You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, pembangkit listrik dengan energi terbarukan mulai dibuat
untuk menggantikan pembangkit listrik energi fosil. Namun dalam perkembangannya,
pembangkit listrik energi terbarukan tidak bisa diimplementasikan secara langsung untuk
menggantikan pembangkit listrik energi fosil dikarenakan energi terbarukan memiliki fluktuasi
jumlah energi yang besar, sehingga penggunaannya saat ini masih terkoneksi satu sama lain
dengan pembangkit listrik energi fosil.
Pada penerapannya, tiap pembangkit tersebut saling terkoneksi yang salah satunya sistem
pembangkit listrik yang terdapat di Sulawesi Utara yang menjadi objek penelitian pada tugas
akhir ini. Pada sistem pembangkit di Sulawesi Utara, terdapat 5 jenis pembangkit yakni PLTU,
PLTD, PLTS, PLTP, dan PLTA.

Gambar 1.1 Peta sistem pembangkit di Sulawesi Utara

sistem PLTA disana menggunakan sistem cascaded hydroplant. Cascaded hydroplant atau
"pembangkit listrik tenaga air bertingkat" merujuk pada serangkaian pembangkit listrik tenaga
air yang terletak secara berurutan di suatu sungai atau aliran air. Setiap pembangkit listrik
tenaga air dalam sistem cascaded hydroplant biasanya menggunakan air yang telah melewati
pembangkit sebelumnya. Keuntungan dari sistem cascaded hydroplant termasuk efisiensi yang
lebih tinggi dalam pemanfaatan energi potensial air, peningkatan kapasitas total pembangkit
listrik, dan kemampuan untuk menyediakan energi listrik yang stabil dan berkelanjutan. Pada
sistem pembangkit di Sulawesi Utara, terdapat PLTA Tonsealama, PLTA Tanggari 1 dan 2
yang berada pada aliran sungai yang sama yang bermuara ke Danau Tondano.

1
Gambar 1.2 Peta PLTA di Sulawesi Utara

Oleh karena itu, untuk mengatur suplai dari sistem pembangkit listrik tersebut, maka
dilakukan Dynamic Economic Dispatch (DED) untuk menentukan pembagian pembebanan unit
pembangkit secara ekonomis dalam rentang waktu tertentu dari unit pembangkit. Pada tugas
akhir ini akan digunakan teknik optimasi Mixed Integer Linear Programming menggunakan
software MATLAB.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Mendapatkan penyelesaian pemodelan dynamic economic dispatch agar tercapai biaya
pembangkitan minimum dengan menggunakan metode Mixed Integer Linear
Programming.
2. Berapa biaya pembangkitan yang optimal berdasarkan perhitungan dan simulasi pada
pembangkit konvensional serta pembangkitan energi terbarukan ?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah yang diambil pada tugas akhir ini adalah :
1. Menggunakan metode Mixed Integer Linear Programming untuk menyelesaikan
pembebanan lebih dari satu interval waktu menggunakan software MATLAB R2020b
2. Plant menggunakan sistem kelistrikan di wilayah Sulawesi Utara.

1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian tugas akhir ini yaitu :
1. Mengetahui hasil dynamic economic dispatch untuk menentukan biaya pembangkitan
minimum dengan algoritma Mixed Integer Linear Programming (MILP).
2. Mengetahui biaya pembangkitan yang optimal berdasarkan perhitungan dan simulasi
pada pembangkit konvensional serta pembangkitan energi terbarukan.

1.5 Manfaat
Hasil pada tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Dapat digunakan sebagai referensi biaya pembangkitan dalam implementasi energi baru
terbarukan.
2. Dapat digunakan sebagai referensi untuk mahasiswa lain yang melakukan penelitian
dengan topik yang sama

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Pada penelitian sebelumnya, Dynamic Economic Dispatch telah beberapa kali dibahas.
Contohnya pada tugas akhir (Eliezer, 2016) yang melakukan Dynamic Economic Emission
Dispatch pada sistem transmisi Jawa-Bali 500 kV berdasarkan RUPTL tahun 2015-2024
menggunakan metode Multi-Objective Particle Swarm Optimization (MOPSO) dan pada Tugas
Akhir (Akbar, 2016) meneliti tentang Dynamic Economic Dispatch yang mempertimbangkan
rugi-rugi transmisi menggunakan metode Sequential Quadratic Program. Dalam penelitian
yang telah dilakukan, metode Mixed Linear Integer Programming (MILP) mulai digunakan
untuk menyeleasikan beberapa permasalahan seperti pemodelan untuk penjadwalan multi
energi dengan perhitungan sistem yang optimal untuk transfer unit temperatur, topologi dan
pencampuran non isothermal menggunakan Mixed Linear Integer Programming (MILP) dan
Mixed Non Linear Integer Programming (MILP) (Manzolini et. al., 2021), dan optimisasi
desain pada sistem multi energi menggunakan Mixed Integer Linear Programming untuk
mencari kompleksivitas model dan detail level yang mencukupi (Hahn et. al., 2021), serta
koordinasi operasi dari PV dan cascaded hydropower mempertimbangkan keamanan batasan
pada grid daya (Li et. al., 2021). Untuk selanjutnya, penelitian yang akan dilaksanakan akan
menyimulasikan metode MILP ini untuk perhitungan optimasi biaya pembangkitkan dengan
adanya cascading antara pembangkit listrik di wilayah Sulawesi Utara.
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem kelistrikan yang terdiri atas pembangkit listrik,
saluran transmisi, saluran distribusi, dan beban. Energi listrik dihasilkan oleh pembangkit
kemudian dinaikkan tegangannya menggunakan transformoator step-up yang kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi. Kemudian listrik disalurkan menuju saluran distribusi
dengan tegangan yang diturunkan menggunakan transformator step-down. Kemudian
energi listrik disalurkan menuju beban seperti rumah tangga, industri, dan usaha komersial
(El-Hawry et. al., 2017). Di Indonesia, standar frekuensi sistem tenaga listrik yang
digunakan di Indonesia adalah 50 Hz (Negara, 1995).

2.2.2 Pembangkit Listrik


Pembangkit Tenaga Listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang
menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok
pembangkit listrik energi fosil dan kelompok pembangkit listrik energi terbarukan.
Pembangkit listrik energi fosil terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
Pembangkit listrik energi terbarukan terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
Pembangkit Listrik Tenaga Angin / Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS). Pada tugas akhir ini, pembangkit yang akan menjadi objek dari penelitian yaitu
PLTU, PLTA, PLTP, dan PLTS.

3
2.2.3 Dynamic Economic Dispatch (DED)
Dynamic Economic Dispatch (DED) merupakan pengembangan dari Economic Dispatch
(ED) yang mana DED melakukan perhitungan secara real time dalam rentang waktu yang
ditentukan. Persamaan dasar dari biaya pembangkitan dengan DED yakni
2
𝐹𝑖𝑡 (𝑃𝑖𝑡 ) = 𝑎𝑖 𝑝𝑖𝑡 + 𝑏𝑖 𝑝𝑖𝑡 + 𝑐𝑖 (2.1)
−𝛿 ≤ 𝑃𝑖(𝑡+1) − 𝑃𝑖𝑡 ≤ 𝛿𝑖 (2.2)

Dengan daya yang dibangkitkan dari unit ke-i dalam waktu t adalah ramp up dan ramp
down. Fungsi objektif tersebut akan meminimalkan biaya yang dibutuhkan oleh masing-
masing pembangkit. Berbeda dengan ED biasa, DED (dynamic economic dispatch)
memiliki batasan yang disebut ramp rate. Ramp rate adalah laju perubahan daya dari suatu
unit generator dalam jam berikutnya. Pembangkitan pada interval berikutnya, tidak
diperbolehkan unit generator membangkitkan atau menurunkan daya sesuai nilai dari ramp
rate. Nilai dari ramp rate terbagi menjadi dua, yaitu ramp up dan ramp down. Untuk
permasalahan Cascaded hydroplant, Fungsi objektifnya sebagai berikut:
𝑉1𝑗 = 𝑉1𝑗−1 + 𝑟1𝑗 − 𝑞1𝑗 (2.3)

𝑉2𝑗 = 𝑉2𝑗−1 + 𝑞1𝑗 − 𝑟1𝑗 (2.4)

dan persamaan elektrikal


𝑃𝐻1 (𝑞1𝑗 ) + 𝑃𝐻2 (𝑞2𝑗 ) + 𝑃𝑠𝑗 − 𝑃𝐿𝑜𝑎𝑑 𝑗 = 0 (2.5)

Ada berbagai cara untuk menyiapkan solusi DP untuk program ini, contohnya dengan
menjadikan volume reservoir V1 dan V2 sebagai variabel dan kemudian menjalankan
semua kombinasi yang sesuai. Artinya, biarkan V1 dan V2 keduanya dibagi menjadi N
volume langkah S1 sampai S2. Maka DP harus mempertimbangkan N2 Langkah-langkah di
masing-masing Interval waktu (Wood et. al., 2014). Untuk batasan aliran air terdiri dari
beberapa persamaan yakni pada persamaan 2.6 yang merupakan persamaan input dari aliran
air pada downstream reservoir memiliki 2 bagian yakni total output aliran air dari upstream
reservoir mempertimbangkan time delay, dan aliran air alami yang dihasilkan oleh proses
penguapan, persamaan 2.7 yang merupakan output dari aliran air pada downstream
reservoir memiliki 2 bagian yakni aliran air untuk generator dan aliran air yang terbuang,
persamaan 2.8 yang merupakan menjelaskan batas minimum dan maksimum output aliran
air dan pada persamaan 2.9 yang merupakan menjelaskan bahwa nilai dari persamaan 2.7
harus bernilai positif (Li et. al., 2021).

𝑄𝑡𝑖𝑛 = ∑ 𝑄𝑔,𝑡−𝜎
𝑜𝑢𝑡 𝑈
+ 𝑄𝑡𝑟𝑒 (2.6)
𝑔∈𝐺

ℎ𝑦𝑑𝑟𝑜
𝑄𝑡𝑜𝑢𝑡 = 𝑄𝑡 + 𝑄𝑡𝑐𝑢𝑟𝐻 (2.7)
𝑜𝑢𝑡 ℎ𝑦𝑑𝑟𝑜 𝑜𝑢𝑡
𝑄𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑄𝑡 ≤ 𝑄𝑚𝑎𝑥 (2.8)
ℎ𝑦𝑑𝑟𝑜
0 ≤ 𝑄𝑡 , 0 ≤ 𝑄𝑡𝑐𝑢𝑟𝐻 (2.9)

Untuk persamaan batasan reservoir terdiri dari beberapa persamaan seperti persamaan
2.10 menyajikan dinamika keseimbangan aliran air di reservoir, persamaan 2.11 yang
menyatakan bahwa level reservoir penyimpanan harus berada dalam kisaran tertentum,
persamaan 2.12 yang mewakili hubungan nonlinier antara reservoir penyimpanan tinggi
muka air dan muka air di bagian hulu (Li et. al., 2021).
4
𝑉𝑡 = 𝑉𝑡−1 + (𝑄𝑡𝑖𝑛 − 𝑄𝑡𝑜𝑢𝑡 )∆𝑡 (2.10)

𝑉 𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑉𝑡 ≤ 𝑉 𝑚𝑎𝑥 (2.11)

𝑉𝑡 = 𝑓(𝑍𝑡𝑢𝑝 ) (2.12)

Persamaan 2.12 perlu diubah menjadi linier untuk bisa dimasukkan ke persamaan MILP
menggunakan piecewise approximation yang akan dijelaskan di bab 3. Untuk batasan air
dan daya terkopel terdiri dari beberapa persamaan seperti persamaan 2.13 yang menyajikan
output PLTA hasil dari faktor generator, aliran air, dan water head, persamaan 2.14
menyatakan bahwa nilai water head sama dengan rata rata level upstream air dikurang
dengan level downstream air dan water head loss (Li et. al., 2021).
ℎ𝑦𝑑𝑟𝑜 ℎ𝑦𝑑𝑟𝑜
𝑃𝑡 = 𝜂𝐻𝑡 𝑄𝑡 (2.13)

𝑍𝑡𝑢𝑝 + 𝑍𝑛−1
𝑢𝑝
𝐻𝑡 = − 𝑍 𝑑𝑜𝑤𝑛 − 𝐻 𝑙𝑜𝑠𝑠 (2.14)
2
Karena persamaan 2.13 bersifat nonlinier, maka perlu diubah seperti hal-nya persamaan
2.12. Untuk batasan output hydropower terdiri dari beberapa persamaan yaitu persamaan
2.15 yang menyajikan batas atas dan bawah generator PLTA, persamaan 2.16 yang
menyajikan batasan ramp up dan bawah, dan persamaan 2.17 dan 2.18 yang merupakan
batasan minimum up dan down time (Li et. al., 2021).
ℎ𝑦 ℎ𝑦𝑑𝑟𝑜 ℎ𝑦
𝑢𝑡 𝑃𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑃𝑡 ≤ 𝑢𝑡 𝑃𝑚𝑎𝑥 (2.15)
ℎ𝑦𝑑𝑟𝑜 ℎ𝑦𝑑𝑟𝑜
−𝑅 𝑑𝑤 ∆𝑡 ≤ 𝑃𝑡 − 𝑃𝑡−1 ≤ 𝑅 𝑢𝑝 ∆𝑡 (2.16)
𝑡−1

∑ 𝑢𝜏 ≥ 𝑇𝑜𝑛 (𝑢𝑡−1 − 𝑢𝑡 ) (2.17)


𝜏=𝑡−𝑇𝑜𝑛

𝑡−1

∑ (1 − 𝑢𝜏 ) ≥ 𝑇𝑜𝑓𝑓 (𝑢𝑡 − 𝑢𝑡−1 ) (2.18)


𝜏=𝑡−𝑇𝑜𝑓𝑓

Untuk permasalahan koordinasi cascaded hydroplant dengan PLTU, PLTD, PLTP, dan
PLTS. Untuk fungsi objektif didapatkan berdasarkan letak pembangkit yang berada pada
pusat beban sehingga pembangkit pembangkit tersebut saling terhubung membentuk suatu
sistem Bersama dengan saluran transmisi. Sistem ini memberikan keuntungan yakni
kelemahan pada pembangkit seperti PLTA/hydro dan PLTS yang tidak tentu jumlah sumber
energinya bisa tertutupi oleh pembangkit lainnya (Li et. al., 2021).
𝑇
𝑠𝑦𝑠
𝑚𝑎𝑥 ∑ 𝜋𝑡 𝑃𝑡 ∆𝑡 (2.19)
𝑡=1

Untuk batasan output daya PV terdiri dari beberapa persamaan seperti persamaan 2.20
yang menjelaskan bahwa output daya yang dihasilkan PV lebih sedikit dari daya pada PV
maksimum, persamaan 2.21 yang menyatakan kesetimbangan daya pada output PV, batasan
/ curtailment, dan daya PV maksimum (Li et. al., 2021).

5
𝑃𝑉 𝑃𝑉𝑚𝑎𝑥
0 ≤ 𝑃𝑑,𝑡 ≤ 𝑃𝑑,𝑡 (2.20)
𝑐𝑢𝑟𝑃𝑉 𝑃𝑉𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑉
𝑃𝑑,𝑡 = 𝑃𝑑,𝑡 − 𝑃𝑑,𝑡 (2.21)

Untuk persamaan aliran daya DC, perhitungan aliran daya DC digunakan untuk
membatasi perhitungan dengan hanya memperhitungkan daya aktif yang mana keluaran
daya aktif dijadikan acuan dalam perhitungan biaya pembangkitan generator pada
kehidupan nyata (Li et. al., 2021).
1
𝑃𝑖𝑘 = (𝜃 − 𝜃𝑘 ) (2.22)
𝑥𝑖𝑘 𝑖

𝑃𝑖 = ∑ 𝑃𝑘 (2.23)
𝑘=𝑏𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑘𝑒 𝑖

Untuk batasan operasi cascaded hydropower terdiri dari beberapa persamaan seperti
persamaan 2.24 yang menyatakan nilai awal level pada penyimpanan reservoir air sama
dengan nilai akhir level penyimpanan reservoir air untuk penjadwalan siklus waktu dan
batasan 2.25 yang merupakan batasan operasi cascaded hydropower pada persamaan 2.6 –
2.18 (Li et. al., 2021).
𝑉0 = 𝑉𝑇 (2.24)
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 2.6 − 2.18 (2.25)
2.2.4 Piecewise Linear Approximation
Persamaan 2.12 yang mewakili hubungan nonlinier antara reservoir penyimpanan tinggi
muka air dan muka air di bagian hulu dan 2.13 yang menyajikan output PLTA hasil dari
faktor generator, aliran air, dan water head perlu diubah menjadi linier agar bisa digunakan
pada metode Mixed Integer Linear Integer (MILP) menggunakan piecewise linear
approximation. Proses linearisasi dengan Piecewise Linear Approximation bekerja dengan
cara membagi fungsi kuadrat menjadi beberapa segmen atau bagian, di mana semakin
banyak partisinya maka semakin akurat pula hasil dari linearisasinya (Bao et. al., 2019).

Fungsi nonlinier atau fungsi kuadrat dari persamaan yang akan dijadikan persamaan
linier direpresentasikan oleh 𝑓(𝑥) yang merupakan fungsi kontinu. Variabel 𝑥 dari fungsi
kontinu terdapat pada interval [𝑎0, 𝑎𝑚] dimana sepanjang interval, variabel 𝑥 dibagi
menjadi beberapa bagian dengan tiap titik potong dinyatakan dalam 𝑎𝑘 (k=0,1,2, …., m)
dan 𝑎0 < 𝑎1 < ⋯ < 𝑎𝑚. Tahap selanjutnya ialah proses melinierkan fungsi kontinu 𝑓(𝑥)
dengan rentang interval [𝑎0, 𝑎𝑚] sebagai berikut (Lin et. al., 2013).
𝑚

𝐿(𝐹(𝑥)) = ∑ 𝑓(𝑎𝑘 )𝑡𝑘 (2.26)


𝑘=0

Dengan persamaan
𝑚 𝑚

𝑥 = ∑ 𝑎𝑘 𝑡𝑘 , ∑ 𝑡𝑘 = 1 , 𝑡𝑘 ≥ 0 (2.27)
𝑘=0 𝑘=0

6
2.2.5 Mixed Integer Linear Programming (MILP) pada MATLAB
Untuk meyelesaikan permasalahan Mixed Integer Linear Programming (MILP) pada
MATLAB digunakan fungis intlinprog sebagai solver tersebut. Input yang digunakan
merupakan linear maka harus terdapat proses untuk linearisasi pada fungsi objektifnya.
Input yang diperlukan untuk optimasi sebagai berikut:
1. Fungsi Objektif
𝑓(𝑥) = 𝑚𝑖𝑛 𝑓 𝑇 𝑥 (2.28)
2. Batasan Persamaan Linier
𝐴𝑒𝑞 . 𝑥 = 𝐵𝑒𝑞 (2.29)

3. Batasan Pertidaksamaan Linier


𝐴. 𝑥 ≤ 𝑏 (2.30)
4. Batasan Atas dan Batasan Bawah Variabel
𝑙𝑏 ≤ 𝑥 ≤ 𝑢𝑏 (2.31)
5. Batasan Integer
𝑥(𝑖𝑛𝑡𝑐𝑜𝑛) ∈ {… , −1,0,1, … } (2.32)

7
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penentuan Rumusan Masalah, Tujuan, dan Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan penentuan rumusan masalah serta, tujuan, serta studi literatur
dengan mengumpulkan sumber, fakta, dan teori pendukung yang berkaitan dengan
dynamic economic dispatch pada sistem pembankit di Sulawesi Utara
mempertimbangkan cascading hydropower dan referensi lain terkait yaing dapat
mendukung penelitian ini.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau parameter utama yang menjadi dasar dari proses sizing,
diantaranya adalah daya maksimum dan minimum PLTA (hydropower), Volume
maksimum dan minimum reservoir, debit aliran air, water head loss, downstream water
level, reaktansi tiap saluran transmisi, incremental cost, dan beban yang dibutuhkan.
3. Pengolahan Data
Data yang diperoleh sebelumnya dapat digunakan untuk mendapatkan biaya
pembangkitan yang paling rendah sesuai dengan daya yang dibutuhkan oleh beban.
Proses pengolahan data menggunakan metode Mixed Integer Linear Integer dan
Piecewise Linear Approximation.
4. Pengujian dan Analisis
Setelah data didapatkan dan diolah, selanjutnya data dimasukkan ke dalam
pemrograman yang telah dirancang untuk disimulasikan dan kemudian dianalisis
hasilnya.
5. Penulisan Buku Tugas Akhir
Tahapan terakhir adalah membuat analisa dan kesimpulan mengenai data yang telah
didapatkan saat proses pengujian dan analisis. Kemudian, semua kegiatan dan hasil
yang telah diperoleh ditulis dalam bentuk buku Tugas Akhir.
3.2 Bahan dan Peralatan yang Digunakan
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan software
pengolah data microsoft excel dan Microsoft word dan software simulasi pemodelan
matematika dan logika pada diagram blok melalui software MATLAB/SIMULINK R2020A.
3.3 Urutan Pelaksanaan Penelitian
Urutan dari pelaksanaan penelitian Dynamic Economic Dispatch pada sistem pembngkit di
Sulawesi Utara mempertimbangkan cascaded hydropower ditunjukkan melalui gambar 3.1
berikut.

8
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

9
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Dika Lazuardi. (2016). Dynamic Economic Dispatch Dengan Mempertimbangkan
Kerugian Transmisi Menggunakan Metode Sequential Quadratic Program.
Bao, Y. Q., Wu, M., Zhou, X., & Tang, X. (2019). Piecewise Linear Approximation of Gas
Flow Function for the Optimization of Integrated Electricity and Natural Gas System. IEEE
Access, 7, 91819–91826. https://doi.org/10.1109/ACCESS.2019.292710
Hahn, Maria, et. al., “Design optimization of multi-energy systems using mixed-integer linear
programming: Which model complexity and level of detail is sufficient?”. Energy
Conversion and Management, Volume 240, 2021, 114249, ISSN 0196-8904,
https://doi.org/10.1016/j.enconman.2021.114249.
Li, Xin, et. al,. "Coordinated Operation of PV and Cascaded Hydropower Considering the
Power Grid Security Constraints," 2021 International Conference on Power System
Technology (POWERCON), Haikou, China, 2021, pp. 1035-1039, doi:
10.1109/POWERCON53785.2021.9697527.
Manzolini, Giampaolo, et. al., MILP and MINLP models for the optimal scheduling of multi-
energy systems accounting for delivery temperature of units, topology and non-isothermal
mixing, Applied Thermal Engineering, Volume 184, 2021, 116161, ISSN 1359-4311,
https://doi.org/10.1016/j.applthermaleng.2020.116161.
Negara, P. L. (1995). Tegangan - standar.
Wood, J. Allen, et. al. (2014). Power Generation, Operation, and Control Third Edition. New
Jersey : John Wiley & Sons, Inc.

10

You might also like