You are on page 1of 50

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

MEMBANTU MENGEMBANGKAN MINAT DAN BAKAT


PADA PESERTA DIDIK DI SMK ASY-SYIFA DEPOK

Skripsi
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana

Nama : Intan Nayisila


NPM : 202001500583

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN


SOSIAL
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2024
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Intan Nayisila


NPM : 202001500583
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Ilmu Pengetahuan dan Pengetahuan Sosial
Judul Skripsi : Peranan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam
Mengembangkan Minat dan Bakat pada Peserta Didik di SMK
Asy-Syifa Depok.

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Pembimbing Materi Pembimbing Teknik

Dr. Julinda Siregar, M.Pd

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Intan Nayisila


NPM : 202001500583
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Ilmu Pengetahuan dan Pengetahuan Sosial
Judul Skripsi : Peranan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam
Mengembangkan Minat dan Bakat pada Peserta Didik di SMK
Asy-Syifa Depok.

Panitia Ujian

Ketua : Prof. Dr. H. Sumaryoto

Sekertaris : Dr. Heru Sriyono,M.M.,M.Pd.

NO NAMA TANDA TANGAN


1. Dr. Julinda Siregar, M.Pd
2.
3.

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Intan Nayisila


NPM : 202001500583
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi/tugas akhir dengan judul “ Peranan Guru
Bimbingan dan Konseling Dalam Mengembangkan Minat dan Bakat Pada Peserta
Didik di SMK Asy-Syifa Depok” beserta seluruh isinya adalah benar benar karya
saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutupan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/saksi apabila kemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada kliam dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini sesuai dengan Undang-undang republic Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional Bab VI Pasal 25 ayat 2.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dimanfaatkan sesuai dengan keperluan.

Jakarta,
Yang menyatakan,

Intan Nayisila

iv
ABSTRAK

A. Intan Nayisila 202001500583


B. Peranan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Mengembangkan Minat
dan Bakat Pada Peserta Didik di SMK ASY-SYIFA Depok. Skripsi:Jakarta:
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Pengetahuan Sosial : Universitas Indraprasta
Persatuan Guru Republik Indonesia Jakarta, Agustus 2018
C. Vii + bab + halaman
D. Kata kunci : Peranan Guru Bimbingan dan Konseling, Membantu,
Mengembangkan Minat dan Bakat Peserta Didik.
E. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai tentang peranan Guru Bimbingan
dan Konseling dalam Mengembangkan Minat dan Bakat Peserta Didik di
Sekolah SMK Asy-Syifa Depok. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu merupakan cara
penggumpulan data yang nyata, apa adanya yaitu pada saat penelitian
dilaksanakan. Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah,
peran guru bimbingan dan konseling, siswa kelas XII RPL 2 Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Asy-syifa Depok yang seluruhnya berjumlah 102 orang siswa,
dan 40 siswa, ditetapkan sumber data penelitian, penelitian ini merupakan
penelitian purposive sampling.
Instumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket,
wawancara, dan observasi dengan mengamati lingkungan sekolah dan keadaan
sekolah.
Teknik analisis data yang penulis lakukan adalah mengklompokkan,
penjumlahan data jawaban siswa dan mempresentasikan serta
menginterprestasikan data. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Membantu Mengembangkan Minat dan
Bakat pada Peserta Didik di Sekolah SMK Asy-syifa Depok. Dalam Kategori
Baik.
F. Daftar Pustaka :
G. Pembimbing Materi : Dr. Julinda Siregar, M.Pd
Pembimbing Teknik :

v
MOTO

vi
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, dan karuniannya
kepada penulis semua sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Peranan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Mengembangkan Minat dan
Bakat Pada Peserta Didik di SMK Asy-Syifa Depok”. Laporan skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Starat-1 di
Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan
Sosial, Universitas Indraprassta PGRI.

Penyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan, arahan dan bimbingan banyak
pihak. Oleh sebab itu, penyusun ingin sampaikan trimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Julinda Siregar, M.Pd, Selaku dosen pembimbing materi, Program
Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan
Sosial (FIPPS) Universitas Indraprasta PGRI.
2. Selaku dosen pembimbing Teknik, Program Studi Bimbingan dan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial (FIPPS)
Universitas Indraprasta PGRI.
3. Selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan dan Pengetahuan Sosial (FIPPS) Universitas Indraprasta PGRI.
4. Bapak Dr. Heru Sriyono,M.M.,M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan dan Pengetahuan Sosial (FIPPS) Universitas Indraprasta PGRI.
5. Bapak Prof Dr. H. Sumaryoto, M.,M selaku Rektor Universitas Indraprasta
PGRI.
6. Segenap dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling atas segala ilmu dan
bimbingannya.
7. Kedua orang tua Mama, Ayah, serta Keluarga tercinta yang telah
memberikan nasihat, doa, dan dukungan moral maupun materi untuk
penulis dalam menuntut ilmu, sehingga penyusunan proposal penelitian ini
dapat terselesaikan.

vii
8. Teman-teman Ekstensi XE Angkatan 2020 yang telah saling memotivasi
dan membantu terselesaikannya skripsi ini.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Meski demikian, penyusunan merasa masih banyak kesalahan dalam
penyusunan skripsi ini, Oleh sebab ini penyusun sangat terbuka menerima kritikan
dan saran yang membangun untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat diterima sebagai gagasan untuk bangsa
yang layak didukung untuk menjadi solusi atas permasalahan, Semoga apa yang
berhasil penulis tuliskan akan bermanfaat para pembaca.

Jakarta, 2024

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUAJUAN SKRIPSI


LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
MOTTO
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. Sistematika Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
4. Macam-macam Layanan Bimbingan dan Konseling
5. Pengertian Minat
6. Macam-macam minat
7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat
8. Pengertian Bakat
9. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

ix
10. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
B. Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Teknik Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Metode Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Data
B. Pengolahan Data
C. Interpretasi Data
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
DAFTAR TABEL

xi
LAMPIRAN

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya masing-masing individu mempunyai minat dan bakat

yang unik dan berbeda-beda. Guru dapat membantu peserta didik mengenali

dan mengoptimalkan potensi mereka dengan memberikan panduan, dorongan,

dan peluang untuk mengembangkan minat dan bakat mereka. Ketika peserta

didik memiliki minat dan bakat dalam suatu bidang, mereka cenderung lebih

termotivasi untuk belajar dan berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan.

Guru dapat memanfaatkan minat dan bakat ini sebagai alat untuk meningkatkan

keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Melalui bimbingan guru, peserta

didik dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam bidang yang

mereka minati. Ini membantu mereka meraih keunggulan dalam bidang

tersebut.

Guru dapat membantu peserta didik memahami hubungan antara minat

dan bakat dengan pilihan karir. Dengan bimbingan yang tepat, peserta didik

dapat membuat keputusan yang berdasarkan minat mereka, sehingga lebih

mungkin mencapai kesuksesan dan kepuasan dalam karir mereka di masa

depan. Dengan mendukung peserta didik dalam mengembangkan minat dan

bakat mereka, guru dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri peserta

didik. Peserta didik yang merasa percaya diri dalam kemampuan mereka lebih
2

mungkin untuk mencoba hal-hal baru dan menghadapi tantangan dengan

keyakinan.

Bagi peserta didik yang memiliki minat dan bakat dalam seni, musik,

tari, atau bidang budaya lainnya, guru dapat membantu mereka

mengembangkan bakat ini, yang pada gilirannya mempromosikan penghargaan

terhadap seni dan budaya. Peserta didik yang diberi kesempatan untuk mengejar

minat dan bakat mereka dalam konteks pendidikan cenderung menjadi siswa

yang lebih kreatif dan inovatif. Guru juga dapat membantu peserta didik dalam

mengatasi hambatan atau rintangan yang mungkin mereka hadapi dalam

mengembangkan minat dan bakat mereka. Ini dapat mencakup memberikan

bimbingan atau sumber daya tambahan.

Minat dan bakat dapat digunakan sebagai motivasi untuk meningkatkan

prestasi akademik. Ketika peserta didik melihat hubungan antara minat mereka

dan materi pelajaran, mereka lebih mungkin berkinerja lebih baik. Melalui

pengamatan, komunikasi yang baik, dan bimbingan, guru dapat memainkan

peran kunci dalam membantu peserta didik mengembangkan minat dan bakat

mereka. Dengan demikian, mereka dapat memberikan pendidikan yang lebih

sesuai dan bermakna, yang pada gilirannya membantu peserta didik mencapai

potensi penuh mereka.

Minat dan bakat apabila tidak dikembangkan dengan baik maka akan

terjadi permasalahan pada siswa, salah satunya kenyataan yang khususnya ada

di Sekolah Menengah Kejuruan Asy-Syifa Depok dimana masih ada siswa yang

perlu dibantu dalam pengembangan minat dan bakat mereka. Ketidakkonsisten


3

mereka dalam fokus pengembangan minat dan bakat yang mereka membuat

kurangnya minat dan bakat tersebut berorientasi kepada prestasi. Akhirnya

saluran untuk mereka mengasah lebih optimal minat dan bakat mereka tidak

dimanfaatkan secara baik. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut

diharapkan peran guru, khususnya guru bimbingan dan konseling dalam

mengembangkan minat dan bakat pada peserta didik di SMK Asy-Syifa Depok.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mengangkat judul tentang

“Peranan Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Membantu Mengembangkan

Minat Dan Bakat Pada Peserta Didik di SMK Asy-Syifa Depok” dengan

harapan dapat membantu mengembangkan minat dan bakat agar prestasi

sekolah dapat berkembang dengan baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas dapat kita tarik beberapa

permasalah secara umum tentang tantangan yang di hadapi oleh siswa SMK

dan secara umum tentang masalah siswa di SMK Asy-Syifa Depok dalam

penelitian ini adalah:

1. Peran guru bimbingan konseling dibutuhkan untuk mengembangkan minat

dan bakat.

2. Banyak siswa yang belum mengetahui minat dan bakatnya.

3. Perlu adanya pelaksanaan tes minat dan bakat di sekolah.

4. Pentingnya guru bimbingan dan konseling dalam membantu

mengembangkan minat dan bakat.


4

5. Faktor yang mempengaruhi pengembangan minat dan bakat siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang

diidentifikasi masalah yang dikemukakan di atas sangat luas, maka masalah

yang dipilih dibatasi oleh peneliti. Peneliti hanya meneliti peranan Guru

Bimbingan Konseling dalam membantu mengembangkan minat dan bakat

pada peserta didik yang peniliti lihat dan observasi di lingkungan SMK Asy-

Syifa Depok agar dilihat peranan yang dilakukan tersebut.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peranan guru bimbingan dan konseling dalam membantu

mengembangkan minat dan bakat pada peserta didik di SMK Asy-Syifa

Depok?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran guru bimbingan dan konseling dalam membantu

mengambangkan minat dan bakat pada peserta didik di SMK Asy-Syifa.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Adapun penilitian ini mengharapkan dapat bermanfaat sebagai:

a. Pengembangan ilmu pengetahuan. Khususnya bagi guru bimbingan

dan konseling yang membantu siswa-siswi untuk memahami dan

tearahnya minat dan bakat mereka dengan baik.


5

b. Menjadi bahan masukan bagi guru bimbingan dan konseling lain

dalam pengembangan bakat siswa.

2. Manfaat Praktis

Adapun secara praktik dapat bermanfaat sebagai:

a. Masukan kepada Guru Bimbingan dan Konseling untuk

memberikan layanan dalam proses mengembangkan bakat pada

siswa, khususnya peserta didik di SMK.

b. Pelindungan dalam memahami anak bagi orang tua untuk lebih

mendukung dan dapat memberikan perhatian khusus dalam proses

berkembangnya minat yang mengarahkan bakat dan potensi siswa.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. Sistematika Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
4. Macam-macam Layanan Bimbingan dan Konseling
5. Pengertian Minat
6. Macam-macam minat
6

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat


8. Pengertian Bakat
9. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
10. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
B. Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Teknik Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Metode Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Data
B. Pengolahan Data
C. Interpretasi Data
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
7

BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Teori menurut Sugiono (2010:54) merupakan “alur logika atau
penalaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsi
yang disusun secara sistematis”. Maka memulai suatu landasan teori
dengan suatu definisi-definisi. Menurut Abu Ahmadi (2010:6) “bimbingan
merupakan kata yang memiliki kata dasar bimbing yang berarti proses
pemberian bantuan”. Sedangkan, konseling menurut Nurihsan dan Ahmad
Juntika (2007:10) adalah upaya membantu individu melalui proses
interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli mampu
mamahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan
menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli
merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan konseling merupakan
seorang tenaga pengajar yang memiliki tugas pemberi bantuan untuk dapat
memahami diri maupun lingkungannya. Meskipun hal tersebut
disimpulkan melalui pengertian-pengertian yang terpisah namun definisi
guru bimbingan konseling sendiri pengertiannya seperti, guru bimbingan
konseling adalah seorang guru yang bertugas memberikan bantuan
psikologis dan kemanusiaan secara ilmiah dan professional sehingga
seorang guru bimbingan konseling harus berusaha menciptakan
komunikasi yang baik dengan murid dalam menghadapi masalah dan
tantangan hidup (Dewi Ketut Sukardi, 2008:6).
Adapun menurut W.S. Winkel (1991:495), seorang guru
pembimbing (konselor) sekolah adalah orang yang memimpin suatu
kelompok konseling sepenuhnya bertanggung jawab terhadap apa yang
telah terjadi dalam kelompok itu. Dalam hal ini guru pembimbing
8

(konselor) dalam institusi pendidikan tidak dapat lepas tangan dan


menyerahkan tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompok
sepenuhnya kepada para konseling sendiri. Ini berarti guru pembimbing
baik dari segi teoritis maupun segi praktis harus bertindak sebagai ketua
kelompok diskusi dan sebagai pengatur wawancara konseling bersama.
Oleh karena itu guru pembimbing harus memenuhi syarat yang
menyangkut pendidikan akademik, kepribadian, keterampilan
berkomunikasi dengan orang lain dan penggunaan teknik-teknik
konseling.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling pada hakikatnya adalah memberi
bimbingan kepada individu atau sekelompok individu agar mereka dapat
berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Winkel (2005:32)
mengemukakan bahwa tujuan pelayanan bimbingan konseling yaitu
supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi
mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas
mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan
secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri
secara memadai.
Menurut Fenti Hikmawati (2010:66) Untuk mencapai tujuan
tersebut mereka harus mendapatkan kesempatan untuk:

a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas


perkembangannya.
b. Mengenal dan memahami potensi dan peluang yang ada di
lingkungannya.
c. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta
rencana pencapaian tujuan tersebut.
d. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
e. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,
kepentingan tempatnya bekerja dan masyarakat.
f. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari
lingkungannya.
9

g. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya


secara optimal.

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling


Guru bimbingan konseling memiliki hubungan erat dengan proses
tanggung jawab lebih untuk memberi pelayanan bimbingan namun
sebelum membahas tujuan bimbingan konseling, perlulah disebutkan
terlebih dahulu definisi dari guru bimbingan konseling. Guru sendiri
secara definisi merupakan seseorang yang memiliki kemampuan untuk
mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik dalam proses pemindahan ilmu dari sumber belajar yang
tersedia kepada peserta didik (Siti Maemunawati dan Muhammad Alif,
2020:7). Dikutip oleh Yuliana D Lestari (2017:2) Menurut Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesi Nomor 111 Tahun
2014 Tentang Bimbingan dan Konseling yang Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah Pasal 2 menyebutkan bahwa layanan Bimbingan
dan Konseling bagi Konseli pada satuan pendidikan memiliki fungsi
sebagai berikut:

a. Pemahaman diri dan lingkungan;


b. Fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan;
c. Penyesuaian diri dengan diri sendiri dan lingkungan;
d. Penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan karir;
e. Pencegahan timbulnya masalah;
f. Perbaikan dan penyembuhan;
g. Pemeliharaan kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk
perkembangan diri Konseli;
h. Pengembangan potensi optimal;
i. Advokasi diri terhadap perlakuan diskriminatif;
j. Membangun adaptasi pendidik dan tenaga kependidikan
terhadap program dan aktivitas pendidikan sesuai dengan latar
belakang pendidikan, bakat, minat, kemampuan, kecepatan
belajar, dan kebutuhan.

Selain itu menurut Prayitno dan Amti (2004:94) menyatakan fungsi


bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun
keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui layanan tersebut.
10

Fungsi-fungsi itu banyak dan dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi


pokok, yaitu:

a. Fungsi Pemahaman;
b. Fungsi Pencegahan
c. Fungsi Pengentasan
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan.

Menurut Yuliana D Lestari (2017:3) memandang pentingnya fungsi


bimbingan dan konseling bagi perkembangan peserta didik, maka guru
bimbingan dan konseling dituntut untuk dapat melaksanakan tugasnya
sebagai seorang guru pembimbing sesuai dengan fungsi bimbingan dan
konseling yang ada. Selanjutnya Prayitno dan Amti (2004:95)
menguraikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan fungsi-
fungsi bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

a. fungsi pemahaman, yaitu pemahaman tentang klien,


pemahaman tentang masalah klien, dan pemahaman tentang
lingkungan yang lebih luas;
b. fungsi pencegahan, yaitu mendorong perbaikan lingkungan
yang kalu dibiarkan akan berdampak negatif terhadap individu
yang bersangkutan, mendorong perbaikan kondisi diri pribadi
klien, meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang
diperlukan yang mempengaruhi perkembangan dan
kehidupannya, mendorong individu untuk tidak melakukan
sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar, dan
melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat,
menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang
bersangkutan;
c. fungsi pengentasan, yaitu melalui layanan bimbingan dan
konseling, dilaksanakan melalui layanan konseling
perorangan, konseling kelompok, programprogram orientasi
dan informasi yang disusun secara khusus bagi klien;
d. fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu pemeliharaan
dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan,
kegiatan, dan program.

Sementara itu, Winkel & Hastuti (2010:136) mengemukakan,


fungsi pokok pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah
sebagai berikut:
11

a. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi dalam membantusiswa


mendapatkanprogram studi yang sesuai baginya dalam rangka
kurikulum pengajaran yang disediakan di sekolah, memilih
kegiatan ekstrakurikuler yang cocok baginya selama menjadi
peserta didik di sekolah yang bersangkutan, menentukan
program studi lanjutan yang sesuai baginya setelah tamat, dan
merencanakan bidang pekerjaan yang cocok baginya di masa
mendatang. Semua ini kerap berarti bahwa siswa kerap dibantu
untuk memilih di antara alternatif yang tersedia (decision
making);
b. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi dalam membantu siswa
menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam
berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi. Misalnya, siswa
harus dibantu untuk bergaul secara memuaskan dengan
menentukan sikap di tengah‐tengah kehidupan keluarganya
keluarganya (adjustment);
c. Fungsi pengadaptasian, yaitu fungsi sebagai nara sumber bagi
tenaga‐ tenaga pendidik yang lain di sekolah, khususnya
pimpinan sekolah dan staf pengajar, dalam hal mengarahkan
rangkaian kegiatan pendidikan dan pengajaran supaya sesuai
dengan kebutuhan para siswa. Pelayanan ini tidak langsung
diberikan kepada siswa, seperti pada fungsi (1) dan (2), tetapi
tenaga bimbingan memberikan informasi dan usulan kepada
sesama tenaga pendidik demi keberhasilan program
pendidikan sekolah serta terbinanya kesejahteraan para siswa.

4. Macam-macam Layanan Bimbingan dan Konseling


Ada sejumlah layanan dalam bimbingan dan konseling di sekolah
diantaranya sebagai berikut (Priyatno, 2004:60-72):

a. Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling


yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang
dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik
(terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah)
yang baru dimasuki peserta didik untuk mempermudah dan
memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang
baru ini.
b. Layanan informasi yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat
memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik
(terutama orang tua) dalam menerima dan memahami
informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan)
yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
12

pengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota


keluarga, dan masyarakat.
c. Layanan penempatan penyaluran yaitu layanan bimbingan
yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan
dan penyaluran yang tepat (misalnya, penempatan/penyaluran
di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi,
program pilihan, magang, kegiatan kurikuler/ekstrakurikuler)
sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi
pribadinya.
d. Layanan bimbingan belajar yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan
diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik,
materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan
beelajarnya, serta berbagai aspek dan tujuan dan kegiatan
belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi,
dan kesenian.
e. Layanan konseling perseorangan yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik yang
mendapatkan layanan langsung secara tatap muka denagn guru
pembimbing/konselor dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahannya.
f. Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-
samamemperoleh beberapa bahan dari narasumber tertentu
(terutama dari pembimbing konselor) yang berguna untuk
menunjang kehidupannya sehari-hari baik untuk pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Layanan bimbingan kelompok
mempunyai tiga fungsi:
1) Berfungsi informatif
2) Berfungsi pengembangan
3) Berfungsi preventif dan kreatif
Pelayanan bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika
kelompok untuk mencapai tujuan pelayanan bimbingan. Agar
dinamika kelompok yang berlangsung dalam kelompok
tersebut dapat secara efektif bermanfaat bagi pembinaan para
anggota kelompok, maka jumlah anggota sebuah kelompok
tidak boleh terlalu besar, sekitar 10 orang, atau paling banyak
15 orang.
g. Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik memeperoleh
kesemptan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan
yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika
kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang
berkembang yang ditandai dengan adanaya interaksi
antarsesama anggota kelompok. Pelayanan konseling
13

kelompok merupakan pelayanan yang diselenggarakan dalam


suasana kelompok.
Tujuan konseling kelompok, meliputi:
a) Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan
banyak orang.
b) Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa
terhadap teman sebayanya.
c) Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing
anggota kelompok.
d) Mengentaskan permasalahan-permsalahan kelompok.

5. Pengertian Minat
Ada beberapa pengertian mengenai minat, Agus Sujanto (1991:92)
mengatakan bahwa minat adalah “suatu pemusatan perhatian yang tidak
disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung
dari bakat dan lingkungannya”. Muhibbin Syah (1995:136) mengatakan
bahwa minat adalah “kecenderungan dan kegairahan terhadap sesuatu”.
Sedangkan, Wrington (1958:135) menyebut bahwa minat adalah “minat
adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek, seseorang, atau suatu soal
atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya”.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, jika kita kaitkan
dengan siswa sebagai objeknya, terlihat adanya beberapa unsur yang
terkandung dalam pengertian minat, meliputi : 1) perhatian siswa,
semangat/ gairah siswa, bertambahnya aktivitas dan daya konsentrasi. 2)
kemauan yang meliputi keterlibatan siswa.
Dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu keadaan dimana
siswa merasa senang dan memberi perhatian pada suatu aktivitas serta
kemauan yang menimbulkan sikap keterlibatan siswa pada aktivitas
tersebut.

6. Macam-macam Minat
Dewa Ketut Sukardi (2006:182) menyebutkan empat tipe minat
adalah sebagai berikut:
14

a. Minat yang diekspresikan ialah ekspresi verbal yang disenangi


atau tidak disenangi. Ekspresi ini seringkali berkaitan dengan
maturitas dan pengalaman.
b. Minat yang dimanifestasikan akan nampak karena partisipasi
individu dalam kegiatan yang diberikannya.
c. Minat yang dites dapat diketahui dengan pasti dari pengukuran
pengetahuan pembendaharaan kata atau informasi lain. Minat
yang dites adalah didasarkan suatu asumsi bahwa hasil minat
diakumulasikan kedalam informasi yang relevan sebaiknya
dengan pembendaharaan yang khusus.
d. Minat yang diinvetarisasikan, biasanya ini ditetapkan dengan
daftar cek minat.
Siswa sekolah menengah sebagai seorang remaja mempunyai
beberapa minat sebagai berikut:
a. Minat-minat pribadi, meliputi: minat pada penampilan diri,
minat pada pakaian, minat pada prestasi, minat pada
kemandirian, minat pada uang.
b. Minat pendidikan yang pada umumnya remaja muda suka
mengeluh tentang larangan-larangan sekolah, pekerjaan rumah,
kursus-kursus wajib, makanan dikantin dan cara pengelolaan
sekolah. Mereka bersikap kritis terhadap guru-guru dan cara
mengajarnya. Meskipun demikian, sebagian remaja muda dapat
menyesuaikan dengan baik di sekolah. Besarnya minat remaja
terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka
terhadap pekerjaan. Biasanya remaja lebih menaruh minat pada
pelajran-pelajaran yang nantinya akan berguna dalam bidang
pekerjaan yang dipilihnya.
c. Minat pada pekerjaan dimana anak sekolah menengah atas
mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh
pada pekerjaan, karena sikap terhadap pekerjaan lambat laun
akan lebih realistic pada akhir remaja, dan sebagian besar
remaja sering mengubah pandangannya tentang pekerjaan.

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat


Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya
minat adalah sebagai berikut:
a. Motivasi dan cita-cita yaitu Adanya cita-cita dan dukungan oleh
motivasi yang kuat dalam diri seseorang maka akan dapat
membesarkan minat orang itu terhadap suatu obyeknya. Sebaliknya
apabila cita-cita dan motivasi tidak ada maka minat akan sulit
ditumbuhkan.
15

b. Sikap terhadap suatu obyek seperti sikap senang terhadap suatau


obyek dapat membesarkan minat seseorang pada obyek tersebut.
Sebaliknya sikap tidak senang terhadap suatau obyek akan
memperkecil minat terhadap obyek tersebut.
c. Keadaan keluarga terutama keadaan social ekonomi dan pendidikan
keluarga dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap suatu
obyek. Keadaan social ekonomi dan pendidikan keluarga yang
mendukung minat seseorang ini berarti minat orang tersebut menjadi
lebih besar.
d. Tersedianya fasilitas yang mendukung akan menjadikan minat
seseorang terhadap suatu obyek manjadi lebih besar. Sebaliknya
apabila fasilitas yang diberikan/ diperlukan tidak ada akan
menjadikan minat tersebut menjadi semakin lemah.
e. Teman pergaulan yang mendukung misalnya diajak kompromi
terhadap suatu hal yang menarik perhatiaanya maka teman tersebut
dapat lebih meningkatkan minatnya, akan tetapi teman pergaulan
yang tidak mendukung mungkin akan dapat mengakibatkan minat
seseorang terhadap suatu obyek menjadi lemah atau semakin
menurun.
Sedangkan menurut Slameto (Yusriatun, 2000:47) faktor-faktor yang
mempengaruhi minat siswa memiliki dua kategori faktor internal dan
faktor eksternal, adapun penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:

a. Faktor internal, terdiri atas:


1) Faktor jasmaniah ini terdiri dari dua faktor yaitu faktor
kesehatan dan faktor tubuh. Bila keadaan psikis atau
fisik seseorang baik maka minatnya akan baik pula.
Begitu pula bila kesehatan dan tubuh seseorang tersebut
mengalami gangguan-gangguan baik gangguan psikis
maupun fisik maka minatnya akan berkurang.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis dapat dibedakan menjadi dua faktor
yaitu faktor perhatian dan faktor intelegensi. Faktor
perhatian atau aktifitas kesadaran yang ditujukan kepada
suatu objek tertentu. Sedangkan faktor intelegensi
16

merupakan kemampuan dasar yang akan mengakibatkan


seseorang sukar untuk mengerjakan suatu kegiatan.
b. Faktor eksternal terdiri atas:
1) Faktor dari keluarga
Faktor dari keluarga diantaranya cara orang tua
mendidik anak, relasi antara anggota keluarga, suasanan
rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua,
dan latar belakang kebudayaan.
2) Faktor dari sekolah
Faktor dari sekolah diantaranya hubungan dengan guru,
hubungan dengan siswa, hubungan dengan guru
pembimbing yang profesional.
3) Faktor masyarakat
Faktor dari masyarakat diantaranya kegiatan seseorang
dalam mass media, teman-teman bergaul dalam bentuk
kehidupan dari masyarakat.

8. Pengertian Bakat
Setiap individu pada dasarnya memiliki bakat, hanya saja yang
menjadi kendala adalah bakat yang dimiliki tidak dikenali oleh individu
itu sendiri. Peran guru bimbingan dan konseling juga pada dewasa ini
adalah menuntun atau membimbing para siswa di tingkat sekolah
menengah untuk mengenali bakat mereka. Bakat sendiri menurut
Bingham dikutip dari Sumadi Suryabrata (2012:160) adalah “sesuatu
yang telah didapat setelah mendapatkan sebuah pelatihan”. Menurut
Guilford dalam (Sunarto dan Agung Hartono, 2006:120) bakat
mencakup tiga dimensi psikologis yaitu “dimensi perseptual (meliputi:
kepekaan indra, perhatian, orientasi ruang dan waktu), dimensi
psikomotor (meliputi: kekuatan, ketepatan, keluwesan) dan dimensi
intelektual (meliputi: ingatan, pengenalan, evaluasi, berfikir)”. Adapun
menurut Soegarda (2012:38) adalah “suatu benih dari suatu sifat yang
baru akan tampak nyata jika bakat tersebut mendapat kesempatan atau
kemungkinan untuk berkembang”.
Sedangkan menurut Utami Munandar (2010:22), bakat adalah
“kemampuan bawaan seseorang yang merupakan potensi yang masih
perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud”. Dapat
17

disimpulkan dari beberapa pengertian-pengertian dari beberapa ahli


mengenai bakat, maka bakat adalah kemampuan alamiah untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum
maupun khusus. Bakat umum apabila kemampuan yang berupa potensi
bersifat umum. Misalnya bakat intelektual secara umum, sedangkan
bakat khusus apabila kemampuan yang berupa potensi tersebut bersifat
khusus misalnya bakat akademik dan sosial. Bakat khusus ini biasanya
disebut dengan talent, sedangkan bakat umum disebut dengan istilah
gifted. Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai
prestasi dalam bidang tertentu.

9. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling


Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip yang
digunakan bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan
pengalama praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan
kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pegertian, tujuan,
fungsi, dan proseses, penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Menurut Hanen (2002:25) Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling pada umumnya ialah berkenaan dengan sasaran pelayanan,
masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program
pelayanan, penyelenggaraan pelayanan. Diantara prinsip-prinsip
tersebut adalah :
a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah
individu-individu baik secara perorangan aupun kelompok
yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah
perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara
lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya
yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi
sendiri, serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku
dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong
dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
sebagai berikut :
1) BK melayani semua individu tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi;
18

2) BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu


yang unik dan dinamis;
3) BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan
berbagai apek perkembangan individu;
4) BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan
individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
b. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan
dan kehidupan individu tidaklah selalu positif, namun faktor-
faktor negatif pasti ada yang berpengaruh dan dapat
menimbulkan hambatan-hambatan terhadap kelangsungan
perkembangan dan kehidupan individu yang berupa masalah.
Pelayanan BK hanya mampu menangani masalah klien
secara terbatas yang berkenaan dengan :
1) BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap
penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dalam
kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan
sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi
mental dan fisik individu;
2) Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan
merupakan faktor timbulnya masalah pada invidu yang
kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan BK.
c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan
Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan
pelayanan layanan BK itu adalah sebgaai berikut :
1) BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan
dan pengembangan, oleh karena itu BK harus
diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan
serta pengembangan peserta didik;
2) Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga;
3) Program bimbingan dan konseling disusun secara
berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai
tertinggi.
d. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersifat
insidental maupun terprogram, dimulai dengan pemahaman
tentang tujuan layanan, dan tujuan ini akan diwujudkan
melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli
dalam bidangnya, yaitu konselor profesional. Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan hal tersebut adalah :
1) BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang
akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalm
menghadapi permasalahannya;
19

2) Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan


dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan
individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan
dari pihak lain;
3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli
dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi;
4) Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan
orang tua anak amat menentukan hasil pelayanan
bimbingan;
5) Pengembangan program pelayanan BK ditempuh
melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil
pengukuran dan penilaian terhadap individu yang
terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan
dan konseling itu sendiri.

10. Asas-asas dalam Bimbingan Konseling


Setelah kita mengetahui prinsip-prinsip dalam bimbingan
konseling, terdapat juga asas-asas yang harus dipenuhi dalam
pelayanan bimbingan dan konseling secara umum yaitu:
a. Asas kerahasiaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakannya sejumlah data dan keterangan peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau keterangannya yang
tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban penuh memiliki dan menjaga semua
data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar
tejamin.
b. Asas kesukarelaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengkehendaki
adanya kesukarelaaan dan kerelaan peserta didik (klien)
mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya.
Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
20

c. Asas keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam keterangan
tentang dirinya sendiri maupun berbagai informasi dan materi dari
luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini Guru
Pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta
didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya
asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik
yang menjadi sasaran/layanan kegiatan. Agar peserta didik dapat
terbuka, Guru Pembimbing terlabih dahulu harus bersikap terbuka
dan tidak berpura-pura.
d. Asas kegiatan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran berpartisipasi
secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan
bimbingan. Dalam hal ini Guru Pembimbing perlu mendorong
peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan
dan konseling yang diperuntukan baginya.
e. Asas kemandirian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran berpatrisipasi
secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan
bimbingan. Dalam hal ini Guru Pembimbing perlu mendorong
peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan
dan konseling yang diperuntukan baginya.
f. Asas kekinian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah
permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang.
Layanan yang berkenaan dengan ”masa depan atau kondisi masa
21

lampaupun” dilihat dampak dan atau kaitannya dengan kondisi


yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang.
g. Asas kedinamisan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama
kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas kenormatifan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar segenap layanan dan bimbingan dan konseling didasarkan
pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-
norma yang ada, yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan,
adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku.
Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang
dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan dan pelaksanaannya
tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh,
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
i. Asas keterpaduan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik
yang dilakukan oleh Guru Pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis dan terpadukan. Untuk ini kerjasama antara
Guru Pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan
dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
22

j. Asas keahlian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal
ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
hendklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan
dan konseling. Keprofesionalan Guru Pembimbing harus terwujud
baik dalam penyelenggaraan jenisjenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
k. Asas alih tangan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan
permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru Pembimbing
dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain,
atau ahli lain dan demikian pula Guru Pembimbing dapat
mengalihtangankan kasus kepada Guru Mata Pelajaran/Praktik dan
ahli-ahli lain.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Penulis menemukan beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian yang penulis lakukan mengenai peranan guru bimbingan dan
konseling dalam membantu mengembangkan minat dan bakat. Adapun
beberapa hasil penelitian tersebut antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yufiana Lengkey dalam Jurnal Educons
tahun 2020 yang berjudul “Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam
Pengembangan Minat Dan Bakat Siswa” yang bertujuan agar para
peserta didik memahami minat dan bakat yang dimiliki di SMP Negeri 2
Ratahan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah guru bimbingan dan
23

konseling di sekolah bukan hanya berprofesi sebagai guru bimbingan dan


konseling tapi juga sebagai guru mata pelajaran, dan bendahara sekolah
sehingga pemberian bimbingan dan konseling di sekolah belum tercapai
secara optimal.
Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah belum terlaksana dengan baik, meskipun peran
guru Bimbingan dan konseling harus berperan aktif tapi kenyataan
belum apalagi perannya dalam mengembangan minat dan bakat
siswa, ini disebabkan karena pembangian waktu yang sulit sehingga
menyebabkan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah belum berjalan secara efektif, selain itu guru bimbingan dan
konseling juga ditugaskan sebagai guru mata pelajaran, bendahara
sekolah, ruang bimbingan dan konseling yang tidak efektif untuk
melakukan konseling, serta jumlah siswa yang banyak. Sehingga
layanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya bisa dilakukan
secara klasikal.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti ini adalah
terletak pada pentingnya peran konselor atau guru bimbingan dan
konseling dalam pengembangan minat dan bakat para peserta didik. Hal
ini terbukti semakin padatnya guru bimbingan dan konseling dalam tugas
dan tanggung jawabnya maka semakin tidak optimalnya perannya
sebagai pembantu dalam perkembangan minat dan bakat peserta didik,
perbedaanya adalah pada objek yang diteliti pada tingkatan peserta didik
di sekolah menengah pertama.
2. Dalam penelitian I Made Satya Wintara yang berjudul “Pentingnya Peran
Guru Dalam Pengembangan Minat, Bakat Dan Kreativitas Siswa Melalui
Ekstrakurikuler” yang terbit di Jurnal Researchgate pada tahun 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk menyalurkan minat dan bakat yang
dipunyai oleh peserta didik di ekstrakulikuler sekolah. Permasalahan
dalam penelitian ini adalah ekstrakulikuler sebagai saluran minat dan
24

bakat sering dianggap sebagai penghambat bagi seorang guru dalam


menyampaikan pelajaran.
Hasil dari penelitian ini adalah perlunya seoarang guru
bekerjasama dengan semua guru bidang studi dari pihak lain yang
dianggap perlu untuk menyusun suatu naskah tentang cara-cara
mengembangkan bakat dan kreativitas anak dalam belajar. Untuk lebih
sempurna cara dalam menentukan bakat dan kreativitas anak dalam
belajar, guru tidaklah cukup menilai satu faktor saja tentang hasil belajar
dan kreativitas yang ditonjolkan anak didik di sekolah. Melainkan lebih
luas dari itu lagi yaitu mengadakan tes bakat, mengumpul-kan informasi
dari keluarganya, serta teman dekatnya dari anak didik yang
bersangkutan. Memotivasi anak mengembangkan bakat dan kreativitas
di sekolah, guru perlu bekerjasama dengan pihak lain dalam
melaksanakan tes bakat terutama tenaga tes dari Psikologi. Kemudian
guru harus dapat melakukan pendekatan dengan anak didik secara lebih
terbuka dalam mengemukakan suatu permasalahan. Setelah minat anak
sudah disalurkan maka pesrta didika akan mampu mengembangkan
bakatnya dan munculah disana suatu kreativitas, wadah yang tepat adalah
melalui ekstrakurikuler disekolah agar dapat langsung dipantau oleh
guru. Sehingga, perkembangan anak akan tercapai secar optimal dan
bukan tidak mungkin upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dapat
tercapai.
Persamaan penelitian ini adalah terletak pada minat dan bakat
para peserta didik yang ingin dikembangkan, perbedaanya dalam
penelitian ini tidak menyebutkan peran guru bimbingan konseling secara
spesifik hanya disebutkan peran guru.
3. Dalam penelitian yang dilakukan Vincensia Hera Arbi Herrin yang
dimuat dalam Jurnal Inovasi BK pada tahun 2019 dengan judul “Peran
Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Pengembangan Minat Dan
Bakat Siswa Di SMPN 2 Sendawar”. Permasalahan dalam penelitian ini
adalah belum berjalan secara optimal karena kurangnya sarana dan
25

prasarana. Selain itu, tugas dan peran guru bimbingan dan konseling juga
seringkali di anggap sebagai guru yang berhak memberikan poin dan
hukuman kepada siswa. Hal ini juga yang menyebabkan siswa menjadi
takut dan cenderung tidak suka dengan adanya guru bimbingan dan
konseling. Layanan bimbingan dan konseling belum tersampaikan
kepada semua peserta didik dikarenakan guru bimbingan dan konseling
yang tidak memiliki jam khusus untuk dapat masuk ke kelas.
Hasil dari penelitian ini adalah peneliti memeiliki cara dalam
mengenali minat dan bakat siswa dapat dilakukan dengan pemberian
bantuan. Siswa yang memiliki bakat pada umumnya lebih cepat
menguasai bidang yang diminatinya dibanding dengan siswa yang tidak
memiliki bakat dibidang tersebut. Tugas guru bimbingan dan konseling
adalah memeberikan bantuan supaya siswa tersebut dapat terus
mengeksplorasi bakat dan minatnya. Lalu Cara cepat untuk mengetahui
minat dan bakat siswa adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
ini dapat menjadi wadah bagi siswa untuk terus menggali potensi dan
mengembangkan minat bakat yang mereka miliki serta perlunya
menjalin kerjasama dengan orangtua siswa merupakan salah satu cara
untuk mengetahui minat dan bakat. Kerjasama yang dilakukan oleh guru
bimbingan konseling dengan orang tua yang terjalin dengan baik, dapat
mendorong mootivasi siswa untuk dapat mengikuti kegiatan di sekolah.
Selain itu Rutin memberikan latihan merupakan salah satu cara untuk
mengenali minat dan bakat siswa. Minat dan bakat yang sudah terlihat
dari siswa harus diberikan pembinaan dan pelatihan.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti ini adalah
terletak pada pentingnya peran konselor atau guru BK dalam
pengembangan minat dan bakat para peserta didik. Hal ini terbukti
semakin padatnya guru BK dalam tugas dan tanggung jawabnya maka
semakin tidak optimalnya perannya sebagai pembantu dalam
perkembangan minat dan bakat peserta didik, perbedaanya adalah pada
26

objek yang diteliti pada tingkatan peserta didik di sekolah menengah


pertama.
C. Kerangka Berpikir
Sekolah dewasa ini hadir bukan hanya sebagai institusi formal yang
mengajarkan ilmu pengetahuan berdasarkan kurikulum namun lebih jauh
daripada itu karena siswa juga harus mengetahui dan mengembangkan minat
dan bakat yang mereka miliki. Minat dan bakat tersebut dapat tersalurkan
lewat ekstrakulikuler sekolah misalnya. Meskipun demikian motivasi dan
daya juang mereka dalam mendalami minat dan bakat yang mereka miliki
terkadang terhalang oleh lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah.
Pentingnya peran guru bimbingan dan konseling dalam memotivasi
siswa yang terkendala kurangnya semangat dan daya juang, agar para siswa
bergairah dan lebih semangat dalam belajar, meskipun faktor lingkungan
maupun keluarga menghalangi. Setiap peserta didik memiliki tingkat
motivasi yang berbeda-beda, apalagi, pihak keluarga ataupun lingkungan
sendiri yang tidak mendukung mereka. tentunya hal tersebut menjadi
kendala bagi siswa. Dalam hal tersebut perlu ada bantuan dari guru BK
dalam memotivasi para siswa agar mau mengoptimalisasi bakat dan minat
para siswa. Walaupun terdapat rintangan yang dihadapi oleh para siswa
masing-masing.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka peneliti akan mencari
kebenaran penelitian ini dengan cara melakukan wawancara kepada peserta
didik maupun kepada guru bimbingan dan konseling terkait bagimana
mengembangkan minat dan bakat. Supaya penelitian ini dapat berjalan
dengan lancar dan mendapatkan hasil data yang valid dan bisa
dipertanggungjawabkan, dan mengetahui peran apa saja yang dilakukan guru
bimbingan dan konseling dalam memotivasi siswa yang sedang mendalami
minat dan bakatnya. Selain itu untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru
bimbingan dan konseling dalam memberikan motivasi dalam pengembangan
minat dan bakat mereka kepada peserta didik. Untuk lebih jelasnya berikut
kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1
27

Bimbingan dan Konseling Minat dan Bakat Peserta Didik

Peranan Guru Bimbingan Konseling


dalam Pengembangan Minat dan Bakat
Peserta Didik

Siswa memahami
minat dan bakat dirinya
yang perlu
dikembangkan

Gambar 1.1 Kerangka

Dalam rangka mewujudkan peserta didik yang mengetahui minat dan


bakatnya agar menjadi pribadi yang paham atas potensi diri, mampu menentukan
tujuan dan rencana hidup ke depan serta dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi, yang akhirnya mengoptimalkan itu semua. Kenyataan di lapangan peserta
didik SMK Asy-Syifa Depok memiliki disorientasi terhadap minat dan bakat yang
mereka miliki. Maka perlunya motivasi, fasilitas-fasilitas dan instrumen pnedukung
untuk mengetahui minat dan bakat serta lingkungan yang suportif yang semua itu
perlu dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling
juga perlu bekerja sama dengan pihak keluarga agar tercipta bukan hanya
lingkungan yang suportif di sekolah, juga terciptanya lingkungan yang suportif di
luar sekolah. Hal ini perlu dilakukan untuk membimbing peserta didik di SMK Asy-
Syifa Depok.
28

Guru bimbingan konseling juga dalam upaya untuk mengembangkan minat


dan bakat di SMK Asy-Syifa harus mengikuti beberapa prinsip antara lain:
melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan
status sosial ekonomi; memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai aspek
perkembangan individu; memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual
yang menjadi orientasi pokok pelayanannya. Selain prinsip-prinsip yang diikuti,
perlunya juga melaksanakan peran sebagai guru bimbingan konseling berdasarkan
asas-asas sebagai pondasi dalam menjalani perannya.
Seperti, asas kerahasiaan agar peserta didik nyaman dalam menerangkan
permasalahan yang dihadapi, asas keterbukaan dimana peserta didik juga
diwajibkan untuk terbuka dan tidak berpura-pura, asas partisipatif agar peserta didik
diharapkan aktif dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan, asas kekinian agar
peserta didik dapat mencari solusi yang relevan atas permasalahan yang dihadapi
sekarang, asas kedinamisan dimana guru bimbingan dan konseling dapat berlaku
progresif dan tidak monoton, asas kenormatifan dimana guru bimbingan konseling
dalam melakukan pelayanan atau bimbingannya menjunjung tinggi norma-norma
yang berlaku dan asas keterpaduan dimana setiap pihak baik di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan keluarga memiliki prinsip dan kehendak yang sama dalam
membimbing peserta didik di SMK Asy-Syifa Depok mengembangkan minat dan
bakatnya.
29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Mengacu pada masalah penelitian ini, maka pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif.

Sugiyono (2017:13), “penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai

instrument kunci, penelitian lebih mementingkan proses daripada hasil”. Jenis

pendekatan kualitatif ini dimaksudkan memperoleh informasi mengenai

layanan bimbingan pribadi dalam mengetahui peranan guru bimbingan

konseling dalam mengembangkan minat dan bakat di SMK Asy-Syifa. Selain

itu, pendekatan kualitatif diharpkan dapat diuangkapkan situasi dan

permasalahan disiplin yang dihadapi dalam layanan bimbingan pribadi ini.

B. Metode Penelitian

“Metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara atau

jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah

cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran

ilmu” (Koentjaraningrat, 1985:7). Logos berarti pengetahuan. Jadi metodologi

adalah pengetahuan tentang berbagai cara kerja. “Penelitian adalah

pemeriksaan yang teliti, penyelidikan, kegiatan pengum - pulan, pengolahan,


30

analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk

memecahkan persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan

prinsip-prinsip umum” (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989:920).

“Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang direncanakan untuk

memperoleh data guna memberikan jawaban terhadap masalah-masalah

tertentu dan kemudian menemukan kesimpulan-kesimpulan yang diinginkan”

(Nazar, 1994:2). Penelitian dirumuskan sebagai penerapan pendekatan ilmiah

pada pengkajian suatu masalah, sebagai cara untuk memperoleh informasi

yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan, yang bertujuan untuk

menemukan jawaban terhadap persoalan yang berarti, melalui penerapan

prosedur-prosedur ilmiah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian

adalah upaya menyelidiki dan menelusuri sesuatu masalah dengan

menggunakan cara kerja ilmiah secara cermat dan teliti untuk mengumpulkan,

mengolah, melakukan analisis data dan mengambil kesimpulan secara

sistematis dan objektif guna memecahkan suatu masalah atau menguji hipotesis

untuk memperoleh suatu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia.

C. Teknik Penelitian

Sudah disebutkan di atas bahwa pendekatan penilitian ini adalah

pendekatan kualitatif deskriptif, maka dapat disimpulkan bahwa teknik

penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah teknik penelitian

kualitatif. Metode kualitatif adalah langkah-langkah penelitian sosial untuk


31

mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata dan gambar. Hal tersebut sesuai

dengan yang diungkapkan oleh Lexy J. Moleong (2007:11) “bahwa data yang

dikumpulkan dalam penelitian kualitatif adalah berupa kata-kata, gambar, dan

bukan angka-angka”. Menurut Soerdjarwo (2011:5) pendekatan penelitian

kualitatif adalah pendekatan yang tidak menggunakan dasar kerja statistik,

tetapi berdasarkan bukti-bukti kualitatif. Dalam tulisan lain menyatakan

pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang berdasarkan pada kenyataan

lapangan dan apa yang dialami oleh responden akhirnya dicarikan rujukan

teorinya.

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menampilkan prosedur

penilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam hal ini, peneliti

menafsirkan dan menjelaskan data-data yang didapat peneliti dari wawancara,

observasi, dokumentasi, sehingga mendapatkan jawaban permasalahan dengan

rinci dan jelas.

Dengan pendekatan deskriptif kualitatif, analisis data yang diperoleh

(berupa kata-kata, gambar atau perilaku), dan tidak dituangkan dalam bentuk

bilangan atau angka statistik, melainkan dengan memberikan paparan atau

penggambaran mengenai situasi atau kondisi yang diteliti dalam bentuk uraian

naratif. 5 Pemaparannya harus dilakukan secara objektif agar subjektivitas

peneliti dalam membuat interpretasi dapat dihindarkan. Dalam penelitian

deskriptif, peneliti akan mencoba untuk melihat kejadian yang menjadi pusat

perhatiannya, dan kemudian diilustrasikan sebagaimana apa adanya.


32

D. Populasi dan Sampel

Dalam suatu penelitian penting untuk mengetahui sumber informasi

yang didapat, hal ini yang disebut populasi. Para ahli mendefinisikan sedikit

berbeda antara satu sama lain, namun secara substansi memiliki persamaan,

misalnya:

1. Menurut Sabar (2007:8) populasi didefinisikan sebagai “kesatuan subjek

dalam penelitian yang menjadi elemen terpenting dalam suatu penelitian”;

Sugiyono (2017:80) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi

yang ada dalam penelitian. Wilayah ini meliputi sebagai wilayah

generalisasi yang ada dalam penelitian. Wilayah ini meliputi tentang objek

atau subjek yang bisa ditarik kesimpulannya;

2. Arikunto (2017:173) mendefinisikan populasi sebagai “keseluruhan suatu

objek di dalam penelitian yang dialami dan juga dicatat segala bentuk yang

ada di lapangan”;

3. Nazir (2009:271) mendefinisikan populasi sebagai “kumpulan dari individu

dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan”;

4. Indriantoro dan Supomo (2002:115) mendefinisikan populasi sebagai

“kelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai

karakteristik tertentu”.

Dari beberapa pengertian penelitian beberapa ahli di atas dapat kita tarik

kesimpulan bahwa populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan elemen dalam

penelitian meliputi objek dan subjek dengan ciri-ciri dan karakteristik tertentu.

Secara umum populasi dapat dikasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu


33

berdasarkan jumlah, berdasarkan sifat populasi, dan berdasarkan perbedaan

lain. Populasi berdasarkan jumlahnya terbagi menjadi dua yaitu populasi

terbatas dan tak tak terbatas:

1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni sumber data yang jelas

batas-batasnya secara kuantitatif karena memiliki karakteristik yang

terbatas.

2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni sumber data yang

tidak dapat ditentukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan

dalam bentuk jumlah secara kuantitatif.

Populasi berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua yaitu populasi

homogen dan populasi heterogen:

1. Populasi homogen adalah populasi yang unsurnya memiliki sifat yang sama,

sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.

2. Populasi heterogen adalah populasi yang dalam unsurnya terdapat sifat

variasi sehingga ada batasan baik secara kuantitatif maupun secara

kualitatif.

Populasi berdasarkan perbedaan lain juga dibagi menjadi dua yaknis populasi

target dan populasi survei.

1. Populasi target adalah populasi yang ditentukan sesuai dengan yang tertera

dalam masalah penelitian.

2. Populasi survei adalah populasi yang terliput di dalam penelitian yang

sedang dilaksanakan.
34

Setelah sebelumnya membahas mengenai populasi maka pembahasan

dilanjutkan dengan pembahasan sampel. Sampel secara sederhana diartikan

sebagai bagian dari Populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam

suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi untuk

mewakili seluruh populasi. Berikut penelitian menurut para ahli:

1. Sutrisno Hadi (2007:75) menyebut bahwa “sebagian individu yang diselidiki

itu adalah sampel”.

2. Sudjana (2012:85) mengatakan sampel adalah “sebagian yang diambil dai

populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu”.

3. Arikunto (2017:173) mengatakan bahwa sampel adalah “sebagian kecil yang

terdapat dalam populasi yang dianggap mewakili populasi mengenai penelitian

yang dilakukan”.

4. Sugiyono (2017:81) mengatakan bahwa sampel adalah “jumlah kecil yang ada

dalam populasi dan dianggap mewakilinya”.

5. Margono (2004:125) menyatakan bahwa sampel adalah “sebagai bagian dari

populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan emnggunakan cara-

cara tertentu”.

Sampel penelitian disebabkan untuk mereduksi objek penelitian sebagai

akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja. Selain

itu sampel hadir karena ingin mengadakan generalisasi dari hasil-hasil

kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek,

gejala, atau kejadian yang lebih luas.


35

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan sebuah alat atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan

sebuah data. Adapun jenis-jenis instrumen yang dipakai dalam penelitian ini

adalah :

1. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Usmar dan

Akbar, 2003:54). Tujuan observasi dalam penelitian ini yaitu bertujuan untuk

mengumpulkan informasi tentang bagaimana peran guru bimbingan dan

konseling dalam mengembangkan minat dan bakat SMK Asy-Syifa Depok.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung di

SMK Asy-Asyifa Depok yang berhubungan dengan aktivitas pengarahan

minat dan bakat. Dalam melakukan penelitian ini peneliti mencatat aktivitas

dan juga situasi di lapangan. Observasi yang peneliti lakukan dalam penelitian

ini yaitu observasi tentang bagaimana peranan yang dilakukan oleh guru

Bimbingan dan Konseling dalam mengarahkan minat dan bakat peserta didik.

Adapun indikator observasi yang telah dilakukan.

2. Wawancara

Wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan tanya jawab secara timbal balik antara pewawancara dengan

yang diwawancarai (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:4). Dalam teknis

pelaksanaannya penulis mengajukan pertanyaan yang mengacu pada pedoman

wawancara yang telah disiapkan sebelumnya serta beberapa pertanyaan yang


36

tidak mengacu kepada pedoman wawancara, kemudian informan diminta

menjawab bebas terbuka. Dalam pengumpulan data melalui wawancara ini,

peneliti melakukan wawancara kepada informan yang dianggap paling tepat

menjawab tentang peranan guru Bimbingan dan Konseling dalam

mengembangkan minat dan bakat siswa di SMK Asy-Asyifa Depok. Sebelum

melakukan wawancara, peneliti melakukan persiapan dengan membuat

pedoman wawancara yang digunakan sebagai pedoman agar pertanyaan yang

diajukan dapat menjawab masalah yang diteliti. Secara teknis pertanyaan yang

diajukan bersifat fleksibel namun tetap berfokus pada masalah yang ingin

digali lebih dalam. Kemudian peneliti membuat kesepakatan dengan

menentukan tempat dan waktu.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan

dengan masalah penelitian disebut teknik dokumenter. Metode dokumentasi

dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar, maupun elektronik (Nana, 2004:221). Teknik ini digunakan untuk

memperoleh data tentang profil SMK Asy-Syifa Depok, serta kegiatan yang

bersifat dokumen sebagai tambahan bukti penguat penelitian.

Data dapat berupa foto, tulisan, alat tes minat dan bakat menurut kelas

masing-masing maupun dokumen-dokumen yang penting lainnya, yang mana


37

data tersebut dapat memperkuat peranan yang dilakukan oleh guru bimbingan

dan konseling dalam mengembangkan minat dan bakat siswa di SMK Asy-

Syifa Depok.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan peneliti setelah

data terkumpul, diolah sedemikian rupa sampai pada kesimpulan. Analisis data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat dipahami

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2014:334).

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam

unit-unit analisis, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih dan

memilah antara yang penting yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan.

Adapun terdapat langkah-langkah dalam menganalisis data, hal tersebut

antara lain:

a. Editing data

Editing data adalah usaha meneliti kembali hasil pengumpulan data yang

diperoleh dari lapangan. Dalam proses editing data, aspek yang diteliti

adalah (Amirul Hadi, 1998:143) : Pertama, kelengkapan pengisian jawaban

kuesioner. Kedua, keterbacaan tulisan. Tulisan yang terdapat dalam lembar

kuesioner harus dapat terbaca, sehingga dapat terhindar dari kesalahan data.

Ketiga, kejelasan makna jawaban terhadap pertanyaan. Keempat, keajegan

dan kesesuaian jawaban antara yang satu dengan lainnya. Kelima, relevansi
38

jawaban. Jawaban yang tidak relevan dengan pertanyaan tidak bernilai,

sehingga akan ditolak oleh editor. Keenam, keseragaman satuan data. Data

harus dicatat dalam satuan-satuan yang seragam.

b. Mengorganisasi data. Cara ini dilakukan dengan membaca berulang-ulang

data yang ada, sehingga peneliti dapat menemukan data yang sesuai dengan

penelitiannya dan membuang data yang tidak sesuai.

c. Membuat kategori, menentukan tema, dan pola. Untuk itu peneliti

menentukan kategori yang merupakan proses yang cukup rumit, karena

peneliti harus mampu mengelompokkan data yang ada ke dalam suatu

kategori dengan tema masing-masing, sehingga pola keteraturan data

menjadi terlihat jelas.

d. Menguji hipotesis yang muncul menggunakan data yang ada. Setelah proses

pembuatan kategori, peneliti melakukan pengujian kemungkinan

berkembangnya suatu hipotesis dan mengujinya menggunakan data yang

tersedia.

e. Menulis laporan. Penulisan laporan merupakan bagian analisis kualitatif

yang tidak terpisahkan. Dalam laporan ini, peneliti menuliskan kata, frase

dan kalimat serta pengertian secara tepat yang dapat digunakan untuk

mendeskripsikan data dan hasil analisisnya.

You might also like