You are on page 1of 24

MAKALAH

LAPORAN KASUS DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH


(BBLR)
PADA Ny. J DI RSUD PANYABUNGAN

DISUSUN OLEH :

FADILAH RAHAYU
NIM : 2216003

STIKes NAMIRA MADINA


TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Kasus tentang BBLR . Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, serta teman-teman yang
sudah memberikan konstribusinya dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan malakah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang BBLR .
Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Panyabungan, 07 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Konsep Teori................................................................................................3
A. Defenisi .................................................................................................3
B. Etiologi / Penyebab................................................................................4
C. Tanda – tanda Klinis..............................................................................5
D. Komplikasi pada BBLR.........................................................................6
E. Penatalaksanaan.....................................................................................8
F. Diagnosis...............................................................................................15
G. Pencegaan..............................................................................................15
H. Perawatan...............................................................................................16
2.2 Asuan Keperawatan pada Klien....................................................................16
A. Identitas.................................................................................................16
B. Data Subjektif.......................................................................................16
C. Pemeriksaan Fisik.................................................................................18
BAB III PENUTUP...............................................................................................20
3.1 Simpulan.......................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu, bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutuhkan
biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan mempunyai status gizi buruk. BBLR selain berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius
pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih
tergolong tinggi, yaitu tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini
memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi bila di
bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak
karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR
pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI
2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari
2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara
global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya
adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR ?

1
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?
7. Bagaimana pencegahan pada BBLR?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
5. Untuk megetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Untuk mengetahui pencegahan pada BBLR

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori


A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan
lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk
mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di
London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut:
1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai
37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa
semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500
gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR),
karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat
badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut.
Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat
badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau
sama dengan 2500 gram.
Klasifikasi BBLR :
a. Berdasarkan BB lahir
1. BBLR : BB < 2500gr
2. BBLSR : BB 1000-1500gr
3. BBLASR : BB <1000 gr
b. Berdasarkan umur kehamilan
1. Prematur : Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan

3
untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai
Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
2. Dismaturitas : Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat
terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga
Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-
KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-
KMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB-
KMK)

B. Etiologi / Penyebab BBLR


Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor
ibu yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Penyakit:
1) Toksemia gravidarum 4) Nefritis akut
2) Perdarahan antepartum 5) Diabetes mellitus
3) Trauma fisik dan
psikologis

b. Usia Ibu
1) Usia <16 tahun
2) Usia >35 tahun
3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
c. Keadaan social
1) Golongan social ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah
d. Sebab lain
1) Ibu yang perokok

4
2) Ibu peminum alcohol
3) Ibu pecandu narkotik
2. Faktor janin
a. Hidramnion c. Kelainan kromosom
b. Kehamilan ganda
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun

C. Tanda – tanda klinis


 Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram 8. Otot hipotonik lemah
2. Panjang kurang dari 45 cm 9. Pernapasan tak teratur dapat
3. Lingkar dada kurang dari 30 terjadi apnea
cm 10. Eksremitas : paha abduksi,
4. Lingkar kepala kurang dari 33 sendi lutut / kaki fleksi-lurus
cm 11. Kepala tidak mampu tegak
5. Umur kehamilan kurang dari 12. Pernapasan 40 – 50 kali /
37 minggu menit
6. Kepala lebih besar 13. Nadi 100 – 140 kali / menit
7. Kulit tipis, transparan, rambut
lanugo banyak, lemak kurang

 Gambaran klinis BBLR secara khusus :


A. Tanda-tanda Bayi Prematur
1. BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
2. Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
3. Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
4. Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
5. Kepala mengarah ke satu sisi.

5
6. Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan
kurang, sering tampak peristaltik usus.
7. Tulang rawan dan daun telinga imatur.
8. Puting susu belum terbentuk dengan baik.
9. Pergerakan kurang dan lemah.
10. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
11. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
12. Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan
kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau
lurus.
13. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh
labia mayora (pada wanita), dan testis belum turun (pada laki
laki).
B. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
1. Preterm sama dengan bayi premature
2. Term dan post term :
a. Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b. Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
c. Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
d. Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
e. Tali pusat kuning kehijauan.
f. Mekonium kering.
g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.

D. Komplikasi pada BBLR


Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah,
terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir
diantaranya:
 Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum,
sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
 Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus
 Termoregulasi: Hipotermia

6
 Hipoglikemia simtomatik

1. Pada prematur yaitu :


a. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit
membran hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk
membran hialin yang melapisi alveoulus paru.
b. Pneumonia Aspirasi disebabkan karena infeksi menelan dan batuk
belum sempurna, sering ditemukan pada bayi prematur.
c. Perdarahan intra ventikuler otot lateral biasanya disebabkan oleh
karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan
membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada
atopsi.
d. Hyperbilirubinemia Bayi prematur lebih sering mengalami
hyperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini
disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjungtiva
bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna.
e. Masalah suhu tubuh Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas
badan masih belum sempurna. Luas badan bayi relatif besar
sehingga penguapan bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit
kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan. Kemampuan
metabolisme panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan
agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat
dipertahankan sekitar (36,5 – 37,5 0C)

2. Pada bayi Dismatur


Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa
gestasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan
di dalam uterus. Dengan kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah
berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan bayi dismatur dengan
berat yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak dismatur lebih mudah
hidup di luar kandungan. Walaupun demikian harus waspada akan
terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditangani dengan baik.

7
a. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan
stress yang sering dialami bayi pada persalinan.
b. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai
hemoglobin yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia
kronik di dalam uterus.
c. Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya
hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen
hati dan meningginya metabolisme bayi.
d. Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang
pasif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom
down's, turner dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi
intrauterine dan sebagainya.
Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai
berikut :
1. Suhu tubuh yang tidak stabil.
2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada
BBLR.
3. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
4. Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
5. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
6. Gangguan immunologic.

E. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, dan umur 406 minggu)
2. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek
sedikit demi sedikit

8
b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan
melalui sendok atau pipet
c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus
dipasang siang penduga/ sonde fooding
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung
atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat
dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang
diberikan dengan pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet atau
selang kecil yang menempel pada putting.
ASI merupakan pilihan utama:
a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut:
a. Berat lahir 1750-2500 gram
1) Bayi sehat
a) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi
kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan
bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu
b) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk
menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat
menghisap tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternative cara pemberian minum.
2) Bayi sakit
a) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
b) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

9
 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera
setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu
ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk
menyusu
c) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui
(contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui
pipa lambung:
 Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam
sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB
per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI
setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan
bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk
menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
1) Bayi sehat
a) Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakancangkir/sendok
atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau
tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan
dengan pemberian menggunakan cangkir/sendok apabila bayi
dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung
setelah 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1
minggu)
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
c) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
sendok/cangkir, coba untuk menyusui langsung.
2) Bayi sakit

10
a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.
c) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
c. Berat lahir 1250-1499 gram
1) Bayi sehat
a) Beri ASI peras melalui pipa lambung
b) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi
masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
c) Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok
d) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
2) Bayi sakit
a) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan
c) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
d. Berat lahir (tidak tergantung kondisi)
1) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

11
2) Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan
3) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB perhari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

3. Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh
normal:
a. Membersihkan jalan napas
b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c. Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
d. Memberikan obat mata
e. Membungkus bayi dengan kain hangat
f. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah
g. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
h. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang
dihangatkan terlebih dahulu
i. Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas
atau botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini
disimpan dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar
tidak tumpah dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-
buli panas atau botol inipun harus dalam keadaan terbungkus, dapat
menggunakan handuk atau kain yang tebal. Bila air panasnya sudah
dingin ganti airnya dengan air panas kembali.
j. Suhu lingkungan bayi harus dijaga
1) Kamar dapat masuk sinar matahari

12
2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan
konveksi
k. Badan bayi harus dalam keadaan kering
l. Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia di
tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
m. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
n. Ukur suhu tubuh dengan berkala
o. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini
adalah:
1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
p. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
q. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
r. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk
menyusui

4. Pemantauan (Monitoring)
a. Pemantauan saat dirawat
1) Terapi
a) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada
usia 2 minggu
2) Tumbuh kembang
a) Pantau berat badan bayi secara periodic
b) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari
pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir

13
≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir
<1500>
c) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada
semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari
7 hari:
 Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari
sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
 Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan
berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap
180 ml/kg/hari
 Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat,
tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200
ml/kg/hari
 Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan
lingkar kepala setiap minggu.
b. Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui
perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
1) Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2) Hitung umur koreksi
3) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4) Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5) Awasi adanya kelainan bawaan
6) Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a) Membersihkan jalan napas
b) Mempertahankan suhu tubuh
c) Mencegah terjadinya infeksi
d) Perawatan bayi sehari-hari:
- Memandikan
- Perawatan tali pusat
- Pemberian ASI

14
- Dll
7) Menjelaskan pada ibu (orang tua)
a) Pemberian ASI
b) Makanan bergizi bagi ibu
c) Mengikuti program KB segera mungkin
8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus
dirujuk ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga
bahwa anaknya harus dirujuk ke rumah sakit.

F. DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi
dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

G. PENCEGAHAN
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk
pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin
yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka

15
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.

H. PERAWATAN
Perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR meliputi :
1. Mempertahankan suhu tubuh optimal
2. Mempertahankan oksigenasi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Mencegah dan mengatasi infeksi
5. Mengatasi hiperbilirubinemia
6. Memenuhi kebutuhan psikologis
7. Melibatkan program imunisasi

2.2 ASUAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


Tanggal : 08 Desember 2023 No.MR : 071804
A. Identitas / Biodata
Nama Bayi : Bayi Ny JAMIAH
Umur Bayi : 18 Jam
Tanggal/ jam lahir : 08 Desember 2023
Jenis kelamin : Perempuan
Berat badan : 1300 gram
Panjang badan : 35 cm
Nama Ibu : Ny ” J”
Umur : 22 tahun
Suku/Bangsa : Bata / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : IRT
Alamat : Panyabungan

B. DATA SUBJEKTIF

16
Kronologi : pasien maasuk ke IGD pukul 10.00 WIB, langung lakukan
perawatan dalam inkubtor dengan oksigen, kemudian beri pasien therapy
IVFD dekstrose 10%. Kemudian bayi di kirim ke bangsal anak pukul 11.00
WIB, bayi dirawat diruang terpisah yaitu perinatologi, dan lanjutkan terapi
sesuai order dokter.
1. Riwayat penyakit kehamilan
 Pasien mengatakan pernah mengalami perdarahan ketika usia
kandungan 2 bulan, pasien perdarahan selama 1 bulan, jumlah darah
kurang dari 1 duk perhari. pasien berobat ke dokter dan di anjurkan
istirahat berbaring dirumahnya selama 1 bulan.
 Pasien juga mengatakan ini kahemilannya yang pertama.
2. Kebiasaan waktu hamil
a. Makanan : 1 piring nasi ukuran sedang, 1 potong lauk
ukuran sedang, 1 mangkok sayur
b. Obat – obatan : Tidak ada
c. Merokok : Tidak ada
d. lain – lain : Tidak ada
3. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan : Spontan
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Usia kehamilan : 28-29 minggu
d. Komplikasi : tidak ada
4. Keadaan bayi baru lahir
Apgar Score : 6/8

17
Tanda 0 1 2 Jumlah
Frekuensi ( ) tidak ada ( √ ) < 100 ( ) > 100
Jantung
Usaha nafas ( ) tidak ada (√ ) lambat tidak teratur ( ) menangis kuat
I Tonus otot ( ) lumpuh (√ ) eks fleksi sedikit ( ) gerakan aktif 6
reflek ( ) tidak bereaksi ( √ ) gerakan sedikit ( ) menangis
Warna ( ) biru / pucat ( ) tubuh kemerahan (√ ) kemerahan
tangan dan kaki biru
Frekuensi ( ) tidak ada ( ) < 100 (√ ) > 100
Jantung
Usaha ( ) tidak ada (√ ) lambat tidak teratur ( ) menangis kuat
II bernafas ( ) lumpuh ( ) eks fleksi sedikit (√ ) gerakan aktif 8
Tonus otot ( ) tidak bereaksi ( √ ) gerakan sedikit ( ) menangis
reflek ( ) biru / pucat ( ) tubuh kemerahan (√ ) kemerahan
warna tangan dan kaki biru

5. Resusitasi
1) Penghisapan lendir : ya
2) Ambu : Tidak dilakukan
3) Masage jantung : Tidak dilakukan
4) Intubasi endotracheal : Tidak dilakukan
5) Oksigen : ya
6) Therapi : Tidak dilakukan

C. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum : jelek
- Suhu : 36ºC
- Pernafasan : 50x/i
- Jantung : 126 x/i
- Berat badan : 900gram
- Panjang badan : 35 cm
- Pemeriksaan fisik secara sistematis

18
- Ubun-ubun : Tidak ada caput / cepal hematoma
- Muka : Tidak oedema
- Telinga : Simetris kiri dan kanan, daun dan lobang
telinga ada
- Mulut : Tidak ada labio palato skizis
- Hidung : Septum ada
- Dada : Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan
- Perut : Agak membuncit
- Tali pusat : Lembab, tidak ada perdarahan
- Punggung : Tidak ada kelainan
- Ekstremitas : Tidak ada oedema
- Genitalia : Labia mayora belum menutupi labia
minora
- Anus : Ada
- Reflek
- Reflek morrow : (+) lemah
- Reflek rooting : (+) lemah
- Reflek sucking : (+) lemah
- Reflek tonic neck : (+) lemah
- Eliminasi
- Miksi : sudah ada
- Mekonium : sudah ada

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa
yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan
dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama
kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan
biaya perawatan yang tinggi.

3.2 Saran
2. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
3. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan BBLR.
4. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

20
DAFTAR PUSTAKA

Pantiawati, Ika,S.SiT. 2010. Bayi dengan BBLR.Yogyakarta: Nusa Medika.


Proverati Atikah, SKM, MPH dan Cahyo Ismawati Sulistyorini, S.Kep., Ns. 2010.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nusa Medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, Am.Keb. MKM.2010. Asuhan Neonates,
Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/

21

You might also like