You are on page 1of 14

MAKALAH

KIMIA Kiantum

“Mekanika Gelombang ”

Disusun Oleh:

Krismawati Haria (2116150001) - Pendidikan Kimia

Dosen Pengampu :

Ibu Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd, M.Pd


Mekanika Gelombang

A. Gelombang dan Osilasi


Getaran adalah gerak bolak – balik melalui suatu titik kesetimbangan. Getaran dan
gelombang saling berkaitan erat. Adanya gelombang karena ada sesuatu yang bergetar. Rambatan
dari getaran inilah yang disebut dengan gelombang. Sebagian besar getaran memerlukan medium
untuk merambat. Getaran mekanik memerlukan memerlukan medium untuk merambat. Seperti
gelombang air, bunyi, dan gelombang tali. Getaran keadaan, yaitu getaran listrik
magnet(eletromagnetik) tidak memerlukan medium untuk merambat. Rambatan dari getran listrik
magnet ini disebut dengan gelombang elektromagnetik.

Sinar-X adalah salah satu gelombang elektromagnetik yang spektrumnya terletak diantara
sinar gamma dan ultraviolet. Sinar-X memiliki energi yang besar serta panjang gelombang yang
pendek, sehingga memiliki daya tembus yang tinggi. Sinar ini juga tidak dibelokkan oleh medan
listrik dan magnet serta dapat menghitamkan kertas fotografi. Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm
Conrad Rontgen dengan percobaannya sebagai berikut:

Sebuah tabung yang bisa divakumkan (tekanan udara yang rendah) dengan katoda yang
diberikan muatan negatif serta anoda yang diberikan muatan positif. Tabung ini diberikan beda
tegangan (V) yang cukup. Maka pada katoda akan dipancarkan sinar katoda (pancaran elektron)
dengan energi yang dipengaruhi oleh beda potensial (energi pemercepat). Makin besar beda
potensial, semakin besar energi elektron yang dipancarkan. Hubungan energi kinetik elektron
dengan potensial pemercepat adalah:

Ek = e V Dimana e adalah muatan elektron (coulomb)

Elektron tersebut akhirnya menabrak anoda yang terbuat dari logam tertentu seperti Mo dan
W. Elektron tersebut memiliki kemungkinan untuk menembus logam tersebut maupun menabrak
partikel dari logam tersebut. Elektron tersebut mampu menembus logam karena energi kinetiknya
yang tinggi. Saat elektron menabrak elektron dari logam di anoda, elektron berenergi kinetik tinggi
mengalami perlambatan mendadak dan elektron dari logam akan tereksitasi karena memiliki energi
yang berlebih, dan kembali pada tingkat energinya yang lebih rendah dengan memancarkan energi.
Hal ini terjadi terus menerus sehingga energi yang dipancarkan oleh logam Wolfram tersebut
berupa gelombang elektromagnetik yang disebut dengan sinar-X. Tidak semua energi kinetik
elektron berubah menjadi sinar-X. Sebagian besar energi kinetik tersebut diubah menjadi panas
menyebabkan logam wolfram menjadi panas, sehingga rangkaian instrument sinar-X anoda
dilengkapi dengan komponen pendingin.

Sinar-X kontinue terdiri dari sinar dengan daerah panjang gelombang yang cukup lebar
dengan intensitas yang berbeda. Makin besar potensial pemercepat, makin lebar daerah panjang
gelombang sinar-X yang dihasilkan. Panjang gelombang maksimum ¿max) yaitu panjang
gelombang dengan intensitas tertinggi, bergeser menuju panjang gelombang yang lebih pendek
apabila potensial pemercepat semakin besar. Panjang gelombang minimum ¿min), yaitu panjang
gelombang yang paling kecil pada suatu potensial pemercepat, bergeser menuju panjang
gelombang yang lebih panjang.

Spektrum kontinue sinar-x timbul akibat adanya pengereman elektron-elektron yang


berenergi kinetik tinggi oleh anoda. Pada saat terjadi pengereman tersebut, sebagian dari energi
kinetiknya diubah menjadi sinar- X. Proses pengereman ini dapat berlangsung baik secara tiba-tiba
ataupun secara perlahan-lahan. Jika elektron-elektron tersebut direm secara tiba-tiba, maka seluruh
energi kinetiknya akan diubah seketika menjadi energi sinar-X dan energi panas yang menumpuk
pada anoda. Energi sinar-X ini merupakan energi tertinggi yang dapat dihasilkan oleh sebuah
sumber sinar-X dengan panjang gelombang sinar-X ini merupakan panjang gelombang terpendek
(λmin) yang dapat dihasilkan oleh sebuah sumber. Tetapi jika elektron-elektron itu direm secara
perlahan, maka energi kinetiknya akan diubah secara perlahan pula menjadi energi sinar- X dan
energi panas, sehingga sinar-X yang dihasilkannya akan berenergi yang bervariasi sesuai dengan
besarnya energi kinetik yang diubahnya. Sinar-X ini akan memiliki panjang gelombang (energi)
yang berbeda, sehingga karena itulah sinar-X ini sering disebut sinar-X polikhromatik. Sinar-X
yang dihasilkan oleh adanya pengereman elektron baik secara tiba-tiba atau pun secara perlahan
sering disebut sinar-X bersstrahlung.

Adapun besar panjang gelombang minimum dapat dihitung dengan persamaan


Duane-Hunt :
Ek = e. V

h.c / λmin = e.V

λmin = h.c / e.V = (1,26 x 10-6) / V


Osilasi kuantum menggambarkan serangkaian teknik eksperimental terkait yang digunakan
untuk memetakan permukaan logam Fermi dengan adanya medan magnet yang kuat .Osilasi terjadi
bila sebuah sistem diganggu dari posisi kesetimbangan stabilnya. Karakteristik gerak osilasi yang
paling dikenal adalah gerak tersebut bersifat periodik, yaitu berulang-ulang. Dalam kehidupan
sehari-hari contoh gerak osilasi banyak dijumpai seperti nyiur yang melambai-lambai di saat tertiup
angin, anak yang bermain ayunan, orang utan yang bergelantungan di pohon, atau langkah kaki dan
tangan manusia saat berjalan.

B. Partikel dan sifat gelombang

Apakah elektron itu gelombang atau partikel? ̌ Ini yang disebut sebagai dualitas gelombang
partikel elektron sebagai partikel elektron sbg gelombang Kedua-duanya ada, tapi
tidakmsimultan.̌ Pada beberapa eksperimen (atau pengamatan empirik) hanya satu aspek
gelombang atau partikel saja yang dapatteramati. Dan Seperti coin dgn dua muka. Tapi kita
hanya dapat melihat salah satu sisinya saja pada

Pada tahun 1924, Louis de Broglie menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam
suasana tertentu yang terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada suatu
waktu, yang memperlihatkan sifat-sifat seperti gelombang (James E Brady, 1990).

Argumen de Broglie menghasilkan hal sebagai berikut:


1. Einstein : E=mc2
2. Max Planck : E=ℎv
Sehingga untuk menghitung panjang gelombang satu partikel diperoleh :
Keterangan :
λ = panjang gelombang (m)

λ= m = massa partikel (kg)
m. v
ʋ = kecepatan partikel (m/s)
h = tetapan Planck (6,626 × 10–34 Joule s)
Hipotesis de Broglie terbukti benar dengan ditemukannya sifat gelombang dari elektron.
Elektron mempunyai sifat difraksi seperti halnya sinar–X. Sebagai akibat dari dualisme sifat
elektron sebagai materi dan sebagai gelombang, maka lintasan elektron yang dikemukakan Bohr
tidak dapat dibenarkan. Gelombang tidak bergerak menurut suatu garis, melainkan menyebar pada
suatu daerah tertentu.
photon memiliki energi E=hf, momentum p=h/λ, dan panjang gelombang λ=h/p.
De Broglie mempostulatkan bahwa persamaan diatas berlaku juga untuk partikel. Secara khusus,
partikel dengan masa mdan momentum p memiliki panjang gelombang de Broglie
λ = h/p

C. Persamaan Gelombang
Dengan menggunakan analisis seperti Bragg, maka n λ=2 d sin θ
dapat dihitung panjang gelombang sinar elektron (panjang λ=2 x 0,091 sin 65
gelombang partikel) dengan menggunakan persaaman disamping.
λ=0,165 nm

Dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh de Broglie, panjang gelombang


sinar elektron adalah sebagai berikut.

Energi kinetik: K=½ mv 2

mv=√ 2 mK

ℎ ℎ
λ= =
mv √ 2mK

λ=0,166 nm
Contoh: 1. cari panjang gelombang 46 g bola yang bergerak dengan kecepatan 30 m/s. Dengan
kecepatan seperti diatas kita dpt menghitung tanpa relativistik.

λ =h/γmv=h/ mv non-relativistic: γ=1

λ =6.63×10-34 J.s /

(46×10 kg)× 30 m/s

λ = 4.8×10-34 m

2.Cari panjang gelombang elektron yang bergerak dengan kecepatan 107 m/s. Kecepatan
elektron sekitar 1/30 c, sehingga perhitungan nonrelativistik sudah cukup.

λ =h/mv

λ =6.63×10-34 J.s/(9.11×10-31 kg)× 107 m/s

λ =7.3×10-11 m

D. Funsi gelombang dan probabilitas menemukan partikel

Fungsi gelombang memuat semua informasi yang dapat kita ketahui mengenai sistem
yang didiskripsinya. Informasi apakah yang diberikan oleh  mengenai hasil pengukuran
koordinat x partikel?  tidak dapat memberikan informasi posisi secara tepat seperti yang
dilakukan oleh mekanika klasik. Jawaban yang benar terhadap pertanyaan tersebut diberikan
oleh Max Born beberapa saat setelah Schrodinger menemukan persamaan Schrodinger. Born
membuat postulat bahwa:

[ x,t )]2 dx

merupakan peluang pada waktu t untuk menemukan partikel sepanjang sumbu x yang terletak
2
antara x dengan x + dx. Fungsi [ x,t )] dx adalah fungsi kerapatan peluang (probability
density) untuk mendapatkan partikel di sembarang tempat sepanjang sumbu x. Sebagai contoh,
dianggap bahwa pada sembarang waktu tertentu t0 sebuah partikel didiskripsi oleh fungsi
2
bx
gelombang a. e dengan a dan b adalah tetapan real. Jika kita mengukur posisi partikel
pada
saat t0 , kita dapat memperoleh sembarang harga x sebab nilai rapat peluangnya yaitu
2
2 2bx
tidak nol, berapapun harga x-nya. Nilai x = 0 adalah lebih baik dibandingkan nilai x
a e
2
yang lain karena di titik asal (x = 0), harga  mencapai maksimum.

2
Untuk membuat hubungan yang tepat antara  dengan hasil pengukuran

eksperimental, kita harus mengambil sejumlah sistem identik yang tidak saling berinteraksi,
masing-masing berada dalam keadaan  yang sama. Kemudian kita dapat mengukur posisi
dalam masing-masing sistem. Jika kita mempunyai n sistem dan membuat n pengukuran, dan
jika dnx adalah banyaknya pengukuran yang dimana kita menjumpai partikel terletak antara x
dan x + dx, maka dnx/n adalah peluang mendapatkan partikel pada posisi antara x dan x + dx.

Jadi:

2dx
dnx 
=
n

dan grafik (1/n)dnx /dx versus x adalah kerapatan peluang 2 Kuantum mekanik pada

dasarnya dilandasi oleh sifat statistikal.

Probabilitas
Keadaan stasioner dan nilai eigen sebuah partikel dalam kotak satu dimensi
E.

Kita akan memperhatikan sebuah partikel yang bergerak dalam box satu dimensi.
Yang dimaksud dengan box satu dimensi adalah penggal garis yang panjangnya a yang terletak
pada sumbu x. Sepanjang sumbu x itu fungsi energi potensialnya tak terhingga kecuali pada
penggalan sepanjang a yang potensialnya 0. Jadi jika partikel berada di dalam box, maka energi
potensialnya adalah nol sedang jika berada di luar box, energi potensialnya tak terhingga.

Vx 

I II III

x=0 x=a

Gambar 2.1: Fungsi energi Potensial Partikel dalam Box satu Dimensi
Dari gb.2.1 tampak bahwa sumbu x terbagi atas tiga area, yaitu area I ( x < 0), area II (0< x <a)
dan area III ( x >a). Tugas kita adalah menentukan fungsi gelombang partikelnya dan
menentukan energi partikel pada masing-masing daerah tersebut. Untuk ini kita harus
menyelesaikan persamaan Schrodinger bebas waktu atau persamaan (5-1 Bab I)

d 2
( x) 2m (E  V )(x) 
+ 2 (x)
(2-4)
dx 2  0
Jika partikel berada di luar box (daerah I dan III) , Vx =  , sehingga (EV) =   dan
persamaan (2-4) dapat ditulis:

2
d x   (2-5)
2 x
dx

Jadi:
1
x = 2
d
 
x atau x = 0 (2-6)
2
dx

Kesimpulan: Jika berada di luar box, partikel tidak bergerak gelombang.


Bagaimanakah jika partikel berada dalam box yaitu daerah II ?
Jika berada dalam box, V = 0 sehingga (2-4) dapat ditulis:

2 2mE
d x + x = 0 (2-7)
2 2
dx 

Persamaan (2-7) di atas adalah persamaan differensial orde dua yang persamaan
karakteristiknya adalah:
2mE
D2 + =0
2

Sehingga akar-akar nya adalah:


D1.2 = +  2mE = + i (2 mE)1/2/ 
2

Bentuk umum penyelesaian persamaan Schrodinger satu dimensi:


1/ 2 1/2
i(2mE) x/ i(2mE) x/
 = A. e + B .e (2-8)

Agar bentuknya sederhana (2 mE)1/2 x /  ditulis  sehingga (2-8) ditulis:

(x) = A. e i    i  (2-9)

Menurut persamaan Euler : ei  = cos  + i sin  dan i  = cos   i sin  sehingga (2-9) dapat
ditulis:

(x) = A( cos  + i sin  ) + B. (cos   i sin 

= A cos  + A i sin  + B. cos    i sin 

= A cos  + B. cos   A i sin    i sin 

= (A + B) cos   (A i   i ) sin 

(x) = P cos   Q sin  (2-10)

dengan P dan Q adalah tetapan sembarang yang baru. Dengan mengembalikan harga  maka (2-
10) dapat ditulis:

 (x) = P cos {(2 mE)1/2 x /  } + Q sin (2 mE)1/2 x /  } (2-11)

Untuk menentukan P dan Q kita gunakan kondisi khusus tertentu. Kita postulatkan bahwa 
adalah kontinum, artinya tidak ada lompatan nilai  jika x kontinum. Ini berarti  diluar box,
nyambung dengan  di dalam box ketika  melalui dinding box (pada x = 0 atau x = a).
Padahal  diluar box = 0 dimanapun termasuk di dinding box, jadi  di dalam boxpun harus
bernilai nol ketika melalui dinding. Jadi, di dinding box ketika x = 0, maka  pada (2-11)
adalah nol, jadi:

(x) = P cos {(2 mE)1/2 .0 /  } + Q sin{(2 mE)1/2 .0 /  }= 0


Jadi:

(x) = P cos 0 + Q sin 0 = 0


P + 0 = 0 jadi P = 0

Kalau P = 0, maka Q tidak mungkin 0 karena sin 0 sudah pasti 0 dan (2-11) menjadi:

(x) = Q sin (2 mE)1/2 x /  (2-12)


Untuk menentukan harga P, kita gunakan x = a. Pada kondisi ini  juga harus = 0. Jadi:
Q sin (2 mE)1/2 a /  = 0

Karena Q pasti tidak nol, maka:


sin (2 mE)1/2 a /  = 0 sehingga

(2 mE)1/2 a /  = + n  (2-13)
Jika kedua ruas dikuadratkan, maka:

2
2mE a2 /  = n22
Dari sini kita peroleh:
2 2
2   2
E= n 2 h n = 1, 2, .... (2-14)
= n
2 2
2m a 8m a

Mengapa harga n tidak dimulai dari nol ? Jika n = 0 diijinkan berarti pada keadaan itu E = 0. E
= 0 tidak mungkin, karena dengan demikian hanya terjadi jika partikel tidak bergerak. Untuk
partikel yang bergerak E = 0 tidak diijinkan, jadi n = 0 juga tidak diijinkan.

Jika E pada (2-14) kita masukkan pada (2-12), kita peroleh:

n
 = Q sin x (2-15)
a
Untuk memperoleh Q, kita gunakan sifat fungsi ternormalisasi, yaitu bahwa fungsi normal,
harga total peluangnya = 1, jadi:

P( 0 < x < a ) = l

2
 dx = 1, jadi:

a 0
2 n
Q2 =1
x dx
sin
a
0

Jadi:

1/ 2
2
Q=  

a

Dengan demikian fungsi


1/ 2
gelombang partikel dalam box satu dimensi diperoleh, yaitu:
2
(x) = sin n
x (2-16)
 
a a

Grafik Fungsi tersebut adalah:

 n=1
n=2 n=3
F. Perluasan Persamaan gelombang

Persamaan Schrodinger (Postulat IV)

Persamaan Schrodinger merupakan persamaan dasar yang digunakan pada mekanika


kuantum yang akan digunakan dalam menemukan suatu fungsi gelombang. Fungsi
gelombang merupakan fungsi eigen terhadap operator energi. Untuk mengerjakan persamaan
Schrodinger yang harus dilakukan pertama adalah memecah persamaan Schrodinger tersebut.
Setelah dipecah maka akan didapatkan suatu fungsi gelombang yang akan dikerjakan dengan
operator tertentu untuk menghasilkan suatu besaran fisis. Persamaan asli Schrodinger dapat
ditulis sebagai berikut:

^
Η ψ (q , t )= ^
E ψ(q , t)

Keterangan:
^
Η=¿ Operator Hamiltonian
^
E=¿ Operator energi
ψ (q ,t )=¿ fungsi gelombang
Memecah Persamaan Schrodinger Fungsi Kedudukan-Waktu

Dalam fisika, persamaan Schrödinger, diajukan oleh fisikawan Erwin


Schrödinger pada tahun1925, menjelaskan hubungan ruang dan waktu pada sistem mekanika
kuantum. Persamaan ini merupakan hal penting dalam teori mekanika kuantum,
sebagaimana halnya hukum kedua Newton pada mekanika klasik.
Pemisahan fungsi gelombang yang mengandung variable kedudukan dan waktu dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Ψ (q .t )=Ψ (q) . Ψ (t )

Dalam system koordinat Cartesian, persamaan schordinger menjadi :

(−ℎ ²/2 m v ²+ v )Ψ (x , y ,z ) .Ψ (t) =iℎ∂ /∂Ψ (x , y , z) .Ψ (t )

Apabila kedua ruas di atas sama – sama dibagi dengan Ψ (x , y , z ) . Ψ (t) maka akan diperoleh

( )
2
1 ℎ 1 ∂
− v ² Ψ (x , y , z )+1 /Ψ ( x, y , z) = ih ih Ψ (t)
Ψ (x, y , z) 2m Ψ (t) ∂

Dalam persamaan diatas terlihat bahwa ruas kiri hanya mengandung variable kedudukan saja,
sedangkan pada ruas kanan hanya mengandung variable waktu saja.
Berdasarkan kajian gelombang partikel de Broglie,

2 2
v.p v .p
υ= atau υ=
ℎ ℎ
2

sehingga diperoleh ,

2
2 4π.p
∇ Ψ ( x, y , z)=− 2
Ψ ( x, y , z)

2
ℎ 2 2
− ∇ Ψ ( x , y, z )= p Ψ ( x , y , z )

2 2 2
−ℎ . ∇ Ψ (x , y ,z )= p Ψ ( x , y , z )

p adalah momentum yang besarnya 2mK, dimana K adalah energi kinetik dan K = E – V
(E adalah energi total dan V adalah energi potensial). Dengan menggantikan p dengan 2mK,
dan K digantikan dengan E – V, maka diperoleh persamaan:

( )
2
ℎ 2
− ∇ Ψ (x , y , z) +V Ψ ( x , y , z ) =E Ψ (x , y , z)
2m

Persamaan ini adalah persamaan Schrodinger fungsi kedudukan

You might also like