You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

CAIRAN Tn. R DENGAN CKD

DI RUANG PENYAKIT DALAM RUANG KEMUNING

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN

OLEH :

Nama: Didy Krisno


NIM: 20230305020

PRAKTIK KLINIK
KEPERAWATAN DASAR PROFESI NERS
PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
TAHUN 2023
I. KONSEP DASAR
A. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan (Abdul 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.

B. Komposisi Cairan Utama


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Cairan Intra Seluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh (Abdul 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan
tubuh (Total Body Water [TBW]). CIS merupakan media tempat
terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria
dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya
adalah cairan intraseluler.
2. Cairan Ekstra Seluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES
menyusun sekitar 20% berat tubuh (Price dan Wilson, 1986). Menurut
Abdul (2008) CES terdiri dari 3 kelompok yaitu :
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
C. Pertukaran Cairan
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran
dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu : anion dan
kation.
Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume
cairan dan eletrolit antar kompartemen. Bila terjadi perubahan konsentrasi
atau tekanan di salah satu kompartemen, maka akan terjadi perpindahan
cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Perpindahan antar cairan dalam tubuh dapat terjadi, melalui proses sebagai
berikut:
1. Difusi
Disusi merupakan perpindahan partikel suatu substansi yang
terlarut dari yang konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga
terjadi keseimbangan konsentrasi substansi partikel. Faktor-faktor yang
mempengaruhi difsi menurut hukum Fick yaitu:
a. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
b. Peningkatan permeabilitas.
c. Peningkatan luas permukaan difusi.
d. Berat molekul substansi
e. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
2. Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan
tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air
murni dengan volume yang sama. Hal ini terjadi karena tempat molekul
air telah ditempati oleh molekul substansi terseubt. Jadi bila konsentrasi
zat yang telarut meningkat, konsentrasi air akan menurun. Bila suatu
larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan
larutan yang bolumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang
terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan
konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
3. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang
yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang
keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan
membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengarui
filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
4. Transpor aktif
Transpor aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang
telah berdifusi secara pasif dri daerah yang konsentrasinyran akan
keluar da rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi untuk melawan perbedaan
konsentrasi. Contoh: pompa Na-K
D. Gangguan Keseimbangan Cairan
Permasalahan yang terjadi pada gangguan keseimbangan cairan yaitu:
1. Ketidakseimbangan Volume.
a. Kekurangan volume cairan ekstraseluler
Kekurangan volume ekstraseluler didefinisikan sebagai
kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium
dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik
seringkali diistilahkan dehidrasi yang seharusna dipakai untuk
kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan
hipernatremia.
Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal,
ginjal abnormal, dll.
3) Perdarahan.
Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional
(isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya,
gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke
lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope,
anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi,
oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat
disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan
(CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme
kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi
jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa
haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan
aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkan gagal
ginjal akut.
Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1) Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Kejang pada dehidrasi hipertonik.
b. Kelebihan volume ekstraselulser
Kebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-
duanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan
terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ekstraseluler,
maka cairan akan berpindah ke kompartemen cairan interstitial
sehingga menyebabkan edema.
Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan
air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan interstisial ke plasma.
Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya
retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih
normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh
peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi
akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis
pada proses regulasi keseimbangan cairan.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, dan ortopnea. Mekanisme
kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan
Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi
dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan
aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit,
keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai
hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi
kardiovaskuler.
2. Gangguanketidakseimbanganelektrolit
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam
cairan tubuh. Permasalahan yang terjadi:
a. Hipokalemia, yaitu keadaan di aman kadar kalium serum kurang dari
3,5 mEq/L
b. Hiperkalemia, yaitu suatu keadaan di mana kadar kalsium serum
lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L
c. Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera
dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal
jantung yang fatal.

E. Manifestasi Klinis
1. Hipovolemia
a. Pusing, kelemahan, keletihan
b. Sinkope
c. Anoreksia, mual, muntah, haus
d. Kekacauan mental
e. Konstipasi dan oliguria.
f. Peningkatan nadi, suhu.
g. Turgor kulit menurun.
h. Lidah kering, mukosa mulut kering.
i. Mata cekung.
2. Hipervolemia
a. Sesak nafas
b. Ortopnea.
c. Oedema.
F. Etiologi
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain:
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
a. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari
100ml/kgBB.
b. Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml + 50ml/kgBB
c. Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml + 20ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus
30-50ml/kgBB/hari
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udara rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga
hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan rentensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat
haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari
kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai respon dari
penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan
volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan
sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu
:
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar 30-50 ml/jam pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses
ini adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan
syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
6. Tindakan medis
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif.
8. Pembedahan
Faktor yang menyebabkan adanya suatu peningkatan terhadap kebutuhan
cairan harian diantaranya:
1. Demam, kebutuhan meningkat 12% setiap 10C.
2. Hiperventilasi.
3. Suhu lingkungan yang tinggi.
4. Aktivitas yang ekstrim/berlebihan.
5. Setiap kehilangan yang abnormal seperti diare atau poliuria

Faktor yang menyebabkan adanya penurunan terhadap kebutuhan cairan


harian, diantaranya:
1. Hipotermi.
2. Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi.
3. Oliguria atau anuria.
4. Hampir tidak ada aktivitas.
5. Retensi cairan misal gagal jantung.

G. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-pasien
tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium
I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk
memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1).Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
2).Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1).Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air,
misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakanyaitu 5% dextrosa
in water (DSW), amigen, dan aminovel.
2).Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik,
hypotonik, maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu
normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
3).Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium
bicarbonat.
4).Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah.
3. Menghitung balance cairan.
a. Input
Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman,
makanan, ataupun cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik
secara oral maupun parenteral. Cairan yang termasuk input yaitu:
1.) Minuman dan makanan
2.) Terapi infus
3.) Terapi injeksi
4.) Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)
5.) NGT masuk
b. Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam.
Cairan tersebut berupa:
1.) Muntah
2.) Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.
3.) Insensible Water Loss ( IWL ), menggunakan rumus 15 cc /
kgBB/ hari
4.) Cairan NGT terbuka
5.) Urin
6.) Drainage dan perdarahan
4. Hipovolemia
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta
asam basa dan elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
5. Hipervolemia, tindakan:
a. Pembatasan natrium dan air.
b. Diuretik.
c. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue: pada gagal ginjal
atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.
II. PATHWAYS
III. PENGKAJIAN
A. Riwayat Kesehatan
1. Asupancairan dan makanan (oral dan Parental).
2. Tanda dan gejala gangguankeseimbangancairan dan elektrolit.
3. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
4. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6. Faktor psikologis (perilaku emosional).
B. Pengukuran Klinik
1. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan
yang berhubungan dengan berat badan :
a. Ringan : ± 2%
b. Sedang : ± 5%
c. Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a. Cairan oral : NGT dan oral
b. Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c. Makanan yang cenderung mengandung air
d. Iritasi kateter
4. Pengukuran keluaran cairan
1).Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
2).Feses : Jumlah dan konsistensi
3).Muntah
4).Tube drainage dan IWL
5. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
1. Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan,
otot, tetani dan sensasi rasa.
2. Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin
dan bunyi jantung.
3. Mata : cekung, air mata kering.
4. Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik,
tingkatkesadaran.
5. Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah

D. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau
resiko memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau
intravascular.
Batasan Karakteristik :
a. Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
b. Balancenegatif antara asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa kering (turgor menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
f. Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g. Urine pekat atau sering berkemih.
h. Penurunan turgor kulit.
i. Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes
insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam,
drainase abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alkohol yang
berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi
atau keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi
tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan
sendiri akibat nyeri mulut.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan
beban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan sekunder
akibat gagal jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan
curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, dan
penyakit katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma
yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis
hepatis, asites, dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat
varises vena, thrombus, imobilitas, dan flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium, air, dan sekunder akibat
penggunaan kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, dan
malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat
imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam
waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder
akibat mastetomi.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan kadar kalium.
b. Aritmia.
c. Kram tungkai.
d. Mual.
e. Hipotensi.
f. Bradikardia.
g. Kesemutan.
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas.
b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare.
c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat
kerusakan ginjal.
d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/rendah-kalium.
F. Intervensi (Perencanaan)
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Rasional
keperawatan kriteria hasil keperawatan
1. Kekurangan Tujuan :
volume cairan Menyeimbangkan a. Kaji cairan yang a. Membuat klien
volume cairan disukai klien dalam lebih kooperatif.
sesuai dengan batas diet. b. Mempermudah
kebutuhan tubuh untuk
Kriteria Hasil: b. Rencanakan target memantauan
a. Terjdi pemberian asupan kondisi klien.
peningkatan cairan untuk setiap
asupan cairan sif, mis : siang 1000 c. Pemahaman
min. 2000ml/hari ml, sore 800 ml dan tentang alasan
(kecuali terjadi malam 200 ml. tersebut
kontraindikasi). c. Kaji pemahaman membantu klien
b. Menjelaskan klien tentang alasan dlm mengatasi
perlu-nya mempertahankan gangguan.
meningkatkan hidrasi yg adekuat. d. Untuk
asupan cairan d. Catatasupan dan mengontrol
pada saat haluaran. asupan klien.
stress/cuaca e. Pantau asupan per e. Untuk
panas. oral, min. 1500 ml/ mengetahui
24 jam. prkembangan
c. Mempertahankan f. Pantau haluaran status kesehatan
berat jenis urine cairan 1000- klien.
dalam batas 1500ml /24jam.
normal. Pantau beratjenis
d. Tidak urine.
menunjukan
tanda-tanda
dehidrasi.
2. Kelebihan Tujuan:
volume cairan Kebutuhan cairan a. Kaji asupan diet dan a. Untuk
klien dapat kebiasaan yang mengontrol
terpenuhi sesuai mendorong terjadinya asupan klien.
dengan kebutuhan retensi cairan. b. Konsumsi garam
tubuh klien. b. Anjurkan klien untuk yang berlebihan
Kriteria hasil: menurunkan me-ningktkan
a. Klien akan konsumsi garam. tekanan darah.
menyebutkan c. Anjurkan klien untuk: c. Makanan yg
faktor penyebab 1) Menghindari meng-gunakan
dan metode makanan gurih, penyedap rasa
pencegahan makanan kaleng dan pengawet.
edema. d. Na+mengikat
b. Klien dan makanan beku. air,jadi
mperlihatkan 2) Mengkonsumsi tubuhakan
penurunan edema mkann tnpa garam lebihmerasa
dan menambahkan lebihcepat haus.
bumbu aroma.
3) Mggunakan cuka e. Venostasis dapat
pengganti garam mengakibatkan
utk penyedap rasa terhambatnya
sop, rebusan dll. aliran darah.
d. Kaji adanya tanda f. Guna
venostasis dan memperlancar
bendungan vena pada sirkulasi.
bagian tubuh yang g. Perlukaan pada
mengantung. daerah yang
e. Untuk drainase sakit
limfatik yang tidak menyebabkan
adekuat. kurang
f. Tinggikan ekstremitas lancarnya
dengan mnggunakn sirkulasi
bantal, imobilitas, peredaran darah
bidai/ balutan yang di daerah tsb.
kuat, serta h. Semua kegiataan
berdiri/duduk dlm tersebut
waktu yg lama. memperparah
g. Jangan memberikan keadaan klien
suntikan/infuse pada i. Untuk
lengan yang sakit. mepercepat
h. Tingatkan klien untuk perbaikan
menghindari detergen jaringan tubuh.
yang keras, membawa
beban berat,
memegang rokok,
mencabut kutikula/
bintil kuku, me-
nyentuh kompor gas,
memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.
i. Lindungi kulit yg
edema dari cidera.

3. Ganguan Tujuan: Penurunan kadar


keseimbangan Klien memiliki kalium a. Dengan
elektrolit keseimbangan a. Observasi tanda dan mengetahui
(kalium) cairan, elektrolit gejala hipokalemia tanda
dan asam- basa (vertigo, hipotensi hipokalemia,
dalam 48 jam. aritmia, mual, perawat dapat
Kriteria hasil: muntah, diare, menetapkan
a. Klien distensi langkah
menjelaskan diet abdomen,penurunan selanjutnya.
yang sesuai peristaltik, b. Poliuria dapat
untuk kelemahan otot, dan me-nyebabkan
mempertahankan kram tungkai). pe-ngeluaran
kadar kalium b. Catat asupan dan kalium secara
dalam batas haluaran. berlebihan.
normal. c. Tentukan status c. Kelebihan
b. Klien hidrasi klien bila cairan dapat
berpartipasi terjadi hipokalemia. menyebabkan
untuk d. Kenali perubahan penurunan
melaporkan tingkah laku yang kadar kalium
tanda–tanda merupakan tanda- serum.
klinis tanda hipokalemia d. Nilai kalium
hipokalemia atau e. Anjurkan klien dan yang rendah
hiperkaenia. keluarga untuk dapat me-
c. Kadar kalium mngkonsmsi makan- nyebabkan
dlam batas an tinggi kalium konfusi, mudah
normal/dapat (misalnya Buah- marah, depresi
ditoleransi buahan, sari buah, mental.
buah kering, sayur, e. Kalium
daging, kacang- membantu
kacangan, teh, kopi, menyeimbangk
dan kola). an cairan
f. Laporkan perubahan tubuh.
EKG; segmen ST yg f. Segmen ST dan
memanjang, depresi. gelombang T
g. Encerkan suplemen yg datar atau
kalium per oral terbalik
sedikitnya dalam merupkn
113,2 gram air/sari indikasi
buah utk mengurangi hipokalemia.
resiko iritasi mukosa g. Utk
lambung. mengurangi
h. Pantau nilai kalium resiko iritasi
serum pada klien mukosa
yang mendapat obat lambung.
diuretic dan steroid. h. Streoid
kortison dapat
i. Kaji tanda dan gejala menyebabkan
toksisitas digitalis retensi natrium
jika klien tengah dan ekresi
mendapat obat kalium.
golongan digitalis i. Nilai kalium
dan diuretik atau yang rendah
steroid. dapat me-
Peningkatan Kadar ningkatkan
Kalium kerja digitalis.
a. Observasi tanda dan
gejala hiperkalemia a. Dengan
(misalnya mengetahui
Bradikardia, kram tanda hipo-
abdomen, oliguria, kalemia,
kesemutan dan kebas perawat dapat
pada ekstremitas). menetapkan
langkah
b. Kaji haluaran urin. selnjutnya
Sedikitnya 25ml/jam
atau 600 ml/ hari. b. Haluaran urin
c. Laporkan nilai yg sedikit
kalium serum yang dapat me-
melebihi 5mEq/l nyebabkan
batasi asupan kalium hiper-kalemia.
jika perlu. c. Nilai kalium
lebih dari
Pantau EKG 7mEq/ l dapat
menyebabkan
henti jantung.
d. Untuk melihat
adanya
pelebaran
kompleks QRS
dan gelombang
T tggi yg
merupkan
tanda
hiperkalemia.

Implementasi (Perencanaan)
1. Kekurangan volume cairan
a. Mengkaji cairan yangdisukai klien dalam batasdiet.
b. Merencanakan targetpemberian asupan cairanuntuk setiap sif, mis: siang1000 ml.
Sore 800 ml danmalam 200 ml.
c. Mengkaji pemahaman kliententang alasanmempertahankan hidrasiyang
adekuatMencatat asupan danhaluaran.
d. Memantau asupan per oral,minimal 1500ml/24 jam.
e. Memantau haluaran cairan1000-1500ml/24 jam.Memantau berat jenis urine.
2. Kelebihan volume cairan
a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan.
b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam.
c. Menganjurkan klien untuk:
1) Menghindari makanangurih,makanankalengdan makananbeku.
2) Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma
3) Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan dll.
d. Mengkaji adanya tandavenostasis dan bendunganvena pada bagian tubuhyang
mengantung.
e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung,bila
memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi).
f. Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:
1) Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal.
2) Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.
3) Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit.
4) Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban
berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku, memyentuh kompor
gas, memgenakan perhiasan atau jam tangan.
5) Melindungi kulit yang edema dari cidera.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit (kalium)
Penurunan kadar kalium:
a. Mengobservasi tanda dangejala hipokalemia(vertigo,hipotensiariotmia, mual,
muntah, diare, distensi abdomen, penurunan peristaltis, kelemahan otot, dan
kramtungkai
b. Mencatat asupan danhaluaran. (poliuria dapatmenyebabkan pengeluarankalium
secara berlebihan).
c. Menentukan status hidrasiklien bila terjadihipokalemia. (kelebihancairan dapat
menyebabkanserum).
d. Mengenali perubahantingkah laku yangmerupakan tanda- tandahipokalemia.
Nilai kaliumyang rendah dapatmenyebabkan konfusi,mudah marah,
depresimental.
e. Menganjurkan klien dankeluarga untukamengkonsumsi makanantinggi kalium
(mis. Buahbuahan,sari buah, buahkering, sayur, daging,kacang- kacangan,
teh,kopi,dan kola)
f. Melaporkan perubahanEKG; segmen ST yang nmemanjang, depresin segmen ST
dan gelombangT yang datar atau terbalikmerupakan indikasihipokalemia.
g. Mengencerkan suplemenkalium per oral sedikitnyadalam 113,2 gram air/saribuah
untuk mengurangiresiko iritasi mukosalambung.
h. Memantau nilai kaliumserum pada klien yangmendapat obat diuretic dansteroid.
(Streoid kortisonn dapat menyebabkan retensinatrium dan ekresi kalium).
i. Mengkaji tanda dan gejalatoksisitas digitalis jikaklien tengah mendapat
obatgolongan digitalis dandiuretikatau steroid. (nilaikalium yang rendah
dapatmeningkatkan kerjadigitalis.
Peningkatan Kadar Kalium:
a. Mengobservasi tanda dan gejalahiperkalemia (misalnyaBradikardia, kram
abdomen, oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas).
b. Mengkaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari (haluaran urin
yang sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia).
c. Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/l. batasi asupan kalium jika
perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/l dapat menyebabkan henti jantung)
d. Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T
tinggi yang merupakan tanda hiperkalema.
G. Evaluasi tindakan keperawatan
1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik.
3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy intravena
atau TPN).
5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Burrner & Suddarth. 2002.anatomi & fisiologi.Jakarta:EKG


Carpenito, Lynda Juall. (2015).Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC.
Faqih, Moh. Ubaidillah. (2009). Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia.
http://www.scribd.com. Diakses 15 Mei 2017.
Harnawatiaj.(2008). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. http://wordpress.com.
Diakses 15 Mei 2017.
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC.
Nanda International. 2013.Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta:EGC

Tamsuri, anas. 2004. Klien dengan gangguan cairan/ elektrolit seri asuhan
keperawatan.Jakarta:EGC

Perry dan Potter. (2015). Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St.
Louis

You might also like