Professional Documents
Culture Documents
Ralinemu
Ralinemu
LANDASAN TEORI
2.1 Struktur
Ada banyak batasan sintaksis yang telah dikemukakan oleh para linguis.
dikontraskan dengan morfologi, yaitu telaah tentang struktur kata. Suatu batasan
kalimat, dan telaah tentang kaidah - kaidah yang menguasai pengaturan kalimat
bahwa sintaksis adalah: (1) pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata,
atau dengan satuan - satuan yang lebih besar, atau antara satuan yang lebih besar
itu dalam bahasa; (2) subsistem bahasa yang mencakup hal tersebut (sering
dianggap bagian dari gramatika; bagian lain adalah morfologi); (3) cabang
mengatakan bahwa sintaksis adalah subsistem tata bahasa yang mencakup kelas
kata dan satuan-satuan yang lebih besar yaitu frasa, klausa, kalimat, dan
Pengertian frasa dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu (1) frasa
sebagai suatu fungsi dan (2) frasa sebagai suatu bentuk. Sebagai suatu fungsi,
frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemandu kalimat (Samsuri
dalam Muis, 2005 : 58). Sebagai suatu bentuk, frasa adalah satuan gramatikal
yang berupa gabungan kata yang non-predikat (Kridalaksana dalam Muis, 2005 :
58). Bersifat non - predikat berarti bahwa hubungan kata - kata yang membentuk
frasa tidak menyebabkan fungsi subjek dan predikat dalam konstruksi tersebut.
Sejalan dengan pendapat ini, Keraf (dalam Rusyana dan Samsuri (Ed.) 1978 : 77)
mengatakan bahwa pada prinsipnya frasa adalah satuan yang terdiri dari dua kata
atau lebih yang secara gramatikal bernilai sama dengan sebuah kata yang tidak
bisa berfungsi sebagai subjek atau predikat dalam konstruksi itu. Sebaliknya, bila
satuan itu, yang termasuk dalam sebuah kalimat, memiliki subjek dan predikat
maka disebut klausa. (Ramlan dalam Muis, 2005 : 58) mengemukakan bahwa
frasa ialah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
2.2 Makna
semantics, yang Yunaninya adalah sema (nomina) 'tanda' atau samaino (verba)
'menandai' 'berarti'. Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut
tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (morfosintaksis), dan
terdiri dari dua komponen,yaitu komponen signifian atau 'yang mengartikan' yang
wujudnya berupa runtunan bunyi, dan komponen signifie atau 'yang diartikan'
yang wujudnya berupa pengertian atau konsep yang dimiliki oleh signifian).
,<meja> terdiri dari komponen signifian, yakni berupa runtunan fonem /m/ , /e/ ,
/j/ , /a/ ; dan komponen signifienya berupa konsep atau makna ' sejenis perabot
kantor atau rumah tangga. Tanda linguistik ini yang berupa runtunan fonem dan
konsep yang dimiliki runtunan fonem itu mengacu pada sebuah referen yang
Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem tanpa
konteks apa pun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal 'sejenis
binatang berkaki empat yang biasa dikendarai', pensil bermakna leksikal 'sejenis
alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang'; dan air bermakna leksikal 'sejenis
barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari - hari' . Dengan contoh
itu dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya,
makna yang sesuai dengan hasil observasi indera atau makna apa adanya.
Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi
Umpamanya, dalam proses afiksasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan
Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di
dalam suatu konteks. Misalnya, makna kata kepala pada contoh berikut:
waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa tersebut. Contoh pada kalimat berikut:
tiga kali empat berapa? Apabila dilontarkan di kelas tiga SD sewaktu mata
pelajaran matematika berlangsung, tentu akan dijawab "dua belas". Namun, kalau
pertanyaan itu dilontarkan kepada tukang foto di tokonya maka pertanyaan itu
mungkin akan di jawab "dua ratus" atau mungkin juga "tiga ratus", sebab
pertanyaan itu mengacu pada biaya pembuatan pasfoto yang berukuran tiga kali
referensnya atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah
termaksud kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia
nyata. Sebaliknya kata-kata seperti dan, atau, dan, karena adalah termasuk kata-
kata yang tidak bermakna referensial karena kata-kata itu tidak mempunyai
referens.
Berkenaan dengan acuan ini ada sejumlah kata, yang disebut dengan
deiksis, yang acuannya tidak menetap pada satu maujud, melainkan dapat
berpindah dari maujud yang satu kepada maujud yang lain. Yang termasuk kata-
kata deiktik ini adalah pronomina seperti dia saya dan kamu, kata-kata yang
menyatakan ruang seperti di sini, di sana, dan di situ; kata-kata yang menyatakan
waktu, seperti sekarang, besok, dan nanti; kata-kata yang disebut kata penunjuk
2.3 Numeralia
dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau sangat. Pada dasarnya dalam
bahasa Indonesia ada dua macam numeralia : (1) numeralia pokok, yang memberi
jawab atas pertanyaan "Berapa?" dan (2) numeralia tingkat yang memberi jawab
kelompok itu dapat pula dibagi lagi menjadi subbagian yang lebih kecil, seperti
tentu. Secara keseluruhan dapat berdiri tanpa bantuan kata lain. Numeralia pokok
tentu mengacu pada bilangin pokok, yakni: satu, dua, tiga, empat, lima, enam,
tujuh, tiga ribu, tiga juta, dst (Alwi dkk, 2003 : 275).
ukuran, baik yang berkaitan dengan berat, panjang pendek, maupun jumlah.
Misalnya lusin, kodi, meter, liter, atau gram. Nomina ini dapat didahului oleh
Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang
memakai kata per- di antara bilangan pembagi tersebut.Dalam bentuk huruf, per-
Bilangan campuran seperti di atas juga dapat ditulis dengan cara desimal
sebagai berikut:
penggolong. Contoh :
penggolong orang, binatang oleh penggolong ekor, dan surat oleh penggolong
dengan adanya penggolong orang dan ekor. Maujud lain disertai penggolong yang
buah untuk buah-buahan atau hal lain yang ada di luar golongan
batang untuk pohon, rokok, atau barang lain yang berbentuk bulat
panjang
bidang untuk tanah, sawah, atau barang lain yang luas dan datar
kategori, yakni manusia, binatang, dan yang bukan manusia dan binatang. Dengan
demikian, sering kita temukan penggolong sebuah yang dipakai untuk apa saja
ekor, dan buah, serta penghapusan penggolong lain dalam kalimat dibenarkan
dalam bahasa Indonesia yang baku, kecuali jika hal itu menimbulkan perbedaan
Dalam kebanyakan bahasa konsep tunggal, jamak, dan generik itu ada.
Dalam bahasa Indonesia konsep tunggal itu ditandai oleh pemakaian kata seperti
satu, suatu, atau esa, se- , sedangkan konsep jamak umumnya dinyatakan dengan
perulangan. Jika kata yang merujuk pada konsep ketunggalan itu dipandang
Contoh:
Tunggal Jamak
dikatakan bahwa nomina bahasa Indonesia tidak menunjukkan ciri - ciri bentuk
tunggal/ singularis dan bentuk jamak/pluralis, seperti yang dapat dilihat pada kata
pungutan Arab dan Latin yang berikut: muslim - muslimin dan alumnus - alumni.
Kata anjing dapat mengacu ke satu anjing, banyak anjing, atau semua anjing. Hal
ini bergantung pada konteks kalimatnya. Perhatikan kata - kata yang dicetak
Kata anjing dan tulang pada kalimat (1) tidak mengacu pada satu anjing
dan satu tulang. Kedua kata itu mengacu pada anjing dan tulang pada umumnya
dan di mana saja kedua maujud itu berada. Dengan kata lain yang diacu adalah
genus anjing dan genus tulang yang ada di dunia. Perujukan seperti ini adalah
perujukan yang bersifat generik. Kalimat yang berikut tidak dapat kita terima.
oleh kodrat bahasa kita yang mensyaratkan bahwa maujud yang generik harus
Pada kalimat (2) kita lihat adanya penggolong seorang yang mendahului
murid dan tidak adanya penggolong yang mendahului buku. Seorang murid tidak
saja mengacu pada satu murid, tetapi juga mengacu pada satu murid tertentu.
Dengan kata lain, seorang murid pada kalimat itu tidak bersifat generik tetapi
spesifik. Kata buku pada kalimat itu sebenarnya dapat didahului oleh penggolong
sebuah. Akan tetapi, hal itu tidaklah perlu karena tanpa sebuah pun kita tahu
bahwa yang dibaca tidak mungkin lebih dari satu buku. Dengan demikian, kalimat
Jika sekarang kita bandingkan buku pada kalimat (4) dan (5), kita pasti
merasakan bahwa buku yang dibaca murid - murid pada kalimat (4) lebih dari satu
kejamakannya terkandung pada kalimat (4), kita tidak dapat menyatakan dalam
bilangan.
Batang n kata penggolong bilangan bagi benda yang bentuknya panjang - panjang
Bentuk n kata penggolong bagi benda yang berkeluk (cincin, gelang, dsb).
Keping n kata penggolong bilangan (untuk barang yang pipih seperti papan atau
uang logam).
Potong n kata penggolong bilangan bagi berbagai-bagai benda (seperti baju, kain,
dan bungkusan).
Pucuk n penggolong bilangan bagi benda yang ujungnya runcing seperti jarum ,
Utas n kata penggolong untuk barang yang panjang (seperti tali, benang).
Pasang n dua benda yang kembar atau saling melengkapi, satuan jumlah dua buah.
Kantong n tempat membawa sesuatu (belanjaan, dsb) yang terbuat dari kain,
plastik, dsb.
Gelas n tempat untuk minum, berbentuk tabung terbuat dari kaca, dsb.
Cangkir n mangkuk kecil yang bertelinga (tempat air teh atau kopi yang hendak
diminum).
Kardus n karton tempat menyimpan sesuatu.
Sendok n alat yang digunakan sebagai pengganti tangan untuk mengambil sesuatu
: 2008).