You are on page 1of 9

Terakreditasi Nasional

Available Online at: http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim


ANALISIS PENYEBAB INSIDEN PASIEN JATUH DI RAWAT INAP
RS. Y DI KOTA PADANG
Dwi Novilolita1, Yuniar Lestari2, Hardisman3.
Universitas Andalas

dwi_novilolita@yahoo.com

ABSTRACT
Patient falls incident are unplanned incident with or without injuries in the inpatient unit. Based on
minimum service standards, the fall incident which is part of patient safety is expected as 0%. Based on
preliminary data from the Quality and Risk Management Committee in "Y" Hospital Padang there were
53 patient safety incidents where the most incidents were falls with 11 incidents. Inpatient is the most
fallen location that is 5 incidents then followed by emergency room and outpatient. Therefore "Y"
Hospital in Padang did not reach the standards of the Accreditation Commission that is zero accident.
The purpose of this study was to analyze the causes and components that play a role in the incidence of
falls in "Y" hospital in Padang. This study uses qualitative research by conducting semi-structured
interviews, document review, and observation. Interviews were conducted with 21 informants. The
components studied are individual characteristics (education, work experience, competence, age), nature
of work (complexity of treatment, cooperation in units, disturbances/interruptions), physical environment
(facilities), organizational and social environment (Standard Operating Procedure / SOP), and
management factors (organizational structure, safety culture). The results showed that the minimum
standard of education was sufficient but the percentage was not up to standard, the number of nurses
needed was still lacking. The complexity of the treatment that consist of the type of diagnosis and the
treatment has a high risk of falling, disruption in units is visiting hours that is not appropriate. Facilities
that are still incomplete. The implementation of SOP is not optimal yet. The conclusion of the
implementation of injury prevention due to falling patients is not optimal.
Keywords: patient fall, patient safety, hospital, inpatient.

ABSTRAK
Kejadian pasien jatuh merupakan kejadian yang tidak direncanakan dengan atau tanpa cedera di unit rawat
inap. Berdasarkan standar pelayanan minimal, kejadian pasien jatuh yang merupakan bagian dari
keselamatan pasien diharapkan adalah 0%. Berdasarkan data awal dari Komite Mutu dan Manajemen Risiko
RS Y di Kota Padang terdapat 53 insiden keselamatan pasien dimana insiden terbanyak adalah kejadian
pasien jatuh dengan 11 kejadian. Rawat inap merupakan lokasi jatuh terbanyak yaitu 5 insiden kemudian
diikuti oleh IGD dan rawat jalan. Oleh karena itu RS Y di Kota Padang tidak mencapai standar dari Komisi
Akreditasi yaitu zero accident. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penyebab dan komponen yang
berperan dalam insiden pasien jatuh di rawat inap RS Y di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara semi terstuktur, telaah dokumen, serta observasi.
Wawancara dilakukan kepada 21 informan. Komponen yang diteliti yaitu karakteristik individu (pendidikan,
pengalaman kerja, kompetensi, usia), sifat dasar pekerjaan (kompleksitas pengobatan, kerjasama dalam unit,
gangguan/interupsi), lingkungan fisik (sarana), lingkungan organisasi dan sosial (Standar Prosedur
Operasional/SPO), serta faktor manajemen (struktur organisasi, budaya safety). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa standar pendidikan minimal sudah mencukupi namun persentasenya belum sesuai
standar, jumlah kebutuhan tenaga perawat masih kurang. Kompleksitas pengobatan berupa jenis diagnosis
dan pengobatan yang diterima pasien memiliki risiko jatuh yang tinggi, gangguan dalam unit yang
mengganggu pelayanan berupa jam besuk tidak sesuai. Sarana yang masih kurang lengkap. Pelaksanaan SPO
yang belum optimal. Kesimpulan pelaksanaan pencegahan cedera akibat pasien jatuh belum optimal.

Keywords: pasien jatuh, keselamatan pasien, rumah sakit, rawat inap.

JIM UPB Vol 8 No.1 2019 109


Terakreditasi Nasional
Available Online at: http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim
PENDAHULUAN Pelaksanaan keselamatan pasien menerapkan
Kejadian pasien jatuh merupakan kejadian standar keselamatan pasien dan sasaran
yang tidak direncanakan dengan atau tanpa keselamatan pasien. Berdasarkan Permenkes
cedera di unit rawat inap (Boulding et al, no 11 tahun 2017, standar keselamatan pasien
2014). Tidak hanya berdampak cedera pada meliputi hak pasien, pendidikan bagi pasien
pasien, insiden jatuh ini juga dapat dan keluarga, keselamatan pasien dalam
meningkatkan lama rawatan, serta biaya kesinambungan pelayanan, penggunaan
rawatan pada pasien (Miake-Lye et al, 2013). metode peningkatan kinerja, peran
Pencegahan pasien risiko jatuh merupakan kepemimpinan, pendidikan bagi staf, serta
bagian dari enam sasaran keselamatan pasien komunikasi. Sedangkan sasaran keselamatan
rumah sakit yang tertuang dalam Peraturan pasien di Indonesia meliputi identifikasi
Menteri Kesehatan no. 11 tahun 2017. Dalam pasien, komunikasi efektif, keamanan
hal ini diharapkan angka kejadian pasien jatuh pemberian obat, ketepatan terapi, risiko infeksi
yang berdasarkan standar pelayanan minimal akibat perawatan serta pengkajian risiko jatuh
rumah sakit adalah 0%. (KARS, 2018).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
terjadinya insiden keselamatan pasien, merupakan insiden keselamatan pasien yang
terutama insiden pasien jatuh berupa tidak diinginkan selama masa perawatan
karakteristik individu yang meliputi sehingga mengakibatkan kerugian bahkan
pendidikan, pengalaman kerja, kompetensi, tambahan masa rawatan (WHO, 2016). KTD
dan umur. Faktor selanjutnya berupa sifat merupakan insiden yang bersifat tidak
dasar pekerjaan dari tenaga kesehatan berupa disengaja, namun hal tersebut tidak boleh
kompleksitas pengobatan, kerja sama dalam terjadi karena berdampak negatif pada pasien
unit, serta gangguan. Kemudian faktor fisik (Kohn et al, 2000).
berupa sarana dan terakhir adalah faktor Berdasarkan penelitian Mulyana (2013)
lingkungan dan organisasi berupa standar menyimpulkan faktor-faktor yang berpengaruh
prosedur operasional (Henriksen et al, 2008). terhadap insiden keselamatan pasien, yaitu:
Berdasarkan data awal dari Komite Mutu (1). Karakteristik individu; (2). Sifat dasar
dan Manajemen Risiko RS. Y di Kota Padang pekerjaan; (3). Faktor lingkungan fisik; (4).
pada tahun 2018 terdapat 53 insiden Faktor interaksi antara sistem dan manusia;
keselamatan pasien. Insiden pasien jatuh (5). Faktor organisasi dan lingkungan sosial;
merupakan insiden terbanyak dengan 11 (6). Faktor Manajemen; (7). Lingkungan
kasus. Kejadian terbanyak terjadi di rawat inap eksternal.
sebanyak 5 kasus, sisanya di IGD dan rawat
jalan. Hal ini menyebabkan tidak tercapainya Pasien Risiko Jatuh
standar dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit Jatuh merupakan kejadian yang tidak
yaitu zero accident. disengaja dimana terjadi perubahan posisi
Oleh karena pentingnya hal ini untuk tubuh berada di tanah atau lantai. Data dari
dibahas karena rumah sakit seharusnya mampu WHO sekitar 28-35% insiden pasien jatuh
menyikapi kejadian ini, sehingga peneliti akan terjadi pada usia 65 tahun dan risiko
menganalisis penyebab insiden pasien jatuh di meningkat menjadi 32-42% seiring
rawat inap di Rumah Sakit Y di Kota Padang. bertambahnya usia di atas 70 tahun (WHO,
2007). Faktor yang mempengaruhi insiden
TINJAUAN PUSTAKA pasien jatuh berupa (1). Pengetahuan dari
Keselamatan Pasien tenaga kesehatan mengenai SPO pelaksanaan
Berdasarkan Pedoman Nasional pencegahan pasien jatuh; (2). Rasio serta
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Kementrian beban kerja perawat yang tidak sesuai; (3).
Kesehatan Republik Indonesia (2015), Sarana dan prasarana yang mendukung; (4).
keselamatan pasien merupakan suatu sistem Lingkungan (Dewi dan Richa, 2018).\
yang dibentuk oleh rumah sakit yang membuat Dampak yang diakibatkan oleh suatu
asuhan pasien menjadi lebih aman. Sistem ini insiden dinilai dari seberapa berat akibat yang
diharapkan dapat mencegah cedera yang dialami oleh pasien (KPPRS, 2015)
terjadi akibat kesalahan yang diakibatkan oleh
tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan.

JIM UPB Vol 8 No.1 2019 110


Terakreditasi Nasional
Available Online at: http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim
Tabel 1. Tingkat Dampak Risiko Pasien HASIL DAN PEMBAHASAN
Jatuh Isi Hasil
Tingkat Dampak 1.Karakteristik Individu
Risiko Pelaksanan program pencegahan cedera
Tidak Tidak terdapat luka akibat pasien jatuh dipengaruhi oleh
signifikan karakteristik individu tenaga kesehatan
Minor Cedera ringan misal luka lecet terutama perawat. Berdasarkan dari telaah
(dapat diatasi dengan dokumen didapatkan standar pendidikan
pertolongan pertama) minimal tenaga perawat sudah memenuhi
Moderat Cedera sedang misal luka standar yaitu minimal D3, namun berdasarkan
robek, memperpanjang hasil wawancara jumlah persentase S1 dan D3
perawatan pasien, yang seharusnya 70:30 masih didominasi oleh
menyebabkan D3. Sedangkan berdasarkan perhitungan,
berkurangnya fungsi jumlah tenaga perawat masih terdapat
motoric/sensorik/psikologi/ kekurangan sebanyak 11 orang.
intelektual Tabel 2. Kualifikasi SDM Keperawatan
Mayor Cedera luas/berat missal Berdasarkan Jenjang Pendidikan
cacat, lumpuh, kehilangan Ruang VIP Bangsal
fungsi D3 46 orang 62 orang
motoric/sensorik/psikologi/ NERS 31 orang 35 orang
intelektual S2 - 5 orang
Katastropik Kematian tanpa
berhubungan dengan Berdasarkan wawancara semi terstruktur
perjalanan penyakit yang yang dilakukan kepada beberapa informan
diderita pasien mengatakan bahwa pengalaman kerja
Sumber: KPPRS (2015) mempengaruhi pelaksanaan pencegahan
Manajemen risiko merupakan upaya cedera akibat pasien jatuh. Tenaga perawat
dalam menganalisis suatu sistem terhadap yang diterima juga diutamakan yang sudah
potensi terjadinya kesalahan yang berakibat berpengalaman minimal satu tahun. Berikut
insiden (Kavaler dan Spiegel, 2003). kutipan wawancara yang diungkapkan oleh
Manajemen risiko untuk pasien jatuh salah satu perawat pelaksana:
dilaksanakan sejak pasien mendaftar hingga “Kalau pengalaman kerja iya
pasien pulang. Pengkajian ini dilakukan untuk mempengaruhi, emang beda kalau yang
mengidentifikasi akar masalah penyebab risiko berpengalaman sama yang belum
pasien jatuh, kemudian mengembangkan berpengalaman. Makanya kalau masuk kesini
alternatif solusi dan melakukan uji dari kita diutamakan yang sudah berpengalaman,
alternatif solusi tersebut (Budiono, 2014). harus ada pengalaman satu tahun di rumah
sakit baru kita bisa diterima, itu syarat-
METODE syaratnya”
Penelitian ini menggunakan jenis Kompetensi merupakan syarat yang
penelitian kualitatif dengan menganalisis penting bagi perawat dalam penanganan
faktor-faktor karakteristik individu, sifat dasar pasien. Ujian kompetensi yang dilakukan oleh
pekerjaan, lingkungan fisik, lingkungan sosial perawat adalah untuk mencapai jenjang karir
dan organisasi, serta faktor manajemen rumah dari mulai pra-PK, PK-1 hingga PK-5.
sakit. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan Masing-masing tingkatan memiliki
gambaran penyebab dan komponen yang kewenangan klinisnya. Berdasarkan hasil
berperan dalam insiden pasien jatuh di rawat wawancara juga didapatkan bahwa nantinya
inap RS. Y di Kota Padang. Informan yang juga ada pengembangan dengan mengikuti
terpilih menggunakan teknik purposive workshop, preconference, serta pelatihan-
sampling yang terdiri dari Kabid pelayanan pelatihan lainnya yang menunjang.
medis, kepala instalasi rawat inap, kepala Berdasarkan telaah dokumen, perawat
ruangan rawat inap, perawat pelaksana, serta pelaksana banyak didominasi oleh PK-2 dan
pasien. diikuti oleh PK-3.

JIM UPB Vol 8 No.1 2019 111


Terakreditasi Nasional
Available Online at: http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim
Tabel 3. Kualifikasi Jenjang Karir Perawat salah satu poin dalam pengkajian seperti
Ruang VIP Bangsal diuretic, narkotik, sedative, anti psikotik, dll.
Pra-PK 17 orang 21 orang Kerja sama dalam unit rawat inap
PK-1 8 orang 14 orang antar tenaga kesehatan dirasa cukup
PK-2 33 orang 38 orang kooperatif. Baik antara perawat dengan
PK-3 18 orang 24 orang perawat, perawat dengan dokter, perawat
PK-4 1 orang 4 orang dengan tenaga non medis, namun sedikit
PK-5 - 1 orang mengalami kendala dengan beberapa keluarga
pasien. Berikut kutipan wawancara dari salah
Sebagian besar hasil wawancara oleh satu perawat pelaksana:
informan menyatakan bahwa usia tidak “Antara perawat dan dokter kooperatif.
mempengaruhi dalam pelaksanaan pencegahan Yang susah itu antara perawat dengan
cedera akibat jatuh. Usia muda memiliki keluarga, keluarga itu beda pemikirannya kita
kelebihan dan kekurangannya tersendiri susah bekerja sama, kalau ada yang paham
seperti gesit dalam menangani namun sedikit kita enak, giliran dapat yang ga paham agak
cuek. Sedangkan usia tua lebih stabil emosinya susah”
serta pengalaman yang lebih banyak namun Gangguan dalam unit yang dialami oleh
fisik akan mulai mempengaruhi di usia 40 tenaga perawat dalam pelayanan berupa
tahun keatas. Berikut kutipan wawancara oleh ketidaksesuaian jam besuk yang dilakukan
kepala instalasi rawat inap dan kepala oleh keluarga pasien. RS Y Padang
ruangan: menetapkan jam besuk dari pukul 11.00-13.00
“Tidak terlalu mempengaruhi, yang muda WIB dan pukul 16.00-18.00 WIB. Namun
memang lebih gesit lebih kencang, bukan yang berdasarkan hasil wawancara dan observasi
tua tidak kencang tidak gesit juga ya. Cuman didapatkan masih banyaknya keluarga pasien
kalau untuk ini yang muda emosinya tidak yang datang diluar jam besuk. Tidak hanya itu,
stabil kadang suka meledak, cuma karena jumlah keluarga yang berkunjung juga
disitu kalau dinas biasanya kepala ruangan terkadang melebihi kapasitas sehingga
yang ngatur tu, dicampur yang muda sama mengganggu pelayanan dan pasien lainnya
yang tu. Kalau usia sampai pertengahan untuk istirahat. Berikut kutipan wawancara
gaada masalah tapi nanti yang mempengaruhi oleh salah seorang perawat pelaksana:
40 tahun ke atas lebih ke masalah fisik kalau “Iya kadang kalau disini bekerja jam
ada gangguan dan segala macamnya.” besuk belum keluarga pasien masuk ke dalam,
kadang ga boleh bawa anak, dibawa juga.
1. Sifat Dasar Pekerjaan Susahnya gini kan kita ada satpam keluarga
Faktor sifat dasar pekerjaan terdiri dari pasien ni kan pagar rendah ni, keluarga
kompleksitas pengobatan, kerjasama dalam pasien lompat itu kendala. Keluarga pasien
unit, serta gangguan atau interupsi. kadang rame kita ndak bisa istirahat. Kadang
Kompleksitas pengobatan juga meliputi ada ga nyaman dengan pasien di sebelahnya,
diagnosis pada pasien serta pengobatan yang yang satu mau lampunya hidup, yang satu
dijalani. Kedua hal ini sangat mempengaruhi tidak mau. Sering bertengkar ga cocok
hasil pengkajian risiko jatuh sehingga akan pasien”
menyebabkan risiko jatuh pada pasien menjadi
tinggi. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata 2. Lingkungan Fisik
diagnosis yang memiliki risiko jatuh berupa Faktor lingkungan fisik yaitu berupa
pasien penurunan kesadaran, Chronic Kidney sarana yang dibutuhkan dalam pencegahan
Disease (CKD), cedera kepala, stroke, pasien jatuh. Beberapa sarana yang
hipertensi, diabetes, pasien lansia dll. mendukung berupa gelang pasien, tempat tidur
Sedangkan dari segi pengobatan yang safety, handrail, bel pasien, pencahayaan
diberikan, pasien yang memiliki risiko jatuh ruangan yang cukup. Semenjak akreditasi, RS
tinggi adalah pasien dengan imunodepresan, Y Padang sudah melengkapi kecukupan sarana
obat antihipertensi, haloperidol, dll. Sesuai yang ada, namun berdasarkan hasil wawancara
dengan dokumen pada pengkajian risiko jatuh terdapat sarana yang rusak yaitu bel pasien
dimana obat-obatan risiko tinggi merupakan terutama di rawat inap VIP. Tidak adanya bel
di kamar mandi rawat inap VIP. Sedangkan di

JIM UPB Vol 8 No.1 2019 112


Terakreditasi Nasional
Available Online at: http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim
rawat inap biasa masih ada yang tidak unit rawat inap. SPO yang berhubungan
memiliki handrail di sepanjang lorong dengan pencegahan cedera akibat pasien jatuh
maupun ruangan. Berdasarkan observasi dan di rawat inap adalah SPO pencegahan kejadian
wawancara pada pasien, masih banyak pasien jatuh pada pasien dengan risiko jatuh dengan
yang tidak mengetahui posisi bel baik di skala sedang dan tinggi di ruang rawat inap
ruangan maupun bel di kamar mandi. Gelang dan pencegahan kejadian jatuh pada semua
pasien risiko jatuh berwarna kuning tidak pasien di ruang rawat inap. Namun
terpasang pada pasien dengan risiko tinggi. berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan
Untuk pergantian sarana yang rusak dapat pengkajian risiko jatuh dan edukasi pada
ditangani segera setelah pihak rawat inap keluarga pasien masih belum optimal namun
melaporkan ke bagian logistik. Berikut kutipan pelaksanaannya sudah sesuai SPO.
wawancara oleh salah seorang perawat
pelaksana: 4. Faktor Manajemen
“Selama kakak disini lumayan safety sih Dalam pelaksanaan pencegahan cedera
untuk pasien jatuh, contohnya kalau untuk akibat pasien jatuh yang termasuk dalam
pasien yang risiko jatuhnya nya tinggi itu kita patient safety terdapat struktur organisasi yang
kodenya ada, gelangnya terus gantungan di bertanggung jawab dalam hal tersebut. RS Y
bed nya, terus kita ada pengkajian pasien Kota Padang membentuk Komite Mutu dan
risiko jatuh sedangkan, tinggikah dengan di Manajemen Risiko (KMMR) yang akan
bed ada pagar kalau menurut kakak cukup berkoordinasi dengan tiap unit. Berdasarkan
safety... Kalau pencahayaan ruangan hasil dari wawancara dan telaah dokumen
tergantung pasien, kalau pasien LSE tidak bahwa di setiap unit ruangan memiliki
boleh kena cahaya kan, kalau untuk pasien penanggung jawab data yang melaporkan
biasa umum sudah bagus” setiap pasien dengan risiko jatuh kepada
kepala ruangan untuk di data. Sedangkan
Tabel 4. Kelengkapan Sarana Pencegahan untuk alur pelaporan insiden pasien jatuh
Risiko Jatuh sudah tercantum di SPO Pelaporan Insiden
Sarana Ruang Bangsal Keselamatan Pasien Internal dimana petugas
VIP yang pertama kali menemui insiden jatuh akan
Segitiga kuning Ada Ada mengisi form pelaporan untuk diserahkan
Gelang kuning Ada Tidak ada kepada kepala unit kerja. Kemudian kepala
Tempat tidur Ada Ada unit akan memeriksa laporan dan mengisi
safety grading risiko kemudian dilaporkan kepada
Bel Bel rusak, Ada di KMMR.
di kamar ruangan KETUA

mandi dan kamar


tidak ada mandi
Pencahayaan Baik Baik SEKRETARIS

Handrail Ada baik di Ada di


ruangan kamar
dan kamar mandi, SUB KOMITE SUB KOMITE SUB KOMITE SUB KOMITE
mandi tidak ada AKREDITASI MUTU KESELAMATAN
PASIEN
MANAJEMEN
RISIKO
di lorong
dan kamar

3. Lingkungan Organisasi dan Sosial


Berdasarkan hasil wawancara, telaah PERSON IN CHARGE (PIC) DATA
dokumen, dan observasi, lingkungan
organisasi dan sosial dipengaruhi oleh standar
prosedur operasional (SPO). SPO pencegahan
Gambar 1. Struktur Organisasi Komite
cedera akibat jatuh di RS Y Kota Padang
Mutu dan Manajemen Risiko RS Y Kota
sudah memenuhi kebutuhan dan kecukupan
Padang.
yang berdasarkan Komite Akreditasi Rumah
Sakit (KARS) yang sudah tersedia di setiap

JIM UPB Vol 8 No.1 2019 113


Terakreditasi Nasional
Available Online at: http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim
Budaya safety yang dilaksanakan oleh perilaku yang mengarah pada keterampilan
tenaga kesehatan sudah optimal dimana setiap serta pengetahuan.
pelaksana melakukan assessment pada setiap
pasien untuk menentukan risiko dan 2. Sifat Dasar Pekerjaan
melakukan koordinasi untuk penandaan risiko Kompleksitas pengobatan baik dari segi
tinggi pada pasien. pasien dengan risiko tinggi diagnosis dan jenis pengobatan yang diterima
akan dinilai setiap shiftnya. Berdasarkan hasil pasien berperan dalam meningkatkan risiko
wawancara didapatkan bahwa pada persiapan jatuh pada pasien. hal ini sejalan dengan
akreditasi RS Y Kota Padang memiliki penelitian Najafpour et al (2019) bahwa
program Yuk Kita Safety (YKS) yang akan diagnosis yang berisiko tinggi untuk jatuh
berinovasi dalam pelaksanaan pencegahan yaitu pasien dengan depresi, gangguan
pasien jatuh. Setiap awal shift pagi juga penglihatan, gangguan keseimbangan, manual
adanya preconference untuk saling bantuan transfer, inkontinensia urin, kanker,
mengingatkan kembali budaya safety di setiap penyakit parkinson dan diabetes mellitus.
unit. Sedangkan dari segi pengobatan, obat-obat
yang berisiko tinggi untuk pasien jatuh adalah
Pembahasan penggunaan obat penenang, antikonvulsan,
1. Karakteristik Individu agen anti-diabetes, benzodiazepine, ACE
Pendidikan minimal tenaga perawat di inhibitor, antiinfeksi agen, antihistamin, dan
rawat inap RS Y sudah memenuhi persyaratan obat kemoterapi.
yaitu D3 dimana sekarang RS Y sedang Kerja sama dalam unit yang terjadi antara
berusaha untuk meningkatkan jumlah S1:D3 perawat dengan perawat, perawat dengan
menjadi 70:30 melalui pendidikan lanjutan. dokter, serta dengan keluarga pasien dapat
Sedangkan dari segi kebutuhan perawat masih berjalan dengan iklim kerja yang baik pula.
terdapat kekurangan tenaga dimana Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Rivai et al (2016) bahwa hubungan
Nomor 56 tahun 2014 mengatakan jumlah komunikasi dengan implementasi keselamatan
kebutuhan tenaga sama dengan jumlah tempat pasien menunjukkan sebagian besar responden
tidur di instalasi rawat inap. Berdasarkan memiliki kerja sama tim yang baik.
penelitian oleh Nugraheni (2017) mengatakan Berdasarkan wawancara mendalam bahwa
bahwa dengan perbandingan perawat 1:6-7 aktivitas dalam unit yang dapat mengganggu
pasien banyak tindakan yang tidak dapat pelayanan berupa ketidaksesuaian jam besuk
dilakukan sendiri sehingga tidak optimal oleh keluarga pasien. Hal ini menyebabkan
dalam memantau pasien. terganggunya pelayanan yang diberikan untuk
Pengalaman kerja berperan dalam hal pasien. Sejalan dengan penelitian Kelmanutu
mempermudah penanganan pasien terutama (2013) bahwa terganggunya jam istirahat
dengan risiko jatuh. Semakin lama seseorang pasien akibat jam berkunjung yang terjadi
bekerja akan semakin cakap dalam menangani terus menerus di RSUD Karel Sadsuitubun
pasien. hal ini sejalan dengan penelitian yang Langgur. Hal yang sama juga terjadi pada
dilakukan oleh Astriana et al (2014) di rawat penelitian Putri (2016) di RS Tingkat II
inap RSUD Haji Makassar bahwa terdapat Udayana Denpasar yang mana keluarga pasien
hubungan antara masa kerja dengan kinerja tidak mematuhi jam berkunjung.
perawat dalam penerapan program
keselamatan pasien. pengalaman kerja yang 3. Lingkungan Fisik
memadai akan meningkatakan kemampuan Berdasarkan hasil wawancara mendalam
sehingga menghasilkan kinerja yang tinggi dan observasi lapangan di RS Y Kota Padang
bagi tenaga kerja itu sendiri. bahwa lingkungan fisik berupa sarana yang
Kompetensi berperan dan sangat menunjang pencegahan pasien jatuh sudah
dibutuhkan dalam penanganan pencegahan cukup lengkap. Namun masih terdapat bel
pasien jatuh. Berdasarkan penelitian yang tidak berfungsi dan tidak terdapat pada
Nugraheni (2017) bahwa pelatihan diperlukan seluruh ruangan serta handrail yang tidak ada
bagi karyawan baru dalam menghadapi di beberapa lorong rawat inap.
tantangan pekerjaannya serta merubah Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dewi dan Richa (2018) bahwa sarana

JIM UPB Vol 8 No.1 2019 114


Terakreditasi Nasional
Available Online at: http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim
prasarana sudah ada tetapi kurang lengkap ada terutama pencegahan pasien jatuh. Sejalan
berupa bed side rails, tempat tidur pasien yang dengan penelitian Pujilestari et al (2014)
dianggap terlalu tinggi, serta belum adanya bel bahwa perawat yang memiliki budaya
pasien. Berdasarkan teori Faye G. Abdellah keselamatan pasien yang tinggi cendrung akan
bahwa perawat harus menyadari masalah memberikan pelaksanaan pelayanan yang
keperatan karena bed side rail yang tidak lebih jika dibandingkan dengan perawat yang
terpasang serta tempat tidur yang terlalu tinggi memiliki budaya keselamatan pasien yang
merupakan suatu masalah yang dapat rendah. Oleh karena itu pihak rumah sakit
menyebabkan pasien jatuh. perlu meningkatkan aspek-aspek penyusunan
4. Lingkungan Organisasi dan Sosial budaya keselamatan pasien dengan harapan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, menghasilkan pelayanan yang lebih baik lagi.
telaah dokumen, serta observasi yang
dilakukan didapatkan bahwa RS Y Kota KESIMPULAN
Padang sudah memiliki standar prosedur Pasien jatuh merupakan salah satu insiden
operasional sesuai kebutuhan dan mencukupi keselamatan pasien yang dapat berdampak
namun dari segi pelaksanaan masih belum pada pelayanan terhadap pasien. Rumah sakit
optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang diharapkan mampu mencegah terjadinya hal
dilakukan oleh Neri (2018) di RSUD Padang tersebut. Berdasarkan penelitian ini dapat
Pariaman yang mana telah menggunakan buku disimpulkan bahwa:
pedoman serta SPO pelaksanaan keselamatan 1. Karakteristik individu berupa
pasien yang disusun berdasarkan Permenkes pendidikan, pengalaman kerja, dan
dan KARS. kompetensi berperan dalam
5. Faktor Manajemen penanganan pencegahan pasien jatuh
Struktur organisasi yang bertanggung dimana jumlah persentase tingkat
jawab dalam pelaksanaan program pencegahan pendidikan masih belum memenuhi
cedera akibat pasien jatuh sudah ada di RS Y standar serta jumlah tenaga perawat
Kota Padang berupa Komite Mutu dan juga terdapat kekurangan.
Manajemen Risiko yang juga memiliki 2. Sifat dasar pekerjaan berupa
penganggung jawab di masing-masing unit. kompleksitas pengobatan (diagnosis
Hal ini sesuai dengan Standar Nasional dan pengobatan), kerjasama dalam
Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) bahwa unit, serta gangguan pelayanan berupa
rumah sakit perlu menetapkan komite/tim atau ketidaksesuaian jam besuk berperan
dalam bentuk organisasi untuk mengelola dalam terjadinya insiden pasien jatuh.
program peningkatan mutu dan keselamatan 3. Lingkungan fisik berupa sarana yang
pasien dimana salah satunya adalah belum lengkap berperan dalam
pencegahan cedera akibat pasien jatuh (KARS, terjadinya insiden pasien jatuh.
2018). 4. Lingkungan organisasi yang berupa
Berdasarkan penelitian Sulahyuningsih SPO yang belum optimal
(2017) di RSUD Sumbawa menyatakan pelaksanaannya serta komunikasi yang
komite yang dibentuk berupa komite sulit dengan keluarga pasien berperan
Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien dalam terjadinya insiden pasien jatuh.
(PMKP) yang berupaya untuk meningkatkan 5. Faktor manajemen berupa struktur
mutu pelayanan pasien dan menjamin organisasi serta budaya safety
keselamatan pasien. sedangkan untuk berperan dengan terjadinya insiden
pencegahan pasien jatuh sendiri, sub komite pasien jatuh dimana dalam
keselamatan pasien yang berperan penting pelaksanaan di RS Y Kota Padang
dalam hal ini namun pelaksanaannya belum sudah optimal.
optimal karena komite di RSUD Sumbawa ini
beru terbentuk. DAFTAR PUSTAKA
Budaya safety yang diterapkan di RS Y Astriana, Noor NB, Sidin AI. (2014).
Kota Padang sudah dilakukan mulai dari Hubungan Pendidikan, Masa Kerja dan
assessment serta koordinasi. Pemberi asuhan Beban Kerja dengan Keselamatan Pasien
sudah berperan aktif dalam pelaksanaan RSUD Haji Makassar. Journal
seluruh SPO keselamatan pasien yang sudah

JIM UPB Vol 8 No.1 2019 115


Terakreditasi Nasional
Available Online at: http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim
Manajemen RS FKM Unhas. Vol.1 No. 1. Systematic Review”. Annals of Internal
pp. 1-8. Medicine. Vol. 158 No. 5. pp.390-396.
Boulding ED, Andresen EM, Dunton NE, Mulyana DS. (2013). Analisis Penyebab
Simon M, Waters TM, Liu M, et al. Insiden Keselamatan Pasien oleh Perawat
(2013). “Falls among Adult Patients di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X
Hospitalized in the United States: Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Prevalence and Trends”. J Patient Saf. Universitas Indonesia. Tesis.
Vol. 9 No. 1. pp.13-17. Najafpour Z, Godarzi Z, Arab M, Yaseri M.
Budiono S, Arief A, Tri WS. (2014). (2019). “Risk Factors for Falls in Hospital
Pelaksanaan Program Manajemen Pasien In-Patients: A Prospective Nested Case
dengan Risiko Jatuh di Rumah Sakit. Control Study”. International Journal of
Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol 28. No. Health Policy and Management. Vol 8.
1. pp. 78-83. No. 5. pp. 300-306.
Dewi, Trisniawati dan Richa Noprianty. Neri RA, Lestari Y, Yetti H. (2018). Analisis
(2018). “Phenomenologi Study: Risk Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien
Factors Related to Faal Incidence in di Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Hospitaliced Pediatric Patient with Theory Padang Pariaman. Jurnal Kesehatan
Faye G Abdellah”. NurseLine Journal. Andalas. Vol. 7. No. 4. pp. 48-55.
Vol. 3 No. 2. pp. 81-88. Nugraheni M, Widjasena B, Kurniawan B,
Henriksen K, Dayton E, Keyes MA, Carayon Ekawati. (2017). Faktor-faktor yang
P, Hughes R. (2008). “Understanding Berhubungan dengan Pencegahan Jatuh
Adverse Event: a Human Factors pada Pasien Risiko Jatuh oleh Perawat di
Framework. Patient Safety and Quality: Ruang Nusa Indah RSUD Tugurejo
An Evidence- Based Handbook for Nurses. Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Vol. 1. pp. 67-85. Vol 5. No. 2. pp. 121-130.
Kavaler F dan Spiegel AD. (2003). “Risk Pedoman Nasional Keselamatan Pasien
Management in Health Care Institutions; Rumah Sakit. (2015). Kementrian
A Strategic Approach 2 nd Ed. Jones and Kesehatan Republik Indonesia.
Bartlett Publisher. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun
Kelmanutu LS. (2013). Dimensi Mutu 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Pelayanan pada Unit Rawat Inap Rumah Rumah Sakit
Sakit Umum Daerah Karel Sadsuitubun Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun
Langgur Kabupaten Maluku Tenggara. 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Pujilestari A, Maidin A, Anggraeni R. (2014).
Indonesia. Vol. 9 No. 4. pp. 221-229. Budaya Keselamatan Pasien di Instalasi
Kohn LT, Corrigan J, Donaldson MS. (2000). Rawat Inap RSUP Dr. Wahidin
“To Err is Human: Building a Safer Health Sudirohusodo Kota Makassar. Jurnal
System”. Committee on Quality of Health Manajemen Kesehatan Masyarakat
Care in America. IOM: National Academy Indonesia. Vol. 10 No. 1. pp. 57-64
of Science. Putri AD, Pascarani D, Wismayanti KWD.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2018). (2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien
Ed. 1. Kerjasama Direktorat Jendral Bina Peserta BPJS di Rumah Sakit Tingkat II
Upaya Kesehatan, Kementrian Kesehatan Udayana Denpasar. Citizen Charter. Vol
Republik Indonesia dengan Komisi 1. No. 1. pp. 1-12.
Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta. Rivai F, Sidin AI, Kartika I. (2016). Faktor
[KKPRS] Komite Keselamatan Pasien Rumah yang Berhubungan dengan Implementasi
Sakit. (2015). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di RSUD
Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Ajjappannge Soppeng Tahun 2015. Jurnal
Incident Report). Jakarta:KKPRS. Kebijakan Kesehatan Indonesia. Vol. 5
Miake-Lye IM, Hempel S, Ganz DA, Shekelle No. 4. pp. 152-157.
PG. (2013). “Inpatient Fall Prevention Sulahyuningsing E, Tamtomo D, Joebagio H.
Program as a Patient Safety Strategy: a (2017). “Analysis of Patient Safety
Management in Committee for Quality

JIM UPB Vol 8 No.1 2019 116


Terakreditasi Nasional
Available Online at: http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim
Improvement and Patient Safety at
Sumbawa Hospital, West Nusa Tenggara”.
Journal of Health Policy and
Management. Vol.2. No.2. pp. 147-156.
World Health Organization. (2007). “WHO
Global Report on Falls Prevention in
Older Age.
World Health Organization. (2016). “Adverse
Event Action Guide: Voluntary Medical
Male Circumcision (VMMC) by Surgery
or Device. 2nd Ed.

JIM UPB Vol 8 No.1 2019 117

You might also like