Professional Documents
Culture Documents
Handout Penilaian Peserta Ekskul
Handout Penilaian Peserta Ekskul
Sciencepreneur
bagi guru SMP
Pembina Ekstrakurikuler
bidang IPA
Penyusunan Instrumen Penilaian dan
Evaluasi Implementasi Sainspreneur
program Ekstrakurikuler Bidang IPA
Penyusunan Instrumen Penilaian
dan Evaluasi Implementasi
Sainspreneur Program
Ekstrakurikuler Bidang IPA
Penulis:
Djoko Arisworo, S.Si., M.Pd.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ciri khas ekstrakurikuler bidang IPA adalah keterkaitan setiap kegiatan dengan literasi
terhadap pengetahuan alam dan keterampilan proses sains. Bentuk ekstrakurikuler
Bidang IPA dapat diarahkan pada beragam kegiatan yang memanfaatkan pemahaman
sains untuk menghasilkan karya yang inovatif, bermanfaat dan mengembangkan
kecakapan hidup (life skills) peserta didik. Oleh karena itu, program ekstrakurikuler IPA
dapat disebut sebagai upaya pengembangan semangat wirausaha berbasis sains
(sciencepreneurship). Dengan semangat tersebut, peserta didik diharapkan memiliki
sikap ilmiah, termotivasi untuk berkompetisi di bidang IPA, dan memiliki cita-cita untuk
berkarir atau berwirausaha dengan memanfaatkan pengetahuan IPA. Hal-hal tersebut
merupakan dampak positif jangka pendek dan jangka panjang yang diharapkan muncul
dari program ekstrakurikuler bidang IPA.
Guru yang ditunjuk sebagai pembina ekstrakurikuler bidang IPA diharapkan juga memiliki
sciencepreneurship untuk menyusun, menerapkan, menilai dan mengevaluasi program
ekstrakurikuler bidang IPA yang sesuai dengan potensi yang dimiliki sekolah. Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (PPPPTK IPA) sebagai unit pelaksana teknis yang bertugas melaksanakan
pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan IPA, mulai tahun
2020 akan mengembangkan program Diklat Sciencepreneur bagi guru SMP Pembina
Ekstrakurikuler bidang IPA. Diklat ini dirancang untuk membekali para guru pembina
tentang konsep dan contoh penerapan sciencepreneur, serta panduan penyusunan
program ekstrakurikuler bidang IPA berbasis sciencepreneur. Diklat ini juga menjadi
wahana diskusi yang akan menjadi sumber inspirasi bagi para guru peserta untuk
mengembangkan program ekstrakurikuler bidang IPA berbasis sciencepreneur di
sekolahnya masing-masing.
2. Tujuan Pembelajaran
3. Instrument Penilaian
Instrumen dapat diartikan sebagai perangkat yang digunakan untuk pengumpulan data
(Arikunto, 2002). Instrumen ini dapat berupa kuesioner (berupa daftar pertanyaan),
formulir observasi, dan formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan
sebagainya. Instrumen dalam pendidikan biasa digunakan sebagai alat untuk mengukur
prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar,
perkembangan hasil belajar, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan
pencapaian suatu program tertentu (Daryanto, 2012).
Setiap orang yang melakukan kegiatan akan selalu ingin tahu hasil dari kegiatan yang
dilakukannya. Seringkali pula, orang yang melakukan kegiatan tersebut, berkeinginan
mengetahui baik atau buruknya kegiatan yang dilakukannya, bagaimana hasil dari
kegiatan yang telah dilakukannya. Siswa dan guru merupakan orang – orang yang terlibat
dalam kegiatan pembelajaran, tentu mereka juga berkeinginan mengetahui hasil dari
kegiatan yang telah mereka lakukan. Baik atau buruknya kegiatan atau berhasil atau
tidaknya suatu kegiatan merupakan suatu bentuk pengambilan keputusan yang bersifat
menilai. Penilaian dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah assessment berarti menilai
sesuatu. Menilai itu sendiri berarti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan
mengacu pada ukuran tertentu, seperti menilai baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai
atau bodoh, tinggi atau rendah dan sebagainya. proses dan hasil kegiatan pembelajaran
yang dilakukan. Sehingga dengan demikian, dapat disebut bahwa instrumen penilaian
adalah alat penilaian untuk mengumpulkan data atau informasi yang berisi baik atau
buruknya, tinggi atau rendahnya suatu kegiatan yang telah dilakukan.
Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya, proses dan hasil kegiatan
pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi. Disisi lain, evaulasi
merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Hal ini berarti, evaluasi
merupakan kegiatan yang tak terelakkan dalam setiap kegiatan pembelajarn. Dengan kata
lain kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang
seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajarn yang ditetapkan, Dengan
demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik atau buruknya hasil dari kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan pemikiran – pemikiran tampaknya pada kita akan pentingnya
penyelengaraan kegiatan evaluasi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang guru
memiliki kemampuan menyelenggarakan kegiatan evaluasi. Seorang guru akan lebih
menguasai kemampuan ini apabila sejak dini atau sejak sebagai calon guru sudah
dikenalkan dengan kegiatan evaluasi.
4. Instrumen Evaluasi
Evaluasi dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah Evaluation adalah suatu proses yang
sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan
program telah tercapai(Gronlund, 1985). Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses
menilai sesuatu berdasarkan criteria ataua tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya
diikuti dengan pengambilan keputusan atas objekyang dievaluasi. Sebagai contoh evaluasi
proyek, kriterinya adalah tujuan dari pembangunan proyek tersebut, apakah tercapai atau
tidak, apakah sesuai rencana atau tidak, jika tidak mengapa terjadi demikian,dan langkah-
langkah apa yang perlu ditempuh selanjutnya. Sudjono(1996) mengemukakan bahwa
evaluasi pada dasarnya merupakan penafsiran atau interpretasi yang bersumber pada
data kuantitatif, sedang data kuantitatif merupakan hasil dari pengukuran. Berbeda
dengan evaluasi,
Dari pengertian ini, maka antara penilaian dengan evaluasi hamper sama, bedanya dalam
evaluasi berakhir dengan pengambilan keputusan sedangkan penilaian hanya sebatas
memberikan nilai saja. Penilaian dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran atau
dapat pula dipengaruhi oleh hasil pengukuran. Pengukuran dalam bahasa inggris dikenal
dengan istilah measurement merpakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut objek pengukuran. Mengukur
pada hakikatnya adlaah pemasangan atau korespondensi 1 – 1 antara angka yang
diberikan dengan fakta dan diberi angka atau diukur. Menurut Cangelosi (1991),
pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Pengertian
yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukan oleh Wiersma dan Jurs (1990) bahwa
pengukuran adalah penilaian numeric terhadap fakta – fakta dari objek yang hendak
diukur menurut criteria atau satuan – satuan tertentu.
a. Penilaian Kualitatif
Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan diharapkan dapat
menemukan dan mengembangkan potensi peserta didik, serta memberikan manfaat
sosial yang besar dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama
dengan orang lain, serta memfasilitasi bakat, minat, dan kreativitas peserta didik yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, penilaian kualitatif sangat cocok untuk dilakukan dalam
kegiatan ekstrakurikuler.
b. Evaluasi Ekstrakurikuler
Evaluasi adalah proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah suatu kegiatan sesuai
dengan rencana atau tujuan kegiatan yang telah disusun. Selain itu, bisa juga dikatakan
bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat
keberhasilan suatu program pendidikan (Suharsimi Arikunto, 2003).