Wulandari & Yumni (2019), Erlisa Elizabeth et al (2021), mega

setyaningrum (2021), Lubis (2019)


DAFTAR PUSTAKA

Achmada, F. S., Psikologi, F., Negeri, U. I., Malik, M., & Malang, I. (2022). PENGARUH
DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DAN KELUARGA TERHADAP KECENDERUNGAN
BABY BLUES TERHADAP KECENDERUNGAN BABY BLUES.

anggia afra anandita, 2018. (2018). HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI
DAN KECENDERUNGAN MENGALAMI BABY BLUESS SYNDROME PADA IBU
PASCA MELAHIRKAN. Energies, 6(1), 1–8.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.els
evier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?token=C039B8B13922A2079230DC9AF1
1A333E295FCD8

Annisa, A., Saputra, M. I. R., Agnesfadia, S., & ... (2022). Pengaruh Olahraga terhadap
Fenomena Baby Blues Syndrome (Postpartum Blues) pada Ibu Nifas (Postpartum).
Prosiding Seminar …, 1. http://conference.um.ac.id/index.php/spencer/article/view/3247

Arianti, F. D. (2019). Dukungan Suami Pada Istri Yang Mengalami Postpartum Blues. 1–11.

Aryani, R. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Baby Blues Syndrome Pada Ibu
Post Partum di RSUD dr. Zainoel Abidin Kota Banda Aceh Factors Related to Baby
Blues Syndrome in Post Partum Mothers in RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh City.
Journal of Healtcare Technology and Medicine, 8(2), 2615–109.

Elisabet, E. (2021). Depresi Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Periode 2021 Depresi Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang Periode 2021. 93. http://repository.stikesrspadgs.ac.id/434/1/11 dokumentasian
usia REVISI mohar rissa %281%29.pdf

Fadhilah, G. N., & Budiman, A. (2021). Hubungan Dukungan Sosial Suami Terhadap
Kecenderungan Baby Blues Sindrom Pada Ibu Pasca Melahirkan. Prosiding Psikologi,
7(1), 47–51. http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/psikologi/article/view/25533/pdf
Laitupa, S. A. K., Purwanti, E., & ... (2023). Pengalaman Baby blues Syndrome Pada Ibu
Postpartum di Kabupaten Merauke. … of Pharmaceutical and …, 4(1), 117–121.
https://doi.org/10.47065/jharma.v4i1.2786

Lim, G. (2021). Perinatal depression. Current Opinion in Anaesthesiology, 34(3), 233–237.


https://doi.org/10.1097/ACO.0000000000000998

Lubis, N. A. (2019). HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DAN PETUGAS KESEHATAN


DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES DIKLINIK BERSALIN PUTRI
MAULIDA SIREGAR TEMBUNG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2019.
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN
MEDAN PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2019, 561(3), S2–S3.

Mariany, M., Naim, R., & Afrianty, I. (2022). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kejadian
Postpartum Blues pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Pomalaa. Jurnal Surya
Medika, 8(2), 319–324. https://doi.org/10.33084/jsm.v8i2.3916

Namirah. (2020). FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BABY


BLUES SYNDROME PADA IBU NIFAS.
File:///C:/Users/VERA/Downloads/ASKEP_AGREGAT_ANAK_and_REMAJA_PRINT.D
ocx, 21(1), 1–9.

Ningrum, S. P. (2017). Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi. Jurnal Ilmiah Psikologi,


Vol.4, No.(188), 205–218.

Pratiwi, D. M., Rejeki, S., & Juniarto, A. Z. (2021). Intervention to Reduce Anxiety in
Postpartum Mother. Media Keperawatan Indonesia, 4(1), 62.
https://doi.org/10.26714/mki.4.1.2021.62-71

Putri, Y., Hermiyati, D., & Ramlis, R. R. (2022). Hubungan Kelompok Umur dan Peran Suami
dengan Tingkat Depresi pada ibu Postpartum. Jmns, 3(2), 35–44.
https://doi.org/10.57170/jmns.v3i2.70

Resmi, D. candra, & Tyarini, I. A. (2020). Pengaruh Dukungan Sosial Orang Terdekat dalam
Meminimalisir Peristiwa dan Dampak Postpartum pada Ibu Usia Muda. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 19(Mei), 33–42.
Sepriani, D. R. (2020). Faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues di wilayah
puskesmas remaja tahun 2020. Jurnal Kesehatan, 8, 99–100.

Setyaningrum, T., Metra, L. A., Sukmawati, V. E., Unjani, P., Unjani, P., & Unjani, F. P. (2023).
FENOMENA POSTPARTUM BLUES PADA PRIMIPARA ( IBU DENGAN KELAHIRAN
BAYI PERTAMA ). 10(1), 27–34. https://doi.org/10.54867/jkm.v10i1.158

Tosto, V., Ceccobelli, M., Lucarini, E., Tortorella, A., Gerli, S., Parazzini, F., & Favilli, A.
(2023). Maternity Blues: A Narrative Review. Journal of Personalized Medicine, 13(1).
https://doi.org/10.3390/jpm13010154

Wulandari, Y., & Yumni, F. L. (2019). Hubungan Dukungan Suami Terhadap Postpartum Blues
Pada. Jurnal Ilmiah KesehatanUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA,
0706068202.

Achmada, F. S., Psikologi, F., Negeri, U. I., Malik, M., & Malang, I. (2022). PENGARUH
DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DAN KELUARGA TERHADAP KECENDERUNGAN
BABY BLUES TERHADAP KECENDERUNGAN BABY BLUES.

anggia afra anandita, 2018. (2018). HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI
DAN KECENDERUNGAN MENGALAMI BABY BLUESS SYNDROME PADA IBU
PASCA MELAHIRKAN. Energies, 6(1), 1–8.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.els
evier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?token=C039B8B13922A2079230DC9AF1
1A333E295FCD8

Annisa, A., Saputra, M. I. R., Agnesfadia, S., & ... (2022). Pengaruh Olahraga terhadap
Fenomena Baby Blues Syndrome (Postpartum Blues) pada Ibu Nifas (Postpartum).
Prosiding Seminar …, 1. http://conference.um.ac.id/index.php/spencer/article/view/3247

Arianti, F. D. (2019). Dukungan Suami Pada Istri Yang Mengalami Postpartum Blues. 1–11.

Aryani, R. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Baby Blues Syndrome Pada Ibu
Post Partum di RSUD dr. Zainoel Abidin Kota Banda Aceh Factors Related to Baby
Blues Syndrome in Post Partum Mothers in RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh City.
Journal of Healtcare Technology and Medicine, 8(2), 2615–109.

Elisabet, E. (2021). Depresi Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Periode 2021 Depresi Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang Periode 2021. 93. http://repository.stikesrspadgs.ac.id/434/1/11 dokumentasian
usia REVISI mohar rissa %281%29.pdf

Fadhilah, G. N., & Budiman, A. (2021). Hubungan Dukungan Sosial Suami Terhadap
Kecenderungan Baby Blues Sindrom Pada Ibu Pasca Melahirkan. Prosiding Psikologi,
7(1), 47–51. http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/psikologi/article/view/25533/pdf

Laitupa, S. A. K., Purwanti, E., & ... (2023). Pengalaman Baby blues Syndrome Pada Ibu
Postpartum di Kabupaten Merauke. … of Pharmaceutical and …, 4(1), 117–121.
https://doi.org/10.47065/jharma.v4i1.2786

Lim, G. (2021). Perinatal depression. Current Opinion in Anaesthesiology, 34(3), 233–237.


https://doi.org/10.1097/ACO.0000000000000998

Lubis, N. A. (2019). HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DAN PETUGAS KESEHATAN


DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES DIKLINIK BERSALIN PUTRI
MAULIDA SIREGAR TEMBUNG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2019.
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN
MEDAN PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2019, 561(3), S2–S3.

Mariany, M., Naim, R., & Afrianty, I. (2022). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kejadian
Postpartum Blues pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Pomalaa. Jurnal Surya
Medika, 8(2), 319–324. https://doi.org/10.33084/jsm.v8i2.3916

Namirah. (2020). FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BABY


BLUES SYNDROME PADA IBU NIFAS.
File:///C:/Users/VERA/Downloads/ASKEP_AGREGAT_ANAK_and_REMAJA_PRINT.D
ocx, 21(1), 1–9.

Ningrum, S. P. (2017). Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi. Jurnal Ilmiah Psikologi,


Vol.4, No.(188), 205–218.
Pratiwi, D. M., Rejeki, S., & Juniarto, A. Z. (2021). Intervention to Reduce Anxiety in
Postpartum Mother. Media Keperawatan Indonesia, 4(1), 62.
https://doi.org/10.26714/mki.4.1.2021.62-71

Putri, Y., Hermiyati, D., & Ramlis, R. R. (2022). Hubungan Kelompok Umur dan Peran Suami
dengan Tingkat Depresi pada ibu Postpartum. Jmns, 3(2), 35–44.
https://doi.org/10.57170/jmns.v3i2.70

Resmi, D. candra, & Tyarini, I. A. (2020). Pengaruh Dukungan Sosial Orang Terdekat dalam
Meminimalisir Peristiwa dan Dampak Postpartum pada Ibu Usia Muda. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 19(Mei), 33–42.

Sepriani, D. R. (2020). Faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues di wilayah
puskesmas remaja tahun 2020. Jurnal Kesehatan, 8, 99–100.

Setyaningrum, T., Metra, L. A., Sukmawati, V. E., Unjani, P., Unjani, P., & Unjani, F. P. (2023).
FENOMENA POSTPARTUM BLUES PADA PRIMIPARA ( IBU DENGAN KELAHIRAN
BAYI PERTAMA ). 10(1), 27–34. https://doi.org/10.54867/jkm.v10i1.158

Tosto, V., Ceccobelli, M., Lucarini, E., Tortorella, A., Gerli, S., Parazzini, F., & Favilli, A.
(2023). Maternity Blues: A Narrative Review. Journal of Personalized Medicine, 13(1).
https://doi.org/10.3390/jpm13010154

Wulandari, Y., & Yumni, F. L. (2019). Hubungan Dukungan Suami Terhadap Postpartum Blues
Pada. Jurnal Ilmiah KesehatanUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA,
0706068202.

You might also like