You are on page 1of 14

Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.

2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542


DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA RUANGAN


DENGAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSUD HAJI
MAKASSAR
Adhyatma A1, Nurjannah2, Andi Alim3
1,2,3
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Pejuang Republik Indonesia, Jalan Gunung
Bawakaraeng Nomor 72 Kota Makassar
E-mail: adhyatma.askm89@gmail.com

EFFECTIVE LEADERSHIP OF THE HEAD OF THE ROOM


WITH PATIENT SAFETY CULTURE IN HAJI MAKASSAR HOSPITAL

Abstract
Patient safety is a safe care system for patients in hospitals. Provision of safe
care is a decrease in unsafe actions to patients and the provision of the best measures to
obtain optimal patient health status in the health care system. This study aims to
determine the relationship of the effective leadership of the head of the room with the
application of patient safety culture in the inpatient ward of the Makassar Haji General
Hospital in 2019. This study uses a non-experimental research type, with a quantitative
approach, correlation analysis and cross-sectional design. The sample in this study used
a sample with a saturated sampling technique in which the entire population was used as
a research sample of 68 nurses. The results showed that the knowledge variable had a
significant relationship with the culture of patient safety in Makassar Haji General
Hospital (p = 0.020). The variable of self-awareness has a significant relationship with
patient safety culture in Makassar Haji General Hospital (p = 0.005). The
communication variable has a significant relationship with patient safety culture at the
Makassar Haji General Hospital (p = 0.010). Energy use variable has a significant
relationship with patient safety culture in Makassar Haji General Hospital (p = 0.019).
Therefore, it is hoped that the hospital will periodically include nurses in soft skill or
hard skills improvement activities so that the increase in nurses' competencies and
knowledge can continue to be improved.

Keywords: Effective leadership, patient safety culture, self-awareness, communication,


energy use, patient safety

Abstrak

Keselamatan pasien merupakan sistem pemberian asuhan yang aman bagi pasien di
rumah sakit. Pemberian asuhan yang aman adalah penurunan tindakan yang tidak aman
kepada pasien dan pemberian tindakan terbaik untuk mendapatkan derajat kesehatan
pasien yang optimal dalam sistem pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan penerapan budaya
keselamatan pasien di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar Tahun 2019. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian non-eksperimental, dengan pendekatan kuantitatif, analisis
korelasi dan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian menggunakan sampel
dengan teknik sampling jenuh dimana seluruh jumlah populasi dijadikan sebagai sampel
penelitian sebanyak 68 perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan budaya keselamatan pasien di
RSUD Haji Makassar (p=0,020). Variabel kesadaran diri memiliki hubungan yang
signifikan dengan budaya keselamatan pasien di RSUD Haji Makassar (p=0,005).
Variabel komunikasi memiliki hubungan yang signifikan dengan budaya keselamatan
pasien di RSUD Haji Makassar (p=0,010). Variabel penggunaan energi memiliki

98
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

hubungan yang signifikan dengan budaya keselamatan pasien di RSUD Haji Makassar
(p=0,019). Olehnya itu, diharapkan rumah sakit secara berkala mengikutsertakan perawat
dalam kegiatan peningkatan soft skill ataupun hardskill sehingga peningkatan kompetensi
serta pengetahuan perawat dapat terus ditingkatkan.

Kata kunci: Kepemimpinan Efektif, Budaya keselamatan pasien, Kesadaran Diri,


Komunikasi, Penggunaan Energi, Keselamatan Pasien

PENDAHULUAN Kondisi Potensial Cedera (KPC)


PENDAHULUAN merupakan kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
Sistem pelayanan kesehatan yang
terjadi insiden. Kejadian Nyaris Cedera
perlu mendapatkan perhatian tentang
(KNC) merupakan terjadinya insiden yang
keselamatan pasien bahkan sudah menjadi
belum sampai terpapar ke pasien. Kejadian
isu dunia saat ini. Keselamatan pasien
Tidak Cedera (KTC) merupakan insiden
merupakan hak bagi setiap pasien di dalam
yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
menerima pelayanan kesehatan karena
timbul cedera. Kejadian Tidak Diharapkan
salah satu prinsip dasar di dalam
(KTD) merupakan Insiden yang
memberikan pelayanan kesehatan pada
mengakibatkan cedera pada pasien. Suatu
pasien. Kementrian Kesehatan Republik
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang
Indonesia (2015) menjadikan hak pasien
mengakibatkan kematian, cedera
sebagai standar pertama pada tujuh standar
permanen, atau cedera berat yang temporer
keselamatan pasien rumah sakit (1). World
dan membutuhkan intervensi untuk
Health Organization (WHO)
mempetahankan kehidupan, baik fisik
Collaborating Center for Patient Safety
maupun psikis, yang tidak terkait dengan
Solutions bekerja sama dengan Joint
perjalanan penyakit atau keadaan pasien
Comission and Joint Comission
disebut sebagai Kejadian sentinel (6).
International telah memasukkan masalah
keselamatan pasien dengan menerbitkan Keselamatan (safety) telah menjadi
enam program kegiatan keselamatan isu global termasuk juga untuk rumah
pasien pada 2005 dan sembilan panduan sakit. Menurut Thomas dan Brennan
solusi keselamatan pasien di rumah sakit (2000) dalam Dwi Setiowati (2010)
pada 2007 (2). menyatakan bahwa sejak Institute of
Medicine di Amerika Serikat menerbitkan
Sistem pemberian asuhan yang
laporan yang mengagetkan banyak pihak
aman bagi pasien di rumah sakit
“to error is human”, “Building a Safer
merupakan keselamatan pasien (3).
Health System”. Laporan itu
Pemberian asuhan yang aman menurut
mengemukakan penelitian di rumah sakit
Linda McGillis Hall, Diane Doran, George
yang ada di Utah dan Colorado serta New
H Pink (2004) adalah penurunan tindakan
York. Di Utah dan Colorado ditemukan
yang tidak aman kepada pasien dan
KTD (Adverse Event) sebesar 2,9% yang
pemberian tindakan terbaik untuk
6,6% diantaranya meninggal. Di New
mendapatkan derajat kesehatan pasien
York KTD adalah sebesar 3,7% dengan
yang optimal dalam sistem pelayanan
angka kematian 13,6%. Angka kematian
kesehatan (4). Keselamatan pasien adalah
akibat KTD pada pasien rawat inap di
pasien bebas dari cedera yang tidak
seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta
seharusnya terjadi atau bebas dari cedera
per tahun berkisar 44.000-98.000 per
yang potensial akan terjadi (penyakit,
tahun(7). Publikasi WHO tahun 2004,
cedera fisik/sosial psikologis, cacat,
kematian) terkait dengan pelayanan mengumpulkan angka-angka penelitian
rumah sakit di berbagai negara, yaitu
kesehatan (5).

99
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, kejadian lebih dari 70% di akibatkan oleh
ditemukan KTD dengan rentang 3,2- tiga hal yaitu masalah prosedur,
16,6%. Dengan data-data tersebut, dokumentasi, dan medikasi. Data-data di
berbagai negara segera melakukan atas menunjukkan bahwa banyaknya
penelitian dan mengembangkan Sistem masalah patient safety yang seharusnya
Keselamatan Pasien (8). dapat di cegah dengan penerapan standar
International Patient Safety Goal dalam
Cedera yang terjadi pada pasien
disebabkan kesalahan akibat melaksanakan akreditasi JCI.(12)
suatu tindakan (Commission) atau tidak Kejadian KTD di Indonesia
mengambil tindakan yang seharusnya sebenarnya belum terlalu terwakilkan dari
diambil (omission).(9) Webair et al., 2015 Data tentang KTD di atas. Data tentang
dalam Yeni Yarnita, Maswarni (2019) KTD di Indonesia masih tergolong langka
Institute of Medicine (IOM) pada tahun untuk di ketahui apalagi untuk kejadian
2008 melaporkan angka Kejadian Tidak nayaris cedera, kejadian malpraktek masih
Diharapkan (KTD) pada rumah sakit di banyak terungkap di berbagai media
Amerika Serikat yaitu 1.5 juta pasien informasi. Hal ini terjadi dikarenakan
terluka pertahun dari kesalahan standar pelayanan kesehatan masih kurang
pengobatan, dan 7000 diantaranya optimal bilah di bandingkan dengan
dilaporkan meninggal.(10) negara-negara maju lainnya seperti
Amerika, Jepan dan Inggris. Bahkan di
Menurut Agency for Health Care
Indonesia sejak 2005 telah mencanankan
Research and Quality (AHRQ) pada 2008
“Gerakan Keselamatan Pasien Rumah
yang di kutip oleh Nadzam, (2009) dalam
Sakit” akan tetapi penerapan pencenaan
Dwi Mardian Karyadi Putra (2014)
tersebut masih belum komprenshif.
melaporkan 2,5 juta pasien berisiko
mengalami luka tekan per tahun di Menurut (Craven & Hirnnie, 2000)
Amerika Serikat. Morse melaporkan 2,2-7 dalam Hetty Ismainar, (2015) menyatakan
kejadian pasien jatuh/1000 tempat tidur per bahwah ketidakpedulian akan keselamatan
hari di ruang perawatan akut per tahun, 29- pasien menyebabkan kerugian bagi pasien
48% pasien mengalami luka, dan 7,5% dan pihak rumah sakit, yaitu biaya yang
dengan luka-luka serius. National harus ditanggung pasien menjadi lebih
Nosocomial Infections Surveillance besar, pasien semakin lama dirawat di
System (NNISS) melaporkan kejadian rumah sakit, dan terjadinya resistensi
infeksi nosokomial, ditemukan 5 infeksi obat.(13) Menurut Chayono (2008) dalam
setiap 1.000 pasien di ruang perawatan Setya Budi Rahayu (2017) menyatakan
akut dan terdapat lebih dari 2 juta kasus akibat insiden pada pasien yaitu cidera,
per tahun, hal ini menimbulkan dua kali membahayakan jiwa, perpanjangan rawat,
risiko kesakitan dan kematian. (11) kematian.(14) Nadzam, (2009) dalam
Dwiana Dian (2016) menyatakan bahwah
Berdasarkan laporan pada tahun
Kerugian bagi rumah sakit lainnya antara
2010 oleh KKP-RS dalam Rosita Jayanti
lain biaya yang hams dikeluarkan menjadi
Bardan (2017) pada bulan Januari sampai
lebih besar yaitu pada upaya tindakan
dengan bulan April, Provinsi Jawa Barat
pencegahan terhadap kejadian, luka tekan,
menempati urutan pertama mengenai KTD
infeksi nosokomial, pasien jatuh dengan
sebesar 33,33%, Banten dan Jawa Tengah
cidera, kesalahan obat yang
20%, DKI Jakarta 16,67%, Bali 6,67%,
Jawa Timur 3,33%. Berdasarkan penyebab mengakibatkan cidera. (3)

100
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

Peningkatan mutu pada perawat dalam memberikan pelayanan


keselamatan pasien perlu melibatkan yang aman, sesuai kompetensi, dan
dokter, perawat dan semua orang yang berlandaskan kode etik bagi pasien. (19)
bekerja di sistem kesehatan wajib
Terdapat faktor-faktor yang dapat
berkomitmen untuk merawat, membantu,
berkontribusi terhadap terjadinya insiden
menghibur dan merawat pasien dan
keselamatan pasien seperti yang
memiliki keunggulan dalam penyediaan
dikemukakan oleh Leape (1994); Dineen
layanan kesehatan untuk semua orang yang
(2002); AHRQ (2003); Depkes (2008),
membutuhkannya agar terwujud
Henrikson, et al (2008) yang dikutip oleh
peningkatan keselamatan pasien di tatanan
Dede Sri Mulyani (2013) meliputi faktor
pelayanan kesehatan sebagai suatu bagian
karakteristik individu, sifat dasar
dalam sistem pelayanan kesehatan. (15).
pekerjaan, lingkungan fisik, interaksi
Sama halnya dengan pernyataan Cahyono antara system dan manusia, lingkungan
(2008) dalam IGA Ari Rasdiani, Ni Made organisasi dan sosial, manajemen, dan
Wedri dan IGA Mega (2014) yang (9)
lingkungan eksternal. Peran
menyebutkan bahwa kesalahan medis
kepemimpinan dalam meningkatkan
sangat jarang disebabkan oleh faktor
keselamatan pasien juga telah menjadi
kesalahan manusia secara tunggal namun
standar kelima dalam standar keselamatan
lebih banyak disebabkan karena kesalahan
pasien rumah sakit di Indonesia. (1)
sistem rumah sakit yang mengakibatkan
rantai-rantai dalam sistem terputus. (16) Kepemimpinan merupakan faktor
penting dalam memberikan pengarahan
Pelayanan keperawatan berperan
kepada perawat untuk bekerja keras
penting dalam penyelenggaraan upaya
dengan penuh kemampuan untuk tujuan
menjaga mutu pelayanan kesehatan di
kelompok. kepemimpinan berpengaruh
rumah sakit. (17) Menurut Soeroso (2003)
signifikan positif terhadap kinerja perawat,
dalam Dwi Stiowati (2010) menyatakan hal ini berarti dijelaskan bahwa faktor
bahwa jaminan mutu menjadi standar kepemimpinan berupa komunikasi antara
pertama dalam standar kinerja profesional pimpinan dan bawahan, tinggi rendahnya
perawat. (7) Perawat yang memberi asuhan tingkat kepercayaan yang diberikan oleh
keperawatan selama 24 jam seharusnya pemimpin dapat mempengaruhi kinerja
memiliki peran penting dalam menjamin para perawat untuk mencapai tujuan
keselamatan pasien. (18) Menurut Ramsey organisasi. (20) Menurut Walin (2005); Dian
(2005) dalam Dwi Putra, Mardian Karyadi Pancaningrum, (2012) dalam Nonik Eka
(2015) menyebutkan bahwa perawat Martyastuti (2016) menyebutkan bahwa
memiliki peran yang dominan dalam kepemimpinan dalam keperawatan
mencegah terjadinya kesalahan meliputi manajer puncak (Direktur dan
pengobatan, diantaranya pelaporan Wakil Direktur Keperawatan), manajer
kejadian, mendidik diri sendiri dan sesama menengah (Kepala Bidang Keperawatan,
perawat, memberikan rekomendasi tentang Supervisor), dan manajer lini pertama
perubahan dalam prosedur dan kebijakan, (Kepala Ruang). (21)
dan keterlibatan dalam identifikasi
masalah.(11) Keselamatan pasien bagi Menurut Afrizal (2016)
perawat tidak hanya merupakan pedoman pelaksanaan fungsi pengorganisasian
tentang apa yang seharusnya dilakukan, kepala ruang bertujuan untuk mencapai
namun keselamatan pasien merupakan tujuan yang sistematik, sehingga ada
komitmen yang tertuang dalam kode etik pembagian tugas yang jelas, ada koordinasi

101
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

yang baik, terdapat pembagian tanggung ruangan berhubungan dengan penerapan


jawab dan wewenang yang sesuai budaya keselamatan pasien (p=0,000;
kemampuan serta keterampilan, serta f=0,651) yang berarti hubungan kuat.
terjalin hubungan yang baik antara perawat Komponen kepemimpinan efektif yaitu
pelaksana dengan kepala ruang didalam pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi,
melahirkan keselamatan pasien. (22) Kepala penggunaan energi, penentuan tujuan dan
ruang memiliki peran yang kritis dalam pengambilan tindakan terdapat hubungan
mendukung budaya keselamatan pasien dengan penerapan budaya keselamatan
dengan kepemimpinan efektif dalam pasien di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota
menciptakan lingkungan yang positif bagi Makassar (24)
keselamatan pasien. Hal ini didukung oleh Menurut Cahyono, (2008) dalam
penelitian yang dilakukan Nurdiana, Tutik Freny R Mbaloto (2018) menyatakan
Sri Hariyati, Siti Anisah (2017) bahwa bahwa keselamatan pasien merupakan
perawat manajer memiliki persepsi yang transformasi budaya, seorang pemimpin
lebih positif terhadap budaya keselamatan dengan kepemimpinannya dapat
pasien pada penerapan fungsi manajemen melakukan perubahan budaya menuju
kepala ruangan dalam pengendalian mutu keberhasilan program keselamatan pasien.
keperawatan pada rumah sakit yang ada di Tantangan terbesar yang perlu dilakukan
Jakarta. (23) dalam menciptakan budaya keselamatan
Tappen, Weiss, Whitehead, & pasien yang terbuka adalah mendirikan dan
Fletcher, (2004) dalam Anugrah Warwati mempertahankan budaya positif tentang
Anwar, Irwandy Kapalawi, M. Alimin keselamatan pasien pada organisasi
Maidin (2014) yang menyatakan bahwah pelayanan kesehatan.(25) Peran perawat
seorang pemimpin yang baik adalah dalam isu keselamatan pasien adalah
seseorang yang pandai dalam mengambil menciptakan budaya organisasi dengan
keputusan yang tepat dan berorientasi pada komunikasi dan alur informasi yang jelas
tindakan. Pemimpin harus mengambil dan tepat (26).
tindakan berdasarkan keenam komponen Di dalam sistem pelayanan,
lainnya. Tindakan pemimpin efektif harus keselamatan pasien merupakan masalah
memperhatikan yaitu, pemimpin yang sangat penting. Untuk
berorientasi pada kemampuan sebelum mengidentifikasi insidensi keselamatan
melakukan, tidak perlu menunggu orang pasien telah dilakukan berbagai studi dan
lain dalam melakukan tindakan, penelitian, pelaksanaan dan dampak
melakukan perencanaan sebelum keselamatan pasien yang kurang optimal,
bertindak, bekerja sama dengan orang lain dan pelaksanaan program keselamatan
dalam bertindak, bertindak secara pasien yang dilakukan oleh kepemimpinan
professional, mampu mengambil perawat. Kepala ruangan memiliki peran
keputusan, mampu memberikan ide-ide, yang kritis dalam mendukung budaya
menggunakan teknik-teknik kepemimpinan keselamatan pasien dengan kepemimpinan
dalam bertindak. (24) efektif telah menciptakan lingkungan yang
Penelitian tentang kepemimpinan positif bagi keselamatan pasien.
efektif yang dilakukan oleh Anugrah Pertanyaan peneliti dalam penelitian ini
Warwati Anwar, Irwandy Kapalawi, M. adalah “Apakah ada hubungan antara
Alimin Maidin (2014) yang menunjukkan kepemimpinan efektif kepala ruangan
bahwa kepemimpinan efektif kepala

102
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

dengan penerapan budaya keselamatan peneliti untuk dipelajari dan kemudian


pasien di RSUD Haji Makassar?” ditarik kesimpulan. Populasi penelitian ini
adalah seluruh perawat yang bekerja di
METODE PENELITIAN ruang rawat inap RSUD Haji Makassar
sebanyak 232 orang. Sedangkan, sampel
Penelitian ini menggunakan jenis
merupakan sebagian dari populasi yang
penelitian non-eksperimental, dengan
nilai/karakteristiknya dapat diukur dan
pendekatan kuantitatif, analisis korelasi
nantinya dipakai untuk menduga
dan desain cross sectional. Penelitian (28)
karakteristik populasi .
analitik korelasi digunakan karena peneliti
ingin mendapatkan gambaran masing- Kriteria inklusi dalam penelitian ini
masing variabel penelitian, dan adalah bidan pelaksana yang bekerja di
menghubungkan dua variabel dan ruang rawat inap rumah sakit, bersedia
menjadi responden penelitian, dapat
subvariabel masing-masing variabel
membaca dan menulis dengan baik.
dengan analisis korelasi serta dengan Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
melakukan penelitian sesaat pada waktu adalah perawat pelaksana dengan masa
tertentu saja. (27) Variabel bebas kerja kurang dari satu tahun dengan
(independen) adalah persepsi perawat alasan perawat dengan masa kerja kurang
pelaksana terhadap kepemimpinan efektif satu tahun belum terpapar dan belum
kepala ruang, meliputi pengetahuan, beradaptasi dengan lingkungan tempat
perawat tersebut bekerja. Kriteria
kesadaran diri, komunikasi, penggunaan
eksklusi yang lain adalah perawat yang
energi, penentuan tujuan, dan mengambil sedang masa tugas/ijin belajar dan sedang
tindakan. Variabel tergantung (dependen) dalam masa cuti (cuti hamil, cuti
adalah penerapan budaya keselamatan melahirkan, cuti menikah, cuti sakit).
pasien rumah sakit meliputi kerja sama, Dalam penelitian ini, peneliti mengambil
komunikasi terbuka, respon tidak sampel dengan teknik sampling jenuh
menghukum terhadap kesalahan, dan dimana seluruh jumlah populasi yang
tergolong ke dalam kriteria inklusi
pelaporan kejadian. dijadikan sebagai sampel penelitian.
Variabel perancu (confounding) Penelitian ini didasarkan atas
adalah karakteristik perawat di ruang rawat beberapa jenis data, yakni data primer dan
inap rumah sakit. Penelitian ini data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh secara langsung dari
dilaksanakan di RSUD Haji Makassar
responden dengan menggunakan panduan
yang diawali dengan penyebaran sejumlah wawancara dan penyebaran kuesioner.
kuisioner kepada seluruh perawat yang Sedangkan data sekunder adalah data yang
memenuhi kriteria responden. Penelitian diperoleh dari rumah sakit, literatur,
ini akan dilaksanakan pada bulan Juli buletin, jurnal maupun kepustakaan
2019. Populasi merupakan wilayah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek Peneliti mengunakan kuesioner sebagai
alat pengumpul data. Kuesioner berisi
yang mempunyai kuantitas dan
daftar pernyataan yang sudah tersusun
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh dengan baik dan responden hanya

103
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

memberikan jawaban atau dengan setiap kejadian. Setelah diperoleh hasil dari
memberikan tanda-tanda tertentu. (29) pengolahan data yang dilakukan kemudian
Kuesioner dalam penelitian ini meliputi: diinterpretasikan dan hasilnya disajikan
Kuesioner A berisi identitas perawat secara naratif yakni memberikan
ruangan terdiri dari usia, jenis kelamin, penjelasan sesuai dengan kejadian atau
masa kerja, tingkat pendidikan, dan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan.
pelatihan yang pernah diikuti; Kuesioner B Sedangkan, Analisis bivariat dilakukan
berisi kepemimpinan efektif yang meliputi terhadap dua variabel yang diduga
pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi, berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini
dan penggunaan energy; dan Kuesioner C dilakukan untuk mengetahui hubungan
berisi penilaian kinerja perawat dalam variabel dependen dan independen dalam
penerapan keselamatan pasien. Untuk bentuk tabung silang (Crosstab). Dengan
kepentingan analisis data digunakan menggunakan system komputerisasi
program SPSS. Adapun langkah-langkah program SPSS dengan uji statistik Chi-
analisis data yang akan dilakukan adalah square.
analisis univariat dengan cara data yang
telah dikumpulkan sesuai instrumen
pengumpulan data yang digunakan, diolah HASIL DAN PEMBAHASAN
dan dianalisa dengan menggunakan Hasil Penelitian
metode statistik deskriptif, yakni
menyajikan data dalam bentuk tabel Karakteristik Responden
distribusi frekuensi dan persentase dari
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin,
Tingkat Pendidikan, Masa Kerja, Status Kepegawaian dan Pelatihan di RSUD Haji
Makassar Tahun 2019
Variabel n Persentase
Umur
20-25 21 30.9
26-30 34 50.0
31-35 9 13.2
36-40 2 2.9
41-45 2 2.9
Jenis Kelamin
Laki-laki 25 36,8
Perempuan 43 63,2
Tingkat Pendidikan
SPK 1 1,5
D3 Keperawatan 7 10,3
S1 Keperawatan 23 33,8
NERS 29 42,6
S2 Keperawatan 8 11,8
Masa Kerja
1-5 38 55,9
6-10 23 33,8
11-15 6 8,8

104
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

16-20 1 1,5
Status Kepegawaian
PNS 42 61.8
NON PNS 26 38.2
Pelatihan
Pernah 59 86,8
Tidak Pernah 9 13,2
Sumber: Data primer, 2019

Penggunaan energi dan keselamatan pasien


Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 68
ditampilkan pada tabel 2.
responden diperoleh data paling banyak
berada pada rentang umur 26-30 tahun
sebanyak 50% dan paling sedikit pada Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
rentang umur 36-40 dan 41-45 tahun Menurut Variabel Pengetahuan,
sebanyak 2,9%. Sedangkan, untuk jenis kesadaran diri, penggunaan energi dan
kelamin menunjukkan bahwa dari 68 keselamatan pasien di RSUD Haji
responden yang didata terdapat jenis Makassar Tahun 2019
kelamin laki-laki sebanyak 36,8% dan n Persentase
perempuan sebanyak 63,2%. Pengetahuan
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa Kurang 34 50,0
dari 68 responden yang didata terdapat Baik 34 50,0
tingkat pendidikan tertinggi yaitu NERS Kesadaran Diri
sebanyak 42,6% dan terendah yaitu SPK Kurang 9 13,2
sebanyak 1,5%. Sedangkan, untuk masa Baik 59 86,8
kerja menunjukkan bahwa dari 68 Komunikasi
responden yang didata terdapat masa kerja Kurang 14 20.6
tertinggi pada rentang 1-5 tahun sebanyak Baik 54 79,4
55,9% dan terendah pada rentang 16-20 Penggunaan Energi
tahun sebanyak 1,5%. Kurang 20 29,4
Baik 48 70,6
Tabel diatas juga menunjukkan Keselamatan
bahwa dari 68 responden yang didata Pasien
terdapat status kepegawaian PNS sebanyak Kurang 23 33,8
61,8% dan Non PNS sebanyak 38,2%. Baik 45 66,2
Sedangkan, untuk pelatihan menunjukkan Sumber: Data primer, 2019
bahwa dari 68 responden yang didata
terdapat yang pernah mengikuti pelatihan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 68
sebanyak 86,8% dan tidak pernah responden yang didata terdapat variabel
sebanyak 13,2%. pengetahuan yang menjawab Baik
sebanyak 50% dan yang menjawab Kurang
Variabel Kepemimpinan Efektif sebanyak 50%. Sedangkan, untuk variabel
Hasil perhitungan untuk keseluruhan kesadaran diri menunjukkan bahwa dari 68
jawaban responden mengenai variabel responden yang didata terdapat variabel
pengetahuan, kesadaran diri, Komunikasi, kesadaran diri yang menjawab Baik
sebanyak 86,8% dan yang menjawab

105
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

Kurang sebanyak 13,2%. Tabel 2 juga dari 23 orang yang memiliki budaya
menunjukkan bahwa dari 85 responden keselamatan pasien yang kurang, terdapat
yang didata terdapat variabel Komunikasi 7 orang (20,6%) responden dengan
yang menjawab Baik sebanyak 79,4% dan pengetahuan baik, sedangkan terdapat 16
yang menjawab Kurang sebanyak 20,6%. orang (47,1%) responden dengan
pengetahuan kurang. Berdasarkan uji
Tabel diatas juga menunjukkan
statistik, di RSUD Haji Makassar
bahwa dari 85 responden yang didata
didapatkan hasil chi square X2 = 5,322
terdapat variabel penggunaan energi yang
dengan p value = 0,020 (p<0,05). Dari
menjawab Baik sebanyak 70,6% dan yang
hasil tersebut maka dapat disimpulkan
menjawab Kurang sebanyak 29,4%.
bahwa ada hubungan yang
Sedangkan, untuk variabel budaya
bermakna/signifikan antara variabel
kesalamatan menunjukkan bahwa dari 68
pengetahuan budaya keselamatan pasien di
responden yang didata terdapat variabel
RSUD Haji Makassar.
budaya keselamatan pasien yang
menjawab Baik sebanyak 66,2% dan yang Pada tabel diatas juga menjelaskan
menjawab Kurang sebanyak 33,8%. tentang hubungan antara pengetahuan dan
budaya keselamatan pasien di RSUD Haji
Crosstab Variabel Independen dan
Makassar tahun 2019, dari 45 orang yang
Dependen
memiliki budaya keselamatan pasien yang
Distribusi variabel pengetahuan, baik terdapat 40 orang (74,1%) responden
Kesadaran diri, Komunikasi, Penggunaan dengan pengetahuan baik, sedangkan
energi terhadap budaya keselamatan pasien terdapat 5 orang (35,7%) responden
dapat dilihat dalam tabel 3. dengan pengetahuan kurang. Selanjutnya
Berdasarkan tabel 3 menjelaskan dari 23 orang yang memiliki budaya
tentang hubungan antara pengetahuan dan keselamatan pasien yang kurang, terdapat
budaya keselamatan pasien di RSUD Haji 14 orang (25,9%) responden dengan
Makassar tahun 2019, dari 45 orang yang pengetahuan baik, sedangkan terdapat 9
memiliki budaya keselamatan pasien yang orang (64,3%) responden dengan
baik terdapat 27 orang (79,4%) responden pengetahuan kurang.
dengan pengetahuan baik, sedangkan
terdapat 18 orang 952,9%) responden
dengan pengetahuan kurang. Selanjutnya
Tabel 1 Analisis Crosstab Antara Variabel Pengetahuan, Kesadaran diri, Komunikasi,
Penggunaan energi Dengan Budaya Keselamatan Pasien Di RSUD Haji Makassar
Tahun 2019
Budaya Keselamatan Pasien
Uji
Variabel Kurang Baik Total
Statistik
n % n %
Pengetahuan x²= 5,322
Kurang 16 47,1 18 52,9 39 p= 0,020
Baik 7 20,6 27 79,4 46 (p<005)
Kesadaran Diri x²= 8,953
Kurang 7 77,8 2 22,2 38 p= 0,005
Baik 16 27,1 43 72,9 47 (p<005)
Komunikasi x²= 7,309

106
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

Kurang 9 64,3 5 35,7 14 p= 0,010


Baik 14 25,9 40 74,1 54 (p<005)
Penggunaan Energi x²= 5,677
Kurang 11 55 9 45 20 p= 0,019
Baik 12 25 36 75 48 (p<005)
Sumber: Data primer, 2019
menunjukkan bahwa responden di RSUD
Berdasarkan uji statistik, di RSUD
Haji Makassar dengan variabel
Haji Makassar didapatkan hasil chi square
pengetahuan baik memiliki budaya
X2 = 7,309 dengan p value = 0,010
keselamatan pasien baik sebanyak 79,4%
(p<0,05). Dari hasil tersebut maka dapat
lebih besar dibandingkan dengan budaya
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
keselamatan pasien kurang yaitu 20,6%.
bermakna/signifikan antara variabel
Pada responden dengan variabel
komunikasi budaya keselamatan pasien di
pengetahuan kurang, memiliki budaya
RSUD Haji Makassar.
keselamatan pasien baik sebanyak 52,9%,
Tabel 3 juga meperlihatkan hasil lebih besar dibandingkan dengan budaya
tentang hubungan antara pengetahuan dan keselamatan pasien kurang yaitu 47,1%.
budaya keselamatan pasien di RSUD Haji
Berdasarkan uji statistik, di RSUD
Makassar tahun 2019, dari 45 orang yang
Haji Makassar didapatkan hasil chi square
memiliki budaya keselamatan pasien yang
X2 = 5,322 dengan p value = 0,020
baik terdapat 36 orang (75%) responden
(p<0,05). Dari hasil tersebut maka dapat
dengan pengetahuan baik, sedangkan
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
terdapat 9 orang (45%) responden dengan
bermakna/signifikan antara variabel
pengetahuan kurang. Selanjutnya dari 23
pengetahuan dengan budaya keselamatan
orang yang memiliki budaya keselamatan
pasien di RSUD Haji Makassar. Penelitian
pasien yang kurang, terdapat 12 orang
ini menemukan bahwa pengetahuan yang
(25%) responden dengan pengetahuan
dimiliki oleh kepala ruangan tentang
baik, sedangkan terdapat 11 orang (55%)
keilmuan dan keterampilan dalam
responden dengan pengetahuan kurang.
keperawatan baik sehingga menerapakan
Berdasarkan uji statistik, di RSUD Haji
budaya keselamatan pasien.
Makassar didapatkan hasil chi square X2 =
5,677 dengan p value = 0,019 (p<0,05). Hal ini didukung oleh penelitian
Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan yang dilakukan Dwi Setiowati,
bahwa ada hubungan yang Allenidekania, Luknis Sabri (2014)
bermakna/signifikan antara variabel menyatakan bahwa Pengetahuan
penggunaan energi budaya keselamatan merupakan komponen kepemimpinan
pasien di RSUD Haji Makassar. efektif head nurse yang paling
berhubungan dengan penerapan budaya
Pembahasan
keselamatan pasien oleh perawat pelaksana
Hubungan Pengetahuan Dengan (30). Begitupula dengan hasil penelitian
Budaya Keselamatan Pasien yang di lakukan oleh Anwar, et al (2016)
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 68 yang menyatakan bahwa Secara umum,
responden yang didata terdapat variabel penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
pengetahuan yang menjawab Baik terdapat hubungan yang signifikan antara
sebanyak 50% dan yang menjawab Kurang pengetahuan kepala ruang dengan
sebanyak 50%. Sedangkan pada tabel 3 penerapan patient safety culture. (24)

107
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

Hubungan Kesadaran Diri Dengan akan meningkatkan penerapan keselamatan


Budaya Keselamatan Pasien pasien oleh perawat pelaksana. (31).
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 68 Hubungan Komunikasi Dengan Budaya
responden yang didata terdapat variabel Keselamatan Pasien
kesadaran diri yang menjawab Baik Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 85
sebanyak 86,8% dan yang menjawab responden yang didata terdapat variabel
Kurang sebanyak 13,2%. Tabel 3 Komunikasi yang menjawab Baik
menunjukkan bahwa responden di RSUD sebanyak 79,4% dan yang menjawab
Haji Makassar dengan variabel kesadaran Kurang sebanyak 20,6%. Tabel 3
diri baik memiliki budaya keselamatan menunjukkan bahwa responden di RSUD
pasien baik sebanyak 72,9% lebih besar Haji Makassar dengan variabel komunikasi
dibandingkan dengan budaya keselamatan baik memiliki budaya keselamatan pasien
pasien kurang yaitu 27,1%. Pada baik sebanyak 74,1% lebih besar
responden dengan variabel kesadaran diri
dibandingkan dengan budaya keselamatan
kurang, memiliki budaya keselamatan pasien kurang yaitu 25,9%. Pada
pasien baik sebanyak 22,2%, lebih kecil responden dengan variabel komunikasi
dibandingkan dengan budaya keselamatan kurang, memiliki budaya keselamatan
pasien kurang yaitu 77,8%. pasien baik sebanyak 35,7%, lebih kecil
Berdasarkan uji statistik, di RSUD dibandingkan dengan budaya keselamatan
Haji Makassar didapatkan hasil chi square pasien kurang yaitu 64,3%.
X2 = 8,953 dengan p value = 0,005 Berdasarkan uji statistik, di RSUD
(p<0,05). Dari hasil tersebut maka dapat Haji Makassar didapatkan hasil chi square
disimpulkan bahwa ada hubungan yang X2 = 7,309 dengan p value = 0,010
bermakna/signifikan antara variabel (p<0,05). Dari hasil tersebut maka dapat
kesadaran diri budaya keselamatan pasien disimpulkan bahwa ada hubungan yang
di RSUD Haji Makassar. Penelitian ini bermakna/signifikan antara variabel
menemukan bahwa kesadaran diri yang
komunikasi budaya keselamatan pasien di
dimiliki oleh kepala ruangan tentang RSUD Haji Makassar. Penelitian ini
kemampuan berpikir, merasakan serta menemukan bahwa komunikasi yang
melakukan interaksi terhadap dimiliki oleh kepala ruangan baik dalam
lingkungannya sehingga tercipta budaya kemampuan berkomunikasi secara verbal,
keselamatan pasien. tertulis, maupun secara lisan di dalam
Hasil penelitian ini sesuai dengan menciptakan budaya keselamatan pasien.
penelitian Anwar, et al (2017) yang Hasil penelitian ini tidaka sejalan
menyatakan bahwa persepsi perawat dengan penelitian yang dilakukan oleh
terhadap fungsi pengarahan tidak semata- Wardhani (2013) juga menegaskan bahwa
mata karena pengarahan yang diberikan hasil uji hubungan antara komunikasi
oleh kepala ruang, namun ada faktor- dengan penerapan budaya keselamatan
faktor lain yang memberikan pengaruh pasien menunjukkan bahwa tidak terdapat
seperti kecakapan individu perawat itu hubungan antara komunikasi yang dimiliki
sendiri, pengalaman kerja, dan kesadaran oleh kepala ruangan dengan penerapan
diri perawat terhadap peran dan tanggung budaya keselamatan pasien (p=0,532,
jawabnya dalam upaya keselamatan p>0,05) (32). Sedangkan penelitian yang di
pasien. Dewi (2016) juga menyatakan ada lakukan oleh Anwar, et al (2017) sejalan
hubungan yang signifikan antara dengan penelitian ini yang menunjukan
kepemimpinan dengan penerapan hasil uji hubungan antara komunikasi
keselamatan pasien di ruang rawat inap dengan penerapan budaya keselamatan
RSUP Dr. M Djamil Padang. pasien menunjukkan bahwa terdapat
Kepemimpinan kepala ruangan yang baik
108
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

hubungan antara komunikasi yang dimiliki dalam menciptakan budaya keselamatan


kepala ruanagan dengan penerapan budaya pasien.
keselamatan pasien. (24) Hasil penelitian ini sesuai dengan
Hubungan Penggunaan Energi Dengan penelitian Anwar, et al (2014) yang
Budaya Keselamatan Pasien menyatakan bahwa terdapat ada hubungan
antarapenggunaan energi dengan
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 85
penerapan budaya keselamatan pasien
responden yang didata terdapat variabel
(p=0,000; f=529) (24). Demikian pula
penggunaan energi yang menjawab Baik
dengan hasil penelitian yang dilakukan
sebanyak 70,6% dan yang menjawab
oleh Dwi Setiowati, Allenidekania, Luknis
Kurang sebanyak 29,4%. Tabel 3
Sabri (2014) yang menyatakan bahwa
menunjukkan bahwa responden di RSUD
penggunaan energi merupakan komponen
Haji Makassar dengan variabel
kepemimpinan efektif head nurse yang
penggunaan energi baik memiliki budaya
paling tinggi. Penggunaan energi
keselamatan pasien baik sebanyak 75%
diterapkan baik oleh head nurse dengan
lebih besar dibandingkan dengan budaya
rata-rata skor penilaian 15,9 (skor
keselamatan pasien kurang yaitu 25%.
penilaianantara 15-20) yang di laksanakan
Pada responden dengan variabel
di di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
penggunaan energi kurang, memiliki
Jakarta. (30)
budaya keselamatan pasien baik sebanyak
45%, lebih kecil dibandingkan dengan
budaya keselamatan pasien kurang yaitu
KESIMPULAN
55%.
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Penelitian ini seiring dan sejalan Hubungan Kepemimpinan Efektif Kepala
dengan penelitian yang dilakukan oleh A. Ruangan Dengan Budaya Keselamatan
Era Rizki Pratiwi, Rini Anggraeni, M. Pasien Di Ruang Rawat Inap RSUD Haji
Alimin Maidin (2014) yang menemukan Makassar Makassar tahun 2019, maka
bahwa Penggunaan energi kepala ruang 7 dapat diambil kesimpulan ada hubungan
responden (87,5%) tergolong baik dengan yang signifikan antara variabel
nilai diatas mean 11,62, begitupun dengan pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi
penggunaan energi menurut perawat 80 dan penggunaan energi dengan budaya
responden (80%) berada diatas nilai mean keselamatan pasien di RSUD Haji
11,95 yang di laksanakan di Instalasi Makassar Makassar. Berdasarkan hasil
Rawat Inap RSUD Kota Makassar. (33) penelitian dan pembahasan serta
Berdasarkan uji statistik, di RSUD kesimpulan di atas, maka peneliti memiliki
Haji Makassar didapatkan hasil chi square saran kepada pihak rumah sakit dapat
X2 = 5,677 dengan p value = 0,019 meningkatkan kapasitas pengetahuan
(p<0,05). Dari hasil tersebut maka dapat perawatnya dengan lebih sering mengikuti
disimpulkan bahwa ada hubungan yang pelatihan sesuai bidangnya; kepala ruangan
bermakna/signifikan antara variabel lebih aktif dalam memberi motivasi kepada
penggunaan energi budaya keselamatan perawatnya sehingga kesadaran diri
pasien di RSUD Haji Makassar. Penelitian mengenai pekerjaan dapat terus
ini menemukan bahwa penggunaan energi ditingkatkan; meningkatkan komunikasi
yang dimiliki oleh kepala ruangan baik yang baik terhadap perawatnya sehingga
dalam kemampuan menggunakan energi tidak terjadi miss komunikasi yang dapat
yang tinggi akan berdampak secara berakibat pada terganggunya pelayanan
langsung kepada bawahannya. Energi tidak kepada pasien; serta selalu mengingatkan
hanya pada penggunaan kekuatan fisik kepada perawatnya agar selalu bekerja
akan tetapi juga pada pengaturan perasaan seoptimal mungkin sehingga pelayanan

109
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

dapat berlangsung dengan baik dan pasien Perawat di Unit Rawat Inap Rumah
merasa mendapat pelayanan terbaik. Sakit X Jakarta. Universitas Indonesia.
2013.
10. Yarnita Y, Maswarni. Budaya
DAFTAR PUSTAKA
Keselamatan Pasien pada Perawat di
1. KemKes R I. Pedoman Nasional Instalasi Perawatan Intensive RSUD
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Arifin Achmad Provinsi Riau. J
Jakarta; 2015. Keperawatan Prior. 2019;2(2):109–19.
2. WHO. WHO Collaborating Center for 11. Putra DMK. Hubungan Antara Beban
Patient Safety’s Nine Life-Saving Kerja Perawat dengan Implementasi
Patient Safety Solutions. Jt Comm J Patient Safety di Ruang Anggrek dan
Qual Patient Saf. 2007;33(7):427. Ruang Bougenville RSUD Ngudi
3. Dian D. Hubungan Faktor Individu, Waluyo Wlingi Blitar. University of
Organisasi dan Psikologis Perawat Muhammadiyah Malang; 2015.
dengan Penerapan Patient Safety di 12. Bardan RJ. Analisis Penerapan
Ruang Rawat Inap RSUD Solok. Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Universitas Andalas; 2016. Umum Daerah Inche Abdoel Moeis
4. Hall LM, Doran D, Pink GH. Nurse Tahun 2017. Universitas Hasanuddin;
Staffing Models, Nursing Hours, and 2017.
Patient Safety Outcomes. JONA J 13. Ismainar H. Keselamatan Pasien di
Nurs Adm. 2004;34(1):41–5. Rumah Sakit. Yogyakarta: Deepublish
5. Pagala I, Shaluhiyah Z, Widjasena B. Publisher. 2015.
Perilaku Kepatuhan Perawat 14. Rahayu SB. Pengaruh Dimensi
Melaksanakan SOP Terhadap Staffing terhadap Insiden Keselamatan
Kejadian Keselamatan Pasien di Pasien Berdasarkan Agency for
Rumah Sakit X Kendari. J Promosi Healthcare Research and Quality
Kesehat Indones. 2017;12(1):138–49. (AHRQ) di RSU Haji Surabaya. J
6. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Adm Kesehat Indones (JAKI)| Indones
Kesehatan Republik Indonesia Nomor J Heal Adm. 2017;5(1):41–51.
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan 15. Tutiany, Lindawati, Krisanti P. Bahan
Pasien. Jakarta Kementeri Kesehat Ajar Keperawatan: Manajemen
Republik Indones. 2017; Keselamatan Pasien. Kementerian
7. Setiowati D. Hubungan Kesehatan Republik Indonesia. Pusat
Kepemimpinan Efektif Head Nurse Pendidikan Sumber Daya Manusia
dengan Penerapan Budaya Kesehatan, Badan Pengembangan dan
Keselamatan Pasien oleh Perawat Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Pelaksana di RSUPN Dr. Cipto Kesehatan, Kementrian Kesehatan
Mangkusumo Jakarta. Vol. 7, Cipto Republik Indonesia; 2017. 297 p.
Mangunkusumo Jakarta [Tesis]. 16. Rasdiani IA, Wedri NM, Mega I.
Depok: Universitas Indonesia. 2010. Hubungan Penerapan Budaya
8. DepKes R I. Panduan Nasional Keselamatan Pasien dengan Supervisi
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Pelayanan Keperawatan oleh Perawat
(Patient Safety). Departemen Pelaksana. Denpasar: Politeknik
Kesehatan RI 2008. Kesehatan Denpasar; 2014.
9. Mulyana DS. Analisis Penyebab 17. Hartanto YD, Warsito BE.
Insiden Keselamatan Pasien oleh Kepemimpinan Kepala Ruang dalam

110
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No.2, Nov 2019 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i2

Penerapan Budaya Keselamatan Palu. J Ilm Kesehat. 2018;9(1):10–6.


Pasien di Rumah Sakit: Literature 26. Handayani F. Peran Perawat dalam
Review. 2017; Melakukan Pengelolaan Keselamatan
18. Sitanggang R. Peran Perawat Pasien. 2019;
Menerapkan Prinsip Pasien Safety di 27. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar
RS. 2019; Metodologi Penelitian Klinis. Vol.
19. Syam NS. Implementasi Budaya 372, Jakarta: Sagung Seto. 2011.
Keselamatan Pasien Oleh Perawat di 28. Luknis S, Hastono SP. Statistik
Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Fak Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:
Kesehat Masy. 2017;11(2):174–80. Rajagrafindo. 2008.
20. Rahayu VT, Ariyani V, Kurniawan S. 29. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kesehatan. Edisi Revi. Rineka Cipta.
Kerja Fisik, dan Kompensasi terhadap
Jakarta, Indonesia; 2010.
Kinerja Karyawan di PT. PLN Cabang
Madiun. JRMA| J Ris Manaj dan 30. Setiowati D, Allenidekania, Sabri L.
Akunt. 2013;1(1):89–95. Effective Leadership of Head Nurse
Increase the Implementation ofd
21. Martyastuti NE, Dharmana E, Patient Safety Culture by Nurse
Hidayati W. Hubungan Antara Faktor Practitioners of Dr. Cipto
Individu dan Persepsi Organisasi Mangunkusumo National Hospital,
dengan Kinerja Perawat Pelaksana Jakarta. Makara J Heal Res.
Dalam Penerapan Keselamatan Pasien 2014;15(2):55–60.
di Ruang Rawat Inap RSUD Bendan
Kota Pekalongan. Diponegoro; 2016. 31. Dewi S. Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Penerapan
22. Afrizal, Pratiwi A, Yulian V. Analisis Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat
Fungsi Kepala Ruang Menurut Inap RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Perspektif Staf Keperawatan Di RSJD Tahun 2016. Universitas Andalas;
Surakarta. Universitas 2016.
Muhammadiyah Surakarta; 2016.
32. Wardhani NB, Noor NB, Pasinringi
23. Nurdiana, Hariyati TS, Anisah S. SA. Hubungan Kepemimpinan Efektif
Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Kepala Ruangan Dengan Penerapan
Ruangan dalam Pengendalian Mutu Budaya Keselamatan Pasien Di
Keperawatan. J Persat Perawat Nas Instalasi Rawat Inap RS UNHAS
Indones. 2018;2(3):160–76. Tahun 2013. Hasil Penelitian, Bagian
24. Anwar AW, Kapalawi I, Maidin MA. Manajemen Rumah Sakit, Fakultas
Hubungan Kepemimpinan Efektif Kesehatan …; 2013.
Kepala Ruangan dengan Penerapan 33. Pratiwi AER, Anggraeni R, Maidin
Budaya Keselamatan Pasien di MA. Gambaran Kepemimpinan
Instalasi Rawat Inap RSUD Kota
Efektif Kepala Ruangan Instalasi
Makassar. Universitas Hasanuddin; Rawat Inap dalam Penerapan Budaya
2014. Keselamatan Pasien di RSUD Haji.
25. Mbaloto FR. Strategic Leadership Bagian Manaj Rumah Sakit, Fak
Kepala Ruangan dalam Penerapan Kesehat Masyarakat, Univ
Budaya Keselamatan Pasien oleh Hasanuddin. 2014;
Perawat Pelaksana Di RSUD Undata

111

You might also like