You are on page 1of 24

PENGEMBANGAN MEDIA CABUT SAYUR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK

HALUS ANAK USIA DINI

Dosen Pengampu:

Dina Fitria, M.Pd.

EKA OKTAVIA CAHYANING TYAS

162010002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN II

2022

BAB 1

PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang

Perkembangan anak usia dini merupakan kemajuan yang dialami anak secara menyeluruh,
khususnya pada anak usia 4-5 tahun terjadi beberapa perubahan mulai dari segi fisik hingga
sosial emosional anak. Perkembangan anak usia dini terdiri dari enam aspek yaitu: (1) nilai
agama dan moral, (2) fisik motorik, (3) kognitif, (4) bahasa, (5) sosial emosional, (6) seni. Enam
aspek tersebut tidak dapat berkembang sendiri akan tetapi saling terkait, saling mempengaruhi,
dan saling mendukung satu sama lain.1Anak usia dini memiliki potensi yang besar dalam
mengembangkan aspek- aspek perkembangannya. Anak mulai sensitif menerima segala
rangsangan dari luar. Salah satu aspek perkembangan yang memiliki potensi yang besar yaitu
motorik. Motorik terbagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus.

Motorik kasar merupakan aktivitas gerak tubuh yang melibatkan otot besar seperti merayap,
berguling, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, lari, lompat, dan berbagai aktivitas menendang
serta aktivitas melempar dan menangkap.Motorik Halus adalah gerakan otot-otot kecil dari
anggota tubuh. Motorik Halus melibatkan jari tangan dan membutuhkan koordinasi dengan
mata .Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu, memegang, menulis, melipat , menggunting ,
mewarnai, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, melukis, bermain pasir dan lain
sebagainya.2

Pada anak usia dini, banyak kegiatan yang membutuhkan kemampuan ini. Seperti kegiatan di
sekolah maupun kegiatan di luar sekolah (kegiatan sehari-hari). Pada kegiatan di sekolah anak
menggunakan kemampuan motorik halusnya untuk menulis, menggambar, mewarnai, dan
lainnya. Pada kegiatan sehari-hari anak menggunakan kemampuan motorik halus untuk
menuangkan air, memegang sendok, mengambil piring dan gelas, mengikat tali sepatu, dan
lainnya. Dengan kata lain perkembangan motorik halus penting diperhatikan sebagai modal
dasar bagi anakuntuk melakukan gerakan-gerakan lainnya yang terkoordinir melalui susunan
saraf dan otot sebagai persiapan ke jenjang pendidikan selanjutnya.3

Keterampilan gerak (motor) merupakan kapabilitas yang mendasari pelaksanaan perbuatan


jasmani, termasuk keterampilan yang bersifat sederhana. Ciri umum keterampilan ini
membutuhkan prasyarat untuk mengembangkan kemulusan/kehalusan bertindak dan
pengaturan waktu. Keterampilanini bila sering dipraktekkan akan bertambah sempurna, untuk
itu dalam mengajarkannya perlu banyak pengulangan atau latihan-latihan disertai umpan balik
1
Ahamad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya,Cet. 3 (Jakarta: Kencana, 2014), h. 45

2
Desmita, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bandung: Rosdakarya, 2008) h.99

3
Hasnida, Analisis Kebutuhan Anak usia Dini, (Jakarta Timur: PT Luxima Metro Media, 2014),

2
dari lingkungan.4 Keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja tetapi
harus dipelajari. Pendidik perlu mengetahui kebutuhan setiapanak untuk mengembangkan
otot-otot besar dan kecilnya pada setiaptingkatan usia. Artinya pendidik memerlukan peralatan
yang baik, namun yang lebih penting lagi adalah sikap yang baik pada tingkatan anak
denganmembiarkan anak mengetahui sesuatu dan mencoba berbagai aktivitas motorik kasar
dan halus yang sesuai dengan tingkatan usianya. 5 Kemampuan motorik halus yang dimiliki oleh
setiap anak berbeda-beda, dalam hal kekuatan ataupun ketepatannya. Perbedaan ini juga
dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkannya baik dari guru maupun
orangtuanya.

Perkembangan motorik anak sangat dipengaruhi oleh kreativitas guru dalam proses
pembelajaran. Guru dituntut untuk lebih kreatif melalui: metode, teknik, strategi, media, dan
kegiatan yang lebih menarik serta mudah dipahami oleh anak. 6Oleh karena itu perlu adanya
stimulus yang sesuai dengan usia perkembagangan anak dari lahir sampai dengan usia 8 tahun,
stimulus yang sesuai dengan usia akan berdampak positif untuk perkembangan anak di masa
yang akan datang. Kegiatan pembelajaran anak usia dini dapat dilakukan melalui bermain
sambil belajar atau belajar seraya bermain.Bermain dapat membuat anak berimajinasi dan
mengeluarkan ide-ide yang tersimpan dalam dirinya. 7 Kegiatan tersebut dapat dilakukan
melalui permainan media Cabut Sayur. Media Cabut Sayur adalah media permainan dari kain
flanel yang dibuat menyerupai sayuran dan juga disertai media tanahnya yang bermanfaat
untuk mengstimulasi perkembangan motorik halusnya, dengan media Cabut Sayur menbuat
anak sibuk dengan media tersebut dengan secara alami mendorong untuk menggunakan proses
ilmiah saat bermain, menyelidiki, dan mengeksplorasi. Kegiatan tersebut membuat anak-anak
merasa senang terhadap kegiatan yang diberikan gurunya. Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul " Pengembangan Media Cabut Sayur
untuk Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengembangan media Cabut Sayur dalam peningkatan kemampuan motorik


halus anak usia dini?
4
Udin S. Winataputra, dkk, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2012) h.31

5
Aisyahsiti, Perkembangan dan konsep dasar pengembangan anak usia dini, ( Tanggrang Selatan : Universitas Terbuka, 2013)
h,4.43.

6
Artin Jamari, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Grasindo, 2014). h. 56

7
Musbikin, Imam, Buku Pintar PAUD Dalam Perspektif Islami, (Yogyakarta: Pinus Book Laksana, 2010), h. 81

3
2. Bagaimanakah kelayakan media Cabut Sayur yang dikembangkan dalam peningkatan
kemampuan motorik halus anak usia dini?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengembangan media Cabut Sayur dalam peningkatan kemampuan


motorik halus anak usia dini.

2. Untuk mengetahui kelayakan media Cabut Sayur yang dikembangkan dalam peningkatan
kemampuan motorik halus anak usia dini.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan ilmu pengetahuan sebagai hasil dari
pengembangan media.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis tentang kegiatan
dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak usia dini.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi penulis berikutnya dalam
pembahasan yang relevan.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan bermanfaat bagi:

a. Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan, kemandirian, inovatif bagi
penulis dan memberikan pengalaman yang berharga untuk membangun inovasi dalam dunia
pendidikan melalui pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus
anak.

b. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran yang
efektif dalam upaya penggunaan media yang lebih menarik.

4
c. Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan gambaran umum kepada
pembaca dalam menentukan topik penelitian.

E. Spesifikasi Produk

Media cabut sayur merupakan kain flanel yang dibuat menjadi berbagai macam bentuk yang
menyerupai sayur, APE ini memudahkan beberapa kegitan pembelajaran, yaitu menanam sayur
kemedia tanah yang keduanya terbuat dari kain flanel, mengenal jenis menghitung dan mengenal
warna ape cabut sayur ini bisa digunakan untuk anak usia dini.

Pembuatan media cabut sayur ini dengan cara menyiapkan alat dan bahannya yaitu: Kain flanel
berbagai warna ( Coklat, hijau tua, hijau muda,putih,merah dan oren), Kardus Bekas Minuman
berukuran sedang, dakron, lemm bakar, benang, stik es krim, jarum, gunting dan alat tembak
lem. Cara memainkan media cabut sayur yaitu dengan cara menancapkan sayuran dari kain lanel
ditengah media tanam dan mencabutnya (seperti memanen sayuran).

BAB 2

LANDASAN TEORI

A. Media Cabut Sayur

1. Pengertian Media Cabut Sayur

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajarn, yaitu meliputi alat
bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima
pesan belajar. Segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi.Artinya, dengn menggunakan media, diharapkan informasi dapat tersampaikan
dengan baik, cepat, dan tepat.8Proses pembelajaran yang dilakukan di paud adalah suatu
kegiatan yang dilakukan guru dan anak serta memberikan rangsangan pendidikan dalam belajar
mengajar untuk mengembangkan enam aspek perkembangannya. Pembelajaran anak usia dini
itu mengutamakan belajar sambil bermain ataupun bermain sambil belajar. Pada saat itu anak
8
Fadlillah, Buku Ajar Bermain Dan Permainan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2017), h.196

5
akan lebih suka karena dapat belajar sambil bermain, hal seperti itu dapat menyenangkan bagi
anak dan anak dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan secara aktif sertaa dapat
mengembangkan secara optimal. Untuk mengembangkan aspek perkembangan tersebut guru
menggunakan media Pembelajaran seperti Alat Permainan Edukatif untuk anak.

Menurut Direktorat PAUD, Depdiknas berpendapat bahwa alat permainan edukatif sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang
mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan
anak.9Pentingnya penggunaan media pembelajaran maupun alat permainan edukatif (APE)
dalam membangun pemahaman anak terhadap hal baru atau sesuatu yang akan dipelajari.
Melalui media pembelajaran tersebut, diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih sesuai
kondisi. Guru menyiapkan perangkat media pembelajaran dalam pembelajaran sentra dengan
membuat kegiatan sendiri yang berfariasi.

Media pembelajaran ini dapat berupa gambar, miniatur, buku, benda konkret yang
memungkinkan untuk dibawa dan lainnya. Dengan manfaat media inilah menjadikan suasana
kelas yang aktif, penuh dengan ide dan dapat menggali rasa ingin tahu lebih baik sehingga
menimbulkan rasa kepuasan dalam memperolehnya.10Media cabut sayur merupakan media
yang terbuat dari kain flanel yang dibentuk menjadi berbagai macam sayuran dan juga media
tanamya, media ini memudahkan beberapa kegitan pembelajaran, yaitu menanam sayur kemedia
tanah yang keduanya terbuat dari kain flanel, mengenal jenis menghitung dan mengenal warna.

2. Manfaat Media Cabut Sayur.

Kegiatan proses pembelajaran guru memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran.
Penggunaan media dan alat pembelajaran yang bervariasi dan menarik merupakan salah satu
stimulus dalam mengembangkan kemampuan dan pertumbuhan anak. Perkembangan media
yang bervariasi dan menarik berfungsiagar anak dapat bermain dan juga bebas
mengekspresikan perasaannya, seperti rasa gembira, marah dan puas. 11 Selain itu pemilihan
9
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Alat Permainan Edukatif untuk Kelompok Bermain, (Jakarta: Depdiknas, 2003).

10
Guslinda dan Rita Kurnia, Media Pembelajaran Anak Usia Dini, (Surabaya: Jakad Publishing, 2018), hal. 11.

11
Suyanto, Slamet, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Depdiknas, 2005), h. 135

6
media yang tepat juga dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
secara optimal.

Pertumbuhan dan perkembangan anak akan berpengaruh dengan bagian-bagian tubuhnya


yaitu fisik motorik kasar dan halus. Menurut Aisyah, motorik halus adalah gerakan yang
menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggotatubuh tertentu, yang harus dirangsang
melalui belajar dan berlatih.12Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menyusun puzzle, menggunting, menulis dan sebagainya.
Sementara itu Ismail, mengatakan bahwa motorik halus adalah untuk melatih anak agar
terampil dan cermat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, menggenggam, memasukkan
13

bola kedalam lubang, membalik halaman lembaran-lembaran buku, meniru membuat garis,
menggambar, melipat, menggunting, menempel, dan menyusun (permainan yang bersifat
membantu). Manfaat media cabut sayur pada anak diantaranya sebagai berikut:

a. Melatih anak menyelesaikan masalah.

b. Menambah pengalaman baru bagi indra anak.

c. Menambah kosa kata anak.

d. Melatih perkembangan indra anak.

e. Melatih koordinasi otak anak.

f. Melatih motorik halus anak.

g. Melatih literasi, kognitif, kreatifitas dan kecerdasan emosi.

Manfaat media cabut sayur untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, seperti
menjumput (mengambil), mengepal,mencabut dan menancapkan menggunakan jari-jarinya
sehingga motorik anak terlatih dengan baik bila ada arahan dan bimbingan, sehingga anak
mampu mengembangkan kemampuan motorik halusnya.

12
Aisyah, Siti. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini,(Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), h. 42

13
Ismail, Andang. Education Games, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2012), h. 84

7
3. Media Cabut Sayur Sebagai Media Pembelajaran

Media merupakan sarana penyaluran pesan atau informasi belajar yang hendak disampaikan
oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. 14Media juga merupakan
faktor pendukung keberhasilan penerapan pembelajaran bagi siswa baik dalam bentuk model,
gambar, bagan maupun bentuk asli dari hewan maupun tumbuhan tertentu yang biasa
dilakukan di dalam kelas.15Peran media sangat penting dalam pembelajaran anak usia dini yaitu
untuk merangsang semua aspek perkembangan anak tidak lepas dari media pembelajaran
karena pembelajaran untuk anak harus dilaksanakan melalui bermain dan menggunakan media
cabut sayur selain mudah dimainkan juga aman dan menyenangkan untuk anak, sehingga
kegiatan pembelajaran berjalan secara efektif.

4. Pengembangan Media Cabut Sayur

Abdul Majid menyatakan bahwa pengembangan adalah suatu usaha yang meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui
pendidikan dan latihan. Pengembangan adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara
logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilakukan
dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan kompetensi peserta didik. 16

Media cabut sayur merupakan pengembangan dari media busy book, pada media busy book
anak dapat melakukan kegiatan yang dapat menstimulasi berbagai indra anak, seperti
penglihatan, indra peraba, dan pergelangan atau sendi. Sedangkan pada media cabut sayur
anak dapat mengembangkan kemampuan motorik halus melalui indra peraba dalam kegiatan
mengambil, menjumput (mengambil), mengepal, mencabut dan menancapkan menggunakan
jari-jarinya pada media media cabut sayur.

B. Motorik Halus Anak Usia Dini.


14
Nunu Mahnum, Media Pembelajaran, Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 37, No. 1, Januari-Juni 2012

15
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 124

16
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, h. 24

8
1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini

Perkembangan fisik berkaitan dengan motorik. Motorik merupakan perkembangan


pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susuan saraf, otot, otak,
dan spinal cord.117Perkembangan motorik merupakan kesempatan untuk anak agar dapat
bergerak sesuai dengan usianya. Penggunaan otot-otot besar atau kecil memungkinkan anak
untuk memenuhi perkembangan motorik.18Motorik terbagi dua, motorik kasar dan motorik
halus, Motorik kasar yaitu berkaitan dengan otot-otot besar, seperti berlari, menendang, naik
turun tangga dan lain-lain. Sedangkan motorik halus itu berhubungan dengan otot-otot kecil,
seperti, menulis, meremas, menggunting dan lain-lain. Motorik halus adalah kemampuan
individu yang berhubungan dengan keterampilan fisik dan melibatkan otot kecil yang
memerlukan koordinasi mata dantangan. Saraf motorik halus dapat dilatih melalui pemberian
rangsagan yang continue secara rutin. 19

Moelichatoen mengatakan bahwa motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan otot-
otot halus pada jari dan tangan, gerakan ini dimaksud keterampilan bergerak. 20 Sedangkan
menurut Sujiono motorik halus merupakan gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari
jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.21

Maka dapat dikatakan bahwa motorik halus anak adalah kegiatan yang dilakukan dengan otot-
otot halus yang mengkoordinasikan antara mata dan tangan seperti menulis, menggambar,
menggunting, menempel dan mewarnai.

2. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini

17
Hasnida, AnalisisKebutuhabAnakUsiaDini, (Jakarta Timur : Luxima Metro Media, 2014), h. 52

18
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 63

19
Ahcmad Afandi, Pendidikan dan Perkembangan Motorik, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019) h. 57

20
Puri Aquarisnawati, Dkk, Motorik Halus Pada Anak Prasekolah Ditinjau Dari Bender Gestalt, Jurnal Insan, Vol. 13 No. 03, 2011.
h. 151

21
Rifka R, dkk, Peningkatan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Pemanfaatan Media Daun Dalam Kegiatan Pebelajaran, Jurnal
Of Islamic Early Childhood Education, Vol 2, No 1,2019. h. 41

9
Kemampuan motorik halus anak merupakan kemampuan yang melibatkan otot-otot kecil pada
bagian-bagian tubuh. Secara umum kemampuan motorik halus adalah gerak halus secara
khusus dikontrol oleh otot-otot kecil. Gerakannya yang lebih banyak menggunakan tangan dan
koordinasi mata. Kemampuan motorik halus juga kemampuan anak untuk melihat dan
menggunakan tangannya untuk mengambil obyek suatu barang serta menggambar. 22

Hurlcok menyatakan bahwa motorik halus sebagai pengendalian koordinasi yang lebih
melibatkan otot untuk menggenggam dan menangkap bola. Kemampuan motorik halus

Anak-anak mancapai tahap perkembangan motorik halus secara optimal dengan mendapatkan
stimulus yang tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan
motorik halusnya. Perkembangan gerak motorik halus merupakan meningkatnya proses
penyatuan gerak tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang jauh lebih kecil atau detail.
Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembankan gerak motorik halus
seperti meremas kertas, menggambar, menulis, menempel, menjahit dan sebagainya.akan
semakin terarah dengan kesempatan belajar dan mengeksplorasi. 23 Sedangkan menurut Ismail
mengatakan bahwa motorik halus untuk melatih agar terampil dan cermat menggunakan jari
jemari dalam melakukan kegiatan sehari-hari.24 Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak adalah anak-anak dapat melakukan
gerakan yang terkoordinasi dan terkontrol, mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti
gerakan jari dan tangan.

Bidang pengembangan fisik motorik pada anak meliputi pengembangan motorik kasar dan
motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan yang menekankan koordinasi tubuh pada gerakan
otot-otot seperti melompat, berlari dan berguling. Sedangkan motorik halus adalah gerakan
halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena

22
Pramita, Dahsyatnya Otak Anak Usia Emas, (Yogyakarta: Interprebook, 2010), h. 37

23
Saputra, dkk, Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 Tahun di Kelompok Bermain Cendekia Kids School Medium dan
Implikasinya Pada Layar Konseling “Jurnal CARE (Children Advisory Research Education) Vol, 3 No.3 (2016), h. 11

24
Fida Etika Nugraha, Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun di TK Gugus Iii Kecamatan Pinyungan
Bantul, Jurnal Pendidikan Guru PAUD S-1, Vol,6 No.4 (2017), h. 32

10
tidak memerlukan tenaga.25Anak-anak mancapai tahap perkembangan motorik halus secara
optimal dengan mendapatkan stimulus yang tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan
rangsangan untuk mengembangkan motorik halusnya. Perkembangan gerak motorik halus
merupakan meningkatnya proses penyatuan gerak tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang
jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu
mengembangkan gerak motorik halus seperti meremas kertas, menggambar, menulis,
menempel, menjahit dan sebagainya.

Mudjito menyatakan karakter perkembangan keterampilan motorik halus yang paling utama
yaitu:
a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan
gerak halus anak bayi.

b. Pada usia 4 tahun, proses penyatuan motorik halus anak secara inti sudah mengalami
kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat bahkan cenderung sempurna. c. Pada usia 5
tahun, motorik halus anak sudah lebih sempurna, tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah
koordinasi mata.

d. Pada akhir masa anak-anak usia 6 tahun ia belajar bagaimana menggunakan jemari dan
pergelangan tangannya untuk meggunakan ujung pensil. 26
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan
dilakuan otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan
pergelangan tangan yang tepat. Anak juga belajar menggerakkan pergelangan tangan agar
lentur dan anak belajar berkreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas,
menggambar, tapi tidak semua anak memilki kematangan untuk menguasai kemampuan pada
tahap yang sama.27

3. Fungsi dan Tujuan Peningkatan Motorik Halus Anak Usia Dini


25
A. Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini. (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), h. 164

26
Aprilena, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggambar Dengan Menggunakan Aneka Warna
Krayon (Online) (http://ejounal.undiksha,ac,id, Diakses 20 September 2022), 2022

27
Aprilena, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggambar Dengan Menggunakan Aneka Warna
Krayon,... h.13

11
Toho Cholik Mutohir dan Gusril menjelaskan bahwa fungsi utama kemampuan motorik adalah
untuk mengembangkan kesanggupan dan kemampuan setiap individu yang berguna untuk
mempertinggi daya kerja.28
Dengan demikian kemampuan motorik yang baik tentu individu mempunyai landasan untuk
menguasai tugas keterampilan motorik yang khusus. Semua unsur-unsur motorik pada setiap
anak dapat berkembang melalui kegiatan olahraga dan aktifitas bermain yang melibatkan otak.
Semakin banyak anak mengalami gerak tentu unsur-unsur kemampuan motorik semakin
terlatih dengan banyaknya pengalaman motorik yang dilakukan tentu akan menambah
kematangan dalam melakuan aktivitas motorik.

Winkel mengemukakan fungsi kemampuan motorik halus adalah (a) proses belajar mengajar
terutama proses belajar yang menghasilkan keterampilan motorik, antara lain: kecepatan
menulis, memotong, membuat garis, dan selanjutnya, dan (b) membantu dalam proses
pembelajaran tertentu seperti koordinasi gerak dalam pelajaran keterampilan dan pendidikan
jasmani.29 Fungsi kemampuan motorik halus yang dijelaskan Winkel, bahwa semakin baiknya
gerakan motorik halus anak, dapat membuat anak-anak berkreasi, seperti menggunting kertas,
menyatukan dua lembar kertas, menganyam ketas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan
untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Oleh karena itu dibutuhkan bimbingan
guru dan orang tua dalam mengoptimalkan kemampuan motorik halus anak.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, bahwa fungsi motorik halus adalah membantu proses
belajar baik di sekolah maupun di rumah. Semua pelajaran di sekolah membutuhkan kesiapan
keterampilan motorik, seperti menulis, menggambar, menari, olah raga, menghitung, dan
sebagainya. Di rumah keterampilan motorik digunakan untuk aktivitas sehari-hari, seperti
makan, minum, mandi, mengerjakan pekerjaan rumah, bermain, dan sebagainya. Semua
kegiatan tersebut membutuhkan keterampilan motori, baik motorik kasar maupun motorik
halus.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik Halus

28
Toho Cholik Mutohir dan Gusri, Perkembangan Motorik Pada Masa Anak-Anak,(Jakarta: Dipdekna, 2004), h. 51

29
Winkel, Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 2012), h. 213

12
Motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu dilakukan stimulus yang
terarah dan terpadu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik anak
terdiri dari dua faktor yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal
dari luar diri seseorang. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap laju perkembangan
motorik seseorang yang dikemukakan oleh Endang Rini Sukamti, antara lain adalah: 30
a. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang
menonjol terhadap laju perkembangan motorik.

b. Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisilingkungan yang
tidak menguntungkan, semakin katif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.

c. Kondisi pralahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sang ibu, lebih mendorong
perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa pasca lahir, ketimbang kondisi pralahir
yang tidak menyenangkan.

d. Kelahiran yang sukar, khususnya apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat
perkembangan motorik.

e. Seandainya tidak ada gangguan lingkungan, maka kesehatan dan gizi yang baik pada awal
kehidupan pasca lahir akan mempercepat perkembangan motorik.
f. Anak yang IQ tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dibandingkan anak yang
Iqnya normal atau di bawah normal.
g. Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan, untuk menggerakkan semua bagian tubuh
akan mempercepat perkembangan motorok.
h. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan
motorik.
i. Kerena rangsangan dan dorongan yang lebih banyak dari orang tua, maka perkembangan
motorik anak yang pertama cenderung lebih baik ketimbang perkembangan anak yang lahir
kemudian.

30
Endang Rini Sukamti, Diktat Perkembangan Motorik (yokyakarta: FIP UNY, 2007), h. 40-41

13
j. Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat perkembangan motorik karena tingkat
perkembangan motorik pada waktu lahir berada di bawah tingkat perkembangan bayi yang
lahir tepat waktunya.

Menurut Sukintaka, berkembangnya kemampuan motorik sangat ditentukan oleh dua faktor,
ialah faktor pertumbuhan dan faktor perkembangan. Dari dua faktor penentu ini masih harus
didukung dengan berlatih, yaitu sesuai dengan kematangan anak dan gizi yang baik. Ada
kemungkinan bahwa makin baiknya pertumbuhan dan perkembangan berpengaruh terhadap
kemampuan motorik seseorang.31

5. Langkah-Langkah Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini

Berikut merupakan langkah-langkah dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak:

a. Imitation (peniruan)
Imitation adalah keterampilan untuk menentukan suatu gerak yang telah dilatih sebelumnya.
Jadi kemampuan ini terjadi ketika anak mengamati suatu gerakan, dimana ia mulai memberikan
respons serupa dengan apa yang diamatinya. Gerakan meniru ini akan mengurangi koordinasi
dan kontrol otot-otot saraf, karena peniruan gerakan umumnya dilakukan dalam bentuk global
dan tidak sempurna. Contoh gerakan ini adalah menirukan gerakan binatang, menirukan
gambar jadi tentang suatu gerakan dan menirukan langkah tari.

b. Manipulation (penggunaan konsep)


Manipulation adalah kemampuan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan.
Kemampuan ini juga sering disebut sebagai kemampuan manipulasi. Keterampilan
memanipulasi ini menekankan pada perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,
penampilan gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Jadi
penampilan gerakan anak menurut petunjuk-petunjuk dan tidak hanya meniru tingkah laku
saja. Contonya adalah menjalankan mesin, menggergaji, melakukan gerakan senam kesegaran
jasmani yang didemontrasikan.

31
Sukintaka, Teori Pendidikan Jasmani, (Solo: Esa Grafika, 2001), h. 47

14
c. Presition (ketelitian)
Presition adalah suatu ketelitian yang berhubungan dengan kegiatan melakukan gerakan
secara teliti dan benar. Keterampilan ini sebenarnya hampir sama dengan gerakan manipulasi
tetapi dilakukan dengan kontrol yang lebih baik dan kesalahan yang lebih sedikit. Keterampilan
ini selainmembutuhkan kecermatan juga proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilannya. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan dibatasi sampai pada tingkat
minimum. Contoh gerekan ini adalah gerakan mengendarai/ menyetir mobil dengan terampil,
berjalan di atas papan titian.
d. Articulation (perangkaian)

Articulation adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerakan secara koordinasi antar
organ tubuh, saraf, dan mata secara cermat. Gerakan artikulasi ini menekankan pada koordinas
suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan tepat dan mencapai yang diharapkan atau
konsistensi internal antara gerakan-gerakan yang berbeda. Contoh keterampilan gerakan ini
adalah mengetik dengan ketepatan dan kecepatan tertentu, menulis, menjahit.

e. Naturalization (kewajaran/ kealamiahan)

Naturalization adalah kemampuan untuk melakukan gerak secara wajar dan luwes. Menurut
tingkah laku yang ditampilkan, gerakan ini paling sedikitmengeluarkan energi baik fisik maupun
psikis. Gerekan ini biasanya dilakukan secara rutin sehinga telah menunjukkan keluwesannya.
Misalnya memindahkan bola dengan mahir, menampilkan gaya yang benar dalam berenang,
mendemonstrasikan suatu gerakan pantonim dan sebagainya. 32
Pengembangan motorik halus anak juga didasari oleh beberapa prinsip yang harus
diperhatikan yaitu, berorientasi pada kebutuhan anak, belajar sambilbermain, kreatif dan
inovatif, menggunakan kegiatan terpadu, dan kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip
perkembangan anak.33

32
Samsudin, Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta, Litera Media Group, 2008), h. 101

33
Samsudin, Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-Kanan,... h. 103

15
C. Pengembangan Media Cabut Sayur Dapat Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak
Usia Dini

Perkembangan motorik halus pada anak usia dini sangat penting karena dengan motorik halus
sebagai dasar kemampuan seorang anak akan dapat mengembangkan kemampuan gerak
fisiknya. Pendidik perlu menggunakan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan
kemampuan motorik halus anak usia dini, memberikan contoh kegiatan motorik halus dengan
benar, menstimulasi perkembangan motorik halus anak dengan menyelesaikan masalah melalui
motorik halusnya.

Anak belajar motorik halus perlu menggunakan berbagai strategi misalnya dengan permainan-
permainan yang bertujuan mengembangkan motorik halus anak dan penggunaan metode serta
media-media yang beragam mendukung perkembangan motorik halus. Meningkatkan
kemampuan motorik halus sangat krusial terjadi pada usia sebelum enam tahun karena itu
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan wahana yang sangat penting dalam meningkatkan
kemampuanmotorik halus anak sehingga kondisi ini bisa memfasilitasi pengembangan
kemampuan motorik halus pada anak usia dini.

Memasuki Taman Kanak-Kanak, pertemanan sebaya sebagai salah satufasilitator sangat


berperan dalam membantu perkembangan kemampuan motorik halus anak usia dini. Melalui
interaksi dalam kegiatan belajar maupun bermain, anak secara tidak langsung belajar untuk
mengembangkan kemampuan motorik halusnya. Anak menggunakan kemampuan motorik
halus untuk melenturkan jari-jari tangan sebelum mereka terampil dapat memfokuskan ke
dalam gerak-gerak otot halus, karena pada dasarnya anak usia dini termasuk dalam sub
tahapan dari pemikiran praoperasional yang terjadi pada usia (3-7) tahun yang diungkapkan
oleh Jean Piaget.

Proses kegiatan pembelajaran anak usia dini guru harus menggunakan berbagai media yang
menarik bagi anak, salah satunya seperti media Cabut Sayur, dengan media tersebut anak akan
merasa senang sehingga mereka menyenangi kegiatan yang diberikan oleh gurunya. Hal ini
akan meningkatkan dorongan atau motivasi anak untuk bermain sambil belajar sehingga pada

16
akhirnya mereka dapat menguasai konsep permainan dengan menggunakan media Cabut
Sayur, dengan demikian akan terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak.

B. Kajian Pustaka

Kajian pustaka yaitu, mengambarkan kajian hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
masalah yang diteliti, serta menjelaskan posisi penelitian yang akan dilakukan. 34Berikut ini
adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan media cabut
sayur untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini, diantaranya:

1. Penelitian pertama oleh Dian Anggraini yang menggunakan penelitian tindakan kelas dengan
sebuah judul ―Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Permainan Finger Painting
Pada Anak Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Raudhatul Aneli Sukabumi Bandar Lampung”,
dalam penelitian ini kegiatan perkembangan motorik halus anak adalah melakukan kegiatan
finger painting berbentuk bunga matahari. Kegiatan ini sangat membantu guru untuk fokus
dengan pembelajaran sesuai dengan tema tanaman dan memperkenalkan anak tentang warna-
warna bunga, dan memperkenalkan macam-macam bunga.35

2. Penelitian Yutika. Oktavia Ardila (2017) yang berjudul “ Penggunaan Media Kolase Dalam
Mengembangkan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini Ditaman kanak-kanak Citra Darma
Lampung Barat‟‟.Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kolase
dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak usia dini di TK Citra Darma Lampung
Barat tahun ajaran 2014/2015 dikarenakan, guru merencanakan ganbar yang dibuat, guru
menyediakan alat dan bahan, guru menjelaskan bahan dan alat-alat yang digunakan untuk
bermain kolase dan bagaimana cara penggunaannya, guru membimbing anak terlebih dahulu
sebelum kegiatan dilakukan, guru hendak melakukan kegiatan secara berulang-ulang agar
dapat merangsang motorik halus anak secara optimal .

34
Tim Penyusun Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, Pedoman Penulisan Skripsi, (Bengkulu : FTT
IAIN BENGKULU, 2016), h.5

35
Dian Anggraini, ―Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Permainan Finger Painting Pada Anak Kelompok B di
Taman Kanak-Kanak Raudhatul Aneli Sukabumi Bandar Lampung,‖ Skripsi, 2018, 120.

17
Berdasarkan dari hasil penelitian yang relevan diatas makan peneliti dapat meyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan penilitian yang saya lakukan yaitu dengan menggunakan media cabut
sayur dan sama-sama untuk meningkatkan perkembang motorik halus anak usia dini.

C. Kerangka Konseptual

Pengembangan Media Cabut Sayur Untuk Meningkatkan Motorik Halus Anak


Usia Dini.

Meningkatkan motorik halus anak usia dini, melalui media yang aman
menyenangkan dengan menggunakan media cabut sayur.

Mengembangan media Cabut Sayur dalam peningkatan kemampuan motorik


halus anak usia dini dan mengetahui kelayakan media Cabut Sayur yang
dikembangkan dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak usia dini.

BAB III

METODOLOGI PENGEMBANGAN

A. Model Penelitian dan Pengembangan

Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan atau yang dikenal dengan Research and
Development (R&D). Sugiyono mengemukakan bahwa metode penelitian dan pengembangan
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan mengkaji
keefektifan produk tersebut.36Sejalan dengan itu, menurut Sukmadinata penelitian dan
pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah

36
Sugiyono, Metode Penelitian dan pengembangan , (Bandung : Alfabeta 2015), h.28

18
penelitian yang bertujuan menghasilkan suatu produk yang harapannya akan efektif untuk
digunakan berdasarkan kebutuhan pendidikan yang banyak berkembang pada saat ini. 37

Pada metode penelitian tersebut agar dapat menghasilkan produk maka menggunakan
penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji kelayakam produk tersebut agar
dapat berfungsi bagi masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan
produk. Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti mengembangkan produk berupa media
Cabut Sayur sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini.

B. Objek dan Subjek Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di RA Almuhtadi di Desa Sendangagung, Kecamatan Paciran, Kabupaten


Lamongan. Subjek penelitian adalah guru dan siswa di RA Almuhtadi yang terdiri dari 3 kelas
dan berjumlah 45 anak.

C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan.

Langkah-langkah penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur


pengembangan bahan menurut Borg and Gall, Berikut ini adalah 10 langkah prosedur penelitian
Research and Development (R&D) menurut Borg dan Gall langkah-langkah tersebut adalah (1)
potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi
desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, (10)
produk masal.

Langkah-langkah penggunaan metode Research and Developmentmenurut Borg dan Gall ada
sepuluh langkah dalam penelitiannya. Langkah-langkah pengenbangan pendidikan yaitu
penelitian yang menghasilkan atau mengembangkan produk tertentu dengan melakukan uji ahli
seperti uji media, uji guru , uji lapangan untuk menguji keefektifan dan kemanfaatan suatu
produk yang dikembangkan.38Dalam penelitian pengembangan ini hanya dibutuhkan tujuh
langkah pengembangan untuk menghasilkan produk hasil yang siap untuk diterapkan. Peneliti

37
Sohibun, Filza Yulina Ade, “Pengembangan Media pembelajaran berbasis Virtual ClassBerbantuan Google Drive”, Jurnal Tadris
, Vol. 2, No. 2 (Desember 2017), h.123

38
Ibid,.h.35-37

19
tidak mencapai produksi missal karena masalah waktu yang dibutuhkan untuk membuat
pengembangan media sampai produksi massal membutuhkan waktu yang lama, dalam
pengembangan ini hanya mengetahui apakah produk layak atau tidak dalam tujuh langkah
pengembangan sudah bisa didapati hasil dan kurang nya dana untuk mengembangkan lagi
media yang dibuat. Sehingga peneliti hanya mengembangkan tujuh langkah penggunaan
metode R&D yang sudah layak untuk di uji cobakan dilapangan dengan diperkuat dari
pernyataan oleh ahli validasi.

Berikut ini merupakan tahapan-tahapan dari pengembangan dan penelitian media


pembelajaran berupa cabut sayur untu meningkatkan motorik halus anak usia dini :

1. Potensi dan Masalah


Penelitian berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila
digunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah merupakan kesenjangan antara yang
diharapkan dengan apa yang terjadi. Masalah ini dapat diatas melalui R dan D dengan cara
meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola atau sistem penanganan terpadu yang
efektif jika dilakukan melalui penelitian dan pengembangan. 39Kegiatan awal sebelum dilakukan
pengembangan terhadap media cabut sayur, analisis kebutuhan dilakukan obsevasi melalui
wawancara kepada guru di Taman kanak-kanak ditemukan bahwa pendidik belum
menggunakan media cabut sayur untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini. Mereka
dikarnakan kendala yaitu keterbatasan waktu dalam pembuatannya sehingga pendidik lebih
sering hanya menggunakan media yang mudah didapatkan dan yang sudah difasilitasi di
sekolahan dan dalam proses belajar mengajar sehingga kurangnya antusias dan minat siswa
dalam mengikuti pembelajaran dan siswa pun kurang aktif didalam kelas karena menggunakan
media yang kurang menarik. berdasarkan hasil wawancara didapatkan informasi bahwa
pendidik belum pernah menggunakan media cabut sayur untuk meningkatkan perkembangan
motorik halus anak usia dini.

2. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai

39
Ibid.,hlm.298

20
bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
Masalah yang telah ditemukan berdasarkan hasil observasi. Sebagai salah satu analisis
kebutuhan dalam penelitian disekolah dijadikan sebuah potensi bagi peneliti untuk ke tahap
selanjutnya yaitu mengumpulkan sumber referensi untuk menunjang pengembangan media
cabut sayur untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia dini. Sumber referensi
untuk mengembangkan media pembelajarann didapat dari sumber informasi yaitu buku, jurnal,
dan internet.

3. Desain Produk
Produk yang dihasilkan penelitian Research and Developmentmenghasilkan produk yang
bermacam-macam. Hasil akhir dari kegiatanpenelitian dan pengembangan adalah berupa
desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Yaitu media pembelajaran berupa
media cabut sayur.

D. Uji Coba Produk

Pada penelitan ini dilakukan uji coba produk . Uji coba produk bertujuan untuk mengetahui
keefektifan dan keefisien dari produk yang dikembangkan.

1. Desain Uji Coba.

uji coba pemakaian media dilakukan untuk mengetahui media cabut sayur untuk meningkatkan
perkembangan motorim halus anak usia dini layak dikembangkan dan digunakan sebagai
sumber belajar untuk anak usia dini.

2. Subjek Uji Coba.

Subjek uji coba dalam penelitian ini terbagi atas uji coba terbatas dan uji coba lapangan yang
ditujukan kepada siswa di TK Almuhtadi di desa Sendangagung, kecamatan Paciran, kabupaten
Lamongan, dengan jumlah 45 siswa. TK Almuhtadi dipilih menjadi tempat uji coba karena
berdasarkan observasi yang telah dilakukan, sekolah ini dekat dengan lokasi peneliti dan juga di
TK Almuhtadi belum pernah menggunakan media cabut sayur untuk meningkatkan motorik
halus anak usia dini.

21
3. Jenis Data.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah data kualitatif
diperoleh dari berbagai saran, masukan maupun tanggapan dari para ahli/pakar komentar
observer, guru kelas terhadap kualitas media Cabut Sayur untuk meningkatkan motorik halus
anak usia dini.

E. Instrumen Pengumpulan Data.

Sugiyono mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Lembar angket digunakan sebagai panduan bagi validator
dalam menilai kualitas dan kelayakan produk media cabut sayur untuk meningkatan
perkembangan motorik halus anak usia dini yang akan dikembangkan. Lembar kuesioner yang
digunakan diisi oleh tiga dosen ahli media , tiga dosen ahli materi dan guru di TK Almuhtadi.

Hasil validasi digunakan sebagai masukan dan untuk merevisi media cabut sayur untuk
meningkatkan perkembangan motorik halus yang dikembangkan. Angket instrumen validasi
produk digunakan untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan. Kuesioner instrumen
validasi produk diberikan kepada dosen ahli media, dosen ahli materi dan guru di TK Almuhtadi.
Adapun kisi-kisi instrumen validasi produk. Berikut ini merupakan tabel kisi-kisi instrumen
validasi produk dapat dilihat pada tabel berikut ini:

F. Tekhnik Analisis Data.

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah mendeskripsikan semua pendapat. Saran dan
semua tanggapan dari evaluator yang terdapat pada lembar komentar. Pada tahap uji coba,
data dihimpun menggunakan angket penilaian terbuka untuk memberikan kritik, saran,
masukan serta perbaikan. Hasil analisis deskriptif ini digunakan untuk menentukan hasil
pengembangan yang berupa media cabut sayur.

22
DAFTAR PUSTAKA

Endang Rini Sukamti. Diktat Perkembangan Motorik.Yogyakarta: FIP UNY, 2007.

Indriyani, F. 2014. Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menggunting


dengan Berbagai Media pada Anak Usia Dini di Kelompok A TK Aba Gendingan Kecamatan
Kalasan Kabupaten Sleman Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Pramita, Dahsyatnya Otak Anak Usia Emas, (Yogyakarta: Interprebook, 2010),

Saputra, dkk, Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 Tahun di Kelompok Cendekia Kids
School Medium dan Implikasinya Pada Layar Konseling. Jurnal CARE( Children Advisory
Research Education) Vol.3 No.3 (2016)

A. Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini. (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011)

Aprilena, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggambar


Dengan Menggunakan Aneka Warna Krayon. http://ejounal.undiksha,ac,id, Diakses 20
September 2022.

Samsudin, Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta, Litera Media Group, 2008)

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RnD.
Bandung : Alfabeta.

Sohibun, Filza Yulina Ade, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Virtual Class
Berbantuan Google Drive. Jurnal Tadris, Vol. 2, No. 2.

23
24

You might also like