Mini Proposal Tentang Uji Efektivitas Pasta Gigi Pemutih

You might also like

You are on page 1of 18

UJI EFEKTIVITAS PASTA GIGI PEMUTIH TERHADAP PERUBAHAN

WARNA GIGI EKSTRINSIK

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Anis Anggraini

16120210111
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………..i

A. Judul…………………………………………………………………………….1
B. Latar Belakang…………………………………………………………………1
C. Rumusan Masalah……………………………………………………………...2
D. Tujuan…………………………………………………………………………..3
E. Manfaat…………………………………………………………………………3
F. Tinjauan Teori………………………………………………………………….3
G. Penelitian Terdahulu…………………………………………………………...11
H. Metode Penelitian………………………………………………………………12
I. Daftar Pustaka………………………………………………………………….15

ii
A. Judul
“Uji Efektivitas Pasta Gigi Pemutih Terhadap Perubahan Warna Gigi
Ekstrinsik”

B. Latar Belakang
Dewasa ini, masyarakat sangat mementingkan penampilan diri secara
umum, termasuk warna gigi. Penelitian sosial dan fisiologis menunjukan
bahwa, penampilan mengambil peranan penting dalam menentukan kualitas
interaksi sosial dan juga merupakan aspek utama dalam interaski non-verbal.
Masyarakat sekarang ini, sangat menyadari bahwa dengan melakukan
perawatan kecantikan pada dokter akan mampu meningkatkan penampilanya,
termasuk juga perawatan estetik kedokteran gigi. Karena hal tersebut, dokter
gigi sering kali diminta untuk meningkatkan performa diri pasien dengan
melakukan perawatan gigi dan mulut, termasuk pemutihan gigi.
Perubahan warna gigi walaupun bentuk dan susunannya telah ideal,
dapat menimbulkan kurangnya rasa percaya diri seseorang. Perubahan warna
gigi tersebut merupakan persoalan estetika yang memberikan dampak
psikologi cukup besar, terutama apabila perubahan warna itu terjadi pada gigi
depan. Tuntutan estetika inilah yang membuat seseorang melakukan
perawatan giginya secara rutin.
Warna gigi terutama pada gigi permanen ditentukan oleh dentin dan
modifikasi dari ketebalan dan translusensi email, pengendapan berbagai
pigmen pada gigi dapat merubah warna gigi. Perubahan warna pada gigi dapat
diklasifikasikan sebagai faktor eksternal, internal atau kedua-duanya.
Pewarnaan warna gigi eksternal adalah perubahan warna gigi yang disebabkan
oleh terjadinya perlekatan warna makanan, minuman, ataupun nikotin dan tar
yang terkandung dalam rokok. Perlekatan ini dapat menyebabkan stain yang
gelap pada permukaan gigi, yang terjadi secara perlahan dalam jangka waktu
yang panjang. Perubahan warna gigi internal adalah perubahan warna yang

1
terjadi semasa pembentukkan struktur gigi yang disebabkan oleh faktor dari
dalam jaringan gigi atau jaringan pulpa.1
Berbagai cara tersedia untuk mendapatkan warna gigi yang ideal, yaitu
dengan menggunakan bahan pemutih, veneers dan mahkota. Penggunaan
bahan pemutih gigi merupakan salah satu cara yang relatif sederhana, murah
dan konservatif. Terdapat berbagai cara untuk pemutihan gigi, yaitu dengan
dibantu di bawah pengawasan dokter gigi dan dengan penggunaan pasta yang
mengandung bahan pemutih.
Pemutihan gigi tidak hanya dapat dilakukan dengan bantuan dokter
gigi saja, namun pemutihan gigi dapat dilakukan sendiri secara perlahan dan
bertahap dengan cara membiasakan diri menggunakan pasta gigi yang
mengandung bahan pemutih pada saat menggosok gigi setiap harinya.
Banyaknya keanekaragaman penawaran produk pasta gigi pemutih di pasaran
dengan aneka ragam iklan di berbagai media yang sangat menjanjikan,
menyebabkan masyarakat harus pintar dalam memilih produk pasta gigi
pemutih yang paling efektif. Salah satu caranya adalah dengan membaca dan
mengenali isi atau kandungan dari setiap produk pasta gigi pemutih yang akan
dipilih atau dibeli untuk digunakan. Guna mendapatkan keberhasilan
perawatan pemutihan gigi, peneliti berusaha membandingkan berbagai produk
pasta gigi pemutih dalam menilai efektivitas pemutihan gigi.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis akan mengkaji mengenai
Uji Efektivitas Pasta Gigi Pemutih Terhadap Perubahan Warna Gigi
Esktrinsik.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: Bagaimana efektivitas pasta gigi pemutih
terhadap perubahan warna gigi ekstrinsik?
1
Rahardjo A, Gracia E, Riska G, Adiatman M, Maharani DA. Potential side efects of whitening
toothpaste on enamel roughness and micro hardness. International Journal of Clinical Preventive
Dentistry 2015; 11(4): 239-40.

2
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan penelitian
yaitu mengetahui efektivitas pasta gigi pemutih terhadap perubahan warna
gigi ekstrinsik.

E. Manfaat
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang efektivitas pasta gigi pemutih
terhadap perubahan warna gigi ekstrinsik.
2. Memberi informasi pada masyarakat mengenai efektivitas pasta gigi
pemutih terhadap perubahan warna gigi ekstrinsik.

F. Tinjauan Teori
1. Efektivitas
Efektivitas merupakan ketepatgunaan, hasil guna, menunjang
tujuan. Efektivitas merupakan pengukuran dalam arti terperincinya
sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Efektivitas juga
berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil
yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat
daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingka kepuasaan
pengguna/client. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa efektivitas merupakan ketepatgunaan suatu program
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.2
Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan,
semakin besar ontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan,
maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Efektivitas
berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif
apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan
atau dikatakan spending wisely.3
2
Raharjo Punto, Konsep Efektivitas, Jurnal yang Dipublikasikan, (Yogyakrata: Universitas Negeri
Yogyakarta, 2014), hal. 24.
3
John Ivancevich, dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 2016), hal. 24-25.

3
Dari kriteria efektivitas berdasarkan waktu munculah istilah
kriteria jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Kriteria
jangka pendek adalah kriteria yang merujuk pada hasil tindakan yang
dilakukan dalam waktu satu tahun atau kurang. Kriteria jangka menengah
dapat diterapkan ketika mempertimbangkan efektivitas dari suatu
kelompok individu atau organisasi untuk suatu periode waktu yang lebih
lama, mungkin lima tahun. Kriteria jangka panjang adalah kriteria di mana
masa depan yang tidak pasti diterapkan. Kita akan membahas enam
kategori umum dari kriteria efektivitas, dimulai dengan yang memiliki
sifat jangka pendek.
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang
efektifitas antara lain:4
a. Menurut Steers yang dikutip oleh Yusuf, efektivitas adalah
konsistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan yang telah
diseapakati.
b. Menurut Stoner yang dikutip oleh Yusuf, efektivitas adalah
kemampuan menentukan tercapainya tujuan, yakni mengajarkan
sesuatu dengan benar (tujuan) bukan mengerjakan suatu yang benar.
c. Menurut Binaro yang dikutip oleh Yusuf, efektivitas pada umumnya
terkait dengan keberhasilan pencapaian tujuan, sasaran dan mengarah
pada tujuan tujuan tertentu. Kita dapat mengatakan efektivitas bila
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan dalam bahasa dan kalimat yang
mudah, hal tersebut dapat dijelaskan bahwa efektivitas dari kelompok
adalah bila tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan
kebutuhan yang direncanakan.
Efektivitas pada dasarnya adalah efektivitas individu para
anggotanya didalam melaksanakan tugas sesuai dengan kedudukan dan
peran mereka masing-masing dalam organisasi. Mungkin jauh lebih

4
Choirul Fuad Yusuf, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Cena Citasatria, 2008), hal. 6-8.

4
mudah untuk mengukur efektivitas dari organisasi bisnis dengan tujuan
utamanya adalah mencari profit di mana input dan output yang berupa
profit usahanya.

2. Pasta Gigi
Menurut FI edisi IV (1995), pasta adalah sediaan semi padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditunjukan untuk pemakaian
topikal. Untuk membuat pasta pada umumnya berbentuk setengah padat,
oleh sebab itu bahan tersebut dicairkan terlebih dahulu kemudian
dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih mudah
bercampur dan homogen. Pasta detificiae (pasta gigi) merupakan
campuran kental yang terdiri dari serbuk dan gliserin, yang digunakan
untuk pembersih gigi. Pasta gigi adalah produk semi padat yang terdiri
dari campuran bahan penggosok, bahan pembersih, dan bahan tambahan
yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi tanpa merusak gigi
maupun membran mukosa mulut.5
Fungsi utama dari pasta gigi adalah menghilangkan pengotor dari
permukaan gigi dengan efek buruk yang kecil terhadap gigi. Timbulnya
busa saat menggosok gigi membuat proses pembersihan gigi menjadi
lebih menyenangkan. Fungsi lain dari pasta gigi adalah untuk mencegah
kerusakan gigi dan mengurangi bau mulut. 6 Pasta gigi biasanya
mengandung bahan abrasif, pembersih, bahan penambah rasa, warna serta
pemanis. Selain itu dapat juga ditambahkan bahan pengikat, pelembab,
pengawet, pengaroma, dan air.

5
H. Widodo, Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker, (Yogyakarta: D-Medika, 2013), hlm. 34
6
D. A. Rahman, Optimasi Formula Sediaan Gel gigi Yang Mengandung Ekstrak Daun Jambu Biji
(Psidium guajava L.) dengan Na CMC sebagai gelling agent, Jakarta, Prodi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2009.

5
Karakteristik yang penting dari pasta gigi adalah konsistensi,
kemampuan menggosok, penampilan, pembentukan busa, rasa, stabilitas
dan keamanan, antara lain:7
a. Konsistensi
Konsistensi menggambarkan reologi dari pasta. Konsistensi yang ideal
dari pasta gigi yaitu mudah dikeluarkan dari tube, cukup keras
sehingga dapat mempertahankan bentuk pasta minimal selama 1
menit. Konsistensi dapat diukur melalui densitas, viskositas dan
elastisitas.
b. Kemampuan menggosok
Pasta gigi dapat memiliki kemampuan menggosok yang sangat
bervariasi. Pasta gigi yang ideal harus memiliki kemampuan
menggosok yang cukup untuk dapat dibersihkan dan membersihkan
partikel atau noda dan mengkilatkan permukaan gigi.
c. Penampilan
Pasta gigi yang disukai biasanya lembut, homogen, mengkilat, bebas
dari gelembung udara dan memiliki warna yang menarik.
d. Pembentukan busa
Surfaktan yang digunakan harus dapat mensuspensikan dan
membersihkan sisa makanan melalui proses gosok gigi.
e. Rasa
Rasa dan aroma merupakan hal yang paling diperhatikan konsumen
dan merupakan karakteristik yang penting untuk mengetahui apakah
konsumen akan membeli produk atau tidak.
3. Bahan Penyusun Pasta Gigi
Bahan utama dari pasta gigi adalah bahan abrasive (silica oksida,
alumunium oksida, granular polyvinyvl chlordies), air, pelembab,
deterjen, perasa dan pemanis buatan, bahan therapeutic (fluoride,

7
H. Butler, Poucher Perfumes , Cosmetics and Soaps 10th Edition, (London: Kluwer Academic
Publishers, 2000)

6
pyrophosphates), dan pewarna. Pasta gigi dipergunakan tidak hanya pada
golongan orang dewasa saja tetapi juga pada anak anak. Pasta gigi dibuat
dengan tujuan untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi. Bahan utama
penyusun pasta gigi, antara lain:8
a. Bahan abrasive
Digunakan untuk menghilangkan plak dan stain pada gigi.
b. Fluoride
Pada pasta gigi mencakup stannous fluoride, sodium monofosfat
florida dan sodium florida. Peran utama dari fluoride terjadi jika unsur
fluoride beraksi dengan susbtrat pada gigi (enamel dan dentin) untuk
membuat gigi lebih resisten terhadap serangan asam dari bakteri
keriogenik. Fluoride bersifat bekterisidal dan mempunyai efek
antiplak.
c. Desensitizer
Desensitizer adalah senyawa aktif, biasanya terdapat dalam bentuk
senyawa potassium nitrat. Membantu dalam mengurangi sensitifitas
pada dentin.
d. Bahan antiplak
Berperan untuk mengurangi pertu mbuhan dari plak. Mempunyai
dampak yang positif dalam mengurangi plak pada gigi, mengurangi
gingivitis dan berpotensi mencegah karies. Beberapa komposisi daari
antiplak yaitu triclosan, papain dan ekstrak sanguinaria. Triklosan
telah terbukti dalam memberi efek therapeutic untuk mengurangi plak
atau gingivtis.
e. Anti-tartar
Membantu dalam mengurangi akumulasi dari kalkulus. Bahan
utamanya adalah tetrasodium pyrophosphate, disodium
pyrophosphate, papain dan citroxaine.
8
R. Elfiyani, N. Setiadi, S. Mei, Humektan Terhadap Sifat Fisik Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Etanol 96
% Daun Sosor Bebek (Bryophylum Pinnatum [ Lam .] Oken), Jakarta, Fakultas Farmasi dan Sains,
UHAMKA, 2015.

7
f. Remineralizing agents
Bahan utamanya adalah amorphous kalsium fosfat. Membantu dalam
proses remineralisasi gigi, mencegah karies dan mengurangi erosi pada
enamel, juga mengurangi sensitifitas dentin.
g. Detergent
Memberi busa pada pasta gigi. Sodium lauryl sulfate (SLS) adalah
detergen utama yang paling sering digunakan pada produk pastagigi.
SLS meningkatkan insidensi deskuamosa mukosa pada mulut jika
dibandingkan dengan cocoamidopropyl-bataine (CAPB). Disarankan
bagi pasien dengan riwayat recurrent apthous ulcer untuk
menggunakan pasta gigi yang tidak mengandung SLS.
h. Humektan atau pelembab
Bahan ini memberi tekstur pada pastagigi dan memabantu untuk
menjaga kelembapan pastagigi. Humektan yang paling sering
digunakan ialah glycerine, sorbitol, xylitol dan air.
i. Thickener
Ditambahkan pada pastagigi untuk memberi bentuk pada pastagigi.
Bahan yang digunakan ialah carrageenan dan xanthan gum.
j. Pengawet
Mencegah tumbuhnya mikroba pada pasta gigi. Beberapa pengawet
yang digunakan pada pastagigi adalah methyl paraben dan sodium
benzoate.
k. Perasa
Digunakan pada pasta gigi untuk memberikan rasa. Sering
menggunakan perasa mint atau buah-buahan.
l. Bahan herbal
Sering diambil dari bahan alami seperti aloevera, sodium carrageenan,
Echinacea, goldenseal dan propolis lebah.
m. Pemanis

8
Berguna untuk memberi rasa manis dari pastagigi. Berasal dari bahan
artificial dan tidak bisa digunakan oleh bakteri kariogenik dalam
mulut.
n. Pewarna
Untuk memberi tampilan yang menarik pada pasta gigi.
4. Diskolorisasi
Diskolorisasi adalah Perubahan warna gigi. Perubahan warna
(diskolorisasi) dapat dibagi menjadi dua yakni, perubahan warna gigi
ekstrinsik dan intriksi. Proses perubahan warna secara ekstrinsik terjadi
pada permukaan luar gigi dan bersifat lokal, penyebab perubahan warna
ekstrinsik ini salah satunya karena noda tembakau menjadi coklat
kekuningkuningan sampai hitam, sedangkan perubahan warna instrinsik
yang disebabkan oleh noda yang menempel pada email dan dentin,
penyebabnya adalah penumpukan dan penggabungan bahan-bahan di
dalam gigi misalnya stain tetrasiklin apabila masuk kedalam dentin akan
terlihat dari luar karena translusen email, selain itu perubahan warna
intrinsik dapat dihubungkan dengan periode perkembangan gigi misalnya
pada dentinogenesis imperfekta atau setelah selesai perkembangan gigi
yang disebabkan oleh pulpa nekrosis (Grossman, 1995).
Menurut Walton dan Torabinejad (2008) perubahan warna gigi
dapat terjadi pada saat atau setelah terbentuknya email dan dentin.
Penyebabnya perubahan warna gigi dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu karena noda alamiah dan pewarnaan iatrogenik.9
a. Penyebab Noda Alamiah
Noda alamiah pada gigi disebabkan oleh sejumlah noda pada
permukaan gigi setelah gigi tersebut erupsi dan berada pada
permukaan atau berikatan di dalam struktur gigi, bisa diakibatkan
defek email atau karena cedera trauma. Contoh penyebab noda

9
K.J. Anusavice, Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, 10th ed, (Jakarta: Penerbit Buku
Kedoktern EGC, 2014), hal. 197

9
alamiah adalah pulpa nekrosis, pendarahan intrapulpa, metamorfosis
kalsium dan defek perkembangan gigi.
Pulpa nekrosis menyebabkan perubahan warna pada gigi
karena kerusakan jaringan yang dilepaskan masuk kedalam tubulus
dentin dan mewarnai dentin dan sekitarnya. Pendarahan intrapulpa
disebabkan oleh trauma pada gigi yang akan menyebabkan perdarahan
dan lisis eritrosit. Produk disintegrasi darah masuk dalam tubulus
dentin sehingga menyebabkan perubahan warna gigi yang makin lama
makin meningkat.
Metamorfosis kalsium menyebabkan perubahan warna gigi
karena pembentukan dentin sekunder secara ekstensif di dalam kamar
atau dinding pulpa yang dapat menyebabkan warna translusen pada
mahkota gigi berkurang atau menjadi kekuning-kuningan atau kuning
kecoklatan. Seiring bertambahnya usia perubahan warna gigi terjadi
secara fisiologi sebagai akibat aposisi dentin secara berlebih, karena
penipisan dan perubahan ketebalan email, serta defek perkembangan
juga menyebabkan perubahan warna pada gigi. Perubahan warna gigi
ini dapat terjadi karena fluorosis endemik, dengan masuknya sejumlah
fluor saat pembentukan gigi akan menyebabkan kerusakan struktur
yang mengalami mineralisasi dan mengakibatkan hypoplasia serta
permukaan gigi menjadi porus dan menyerap warna di dalam rongga
mulut.
b. Penyebab Perubahan Warna Iatrogenik
Perubahan warna iatrogenik adalah perubahan warna gigi
akibat prosedur perawatan gigi atau dapat disebabkan oleh berbagai
bahan kimia dan bahan yang dipakai di bidang kedokteran gigi.
Misalnya, pada pasien perawatan endodontik. Perubahan warna gigi
karena perawatan ini disebabkan oleh bahan obturasi dengan
menggunakan semen saluran akar dengan komponen logam. Penyebab
lainnya karena perawatan endodontik adalah sisa-sisa jaringan pulpa

10
yang tertinggal di dalam mahkota, biasanya dalam tanduk pulpa, dapat
mengakibatkan perubahan warna gigi secara perlahan.

G. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian dari Cintia Bahayu dkk yang berjudul “Uji Efektivitas Pasta
Gigi Pemutih Terhadap Perubahan Warna Gigi Ekstrinsik”. Dalam
penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui efektivitas pasta gigi pemutih
terhadap perubahan warna gigi ekstrinsik. Jenis penelitian ialah
eksperimental murni (true experimental design) berupa uji laboratorik.
Kopi digunakan sebagai bahan diskolorasi untuk gigi. Sebanyak 26 gigi
premolar direndam dalam larutan kopi selama 14 hari. Sampel dibagi ke
dalam empat kelompok berdasarkan pasta gigi yang digunakan.
Pengukuran awal menggunakan teknik digital dental photo CIEL*a*b*.
Penyikatan dilakukan selama 14 hari, setelah itu warna gigi diukur
kembali.Hasil uji paired sample t-test dan Wilcoxon menunjukkan
terdapat perubahan nilai *L yang bermakna pada kelompok yang
mendapatkan perlite 7%, silica hydrated, dan sodium bicarbonate (p=0,01;
p=0,001; p=0,012). Uji Wilcoxon menunjukkan tidak terdapat perubahan
nilai *a dan nilai *b pada semua kelompok pasta gigi pemutih (p>0,05).
Pada pasta gigi tanpa pemutih tidak didapatkan perubahan nilai *L*a*b
yang bermakna (p>0,05). Simpulan penelitian ini ialah pasta gigi pemutih
efektif terhadap perubahan warna gigi ekstrinsik.
2. Penelitian dari Herviani Sari dan Bunga Mari Sembiring yang berjudul
“Efektivitas Pasta Gigi Pemutih Ekstrak Daun Alang-Alang (Imperata
Cylindrica L. Beauv). Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengenalisis
aktivitas pasta gigi pemutih ekstrak daun alang-alang (Imperata Cylindrica
L. Beauv) secara invitiro dan efektivitasnya. Jenis penelitian ini
menggunakan penelitian eksperimental laboratoris dan observasional
untuk menganlisis efektivitas. Pengumpulan data yang digunakan yaitu
melalui observasi pada 10 orang responden. Formula sediaan pasta gigi

11
arang aktif yang dibuat merupakan formula pasta gigi yang telah di
modifikasi berdasarkan formula dari Harmely et al dengan memanfaatkan
alang-alang yang dikeringkan lalu dijadikan arang aktif. Hasil penelitian
ini menunjukkan mayoritas responden berusia <25 tahun dan 25-40 tahun.
Berjenis kelamin laki-laki dan menyikat 2 kali sehari. Terjadi perubahan
kadar plak gigi setelah dilakukannya intervensi, sebelum intervensi
terdapat 3 orang (30%) responden dengan kategori plak baik dan
meningkat menjadi 6 orang (60%) responden setelah intervensi, sebelum
intervensi sebanyak 4 orang (40%) responden memiliki kategori plak
buruk menurun menjadi 1 orang (10%) dengan kategori plak buruk setelah
intervensi.
3. Penelitian dari Eko Fibryanto yang berjudul “Efektivitas Pasta Gigi
Pemutih Terhadap Perubahan Warna Gigi Ekstrinsik”. Dalam penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis efektitifitas pasta gigi pemutih terhadap
gigi yang berubah warna karena kopi. Metode yang digunakan yaitu empat
puluh gigi premolar direndam dalam larutan kopi selama 2 minggu.
Sampel lalu dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan pasta gigi yang
digunakan. Pengukuran warna awal dilakukan dengan alat VITA
Easyshade. Penyikatan gigi dilakukan selama 14 hari, setelah itu warna
gigi diukur kembali. Hasil penelitian ini Uji KruskalWallis menunjukkan
terdapat perbedaan bermakna dalam penggunaan pasta gigi pemutih
terhadap perubahan warna gigi (p≤ 0 , 05 ¿. Perbedaan rata-rata perubahan
warna gigi (ΔE) setelah aplikasi pasta gigi pemutih dengan perlite adalah
6,61,7; Speedy Whitening Agent (SWA) adalah 5,72,72; micro-
cleansing crystal adalah 32,33; dan pasta gigi tanpa pemutih adalah 2,1
0,37. Kesimpulan: Pasta gigi pemutih dan tanpa pemutih efektif terhadap
perubahan warna gigi ekstrinsik karena kopi. Pasta gigi pemutih dengan
kandungan perlite merupakan pasta gigi yang paling efektif.

H. Metode Penelitian

12
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
murni (True Experimental). Eksperimen murni (True Experimental)
adalah suatu penelitian yang melakukan kegiatan percobaan untuk
mengukur pengaruh perlakuan (intervensi) pada kelompok eksperimen
dengan cara membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok
control.10
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi atau yang sering disebut juga universe atau keseluruhan
adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki karakteristik
yang sama, yang mungkin diselidiki atau diamati.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Dengan kata lain sampel adalah elemen-elemen populasi
yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakili.
3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah diperoleh dari data
primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:11
1) Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian.
2) Data Sekunder
Data yang didapat dari sumber bacaan lainnya untuk mendukung
laporan penelitian. Misalnya dokumen resmi, hasil studi, maupun
data-data lainya. Data ini untuk mendukung hasil temuan di
lapangan serta kelengkapan informasi bagi peneliti.
b. Teknik Pengumpulan Data

10
S. Notoadmojo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
11
W, Sajarweni, Metode Penelitian, (Jakarta: Pustaka Baru Press, 2014)

13
Teknik yang di gunakan dalam mengumpulkan data berupa:
1) Observasi
Observasi (observation) merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi langsung
adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata dalam
mengamatan objek yang diteliti.
2) Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data melalui tanya
jawab yang dilakukan secara lisan. Jadi wawancara adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh data
dari informan yang diwawancarai.
3) Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, dan sebagainya.
Metode ini merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisa dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik.
4. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah secara SPSSdengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Proses editing (memeriksa)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Dalam melakukan editing ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu: memeriksa kelengkapan data, memeriksa
kesinambungan data, memeriksa keseragaman data.
b. Proses Coding (memberi tanda kode)
Proses coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)
pada data sehingga mempermudah dalam pengolahan data.
c. Proses Tabulating

14
Memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam bentuk tabel.
5. Analisis Data
Analisa data dilakukan setelah pengolahan data dari hasil penelitian
eksperimen tentang efektivitas pasta gigi pemutih terhadap perubahan
warna gigi esktrinsik. Kemudian data yang telah dikumpulkan dianalisa
dengan uji-T berpasangan. Tetapi apabila hasilnya tidak terdistribusi
normal, maka dilakukan Uji statistic.

I. Daftar Pustaka
Anusavice, K.J. 2014. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, 10th
ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktern EGC.
A, Rahardjo, dkk. 2015. Potential side efects of whitening toothpaste on
enamel roughness and micro hardness. International Journal of Clinical
Preventive Dentistry, 11(4).
Butler, H. 2000. Poucher PerfumeS, Cosmetics and Soaps 10th Edition.
London: Kluwer Academic Publishers.
Elfiyani, R. Setiadi, N. Mei, S. 2015. Humektan Terhadap Sifat Fisik Sediaan
Pasta Gigi Ekstrak Etanol 96 % Daun Sosor Bebek (Bryophylum
Pinnatum [ Lam .] Oken), Jakarta, Fakultas Farmasi dan Sains,
UHAMKA.
Ivancevich, John, dkk. 2016. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta:
Erlangga.
Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Punto, Raharjo. 2014. Konsep Efektivitas, Jurnal yang Dipublikasikan.
Yogyakrata: Universitas Negeri Yogyakarta.
Rahman, D. A. 2009. Optimasi Formula Sediaan Gel gigi Yang Mengandung
Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) dengan Na CMC sebagai
gelling agent. Jakarta. Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

15
Sajarweni, W. 2014. Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Baru Press.
Widodo, H. 2013. Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker. Yogyakarta: D-
Medika.
Yusuf, Choirul Fuad. 2008. Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas
Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Cena Citasatria.

16

You might also like