You are on page 1of 5

PROFIL KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN

COVID-19 NON VENTILATOR


di RSUD dr. R.KOESMA TUBAN

Oleh:
Aeny Rizky Kurniasari 1)
Istiqoma Dewi Kurniawati 2)
Program Magister Farmasi Universitas Surabaya, Jl. Raya Rungkut, Kali Rungkut, Kota
Surabaya 1)
Instalasi Farmasi RSUD dr. R. Koesma Tuban Kabupaten Tuban 2)
E-mail:
aenyrizky05@gmail.com 1)
istiqomad@gmail.com 2)

ABSTRACT
The Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) is the virus that
causes the Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pandemic. In Indonesia, the number
of COVID-19 patients increased in March 2020. The purpose of this study was to
determine the profile of the quantity of antibiotics in non-ventilated COVID-19 patients
using the DDD/100 patient days method at RSUD dr. R. Koesma Tuban during the
inpatient period January 2021-June 2021. This study used an observational descriptive
analysis design and retrospective data collection from medical records. The sample in
this study were COVID-19 patients who met the inclusion and exclusion criteria at RSUD
dr. R. Koesma Tuban during the inpatient period January 2021-June 2021. The results
obtained by 100 samples showed that 90 study samples used antibiotic therapy with a
total value of DDD/100 patient days of 114.79. Patients in the period January 2021-June
2021 from 100 study samples with a total LOS of 879 days obtained 5 types of antibiotics
including azithromycin, levofloxacin, ceftriaxone, cefixime and meropenem. The
antibiotic with the highest DDD percentage value was azithromycin at 60.67.
Keywords: DDD/100 patient days, antibiotics, Covid-19, Non Ventilator

ABSTRAK
Virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) merupakan virus
yang menyebabkan pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Di Indonesia jumlah
pasien COVID-19 meningkat pada Maret 2020. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui profil kuantitas antibiotik pada pasien COVID-19 non ventilator dengan
metode DDD/100 patients days di RSUD dr. R.Koesma Tuban selama periode rawat inap
Januari 2021-Juni 2021. Penelitian ini dengan desain observasional analisis deskriptif dan
pengambilan data secara retrospektif bersumber rekam medis. Sampel pada penelitian ini
adalah pasien COVID-19 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi di RSUD dr.
R.Koesma Tuban selama periode rawat inap Januari 2021-Juni 2021. Hasil penelitian
diperoleh 100 sampel menunjukkan bahwa 90 sampel penelitian menggunakan terapi
antibiotik dengan nilai total DDD/100 patients days sebesar 114.79. Pasien pada periode
Januari 2021-Juni 2021 dari 100 sampel penelitian dengan total LOS 879 hari diperoleh 5
jenis antibiotik diantaranya azithromycin, levofloxacin, ceftriaxone, cefixime dan
meropenem. Antibiotik dengan nilai persentase DDD paling tinggi adalah azithromycin
sebesar 60.67.
Kata Kunci : DDD/100 patient days, antibiotik, Covid-19, Non Ventilator

JURNAL DARMA AGUNG Vol 30 No 2 (2022): Agustus ; 169-173 169


1. PENDAHULUAN bakteri.[6] Keputusan penggunaan
Coronavirus Disease 2019 antibiotik sebagian besar didasarkan
(COVID-19) merupakan penyakit pada presentasi klinis dengan melihat
menular yang disebabkan oleh virus adanya patogen atipikal. Penggunaan
Severe Acute Respiratory Syndrome paling banyak adalah kombinasi beta-
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).[7] laktam dan makrolida atau
SARS-CoV-2 termasuk dalam kelompok fluoroquinolone.[7] Resistensi
(Betacoronavirus) keluarga dari antimikroba merupakan kejadian yang
Coronaviridae ordo Nidovirales yang rentan terjadi pada masa ini yang salah
berukuran kecil (diameter 65-125 satunya disebabkan oleh penggunaan
nm).[2] Penularan virus SARS-CoV-2 antimikroba yang tidak bijak. Untuk
dapat ditularkan melalui saluran memerbaiki data resistensi terhadap
pernapasan orang yang terinfeksi, mikroba diperluka suatu upaya untuk
droplet atau cairan dari mulut dan mengendalikan terjadinya resistensi
hidung saat berbicara batuk dan bersin antimikroba. Kegiatan yang dapat
atau melalui kontak langsung dengan dilakukan salah satunya adalah
permukaan benda atau kotoran yang menggunakan antimikroba dengan bijak
mengandung virus.[1] Virus SARS- yang dapat dilakukan dengan melakukan
CoV-2 dapat menyebar melalui kontak evaluasi penggunaan antimikroba
langsung (droplet) dan kontak tidak kuantitatif dan kualitatif secara
langsung (kontaminasi dan penularan berkala.[8]
melalui udara). Penyebaranµ SARS- Untuk dapat mengkaji
CoV-2 penularan dari manusia ke penggunaan antibiotikaa diperlukan
manusian lainnya terutama melalui suatu metoda khusus yang terstandarisasi
droplet sistem pernapasan saat batuk, agar setiap antibiotikaa yang dikaji dapat
bersin dan berbicara dengan jarak <1 m. dibandingkan satu sama lainnya. Hal ini
SARS-CoV-2 bisa menular melalui karena penggunaan setiap antibiotikaa
droplet dengan ukuran <5µm dan dapat mempunyai dosis harian yang berbeda
bertahan di udara hingga lebih dari 3 setiap pemberian ke pasien. WHO
jam.[3] Pemberian antibiotik pada pasien menetapkan metoda spesikik dan
COVID-19 yang dirawat di rumah sakit terstandarisasi untuk klasifikasi
disebabkan adanya bukti infeksi bakteri. penggunaan antibiotikaa dan pengukuran
Koinfeksi bakteri saat masuk rumah kuantitas antibiotikaa yaitu metoda
sakit dilaporkan 3.5% pada pasien Anatomical Therapeutic Chemical
dengan diagnosa COVID-19 sedangkan (ATC) Clasification untuk klasifikasi
infeksi sekunder bakteri selama rawat antibiotikaa dan metoda pengukuran
inap sekitar 15-20%. Peresepan penggunaan antibiotikaa menggunakan
antibiotik yang berlebihan pada pasien metoda Defined Daily Dose [9].
yang terinfeksi SARS-CoV-2 dapat
meningkatkan resistensi antimikroba.[4] 2. TINJAUAN PUSTAKA
Antibiotik yang paling sering digunakan
COVID-19 merupakan penyakit
adalah golongan fluorokuinolon,
menular yang disebabkan oleh virus
makrolida dan sefalosporin. Penggunaan
Severe Acute Respiratory Syndrome
golongan tersebut dengan pertimbangan
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus
broad spectrum dengan cakupan bakteri
corona merupakan virus ribonucleic acid
pneumokokus, gram positif, gram
(RNA) rantai tunggal atau single-
negatif dan infeksi bakteri atipikal.[5]
stranded dengan panjang ukuran 26-32
Peningkatan penggunaan
kilobase (kb), sub kelompok dari virus
antimikroba disebabkan oleh kurangnya
corona meliputi alfa (α), beta (β), gamma
alat diagnostik yang cepat dan koinfeksi
(γ), dan delta (δ) [10]. Virus menyebar
170 PROFIL KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN COVID-19 NON VENTILATOR
di RSUD dr. R.KOESMA TUBAN
Aeny Rizky Kurniasari 1) Istiqoma Dewi Kurniawati 2)
dan menular ke saluran pernapasan, Organization) sehingga diperoleh dosis
sehingga cairan nafas mengandung virus rata-rata pehari.[9]
SARS-CoV-2, tingkat CXCL10 (atau
beberapa sitokin respons bawaan
3. METODE PELAKSANAAN
lainnya) dapat memprediksi perjalanan
klinis selanjutnya [11]. Virus menyerang Penelitian ini merupakan desain
paru-paru dan menginfeksi sel alveolar observasional dengan analisis secara
yang terinfeksi bagian perifer dan deskriptif dan pengambilan data
subpleura. SARS-CoV menyebar di dilakukan secara retrospektif. Bahan
dalam sel tipe II, sejumlah besar partikel penelitian yang digunakan adalah rekam
virus dilepaskan dan sel mengalami medis pasien COVID-19 di Rumah Sakit
apoptosis dan mati. Partikel virus yang Umum Daerah dr.R.Koesma Tuban
dilepaskan bereplikasi menjadi toksin periode Januari 2021-Juni 2021.
paru yang menginfeksi tiap unit alveolar
yang yang berdekatan [10]. Sampel dalam penelitian ini
Antibiotik merupakan substrat untuk meliputi pasien yang terdiagnosa
membutuhn atau menghentikan COVID-19 non ventilator periode
pertumbuhan bakteri. pada pasien Januari- Juni 2021 yang memenuhi
COVID-19 terjadi peningkatan kriteria inklusi dan ekslusi.Kriteria
pemberian antibiotik maka harus Inklusi: Pasien dengan diagnosa
dilakukan upaya untuk mencegah COVID-19 derajat sedang dan berat,
reistensi antibiotik.[4] Penggunaan pasien dengan komorbid atau tanpa
antibiotik secara bijak diantaranya, benar komorbid, usia pasien > 18 tahun serta
indikasi, benar pasien, benar terapi, benar yang mendapat terapi COVID-19
dosis dan waspada efek samping. Dasar Kriteria Ekslusi Pasien yang dirujuk ke
pemeilihan antibiotik meliputi rumah sakit lain, pasien hamil.
sensitivitas, efikasi, keamanan,rute serat Pada penelitian ini dianalisis
biaya. Di rumah sakit telah dibentuk berdasarkan profil terapi pada pasien
program pengendalian resistensi COVID-19 non ventilator, profil
antibiotik atau disebut tim PPRA untuk kuantitas penggunaan antibiotik
penerapan antibiotik secara bijak. menggunakan metode DDD/100 patient-
Evaluasi penggunaan antibiotik days pada pasien COVID-19 non
merupakan salah satu indikator mutu di ventilator data yang diperoleh
rumah sakit, selain untuk efisiensi biaya diklasifikasikan sesuai sistem klasifikasi
juga dapat dibuktikan dengan perbaikan Anatomical Theraupetic Chemical
terapi [1]. Metode evaluasi penggunaan (ATC), data diperoleh dari rekam medis
antibiotik meliputi kuantitatif dan pasien yang ditulis dalam lembar
kualitatif. Metode kuantitatif yaitu pengumpul data kemudian hasil secara
dengan klasifikasi Anatomical dekskriptif disajikan dalam bentuk tabel
Theraupetic Chemical (ATC) dengan serta persentase.
perhitungan DDD (Defined Daily
Dose)/100 patient days untuk 4. HASIL DAN PEMBAHASANA
mengetahui jumlah dan jenis antibiotik
sedangkan evaluasi kualitas dengan Penelitian yang dilakukan di
metode Gyssens yaitu mutu penggunaan Rumah Sakit Umum Daerah
antibiotik berdasarkan indikasi, dr.R.Koesma Tuban, di instalasi Rekam
pemilihan dan dosis serta durasi Medik dengan sampel penelitian meliputi
penggunaan. Antibiotik memiliki pasien yang terdiagnosa COVID-19 non
masing-masing nilai standar yang ventilator periode Januari- Juni 2021.
ditetapkan oleh WHO (World Health Hasil analisis dari 100 sampel penelitian

JURNAL DARMA AGUNG Vol 30 No 2 (2022): Agustus ; 169-173 171


profil penggunaan antibiotik dengan sampel penelitian mendapat 0.4 DDD
metode DDD/100 patient days periode (0.5 DDD WHO) antibiotik setiap
pengambilan data Januari 2021-juni 2021 harinya. Dari hasil penelitian ini dapat
adalah sebesar 114.79 DDD/100 patient disimpulkan berdasarkan data yang
days atau sampel penelitian mendapatkan diperoleh bahwa antibiotik dengan nilai
1.14 DDD antibiotik setiap harinya. DDD tertinggi adalah azitomisin dan
Hasil penelitian ini didapatkan 5 jenis kedua levofloxacin. Hasil tersebut
antibiotik dengan rute oral dan menunjukkan penggunaan antibiotik
parenteral, 3 rute oral 2 rute parenteral. pada sampel penelitian COVID-19
Dari 3 jenis antibiotik dengan rute oral selama periode Januari – Juni 2022 di
yang paling tinggi nilai DDD/100 Rumah Sakit dr. R. Koesma Tuban
patients days adalah azithromycin adalah azithromycin dan levofloxacin.
dengan nilai DDD 60.67 DDD/100 Penelitian ini dilakukan untuk
patients days yang artinya 1 sampel mengetahui kuantitas penggunaan
penelitian mendapatkan 0.6 DDD (0.3 antibiotika sehingga diperoleh hasil
DDD WHO) antibiotik setiap harinya tergambarnya penggunaan antibiotika
dan antibiotik dengan rute parenteral secara jumlah dan jenis dengan
dengan nilai DDD/100 patients days menggunakan DDD (Defined Daily
tertinggi adalah levofloxacin 44.51 Dose) per 100 hari rawat yang telah
DDD/100 patients days yang artinya 1 direkomendasikan WHO.

Hasil Perhitungan DDD Antibiotik


NAMA RUTE KODE LOS DDD Jumlah Rumus DDD/100 Patient days DDD/100
ANTIBIOTIK (O/P) ATC (HARI) WHO Penggunaan DDD 100 patient-days Hari Pasien
(g) Antibiotik
(g) =

Azithromycin O J01FA10 879 0.3 156.5 60.67

44.51
Levofloksasin P J01MA12 0,5 195.75

8.75
Ceftriaxon P J01DD04 2 154

Cefixime O J01DD08 0.4 2 0.57

Meropenem P J01DH02 3 8 0.29

Total 114.79

5. SIMPULAN DDD/100 patients days adalah


Antibiotik yang digunakan pada azithromycin. dengan nilai DDD 60.67
pasien COVID-19 non ventilator di DDD/100
RSUD dr. R. Koesma Tuban ada 5 jenis
diantaranya antibiotik dengan rute oral 6. DAFTAR PUSTAKA
dan parenteral, 3 rute oral 2 rute 1. Diah Handayani, Dwi Rendra Hadi,
parenteral. Dari 3 jenis antibiotik dengan Fathiyah Isbaniyah, Erlina Burhan,
rute oral yang paling tinggi nilai Heidy Agustin. Penyakit Virus
172 PROFIL KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN COVID-19 NON VENTILATOR
di RSUD dr. R.KOESMA TUBAN
Aeny Rizky Kurniasari 1) Istiqoma Dewi Kurniawati 2)
Corona. Jurnal Respiro Indonesia.2020 6. Rawson TM, Ming D, Ahmad R,
April;40(2):1-14 Moore LSP, Holmes AH.
2. M. A. Shereen, S. Khan, A. Kazmi, N. Antimicrobial use, drug-resistant
Bashir, and R. Siddique, “COVID-19 infections and COVID-19. Nat Rev
infection: origin, transmission, and Microbiol. 2020;18: 409–10.
characteristics of human pmid:32488173
coronaviruses,” Journal of Advanced 7. Beovic B, Dousak M, Ferreira-
Research, vol. 24, pp. 91–98, 2020. Coimbra J, Nadrah K, Rubulotta F,
3. N. van Doremalen, T. Bushmaker, Belliato M, et al. Antibiotic use in
D.H. Morris, M.G. Holbrook, A. patients with COVID-19: a ’snapshot’
Gamble, B.N. Williamson, et al., Infectious Diseases International
Aerosol and Surface Stability of Research Initiative (ID-IRI) survey. J
SARS-CoV-2 as Compared with Antimicrob Chemother. 2020;75:
SARS-CoV-1, N. Engl. J. Med. 3386–90. pmid:32766706
(2020). 8. Mahmudah, F., Sumiwi, S., & Hartini,
4. Rawson TM, Moore LSP, Castro- S. (2016). Studi Penggunaan
Sanchez E, Charani E, Davies F, Satta Antibiotik Berdasarkan ATC/DDD
G, et al. COVID-19 and the potential dan DU 90 di Bagian Bedah Digestif
long-term impact on antimicrobial di Salah Satu Rumah Sakit di
resistance. J Antimicrob Chemother Bandung. Jurnal Farmasi Klinik
2020;75:1681e4. Indonesia, 293-298.
5. Wang D, Yin Y, Hu C, Liu X, Zhang 9. Kementrian Kesehatan RI. (2015).
X, Zhou S, et al. Clinical course and PMK No 8 tahun 2015 : Program
outcome of 107 patients infected with Pengendalian Antimikroba di Rumah
the novel coronavirus, SARS-CoV-2, Sakit.
discharged from two hospitals in
Wuhan, China. Crit Care
2020;24(1):188.

JURNAL DARMA AGUNG Vol 30 No 2 (2022): Agustus ; 169-173 173

You might also like