Professional Documents
Culture Documents
UAS Kontrol Penggerak Elektrik
UAS Kontrol Penggerak Elektrik
KONTROL PENGGERAK
ELEKTRIK
Perbandingan Model PMSM Library MATLAB dengan Equation-Based
menggunakan Field Oriented Control (FOC)
Disusun oleh:
Senit Araminta Jasmine (162021433062)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pengendalian motor, terutama dalam kerangka Field-Oriented
Control atau FOC, pemilihan pemodelan untuk Permanent Magnet Synchronous Motor
atau PMSM memainkan peran penting dalam mencapai pengendalian yang tepat dan
efisien. Dua jenis utama untuk pemodelan PMSM adalah melalui Library yang sudah ada
pada software SIMULINK dan perancangan berbasis persamaan.
PMSM menggunakan MATLAB Simulink berbasis Library menyediakan
kumpulan komponen motor yang sudah dikonfigurasi sebelumnya, memudahkan
proses perakitan model. Sedangkan rancangan PMSM berbasis persamaan menggunakan
karakteristik motor, seperti resistansi, induktansi, dan inersia, secara langsung
melalui model matematika. Kedua pendekatan tersebut memiliki keunggulan masing-
masing dan dapat dapat menjadi pertimbangan untuk pengguna berdasarkan
persyaratan dan preferensi tertentu. Terlepas dari pemodelan yang dipilih, FOC
digunakan untuk mencapai kontrol independen terhadap arus yang menghasilkan torsi
(Iq) dan arus magnetisasi (Id). FOC mengoptimalkan kinerja motor dengan
menyesuaikan komponen tegangan (Vq dan Vd) untuk mengatur arus ini. Baik
menggunakan model PMSM berbasis library maupun berbasis persamaan, integrasi
FOC digunakan sebagai fixed variable atau variabel yang tidak berubah memastikan
bahwa efek yang diamati semata-mata disebabkan oleh variabel yang dimanipulasi yang
dalam rangka ini adalah perbedaan dari kedua pemodelan motor. Dalam eksperimen ini
ini, dilakukan perbandingan antara model PMSM berbasis library dengan berbasis
persamaan dan membahas efek penggunaan, keunggulan, dan
kelemahannya. Pemodelan dibuat menggunakan software MATLAB Simulink.
Di mana (λma, λmb, λmc) merujuk pada komponen hantaran fluks fase yang
disediakan oleh magnet permanen. Dalam persamaan ini, induktansi adalah fungsi dari sudut
θ. Karena induktansi sendiri stator maksimum ketika sumbu q rotor sejajar dengan sumbu
fasa, sementara induktansi maksimum ketika sumbu q rotor berada di tengah-tengah antara
dua fasa. Hantaran fluks pada gulungan stator karena magnet permanen adalah:
Dengan,
Kontrol Berorientasi Medan (Field-Oriented Control atau FOC), juga dikenal sebagai
kendali vektor, adalah strategi kontrol yang digunakan dalam pengendalian motor listrik
untuk mencapai kontrol yang tepat dan efisien terhadap kinerja motor. Ini umumnya
digunakan dalam aplikasi seperti kendaraan listrik, otomatisasi industri, robotika, dan
berbagai sistem elektromekanis lainnya.
Dalam diagram:
ω dan ω ref masing-masing adalah kecepatan sudut terukur dan referensi.
T ref adalah referensi torsi elektromagnetik.
i dan v adalah arus dan tegangan stator dan subskrip d dan q mewakili sumbu d dan
sumbu q , dan subskrip a , b , dan c mewakili tiga belitan stator.
θ e adalah sudut listrik rotor.
G adalah pulsa gerbang, subskrip H dan L mewakili tinggi dan rendah, dan
subskrip a , b , dan c mewakili tiga belitan stator.
Tujuan utama dari Kontrol Berorientasi Medan adalah untuk mengendalikan torsi dan
fluks secara independen dalam motor listrik, sehingga memberikan respons dinamis yang
lebih baik, efisiensi yang ditingkatkan, dan kinerja yang lebih baik. Pada metode kontrol
motor tradisional, arus stator dikontrol secara langsung, yang dapat mengakibatkan efek
saling kait antara komponen torsi dan fluks. FOC, bagaimanapun, mentransformasikan
koordinat arus dan tegangan dari kerangka referensi yang diam (abc) ke kerangka referensi
yang berputar, biasanya disebut kerangka referensi "dq" (sumbu d dan sumbu q).
Berikut adalah komponen kunci dari FOC:
1. Transformasi Clarke dan Park: Transformasi Clarke mengubah arus dan tegangan tiga
fase dari kerangka referensi abc ke sistem koordinat dua sumbu (αβ). Transformasi Park
kemudian memutar koordinat ini ke kerangka referensi dq, sejajar dengan fluks rotor.
2. Kontrol Arus dalam Kerangka dq: Dalam kerangka dq, kontrol independen dari arus
yang menghasilkan torsi (Iq) dan arus magnetisasi (Id) menjadi mungkin. Dengan
mengendalikan arus ini, torsi dan fluks motor dapat diatur secara independen.
3. Transformasi Invers: Setelah tindakan kontrol dilakukan dalam kerangka dq,
transformasi Clarke dan Park yang terbalik diterapkan untuk mengonversi sinyal kontrol
kembali ke kerangka referensi abc untuk implementasi yang sebenarnya.
Dengan menggunakan FOC, sistem kontrol motor dapat memisahkan kontrol torsi dan
fluks, memungkinkan kontrol yang tepat terhadap perilaku motor. Hal ini menghasilkan
kinerja yang lebih baik, efisiensi yang ditingkatkan, dan konsumsi energi yang berkurang
dalam berbagai aplikasi. FOC banyak digunakan dalam sistem kontrol motor canggih, seperti
yang ditemukan dalam kendaraan listrik dan penggerak industri berkinerja tinggi.
BAB III
METODE
Parameter Nilai
d-axis inductance (Ld) 158.485e-6
q-axis inductance (Lq) 158.485e-6
rs resistance 8.005e-3
inertia 0.264558
Lambda 0.026933
Viscous Damping Coefficient 0.02823
Parameter Nilai
d-axis inductance (Ld) 158.485e-6
q-axis inductance (Lq) 158.485e-6
rs resistance 8.005e-3
inertia 0.264558
Lambda 0.026933
Viscous Damping Coefficient 0.02823
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
Is
Rotor speed wm
(rad/s)
Electromagnetic
torque Te (N*m)
Vbc
Is
Rotor speed wm
(rad/s)
Electromagnetic
torque Te (N*m)
Vbc
Electromagnetic Torque
Pada pembuatan PMSM menggunakan metode kontrol FOC, dapat dipilih dua cara
dalam perangkaiannya. Cara pertama adalah pembuatan menggunakan Library yang telah
disediakan oleh MATLAB Simulink, dan membuat rangkaian PMSM equation-based.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan signifikan pada PMSM yang dirancang
sendiri dengan yang ada pada Library Matlab dan adakah keunggulan dari kedua metode
tersebut. Simulasi ini menggunakan dua model PMSM dengan metode kontrol FOC, kedua
model memiliki parameter yang sama.
Setelah dilakukan running model selama 0.4 detik, didapatkan data seperti diatas.
Secara kasat mata, tidak ada perbedaan signifikan dari kedua model. Namun, dapat dilihat
respon sinyal yang memiliki ripple dari torsi PMSM yang dirancang sendiri. setelah diamati
menggunakan perintah step info, PMSM menggunakan Library memiliki settling time
0.3552, peak tertinggi pada 408.8596, dan peak terendah pada 19.6011. PMSM rancangan
memiliki
settling time 0.3635, peak tertinggi pada 408.9915, dan peak terendah pada 16.5683. Pada
rotor speed, setelah diamati menggunakan perintah step info, PMSM library dapat mencapai
nilai 730.1686 RPM sedangkan PMSM rancangan mencapai 731.6244 dalam 0.4 detik.
Sehingga motor dengan PMSM library dapat mencapai setpoin sedikit lebih cepat.
Bersamaan dengan hal ini, sinyal arus yang mengalir pada winding stator α dan β (Is)
mengalami perubahan terhadap waktu yang lebih besar pada PMSM yang dirancang sendiri.
Perbedaan juga terlihat pada kedua sinyal Vbc atau perbedaan tegangan antara belitan fasa B
dan fasa C motor di mana model yang menggunakan Library lebih konsisten. Hal ini
diasumsikan berasal dari respon sinyal FOC yang digunakan untuk mengendalikan secara
independen arus yang menghasilkan torsi (Iq) dan arus magnetisasi (Id) dalam PMSM dengan
caar menyesuaikan komponen tegangan Vq dan Vd. ripple yang terjadi pada torsi juga dapat
menunjukkan bahwa mungkin ada masalah dalam pengaturan simulasi atau parameter model
(seperti resistansi, induktansi, dan inersia).
Selain efek-efek tersebut, tidak ada perbedaan yang signifikan dari kedua model. Ada
pun kelebihan dan kekurangan dari setiap model, yaitu pada model yang berbasis Library
dapat memudahkan pengguna dengan menyediakan blok atau subsistem yang sudah ada,
dapat digunakan untuk mengetes efek berbagai jenis metode kontrol pada jenis motor yang
sama. Penggunaan Library juga dapat menghemat waktu karena komponen-komponen dasar
motor sudah terdefinisi. Sedangkan model PMSM yang dirancang sendiri memiliki kelebihan
yaitu kontrol penuh terhadap model, memungkinkan dalam menentukan parameter,
persamaan, dan detail implementasi sesuai kebutuhan, serta dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentanghukum fisika dan matematika di balik operasi motor. Oleh
karena itu, pembuatan PMSM menggunakan Library atau perancangan sendiri tergantung
pada kebutuhan pengguna.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
4.1 KESIMPULAN
1) PMSM yang dirancang sendiri akan bergantung pada kompleksitas model yang dibuat
oleh pengguna. Dapat menentukan tingkat detail model, misalnya, dari model yang
sangat sederhana hingga model yang sangat kompleks, dengan mempertimbangkan
parameter yang lebih tepat bergantung pada karakteristik spesifik mesin.
2) PMSM yang menggunakan Library pada Matlab dapat menyediakan model yang lebih
umum atau standar, yang mungkin tidak sama persis dengan spesifikasi alat tertentu.
PMSM yang dirancang sendiri dapat memberikan akurasi yang lebih besar jika model
dirancang dengan mempertimbangkan detail yang lebih spesifik tentang karakteristik
motor, rugi-rugi daya, inersia, hambatan, dan faktor lain yang mempengaruhi kinerja
mesin. Di sisi lain, model di perpustakaan Matlab mungkin lebih umum dan kurang
akurat dibandingkan model yang dirancang khusus untuk alat tertentu.
4.2 SARAN
Hutabalian, R., & Hamzah, A. (2016). Desain dan Analisa Inverter Tiga Fasa Dengan Metode
SVPWM Sebagai Penggerak Motor Induksi Tiga Fasa Pada Aplikasi Sepeda Listrik. In
Jom FTEKNIK (Vol. 3, Issue 2).
Padri, M., & Yuhendri, M. (2021). Inverter 3 Fasa Menggunakan Metoda Space Vector Pulse
Width Modulation (SVPWM). JTEIN: Jurnal Teknik Elektro Indonesia, 2(2), 190-197.
https://doi.org/10.24036/jtein.v2i2.161
Rusli, M., Bagus Nugroho, M. A., Jati, M., Aditya, A., Fauziah, M., Toar Pangkerego, H., & Taufik, T.
(2021). Digital Implementation of Space Vector PWM for Three Phase Inverter with Simplified C-
Block PSIM Utilization. https://doi.org/10.1109/IES53407.2021.9593292
Sebastian, T., Slemon, G., & Rahman, M. (1986). Modelling of permanent magnet synchronous motors.
IEEE Transactions on Magnetics, 22(5), 1069–1071. https://doi.org/10.1109/TMAG.1986.1064466