You are on page 1of 8

BAB I PRINSIP KERJA BATERAI

1.1 Battery
Fungsi battery adalah sebagai alat perubah energi kimia menjadi energi listrik untuk
menyediakan listrik bagi sistem kelistrikan pada unit.
1.2 Konstruksi
Battery dapat dibedakan berdasarkan konstruksi dan tipenya ada 2 macam, yaitu:
1. Konstruksi compound
Battery ini sel - selnya berdiri sendiri - sendiri dan antara sel yang satu dengan yang lain
dihubungkan dengan lead bar ( connector ) di luar case, seperti pada gambar berikut ini :

• Konstruksi
Battery dapat dibedakan berdasarkan konstruksi dan tipenya ada 2 macam, yaitu:
1. Konstruksi Compound
2. Konstruksi Solid
a. Konstruksi compound
Battery ini sel - selnya berdiri sendiri - sendiri dan antara sel yang satu dengan yang lain
dihubungkan dengan lead bar ( connector ) di luar case, seperti pada gambar berikut ini :
b. Konstruksi Solid
Battery ini antara sel yang satu dengan yang alin dihubungkan dengan lead bar di
dalam case. Terminal yang kelihatan hanya dua buah hasil hubungan seri dari sel
- selnya seperti gambar berikut ini.




















 Primary Cell
Reaksi chemical secara total akan menghancurkan salah satu metal setelah beberapa waktu
pemakaian. contoh applikasi nya seperti battery battery kecil untuk Flash light
/senter atau radio menggunakan battery primary cell.
 Secondary Cell
Campiran metal dan acid digunakan sebagai perubahan supply tegangan, Metal menjadi
sama kuat dengan asam ini disebut sebagai pelepasan (discharge), dengan mengaplikasikan
arus ke battery pada kondisi terbalik maka material battery dapat disimpan, ini disebut
sebagai charging. Automotive Lead Acid Battery adalah Secondary Cell.
 Tipe Basah (Wet Type)
Battery tipe basah (Wet Type) terdiri dari elemen-elemen yang telah diisi penuh dengan
muatan listrik (full charged) dan dalam penyimpanannya telah diisi dengan elektrolit. Battery
ini tidak bisa dipertahankan tetap dalam kondisi full charge. Sehingga harus diisi (charge)
secara periodik. Selama battery tidak digunakan dalam penyimpanan, akan terjadi reaksi
kimia secara lambat yang menyebabkan berkurangnya kapasitas battery, reaksi ini disebut
“Self Discharge“.
 Tipe Kering (Dry Type)
Battery tipe kering (Dry Type) terdiri dari plate-plate (postif & negatif) yang telah diisi penuh
dengan muatan listrik, tapi dalam penyimpanannya tidak diisi dengan elektrolit. Jadi keluar
dari pabrik dalam kondisi kering. Setelah battery tersebut diaktif ( diisi elektrolit ), battery dry
tipe ini pada dasarnya sama seperti dengan battery tipe basah ( Wet Type ). Elemen-
elemen battery ini diisi secara khusus dengan cara memberikan arus DC pada plat yang
direndamkan ke dalam larutan elektrolit lemah. Setelah plat- plat itu terisi penuh dengan
muatan listrik, kemudian di angkat dari larutan elektrolit kemudian dicuci dengan air dan
dikeringkan. Kemudian plat -plat tersebut diassembling dalam case battery.Sehingga bila
battery tersebut akan dipakai, cukup diisi elektrolit dan langsung bisa digunakan tanpa charge
kembali.
 Low Maintenance
Kebanyakan battery yang saat ini digunakan memepertimbangkan penggunaan battery Low
atau Free Maintenance. Dalam hal ini battery dibuat untuk mengurangi kehilangan air dan
mengurangi panas bagian dalam material. Penambahan air seharusnya hanya di perlukan
setiap 15,000 miles atau lebih.

Gambar 13 – Prinsip Kerja Built-in hydrometer


Untuk mengurangi perawatan baterai dan membuat baterai lebih dapat diandalkan serta
tahan lama, maka dikembangkan baterai Free-Maintenace. Baterai Free-Maintenace bentuknya
serupa dengan baterai konvensional, tetapi tidak memiliki tutup ventilasi, sehingga elektrolit
tersegel sempurna di dalam. Beberapa baterai memiliki indikator tingkat pengisian. Indikator
tersebut adalah sebuah hidrometer yang terpasang pada baterai yang didalamnya terdapat bola
kecil berwarna hijau yang mengapung ketika specific gravity elektrolit lebih besar atau sama
dengan 1.225. Indikator tersebut dapat juga digunakan dengan mudah dan cepat untuk
menunjukkan apakah baterai terisi atau sudah kosong. Indikator tersebut harus dibaca sesuai
rekomendasi pabrik.

1. Karakteristik
Karena larutan elektrolit tertutup rapat di dalam wadah baterai, larutan elektrolit ini tidak
akan berkurang. Ketinggian permukaan elektrolit tidak perlu diperiksa dan juga masalah
penambahan air kedalam larutan elektrolit pada tiap-tiap sel tidak perlu dilakukan. Gas akan
dihasilkan selama proses pengosongan dan pengisian. Gas naik ke bagian atas wadah baterai,
dan terperangkap oleh alat pemisah cairan dan gas yang kemudian didinginkan dan
terkondensasi, lalu dialirkan kembali ke penampungan elektrolit. Tekanan internal yang mungkin
terjadi dilepaskan melalui lubang kecil penahan api yang terletak di sisi samping.
Baterai Maintenance-Free memiliki kelompok-kelompok pelat seperti pada baterai
konvensional, namun dipasang dengan cara yang berbeda. Perbedaan lainnya adalah pelat-
pelat ditempatkan dalam amplop yang bertindak sebagai pemisah dan juga berfungsi untuk
mengumpulkan sedimen ketika pelat rontok karena usia. Amplop disambungkan bersama dan
memungkinkan elemen ditempatkan di dasar kotak baterai.
Elemen pada baterai konvensional dinaikkan di dalam kotak baterai untuk memberikan
ruangan bagi endapan yang terkumpul tanpa menyentuh plat-plat. Namun pada baterai
maintenance-free, elemen- elemen diletakkan di dasar tangki sehingga memungkinkan lebih
banyak elektrolit menutupi pelat- pelat yang lebih besar, sehingga efisiensi baterai meningkat.
Perbedaaan rancangan lain yang penting pada baterai Maintenance-Free adalah material
yang digunakan untuk membentuk alur untuk setiap pelat sel. Pada baterai konvensional alur
dibuat dari lead antimony, tapi pada baterai Maintenance-Free, alur terbuat dari lead-calcium,
cadmium dan strontium. Perbedaan material alur inilah yang membuat baterai Maintenance-Free
tidak membutuhkan air. Alur pelat dari bahan inilah yang bersifat mengurangi pembentukan gas
dan baterai akan kehilangan air yang jauh lebih sedikit dibandingkan baterai dengan plat lead
antimony.
a. Baterai dengan elektrolit pasta
Baterai dengan elektrolit pasta biasanya dikenal sebagai baterai sel pasta. Sel pasta ini
adalah baterai asam timbal yang cara kerjanya sama dengani baterai asam timbal yang lain.
Perbedaan utama baterai sel pasta adalah elektrolitnya. Baterai sel pasta menggunakan
elektrolit thixotropic khusus (dalam bentuk padat atau pasta yang mencair pada kondisi
tertentu) dan ketika diaduk atau dikocok akan mencair, tetapi akan kembali menjadi bentuk
pasta ketika dibiarkan diam. Baterai tersebut bertekanan dan disegel dengan menggunakan
lubang ventilasi khusus. Oleh karena itu tidak dibutuhkan penngisian kembali. Beterai sel
pasta dapat dioperasikan hampir di setiap posisi walaupun pemasangan terbalik antara posisi
diatas atau dibawah tidak direkomendasikan. Pada kendaraan yang menggunakan gabungan
baterai lebih dari satu dalam sistem baterai, sel pasta digunakan sebagai baterai pengisolasi.
b. Prinsip Kerja Sel Pasta
Baterai sel pasta dapat digolongkan sebagai baterai RECOMBINANT. Pada siklus pengisian
baterai asam timbal, oksigen yang dilepaskan oleh pelat positif bergabung kembali dengan
hidrogen yang dilepaskan oleh pelat negatif. Gabungan kembali hidrogen dan oksigen
menghasilkan air, yang terserap kembali oleh elektrolit. Sel pasta seluruhnya bebas
perawatan dan tidak pernah membutuhkan penambahan air. Bahan pasta juga tidak
menyebabkan karat di sekeliling terminal baterai.
Sel pasta dirancang dengan tingkat asam terbatas. Ini berarti elektrolitnya dilarutkan dalam
kondisi yang kosong (discharge) sebelum pelat-pelat menjadi sulfat. Kondisi seperti ini akan
melindungi pelat-pelat dari kondisi ultra kosong, yang dapat menyebabkan terkupasnya pelat dan
mempercepat terjadinya korosi alur positif yang pada akhirnya menghancurkan baterai. Jika pada
sebuah baterai pasta diisi tegangan listrik yang melebihi 14,1 volt, maka baterai akan
melepaskan lebih banyak hidrogen dan oksigen yang kemudian dapat bergabung kembali. Gas
yang berlebihan ini meningkatkan tekanan di dalam rumah baterai sehingga akan membuka katup
buang yang sensitif dengan kenaikan tekanan.
Setelah oksigen dan hidrogen yang berlebihan dilepaskan, ia akan menghilang dan tidak
dapat disatukan kembali menjadi air. Ketika sel pasta diberikan pengisian berlebih, elektrolitnya
mengering dan baterai akan cepat rusak. Karena baterai sel pasta bekerja dengan tekanan maka
baterai ini kadang-kadang terlihat seperti mengembung terutama pada saat pengisian. Namun
apabila pengembungan ini terlihat berlebihan, kemungkinan penyebab utamanya adalah karena
diisi secara berlebihan (overcharging) atau karena katup buangnya yang tersumbat. Jika hal ini
yang terjadi maka batere tidak boleh digunakan lagi. Apabila baterai pasta ini digunakan
bersama-sama dengan beterai lain dalam suatu sistem kelistrikan kendaraan maka untuk
pengisian, baterai ini harus secara langsung dihubungkan dengan charger-nya.
Kelebihan
 Terlindung terhadap kebocoran
 Tidak mengeluarkan oksigen atau hidrogen selama pengisian.
 Tahan getaran
 Masa pakai dua kali lipat atau lebih dari baterai Maintenance-Free yang lain.
 Dapat menahan operasi deep-cycling.
 Berkerja pada kondisi basah termasuk di bawah air.
 Jika diisi dan digunakan dengan benar, maka akan lebih ekonomis karena masa pakai
yang lebih lama.

Kekurangan
 Lebih berat
 Akan rusak jika diberikan pengisian berlebih.
 Membutuhkan pengisian khusus (otomatis, pendeteksi suhu, dan pengaturan tegangan)
yang mengatur tekanan pengisian dalam batas yang sempit sekitar 13.8V - 14.1V
 Perlakuan yang tidak benar dapat membuatnya cepat rusak dan tidak dapat dipakai lagi.
1. Kapasitas Baterai
Kapasitas baterai (besarnya arus yang dapat dihasilkan baterai) dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti jumlah, ukuran, ketebalan pelat-pelat dan kualitas serta jenis
elektrolitnya. Semula kapasitas baterai hanya diukur dalam amper-jam, sampai ukuran kapasitas
baru diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Society of Automotive Engineers (SAE) dan the
Battery Council International(BCI).
Tiga metode baru untuk mengukur kapasitas baterai tersebut adalah:
 Arus Engkol Dingin atau Cold Cranking Amperes
 Unjuk Kerja Engkol atau Cranking performance
 Kapasitas Cadangan atau Reserve capacity.

2. Cold Cranking Amperes (CCA)


CCA adalah metode utama untuk mengukur kapasitas baterai kendaraan. Tugas utama
baterai adalah untuk menghidupkan engine, yang memerlukan arus yang sangat besar dalam
waktu yang singkat. Lebih sulit bagi baterai untuk memberikan tenaga ketika dingin dan engine
sendiri membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk berputar pada keadaan dingin ini, maka CCA
didefenisikan sebagai :

Arus yang bisa dihasilkan oleh sebuah baterai baru yang terisi penuh pada suhu -18°C
(0°F) secara terus menerus selama 30 detik sehingga tegangannya menjadi 1.2 volt per
sel.

Banyak baterai yang lebih murah hanya dapat memberikan arus 200 ampere sedang
baterai yang lebih kuat akan memberikan arus di atas 1000 Ampere pada kondisi yang sama.
Baterai yang digunakan pada engine haruslah sesuai dengan specifikasi arus yang diperlukan
untuk menyalakan engine pada temperatur rendah. Jika engine dalam kondisi dingin
membutuhkan arus 400 Ampere untuk bisa hidup, tentu saja baterai yang hanya memberikan
200A tidak cukup.

3. Cranking Performance
Unjuk kerja engkol (Cranking performance), yang diperkenalkan oleh BCI didefenisikan
sebagai berikut:

Arus yang dapat dihasilkan oleh sebuah baterai baru yang terisi penuh pada suhu 0°C
(32°F) selama 30 detik secara terus menerus sehingga tegangannya turun menjadi 1.2 volt
per sel.

4. Reserve Capacity
Kapasitas Cadangan (Reserve capacity) didefenisikan sebagai kemampuan baterai untuk
menyuplai beban listrik minimum sebuah mesin jika terjadi kesalahan dalam sistem charging.
Besaran ini juga merupakan ukuran perbandingan kemampuan sebuah baterai untuk
memberikan tenaga pada mesin yang memiliki suatu beban listrik parasitic (termasuk jenis
gangguan atau fault) untuk waktu yang lama namun masih memiliki cukup kemampuan untuk
menghidupkan engine. Tingkat kapasitas cadangan (reserve capacity) didefenisikan sebagai:
Lamanya waktu dalam menit dimana sebuah baterai baru yang terisi penuh pada suhu
27°C (80°F) dapat menyuplai arus sebesar 25 ampere secara terus menerus dan
menjaga tegangan tetap sama atau lebih besar dari 1.75 volt per sel.

Vent Plug
Vent plug terdapat (menjadi satu) pada tutup di setiap sel. Fungsi tutup itu adalah untuk
mencegah masuknya debu dan kotoran ke dalam sel. Fungsi yang lebih penting lagi adalah
agar tersedia saluran (lubang) untuk membebaskan gas dan memungkinkan terbentuknya
lagi asam sulfat yang terkandung di dalam uap asam yang terbentuk pada saat pengisian
battery (lihat bentuk saluran vent plug). Membiarkan tutup sel itu terbuka menye- babkan
kotornya sekitar lubang oleh karena adanya uap asam.
Plat Positif dan Plat Negatif
 Plat Positif, Plat positif terbuat dari material PbO2 (Lead Peroxide) yang berwarna coklat
tua.
 Plat Negatif. Plat negatif terbuat dari material Pb (spongy lead) yang berwarna
kelabu. Untuk mencegah plat positif dan plat negatif bersinggungan, dipasang
separator yang terbuat dari polyvinyl chloride (PVC) yang berpori-pori.
Elektrolit (H2SO4)
Standard berat jenis ( specific gravity ) elektrolit battery pada temperature standard ( 20 ° C )
adalah 1.280. Apabila temperature larutan elektrolit berubah, maka standard berat jenis
elektrolit battery dapat dicari dengan rumus:
S 20 = St + 0,007 ( t – 20 )
Dimana: S 20 = Berat jenis pada temperatur 20° C.
St = Berat jenis pada temperatur pengukuran
t = Temperature elektrolit pada saat pengukuran
Berat jenis akan turun pada saat battery dipakai (discharge). Pada kondisi standard (20°
C), bila berat jenis elektrolit turun mencapai 1.200, maka battery harus diisi kembali (charging).
Bila jumlah elektrolit di dalam battery berkurang, maka harus ditambah dengan air aki (air suling
saja).
Perubahan berat jenis elektrolit tergantung oleh :
− Discharge rate.
− Charge rate.
− Temperature.
− Jumlah asam sulfat yang terkandung dalam elektrolit.
Larutan elektrolit dapat membeku pada temoeratur tertentu. Oleh karena itu, kalau menyimpan
battery boleh ditempat sedingin mungkin asalkan tidak sampai larutan elektrolitnya membeku.
Seperti terlihat pada tabel berikut ini :

2. Reaksi Kimia
Battery pada saat discharging maupun re - charging akan terjadi reaksi kimia.
 Reaksi Kimia Pada Saat Discharging.
Yang dimaksud discharging adalah penggunaan isi ( kapasitas ) battery. Rekasi kimia yang
terjadi ialah :
PbO2 + 2 H2SO4 + Pb ---- > PbSO4 + 2 H2O + PbSO4
Pada akhir discharging, plat positif dan plat negatif akan menjadi Pb SO4 dan
elektrolitnya akan menjadi H2O.
 Reaksi Kimia Pada Saat Recharging
Recharging adalah proses pengisiah battery. Reaksi kimia terjadi ialah: PbSO2 + 2
H2SO4 + PbSO4 ----- > PbO2 + 2 H2O + Pb
Akhir dari proses recharging ini, pl;at positif kembali menjadi PbO2 dan plat negatifnya Pb,
sedangkan elektrolit kembali terbentuk menjadi H2SO4.
 Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit ini terdiri dari pencampuran antara Asam Sulfat (H2SO4) yang berat
jenisnya 1,835 dan air (H2O) yang berat jenisnya 1 dengan komposisi tertentui seperi
gambar berikut ini:

Hasil campuran 36 Asam sulfat dan 64 %air ajkan menghasilkan elektrolit yang berat jenisnya
1.270 pada 80º F (27ºC).

 Terminal Voltage
Terminal voltage adalah batas tegangan battery yang diijinkan pada saat discharging dan
recharging
 Saat Dicharging
Ketika battery dipakai dengan arus besar, sebagai contoh digunakan untuk memutar
engine waktu start, maka tahanannya dalam battery akan naik. Hal ini tidak hanya
disebabkan berkurangnya asam sulfat (yang semestinya untuk mempertahankan
kecepatan reaksi kimia antara plat-plat dan elektrolit), tetapi juga akibat polarisasi
battery itu. Terminal volatge battery dalam satu sel yang dipakai selama 20 jam (untuk
battery N200) dan arus yang digunakan adalah 10A.
 Saat Recharging
Pada saat recharging (arus pengisian kurang lebih sepersepuluh dari arus discharging rata-
rata) maka akan menghasilkan naiknya perbedaan potensial antara terminal positif dan
negatif. Pada saat recharging tersebut, akan timbul gelembing-gelembung karena peritiwa
elektolisa (penguraian) H2O. Gelembung-gelembung tersebut dapat menyebabkan umur
battery pendek. Oleh karena itu, ketika recharging apabila sudah mencapai terminal voltage,
maka recharging dihentikan.
Self Discharge
Suatu battery yang telah diisi elektrolit, jika didiamkan (tidak dipakai) akan kehilangan
muatan listriknya. Hal ini disebabkan setelah battery diisi elektrolit, maka battery mulai
mengalami suatu reaksi kimia, meskipun battery tersebut dipakai atau tidak. Sifat seperti
ini tidak dapat dihindarkan pada semua battery. Kehilangan muatan listrik yang
tersimpan tanpa pemakaian melalui rangkaian luar disebut self discharge. Sebab-sebab
self discharge sebagai berikut :
- Plat negatif beraksi langsung dengan asam sulfat dari elektrolit membentuk timbal
sulfat (PbSO4).
- Hubungan singkat antara plat positif dan plat negatif melalui endapan dari material
aktif.
- Jika suhu dan konsentrasi elektrolit tidak merata disekitar plat posiitf dan negatif akan
terjadi reaksi elektrokimia lokal.
Hal-hal seperti diatas ini yang menyebabkan muatan battery akan berkurang meskipun
tidak dipakai. Reaksi kimia yang terjadi dalam battery akan lebih cepat dengan kenaikan
suhu elektrolit. Hal ini juga berarti “Self Discharge“ akan bertambah cepat jika suhu lebih
tinggi. Reaksi kimia yang terjadi dalam battery akan lebih cepat dengan kenaikan suhu
elektrolit. Hal ini juga berarti “Self Discharge“ akan bertambah cepat jika suhu lebih tinggi.
Jadi penyimpanan battery pada suhu rendah lebih effektif dalam memperkecil kecepatan
self discharge. Faktor lain yang mempercepat self discharge adalah bila elektrolit atau
air suling yang disiikan ke dalam battery mengandung material–material pengetes,
karena akan menimbulkan reaksi lokal
1.2.1 Pengecekan Electrolite Battery
Kondisi dari sebuah battery ditunjukkan oleh nilai specific gravity (berat jenis) larutan
elektrolitnya. Alat untuk mengukur berat jenis elektrolit disebut hydrometer. Hydrometer harus
dikalibrasi agar mendapatkan nilai berat jenis elektrolit standar pada temperatur 20ºC (68ºF) JIS.
Untuk mendapatkan pembacaan berat jenis yang benar adalah jika temperatur di atas 20ºC,
ditambah 0,0007 tiap kenaikan 1ºC. Jika temperatur di bawah 20ºC, dit- ambah 0,0007 tiap
penurunan 1ºC.

Contoh, pada suhu 49ºC didapatkan pembacaan berat jenis elektrolit adalah 1,25.
Temperatur elektrolit pada saat pengukuran adalah 29ºC di atas standard yang ditetapkan, yaitu
20ºC (68ºF) JIS, sehingga pembacaan berat jenis yang sebenarnya dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
S20 = St + 0,0007 ( t – 20 )
= 1,25 + 0,0007 ( 49 – 20 )
= 1,25 + 0,0203
= 1,2703
Jadi pembacaan yang benar setelah dikoreksi dengan temperatur adalah 1,2703. Contoh
lain, temperatur elektrolit pada saat pengukuran adalah 0ºC. Berat jenis elektrolit pada
hydrometer terbaca 1,29. Temperatur elektrolit pada saat pengukuran adalah 20ºC di bawah
standard, sehingga pembacaan berat jenis yang benar adalah:
S20 = St + 0,0007 ( t – 20 )
= 1,29 + 0,0007 ( 0 – 20 )
= 1,29 – 0,014
= 1,276
Jadi pembacaan yang benar adalah 1,276 setelah dikoreksi dengan temperatur
elektrolitnya.

Jumlah elektrolit battery perlu diperiksa melalui dua garis pada battery dengan kotak
transparan yang menunjuk- kan batas tertinggi dan batas terendah. Permukaan elektrolit
harus berada diantara kedua garis tersebut. Bila elektrolit sudah sampai pada batas
terendah, maka harus ditambah dengan air suling sampai batas tertinggi. jumlah elektrolit
battery dengan kotak hitam dilakukan melalui lubang pengisian. Bila permukaan elektrolit
berada di bawah split ring, maka harus ditambah dengan air suling.
1.2.2 Perawatan Battery
Salah satu faktor agar suatu battery dapat mencapai umur sesuai pabrik maka di dalam
menggunakan battery perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam Discharging
• Periksa kabel - kabel penghubung. Jika rusak, ganti yang baru.
• Bersihkan terminal battery dan terminal kabel dengan sikat kawat dan bubuhkan sedikit
gemuk/vaselin, kemudian kencangkan hubungan kabel-kabelnya.
• Pemakaian arus battery untuk 6 volt tidak boleh lebih dari 2x kapasitasnya, sedangkan
untuk 12 volt tidak boleh lebih dari 3 x kapasitasnya, karena dapat memperpendek umur dari
battery.
• Pembebanan battery tidak boleh melebihi batas terminal voltage (final terminal voltage)
yang diijinkan. Untuk tiap sel final terminal voltagenya 1,75 volt.
• Tutup battery terutam vent plugnya tidak boleh tersumbat, karena bisa menyebabkan
battery meledak.
• Bila air battery kurang, harus ditambah dengan air suling. Hal -
hal yang perlu diperhatikan pada saat Recharging
• Sebelum Recharging harus diperiksa jumlah elektrolit dalam battery. Bila kurang
tambahkan air suling.
• Jangan sekali-kali menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4), karena akan
mengakibatkan berat jenis eletrolit terlalu tinggi, yang akan mengurangi umur battery dan
tidak memungkinkan untuk mengukur keadaan muatan listrik battery melalui berat jenis.
• Kencangkan kabel - kabel penghubung, sebab bila kabel kendor akan terjadi loncatan
bunga api.
• Gas yang terjadi pada proses recharging harus segera dibebaskan (Perhatikan vent
plugnya atau buka tutup jika perlu).
• Bila memakai battery charger, harus ada fan untuk membuang gas-gas yang terjadi
dan harus dicegah
• supaya tidak terjadi bunga api yang bisa menyebabkan kebakaran.
• Arus pengisian dianjurkan sebagai berikut:
− Untuk fast charging : 40 - 70 Ampere.
− Untuk slow charging : Kurang lebih 7 % dari AH - nya.
− Saat pengisian, Temperatur Elektrolit tidak boleh melebihi 550C.
- Hal - hal yang perlu diperhatikan pada saat penyimpanan battery
• Battery yang tidak dipakai harus disimpan di tempat yang kering, sejuk dan tidak
kena sinar matahari langsung, karena bisa mempercepat reaksi kimia (self discharge).
• Battery yang diterima lebih dahulu sebaiknya didahulukan pemakaiannya.
• Pada waktu dikeluarkan dari kemasan, periksalah dengan teliti apakah ada kerusakan luar.
Jika ada kerusakan perbaiki.
• Untuk battery tipe basah, perlu adanya pengisian secara periodik, yaitu minimal sebulan
sekali. Untuk mejaga agar battery tetap full charge dan tidak cepat rusak.

You might also like