Professional Documents
Culture Documents
Bab I Revisi Ketiga Gabung
Bab I Revisi Ketiga Gabung
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masa kehamilan dan persalinan merupkan masa masa kritis dengan resiko yang
terjadi stress dan depresi di alami ibu dalam hidupnya. Namun pada masa tersebut sering
terjadi perubahan yang memerlukan adaptasi.Ibu bisa mengalami stress atau biasa kita
kenal dengan baby blues syndrome yang di sebabkan oleh gejolak psikologis yang normal,
perubahan emosi dan penyesuaian yang merupakan proses dari kehamilan, melahirkan dan
pascanatal (Lubis, 2019). Banyaknya perubahan yang dialami ibu setelah proses persalinan
dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka dari situasi yang menakutkan. Ibu
juga membutuhkan istirahat dan pertolongan praktis dari orang sekitar agar dapat
menyesuaikan kegiatan sehari-hari dengan konsep mengenai keibuan dan perawatan bayi
(Anandita, 2018)
Secara statistik kejadian kecemasan lebih sering muncul dibanding dengan depresi.
Kecemasan postpartum serta depresi mempunyai efek pada seluruh perkembangan mental
pada anak-anak yang dilahirkan. Kecemasan yang terjadi pada fase postpartum
penyebabnya dikarenakan terdapatnya proses perubahan peran wanita dan pria dalam
proses menjadi orang tua, wanita dan pria mengalami penyesuaian diri yang sangat besar
Indonesia, 2021), sekitar 10% wanita hamil dan 13% wanita yang baru melahirkan
mengalami gangguan mental, terutama depresi. Angka kejadian postpartum blues di Asia
cukup tinggi antara 26- 85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian postpartum blues
Menurut bukti ilmiah terbaru, baby blues dalam penelitian (Tosto et al., 2023),
sebaliknya disebut dan dikenal sebagai "post partum blues", "blues hari ketiga", "sindrom
hari ketiga", "baby blues", atau "postnatal blues” adalah kondisi psikologis sementara
dengan potensi gejala sementara emosinal pada ibu pasca melahirkan yang sulit untuk di
atasi, termasuk gejala, insomnia (sulit tidur), kecemasan, kehilangan nafsu makan, dan
konsentrasi yang buruk yang terjadi dihari pertama setelah melahirkan Puerperium adalah
periode kerentanan besar bagi wanita, terkait dengan intens keterlibatan fisik dan
komponen biologis, psikologis, sosial dan budaya. Baby blues, juga dikenal sebagai baby
blues, postnatal blues, atau post-partum blues, termasuk suasana hati yang rendah dan
gejala depresi ringan, sementara, dan terbatas pada diri sendiri, yang dapat berkembang
Mempertimbangkan bahwa baby blues adalah faktor risiko yang mapan untuk
beralih ke gangguan mood pasca persalinan yang lebih parah dan itu hebat prevalensi
setelah melahirkan, membuat diagnosis dini penting untuk memberikan yang memadai dan
dukungan cepat untuk ibu, yang dapat berkontribusi untuk menghindari evolusi ke arah
yang lebih gangguan pasca melahirkan yang serius. Memang, baby blues telah terbukti
merupakan risiko tertentu faktor terjadinya post partum depression (PPD), postpartum
psychosis (PP) dan gangguan PPD emosional dan kognitif yang tidak dapat dipulihkan
ketidakbahagiaan dan kelelahan. Banyak wanita mengalami baby blues selama 2 minggu
pertama setelah melahirkan bayi dan harus membutuhkan perawatan ekstra. Depresi
perinatal adalah gangguan mood yang dapat mempengaruhi wanita selama kehamilan dan
setelah melahirkan. Kata "perinatal" mengacu pada ke waktu sebelum dan sesudah
kelahiran a anak. Depresi perinatal termasuk depresi yang dimulai selama kehamilan
(disebut prenatal depresi) dan depresi yang dimulai setelah bayi lahir (disebut postpartum
depresi). Ibu dengan perinatal Depresi mengalami perasaan ekstrim kesedihan, kecemasan,
dan kelelahan yang mungkin membuat sulit bagi mereka untuk melakukan tugas sehari-
hari, termasuk merawat diri sendiri atau orang lain (Lim, 2021)
Baby Blues merupakan syndroma gangguan efek ringan yang biasanya dijumpai
pada minggu pertama setelah persalinan. Kejadian Baby Blues Syndorme memuncak pada
hari ke tiga sampai kelima dan bertahan dalam rentang waktu 14 hari setelah persalinan.
Baby Blues Syndrome dapat terjadi pada semua ibu postpartum tanpa memandang etnis
dan ras manapun, serta ibu primipara maupun multipara. Secara global diperkirakan 20%
Baby blues dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti umur ibu saat
melahirkan, pekerjaan ibu, dan juga dukungan sosial. Dimana usia ibu dibawah 21 tahun
ketika melahirkan sebanyak 18.2% berpotensi untuk mengalami baby blues dan sebesar
45.5% baby blues terjadi kepada ibu yang tidak bekerja. Selanjutnya ibu yang kurang
mendapatkan dukungan sosial akan lebih berpotensi mengalami baby blues sebanyak
54.5%. Rendahnya atau ketidakpastian dukungan sosial suami dan keluarga akan
Dampak yang ditimbulkan antara lain ibu mengalami gangguan aktivitas, gangguan
berhubungan dengan orang lain (keluarga dan teman) dan ibu tidak dapat merawat diri dn
bayinya. Dampak secara kesehatan yaitu ibu tidak dapat mengikuti anjuran dokter atau
petugas Kesehatan lainnya, selama masa post partum dan hal tersebut dikhawatirkan akan
menimbulkan komplikasi ibu post partum yang lain. Dampak pada bayi yaitu bayi
cenderung sering menangis, mengalami masalah tidur, dan gangguan makan. Dampak lain
bahasa, kedekatan emosional dengan orang lain, dan masalah bersikap. Dampak yang
paling fatal adalah ibu ada keinginan untuk bunuh diri atau bahkan ingin membunuh
Tingkat stress ibu pasca melahirkan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal antara lain, fluktuasi hormonal, faktor psikologis dan
pengetahuan ibu akan perawatan bayi. Sedangkan faktor eksternal meliputi dukungan
sosial, kondisi dan kualitas bayi, dan status mental (Ningrum, 2017)
Penlitian yang dilakukan oleh Anandita (2018) bertujuan untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan kecenderungan mengalami baby blues
pada ibu pasca melahirkan. Hasil ini berarti semakin tinggi dukungan sosial suami, maka
semakin rendah kecenderungan mengalami baby blues pada ibu pasca melahirkan dan
alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam
dan bekelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas (Reality Testing Ability), kepribadian tetap utuh (splitting of personality)
perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal. Post partum adalah lepasnya
plasenta dari dinding rahim, sehingga ibu akan mengalami perubahan sesuai dengan jumlah
hormon, seingga ibu memebutuhkan waktu untuk menyesuaikan dirinya. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan kelompok umur dan peran suami dengan tingkat
depresi pada pasien post partum di BPM Jumita, SST, M.Kes. hasil analisis data
menunjukan bahwa ada hubungan antara peran suami dengan tingkat depresi pada pasien
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara
penyesuaian diri dan dukungan sosial suami dengan BBS (Baby Blues Syndrome) pada ibu
melahirkan primipara. Ada hubungan yang kuat antara penyesuaian diri dan dukungan
sosial suami dengan BBS (Baby Blues Syndrome) pada ibu melahirkan primipara.
Penelitian ini menunjukkan pentingnya persiapan pada ibu yang baru melahirkan. Suami
juga memerankan peranan penting bagi ibu yang baru melahirkan dan perlu memberikan
Adanya sistem dukungan yang kuat dan konsisten merupakan faktor utama
bantuan dalam menyelesaikan tugas rumah tangganya seperti memasak makanan, mencuci
pakaian, berbelanja, dan ibu juga membutuhkan dorongan, dukungan, penghargaan dan
pernyataan bahwa ia adalah ibu yang baik. Bantuan atau dukungan yang paling efektif
didapat dari suami. Peran suami sangatlah penting dan merupakan sosial support yang
paling utama selain anggota keluarga dan petugas kesehatan. minimnya dukungan suami
memberikan dukungan pada saat ibu memasuki masa postpartum, maka akan menjadi
pemicu timbulnya kejadian postpartum depression, karena ibu postpartum merasa kurang
mendapatkan dukungan sosial suami yang tinggi, dan 50% ibu rendah mengalami Baby
Blues sehingga ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial suami (p=0,000)
dengan Baby Blues Syndrome pada ibu primipara pasca melahirkan. Hasil penelitian juga
menunjukkan keeratan hubungan dukungan sosial suami dengan Bab y Blues Syndrome
berada pada derajat keeratan yang sedang dengan korefisien korelasi r = -0,592 (Fadhilah
Dukungan suami merupakan faktor terbesar dalam memicu kejadian Baby blues.
Hal ini disebabkan dukungan suami merupakan strategi koping penting pada saat
mengalami stress dan berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress. Mereka
tidak menunjukkan gejala postpartum blues, sedangkan mereka yang kurang memperoleh
ketika mengalami tekanan psikologis. Istri membutuhkan dukungan afeksi atau tindakan
dari suami sebagai wujud tanggungjawab sebagai ayah dari anak yang dilahirkan.
Kesediaan suami memahami kebutuhan dukungan dan bantuan pada istri akan
membantunya mengalami masa sulit dan unik dalam hidupnya pasca melahirkan.
Penelitian yang dilakukan di Rumah Bersalin An Nuur pada tanggal 11 April 2019
ada 3 ibu melahirkan. Di Rumah Bersalin An Nuur rata-rata sehari 2 kelahiran terjadi dan
selama bulan Februari dan bulan Maret ada 3 Ibu yang melahirkan. Tempat penelitin
dilakukan di Kota Surakarta. Peneliti lakukan pada ibu setelah melahirkan dan mengalami
baby blues sangat membutuhkan sekali dukungan suami. Saat peneliti mengamati
ketidakperdulian suami pada kondisi istri semakin memperparah kondisi baby blues istri.
bahkan suami akan meladeni ketika istri uring-uringan tidak jelas yang membuat
permasalah menjadi besar dan mereka terus menerus bertengkar. Istri yang mengalami
postpartum blues tentu tidak pernah paham akan kondisi yang dialaminya jadi jika suami
juga tidak memahami, tidak perhatian dan tidak memberi dukungan tentu saja kondisi istri
penghargaan, maupun bantuan yang tersedia untuk individu dari seseorang atau kelompok
lain. Dukungan dapat diperoleh dari sejumlah orang penting seperti suami, anak, orang tua,
saudara atau kerabat dan teman akrab. Dukungan suami memiliki dimensi yaitu dukungan
postpartum memiliki resiko untuk perubahan gangguan mood atau suasana hati, yaitu
postpartum blues. Diantara faktor-faktor penyebab postpartum blues yaitu dukungan suami
yang kurang. Hasil penelitian didapatkan p = 0,19 yang menunjukkan terdapat hubungan
antara dukungan suami dengan terjadinya postpartum blues pada ibu. Ibu yang tidak
mengalami postpartum blues cenderung memiliki dukungan suami yang kuat. Kesimpulan:
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab utama ibu mengalami postpartum
blues (Wulandari & Yumni, 2019)
Berdasarkan latar belakang diatas penilis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “ Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami dan Kecendrungan Mengalami Baby
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “
Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami dan Kecendrungan Mengalami Baby Blues
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “ Hubungan Antara
Dukungan Sosial Suami dan Cendrung Mengalami Baby Blues Syndrome Pasca
Melahirkan”.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Dapat menjadi sumber informasi bagi semua Kalangan masyarakat untuk mengetahui
dukungan sosial suami dan kecendrungan mengalami baby blues syndrome pasca
melahirkan.
Dapat di jadikan acuan awal dan referensi untuk melakukan penelitian lainnya terkait
Dapat dijadikan sumber yang dapat dijadikan awal pemberian informasi atau
penyuluhan kepada pasien dan ibu hamil bahwa pentingnya peran sosial suami dalam
Sebagai tambahan referensi untuk penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan ilmu
E. Keaslian Penelitian
No. Nama peneliti Judul Tahun dan Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
tempat
peneliti
1. Anggia Afra Hubungan (2018) Hasil penelitian Judul 1.Tempat penelitian
Anandita Antara Kota menunjukkan penelitian,variabel yang dilakukan di kota
Dukungan pekanbaru bahwa ada penelitian pekanbaru sedangkan
Sosial Suami hubungan penilitian ini dilakukan
Dan signifikan antara di kecamatan Seponti,
Kecenderungan dukungan sosial kabupaten Kayong
Mengalami suami dengan Utara, Kalimantan
Baby Bluess kecenderungan Barat
Syndrome Pada mengalami baby 2. tahun penelitian
Ibu Pasca blues pada ibu yang dilakukan pada
Melahirkan pasca melahirkan ( tahun 2018, sedangkan
r = -0,389 dengan penilitan dilakukan
p = 0,000 pada tahun 2023
(p<0,05)). Hasil 3. sampel penelitian
ini berarti semakin berjumlah 100 orang
tinggi dukungan sedangkan penelitian
sosial suami, ini sebanyak 30 orang.
maka semakin
rendah
kecenderungan
mengalami baby
blues pada ibu
pasca melahirkan
dan begitu juga
sebaliknya.
2. Aryani, Faktor-Faktor (2022) Hasil analisa data Membahas 1. desain penelitian
afriana, farnita yang RSUD dr. bivariat tentang baby blues menggunakan desain
Berhubungan Zainoel Kota menunjukkan ada syndrome pada cross sectionsal
dengan Baby Banda Aceh hubungan usia ibu melahirkan sedangkan penlitian ini
Blues Syndrome dengan baby blues menggunakan
Pada Ibu Post syndrome pada spearman
Partum di ibu postpartum 2. lokasi penelitian
RSUD dr. (ρ=0,018), dilakukan di RSUD dr.
Zainoel Abidin pendidikan zaioel Kota Banda
Kota Banda (ρ=0.001), jenis Aceh sedangkan
Aceh persalinan penelitian ini dilakukan
(ρ=0,000), di Kecamatan Seponti
komplikasi
kelahiran
(ρ=0,025), serta
dukungan
keluarga dengan
baby blues
syndrome pada
ibu postpartum
(ρ=0,031). Ada
hubungan antara,
usia, pendidikan,
jenis persalinan,
komplikasi
kelahiran serta
dukungan
keluarga dengan
baby blues
syndrome pada
ibu postpartum.
3. Fadhila, Hubungan (2021) Hasil penelitian 1.cara 1. lokasi penelitian
Budiman Dukungan Bandung menunjukkan pengambilan data yang dilakukan dikota
Sosial Suami sebanyak 61,5% dan desain bantung, sedangkan
dengan Baby ibu pasca penelitian penelitian di lakukan di
Blues Syndrome melahirkan 2. variabel kecamatan Seponti
pada Ibu mendapatkan dukungan sosial 2. tahun penelitian
Primipara Pasca dukungan sosial suami dengan dilakukan tahun 2021,
Melahirkan suami yang tinggi, baby blues sedangkan penelitian
dan 50% ibu syndrome pda ibu ini dilakukan pada
rendah mengalami pasca melahirkan tahun 2023
Baby Blues
sehingga ada
hubungan yang
signifikan antara
dukungan sosial
suami (p=0,000)
dengan Baby
Blues Syndrome
pada ibu primipara
pasca melahirkan.
Hasil penelitian
juga menunjukkan
keeratan
hubungan
dukungan sosial
suami dengan
Baby Blues
Syndrome berada
pada derajat
keeratan yang
sedang dengan
korefisien korelasi
r = -0,592.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Baby Blues
suatu gangguan kestabilan emosi ringan yang terjadi pada ibu akibat dari proses
kelahiran bayi yang berlangsung beberapa jam hingga lama sekitar dua minggu
dengan puncak ketidakstabilan yang bisa terjadi selama 3-5 hari ketidakstabilan
emosi pada ibu nifas yang mengalami Baby Blues Syndrome memicu ibu mudah
seorang ibu yang baik, serta pada tingkat gangguan yang berat mampu membuat
ibu tersebut acuh bahkan sampai melakukan penganiayaan terhadap anak kandung
mengurus bayi, keletihan saat proses persalinan, perubahan hormon yang naik turun
dengan cepat, kecemasan berlebih serta kekhawatiran tidak dapat merawat bayinya
sendiri.
Menurut Laitupa et al., (2023) adalah postpartum blues atau baby blues
merupakan gangguan mood ringan yang dialami oleh ibu dalam minggu pertama
pasca melahirkan yang memuncak pada hari 1-3. Hal ini dapat dipicu oleh perasaan
ibu yang belum siap dengan kelahiran bayinya atau kesadaran langsung akan
tanggung jawab menjadi seorang ibu. Baby blues di Indonesia banyak dialami ibu
nifas terutama pada ibu dengan usia risiko dan ibu primipara..Kurangnya kesadaran
pada ibu sehingga ibu merasa diabaikan dan sendirian. Jika baby blues tidak
ditangani dengan baik maka dapat berlanjut menjadi depresi postpartum dan
psikosis postpartum.
muncul pada ibu postpartum salah satunya yaitu baby blues syndrome, yaitu
perasaan yang terjadi pada ibu pasca melahirkan yang ditandai dengan kecemasan,
serangan panik, kelelahan, perasaan menyalahkan diri dan merasa tidak mampu
mengurus bayinya. Apabila postpartum blues tidak dapat ditangani dengan baik,
maka akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan bagi ibu dan bayi, masalah
ini dapat menimbulkan perasaan tidak menyenangkan bagi ibu dan bahkan
gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi
baby blues adalah suatu sindrom yang dirasakan oleh ibu tepatnya ketika sesudah
anggia Afra Anandita (2018), menyatakan Baby Blues Syndrome memiliki beberapa
a. Aspek emosional
Aspek emosional merupakan perubahan suasana hati yang dialami seorang
ibu sepanjang hari, perasaan terpuruk, depresi, muram, penuh air mata, dan juga
b. Aspek Motivasi
Aspek ini terdiri dari ibu mengalami kesulitan untuk memulai kegiatan di
pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat. Ibu juga dapat mengalami
c. Aspek Motorik
dibandingkan dengan biasanya. Ibu juga dapat mengalami gangguan susah tidur
(insomnia) dan mengalami kenaikan atau penurunan berat badan yang signifikan.
d. Aspek Kognitif
keputusan dalam suatu hal. Ibu juga dilanda perasaan tidak berharga dan perasaan
bersalah yang berlebihan. Perasaan lelah atau kehilangan energi dapat dirasakan
tiap hari. Oleh karena hal-hal tersebut dapat muncul pikiran dan percobaan bunuh
Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam
minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga sampai kelima dan
menyerang dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan (Sepriani, 2020)
a. Postpartum blues/ baby blues Terjadi pada hari 1–10 setelah melahirkan dan hanya
bersifat sementara dengan gejala gangguan mood, rasa marah, mudah menangis,
b. Postpartum depression Gejala yang timbul adalah perasaan sedih, tertekan, sensitif,
merasa bersalah, lelah cemas, dan dan tidak mampu merawat dirinya dan banyinya.
c. Postpartum psikosis Depresi berat yaitu dengan gejala proses pikir yang dapat
memrlukan pertolongan dari tenaga professional yaitu psikiater dan pemberian obat
Menurut Dilla Dwi Tilana (2021) faktor penyebab postpartum blues atau baby blues, antara
lain :
1. Faktor hormonal
terjadinya fluktuasi hormonal pada tubuh. Kadar hormon kortisol atau hormon
pemicu stres yang terdapat pada tubuh ibu mengalami peningkatan, sementara
kadar hormon progesteron sangat rendah. Pada waktu yang sama, kadar hormon
berperan dalam produksi ASI. Dan hal inilah yang akan menyebabkan kelelahan
kadar kortisol, estrogen, progesteron, prolaktin, dan estriol yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan. Ternyata
yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktivasi, baik noradrenalin maupun
serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
2. Faktor Demografik
Faktor demografik yang menyebabkan baby blues yaitu usia ibu yang
terlalu tua atau terlalu muda, pengalaman kehamilan maupun persalinan, latar
belakang ibu seperti status perkawinan, tingkat pendidikan, status kehamilan, sosial
3. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang menyebabkan baby blues yaitu Dukungan suami dan
keluarga. Kurangnya dukungan suami dan keluarga kepada ibu yang baru
melahirkan dapat memicu terjadinya postpartum blues. Selain itu, kondisi bayi
yang tidak sesuai dengan harapan ibu dapat juga menjadi pemicu terjadinya
postpartum blues.
memberikan perhatian dan kasih sayang pada anggota keluarga, memberikan rasa
4. Faktor Fisik
popok dan lain sebagainya dapat menjadi pemicu ibu mengalami postpartum blues,
apalagi jika suami dan keluarga tidak membantu ibu selama masa nifas, maka hal
5. Faktor Sosial
Ibu yang sulit beradaptasi dengan peran barunya sebagai seorang ibu serta
adanya perubahan gaya hidup dan perasaan terkekang akibat kehadiran bayi dan
Menurut Resmi & Tyarini (2020), menyatakan bahwa gejala yang muncul dan
dirasakan ketika ibu mengalami postpartum diantaranya nyeri, mudah merasa lesu, capek,
malas, kurang tidur, disertai perasaan khawatir, cemas, dan tegang. Sebagian ibu juga
ibu menyadari mengalami baby blues maka yang dirasakan ialah nafsu makan berkurang,
perasaan senang dan sedih yang dating secara bergantian, rasa bosan, rasa malas, jengah
ketika melihat suami, mudah marah, mudah tersinggung dan tiba – tiba menangis.
berolahraga secara teratur; menerapkan gaya hidup sehat; serta tidur dan istirahat dengan
cukup. Persiapan mental atau psikis dapat dilakukan dengan senantiasa berniat baik,
berpikir positif (positive thinking), menghindari dan mengatasi rasa cemas dan panik
dengan baik, bersosialisasi, percaya diri, mencintai pasangan, serta berdoa. Selain itu,
dalam mempersiapkan kehadiran sang buah hati, tidak hanya sang ibu, tetapi sang ayah
juga perlu mempersiapkan diri untuk merawat sang bayi. Kehadiran suami dalam
mendampingi sang ibu dapat mencegah ataupun mengatasi postpartum blues (baby blues).
Beberapa hal yang dapat dilakukan suami, diantaranya menemani istri memeriksa
membantu dalam menjaga bayi secara bergantian khususnya pada malam hari; merawat
bayi ketika di rumah; serta mengajak sang istri beraktivitas di luar rumah (Achmada et al.,
2022)
saat ibu memasuki masa baby blues , maka akan menjadi pemicu timbulnya
dirinya.
juga dikenal sebagai masa postpartum. Selain adanya proses adaptasi dalam
menghadapi peran baru menjadi ibu, wanita yang baru melahirkan juga
stabil atau tidaknya emosi ibu. Hal ini perlu mendapatkan dukungan dari
dan setelahnya, terutama dari orang yang dicintai. Dengan dukungan dan
perhatian, seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman. Sebagai teman
terjadi selama kehamilan. Tugas suami adalah memberikan perhatian istri dan
menjalin hubungan yang kuat sehingga istri dapat menasihatinya dengan masalah
terkait kehamilan.
perhatian, harga diri, atau segala bentuk bantuan yang diterima. Dukungan sosial
dukungan selama kehamilan, persalinan, dan setelahnya, terutama dari orang yang
zdicintai. Dengan dukungan dan perhatian, seorang wanita akan merasa tenang
Perubahan fisik dan mental terjadi selama kehamilan. Tugas suami adalah
memberikan perhatian istri dan menjalin hubungan yang kuat sehingga istri dapat
a. Dukungan Informasional
merawat anak.
b. Dukungan Penghargaan
anak.
d. Dukungan Emosional
1. Penarikan sosial yang disebabkan oleh harga diri yang buruk, ketakutan
akan penilaian, dan asumsi bahwa orang lain tidak akan membantu,
bantuan.
2. Menjadi tidak percaya, tidak peka, tidak timbal balik, dan bermusuhan.
buruk
6. Dukungan sosial (social support) dapat berasal dari suami, keluarga, dan teman
a. Suami
permasalahan
peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan kognitif dan mental. Meskipun jelas
terdapat hubungan dua arah antara kesepian dan tekanan mental (mental stress),
seseorang dengan tekanan mental merupakan sikap inisiatif yang diambil terhadap
Dukungan sosial dari suami merupakan strategi coping yang penting untuk
ibu yang mengalami stres pasca melahirkan dan berfungsi sebagai strategi preventif
hubungan emosional yang intim. Bentuk dukungan dari keluarga terutama orang
tua (ibu) adalah komunikasi dan hubungan emosional yang baik dan hangat
D. Kerangka Teori
1. Faktor Hormonal
2. Faktor Demografik
Postpartum Defresion
3. Faktor Psikologis
4. Faktor Fisik
5. Faktor Sosial Psikosis Defresi Berat
Faktor-faktor Dukungan
Sosial Suami
Keterangan :
= tidak diteliti
= diteliti
Sumber : Tilana (2021), Wulandari & Yumni (2019), Erlisa Elizabeth et al (2021), mega
Achmada, F. S., Psikologi, F., Negeri, U. I., Malik, M., & Malang, I. (2022). PENGARUH
DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DAN KELUARGA TERHADAP KECENDERUNGAN
BABY BLUES TERHADAP KECENDERUNGAN BABY BLUES.
anggia afra anandita, 2018. (2018). HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI
DAN KECENDERUNGAN MENGALAMI BABY BLUESS SYNDROME PADA IBU
PASCA MELAHIRKAN. Energies, 6(1), 1–8.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.els
evier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?token=C039B8B13922A2079230DC9AF1
1A333E295FCD8
Annisa, A., Saputra, M. I. R., Agnesfadia, S., & ... (2022). Pengaruh Olahraga terhadap
Fenomena Baby Blues Syndrome (Postpartum Blues) pada Ibu Nifas (Postpartum).
Prosiding Seminar …, 1. http://conference.um.ac.id/index.php/spencer/article/view/3247
Arianti, F. D. (2019). Dukungan Suami Pada Istri Yang Mengalami Postpartum Blues. 1–11.
Aryani, R. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Baby Blues Syndrome Pada Ibu
Post Partum di RSUD dr. Zainoel Abidin Kota Banda Aceh Factors Related to Baby
Blues Syndrome in Post Partum Mothers in RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh City.
Journal of Healtcare Technology and Medicine, 8(2), 2615–109.
Elisabet, E. (2021). Depresi Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Periode 2021 Depresi Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang Periode 2021. 93. http://repository.stikesrspadgs.ac.id/434/1/11 dokumentasian
usia REVISI mohar rissa %281%29.pdf
Fadhilah, G. N., & Budiman, A. (2021). Hubungan Dukungan Sosial Suami Terhadap
Kecenderungan Baby Blues Sindrom Pada Ibu Pasca Melahirkan. Prosiding Psikologi,
7(1), 47–51. http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/psikologi/article/view/25533/pdf
Laitupa, S. A. K., Purwanti, E., & ... (2023). Pengalaman Baby blues Syndrome Pada Ibu
Postpartum di Kabupaten Merauke. … of Pharmaceutical and …, 4(1), 117–121.
https://doi.org/10.47065/jharma.v4i1.2786
Mariany, M., Naim, R., & Afrianty, I. (2022). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kejadian
Postpartum Blues pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Pomalaa. Jurnal Surya
Medika, 8(2), 319–324. https://doi.org/10.33084/jsm.v8i2.3916
Pratiwi, D. M., Rejeki, S., & Juniarto, A. Z. (2021). Intervention to Reduce Anxiety in
Postpartum Mother. Media Keperawatan Indonesia, 4(1), 62.
https://doi.org/10.26714/mki.4.1.2021.62-71
Putri, Y., Hermiyati, D., & Ramlis, R. R. (2022). Hubungan Kelompok Umur dan Peran Suami
dengan Tingkat Depresi pada ibu Postpartum. Jmns, 3(2), 35–44.
https://doi.org/10.57170/jmns.v3i2.70
Resmi, D. candra, & Tyarini, I. A. (2020). Pengaruh Dukungan Sosial Orang Terdekat dalam
Meminimalisir Peristiwa dan Dampak Postpartum pada Ibu Usia Muda. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 19(Mei), 33–42.
Sepriani, D. R. (2020). Faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues di wilayah
puskesmas remaja tahun 2020. Jurnal Kesehatan, 8, 99–100.
Setyaningrum, T., Metra, L. A., Sukmawati, V. E., Unjani, P., Unjani, P., & Unjani, F. P. (2023).
FENOMENA POSTPARTUM BLUES PADA PRIMIPARA ( IBU DENGAN KELAHIRAN
BAYI PERTAMA ). 10(1), 27–34. https://doi.org/10.54867/jkm.v10i1.158
Tosto, V., Ceccobelli, M., Lucarini, E., Tortorella, A., Gerli, S., Parazzini, F., & Favilli, A.
(2023). Maternity Blues: A Narrative Review. Journal of Personalized Medicine, 13(1).
https://doi.org/10.3390/jpm13010154
Wulandari, Y., & Yumni, F. L. (2019). Hubungan Dukungan Suami Terhadap Postpartum Blues
Pada. Jurnal Ilmiah KesehatanUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA,
0706068202.
Achmada, F. S., Psikologi, F., Negeri, U. I., Malik, M., & Malang, I. (2022). PENGARUH
DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DAN KELUARGA TERHADAP KECENDERUNGAN
BABY BLUES TERHADAP KECENDERUNGAN BABY BLUES.
anggia afra anandita, 2018. (2018). HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI
DAN KECENDERUNGAN MENGALAMI BABY BLUESS SYNDROME PADA IBU
PASCA MELAHIRKAN. Energies, 6(1), 1–8.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.els
evier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?token=C039B8B13922A2079230DC9AF1
1A333E295FCD8
Annisa, A., Saputra, M. I. R., Agnesfadia, S., & ... (2022). Pengaruh Olahraga terhadap
Fenomena Baby Blues Syndrome (Postpartum Blues) pada Ibu Nifas (Postpartum).
Prosiding Seminar …, 1. http://conference.um.ac.id/index.php/spencer/article/view/3247
Arianti, F. D. (2019). Dukungan Suami Pada Istri Yang Mengalami Postpartum Blues. 1–11.
Aryani, R. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Baby Blues Syndrome Pada Ibu
Post Partum di RSUD dr. Zainoel Abidin Kota Banda Aceh Factors Related to Baby
Blues Syndrome in Post Partum Mothers in RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh City.
Journal of Healtcare Technology and Medicine, 8(2), 2615–109.
Elisabet, E. (2021). Depresi Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Periode 2021 Depresi Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang Periode 2021. 93. http://repository.stikesrspadgs.ac.id/434/1/11 dokumentasian
usia REVISI mohar rissa %281%29.pdf
Fadhilah, G. N., & Budiman, A. (2021). Hubungan Dukungan Sosial Suami Terhadap
Kecenderungan Baby Blues Sindrom Pada Ibu Pasca Melahirkan. Prosiding Psikologi,
7(1), 47–51. http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/psikologi/article/view/25533/pdf
Laitupa, S. A. K., Purwanti, E., & ... (2023). Pengalaman Baby blues Syndrome Pada Ibu
Postpartum di Kabupaten Merauke. … of Pharmaceutical and …, 4(1), 117–121.
https://doi.org/10.47065/jharma.v4i1.2786
Mariany, M., Naim, R., & Afrianty, I. (2022). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kejadian
Postpartum Blues pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Pomalaa. Jurnal Surya
Medika, 8(2), 319–324. https://doi.org/10.33084/jsm.v8i2.3916
Putri, Y., Hermiyati, D., & Ramlis, R. R. (2022). Hubungan Kelompok Umur dan Peran Suami
dengan Tingkat Depresi pada ibu Postpartum. Jmns, 3(2), 35–44.
https://doi.org/10.57170/jmns.v3i2.70
Resmi, D. candra, & Tyarini, I. A. (2020). Pengaruh Dukungan Sosial Orang Terdekat dalam
Meminimalisir Peristiwa dan Dampak Postpartum pada Ibu Usia Muda. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 19(Mei), 33–42.
Sepriani, D. R. (2020). Faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues di wilayah
puskesmas remaja tahun 2020. Jurnal Kesehatan, 8, 99–100.
Setyaningrum, T., Metra, L. A., Sukmawati, V. E., Unjani, P., Unjani, P., & Unjani, F. P. (2023).
FENOMENA POSTPARTUM BLUES PADA PRIMIPARA ( IBU DENGAN KELAHIRAN
BAYI PERTAMA ). 10(1), 27–34. https://doi.org/10.54867/jkm.v10i1.158
Tosto, V., Ceccobelli, M., Lucarini, E., Tortorella, A., Gerli, S., Parazzini, F., & Favilli, A.
(2023). Maternity Blues: A Narrative Review. Journal of Personalized Medicine, 13(1).
https://doi.org/10.3390/jpm13010154
Wulandari, Y., & Yumni, F. L. (2019). Hubungan Dukungan Suami Terhadap Postpartum Blues
Pada. Jurnal Ilmiah KesehatanUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA,
0706068202.