Professional Documents
Culture Documents
KIMIA Kiantum
“Mekanika Gelombang ”
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu :
Sinar-X adalah salah satu gelombang elektromagnetik yang spektrumnya terletak diantara
sinar gamma dan ultraviolet. Sinar-X memiliki energi yang besar serta panjang gelombang yang
pendek, sehingga memiliki daya tembus yang tinggi. Sinar ini juga tidak dibelokkan oleh medan
listrik dan magnet serta dapat menghitamkan kertas fotografi. Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm
Conrad Rontgen dengan percobaannya sebagai berikut:
Sebuah tabung yang bisa divakumkan (tekanan udara yang rendah) dengan katoda yang
diberikan muatan negatif serta anoda yang diberikan muatan positif. Tabung ini diberikan beda
tegangan (V) yang cukup. Maka pada katoda akan dipancarkan sinar katoda (pancaran elektron)
dengan energi yang dipengaruhi oleh beda potensial (energi pemercepat). Makin besar beda
potensial, semakin besar energi elektron yang dipancarkan. Hubungan energi kinetik elektron
dengan potensial pemercepat adalah:
Elektron tersebut akhirnya menabrak anoda yang terbuat dari logam tertentu seperti Mo dan
W. Elektron tersebut memiliki kemungkinan untuk menembus logam tersebut maupun menabrak
partikel dari logam tersebut. Elektron tersebut mampu menembus logam karena energi kinetiknya
yang tinggi. Saat elektron menabrak elektron dari logam di anoda, elektron berenergi kinetik tinggi
mengalami perlambatan mendadak dan elektron dari logam akan tereksitasi karena memiliki energi
yang berlebih, dan kembali pada tingkat energinya yang lebih rendah dengan memancarkan energi.
Hal ini terjadi terus menerus sehingga energi yang dipancarkan oleh logam Wolfram tersebut
berupa gelombang elektromagnetik yang disebut dengan sinar-X. Tidak semua energi kinetik
elektron berubah menjadi sinar-X. Sebagian besar energi kinetik tersebut diubah menjadi panas
menyebabkan logam wolfram menjadi panas, sehingga rangkaian instrument sinar-X anoda
dilengkapi dengan komponen pendingin.
Sinar-X kontinue terdiri dari sinar dengan daerah panjang gelombang yang cukup lebar
dengan intensitas yang berbeda. Makin besar potensial pemercepat, makin lebar daerah panjang
gelombang sinar-X yang dihasilkan. Panjang gelombang maksimum ¿max) yaitu panjang
gelombang dengan intensitas tertinggi, bergeser menuju panjang gelombang yang lebih pendek
apabila potensial pemercepat semakin besar. Panjang gelombang minimum ¿min), yaitu panjang
gelombang yang paling kecil pada suatu potensial pemercepat, bergeser menuju panjang
gelombang yang lebih panjang.
Apakah elektron itu gelombang atau partikel? ̌ Ini yang disebut sebagai dualitas gelombang
partikel elektron sebagai partikel elektron sbg gelombang Kedua-duanya ada, tapi
tidakmsimultan.̌ Pada beberapa eksperimen (atau pengamatan empirik) hanya satu aspek
gelombang atau partikel saja yang dapatteramati. Dan Seperti coin dgn dua muka. Tapi kita
hanya dapat melihat salah satu sisinya saja pada
Pada tahun 1924, Louis de Broglie menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam
suasana tertentu yang terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada suatu
waktu, yang memperlihatkan sifat-sifat seperti gelombang (James E Brady, 1990).
C. Persamaan Gelombang
Dengan menggunakan analisis seperti Bragg, maka n λ=2 d sin θ
dapat dihitung panjang gelombang sinar elektron (panjang λ=2 x 0,091 sin 65
gelombang partikel) dengan menggunakan persaaman disamping.
λ=0,165 nm
mv=√ 2 mK
ℎ ℎ
λ= =
mv √ 2mK
λ=0,166 nm
Contoh: 1. cari panjang gelombang 46 g bola yang bergerak dengan kecepatan 30 m/s. Dengan
kecepatan seperti diatas kita dpt menghitung tanpa relativistik.
λ =6.63×10-34 J.s /
λ = 4.8×10-34 m
2.Cari panjang gelombang elektron yang bergerak dengan kecepatan 107 m/s. Kecepatan
elektron sekitar 1/30 c, sehingga perhitungan nonrelativistik sudah cukup.
λ =h/mv
λ =7.3×10-11 m
Fungsi gelombang memuat semua informasi yang dapat kita ketahui mengenai sistem
yang didiskripsinya. Informasi apakah yang diberikan oleh mengenai hasil pengukuran
koordinat x partikel? tidak dapat memberikan informasi posisi secara tepat seperti yang
dilakukan oleh mekanika klasik. Jawaban yang benar terhadap pertanyaan tersebut diberikan
oleh Max Born beberapa saat setelah Schrodinger menemukan persamaan Schrodinger. Born
membuat postulat bahwa:
[ x,t )]2 dx
merupakan peluang pada waktu t untuk menemukan partikel sepanjang sumbu x yang terletak
2
antara x dengan x + dx. Fungsi [ x,t )] dx adalah fungsi kerapatan peluang (probability
density) untuk mendapatkan partikel di sembarang tempat sepanjang sumbu x. Sebagai contoh,
dianggap bahwa pada sembarang waktu tertentu t0 sebuah partikel didiskripsi oleh fungsi
2
bx
gelombang a. e dengan a dan b adalah tetapan real. Jika kita mengukur posisi partikel
pada
saat t0 , kita dapat memperoleh sembarang harga x sebab nilai rapat peluangnya yaitu
2
2 2bx
tidak nol, berapapun harga x-nya. Nilai x = 0 adalah lebih baik dibandingkan nilai x
a e
2
yang lain karena di titik asal (x = 0), harga mencapai maksimum.
2
Untuk membuat hubungan yang tepat antara dengan hasil pengukuran
eksperimental, kita harus mengambil sejumlah sistem identik yang tidak saling berinteraksi,
masing-masing berada dalam keadaan yang sama. Kemudian kita dapat mengukur posisi
dalam masing-masing sistem. Jika kita mempunyai n sistem dan membuat n pengukuran, dan
jika dnx adalah banyaknya pengukuran yang dimana kita menjumpai partikel terletak antara x
dan x + dx, maka dnx/n adalah peluang mendapatkan partikel pada posisi antara x dan x + dx.
Jadi:
2dx
dnx
=
n
dan grafik (1/n)dnx /dx versus x adalah kerapatan peluang 2 Kuantum mekanik pada
Probabilitas
Keadaan stasioner dan nilai eigen sebuah partikel dalam kotak satu dimensi
E.
Kita akan memperhatikan sebuah partikel yang bergerak dalam box satu dimensi.
Yang dimaksud dengan box satu dimensi adalah penggal garis yang panjangnya a yang terletak
pada sumbu x. Sepanjang sumbu x itu fungsi energi potensialnya tak terhingga kecuali pada
penggalan sepanjang a yang potensialnya 0. Jadi jika partikel berada di dalam box, maka energi
potensialnya adalah nol sedang jika berada di luar box, energi potensialnya tak terhingga.
Vx
I II III
x=0 x=a
Gambar 2.1: Fungsi energi Potensial Partikel dalam Box satu Dimensi
Dari gb.2.1 tampak bahwa sumbu x terbagi atas tiga area, yaitu area I ( x < 0), area II (0< x <a)
dan area III ( x >a). Tugas kita adalah menentukan fungsi gelombang partikelnya dan
menentukan energi partikel pada masing-masing daerah tersebut. Untuk ini kita harus
menyelesaikan persamaan Schrodinger bebas waktu atau persamaan (5-1 Bab I)
d 2
( x) 2m (E V )(x)
+ 2 (x)
(2-4)
dx 2 0
Jika partikel berada di luar box (daerah I dan III) , Vx = , sehingga (EV) = dan
persamaan (2-4) dapat ditulis:
2
d x (2-5)
2 x
dx
Jadi:
1
x = 2
d
x atau x = 0 (2-6)
2
dx
2 2mE
d x + x = 0 (2-7)
2 2
dx
Persamaan (2-7) di atas adalah persamaan differensial orde dua yang persamaan
karakteristiknya adalah:
2mE
D2 + =0
2
Menurut persamaan Euler : ei = cos + i sin dan i = cos i sin sehingga (2-9) dapat
ditulis:
= (A + B) cos (A i i ) sin
dengan P dan Q adalah tetapan sembarang yang baru. Dengan mengembalikan harga maka (2-
10) dapat ditulis:
Untuk menentukan P dan Q kita gunakan kondisi khusus tertentu. Kita postulatkan bahwa
adalah kontinum, artinya tidak ada lompatan nilai jika x kontinum. Ini berarti diluar box,
nyambung dengan di dalam box ketika melalui dinding box (pada x = 0 atau x = a).
Padahal diluar box = 0 dimanapun termasuk di dinding box, jadi di dalam boxpun harus
bernilai nol ketika melalui dinding. Jadi, di dinding box ketika x = 0, maka pada (2-11)
adalah nol, jadi:
Kalau P = 0, maka Q tidak mungkin 0 karena sin 0 sudah pasti 0 dan (2-11) menjadi:
(2 mE)1/2 a / = + n (2-13)
Jika kedua ruas dikuadratkan, maka:
2
2mE a2 / = n22
Dari sini kita peroleh:
2 2
2 2
E= n 2 h n = 1, 2, .... (2-14)
= n
2 2
2m a 8m a
Mengapa harga n tidak dimulai dari nol ? Jika n = 0 diijinkan berarti pada keadaan itu E = 0. E
= 0 tidak mungkin, karena dengan demikian hanya terjadi jika partikel tidak bergerak. Untuk
partikel yang bergerak E = 0 tidak diijinkan, jadi n = 0 juga tidak diijinkan.
n
= Q sin x (2-15)
a
Untuk memperoleh Q, kita gunakan sifat fungsi ternormalisasi, yaitu bahwa fungsi normal,
harga total peluangnya = 1, jadi:
P( 0 < x < a ) = l
2
dx = 1, jadi:
a 0
2 n
Q2 =1
x dx
sin
a
0
Jadi:
1/ 2
2
Q=
a
n=1
n=2 n=3
F. Perluasan Persamaan gelombang
^
Η ψ (q , t )= ^
E ψ(q , t)
Keterangan:
^
Η=¿ Operator Hamiltonian
^
E=¿ Operator energi
ψ (q ,t )=¿ fungsi gelombang
Memecah Persamaan Schrodinger Fungsi Kedudukan-Waktu
Ψ (q .t )=Ψ (q) . Ψ (t )
Apabila kedua ruas di atas sama – sama dibagi dengan Ψ (x , y , z ) . Ψ (t) maka akan diperoleh
( )
2
1 ℎ 1 ∂
− v ² Ψ (x , y , z )+1 /Ψ ( x, y , z) = ih ih Ψ (t)
Ψ (x, y , z) 2m Ψ (t) ∂
Dalam persamaan diatas terlihat bahwa ruas kiri hanya mengandung variable kedudukan saja,
sedangkan pada ruas kanan hanya mengandung variable waktu saja.
Berdasarkan kajian gelombang partikel de Broglie,
2 2
v.p v .p
υ= atau υ=
ℎ ℎ
2
sehingga diperoleh ,
2
2 4π.p
∇ Ψ ( x, y , z)=− 2
Ψ ( x, y , z)
ℎ
2
ℎ 2 2
− ∇ Ψ ( x , y, z )= p Ψ ( x , y , z )
4π
2 2 2
−ℎ . ∇ Ψ (x , y ,z )= p Ψ ( x , y , z )
p adalah momentum yang besarnya 2mK, dimana K adalah energi kinetik dan K = E – V
(E adalah energi total dan V adalah energi potensial). Dengan menggantikan p dengan 2mK,
dan K digantikan dengan E – V, maka diperoleh persamaan:
( )
2
ℎ 2
− ∇ Ψ (x , y , z) +V Ψ ( x , y , z ) =E Ψ (x , y , z)
2m