Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Background: Cerebral toxoplasmosis is an HIV antibody test, CD4+ 24 c/uL, head CT-scan
opportunistic infectious disease that occurs in patients suggestive of cerebral toxoplasmosis with cerebritis.
with very low CD4+ levels and the risk will increase in The patient was diagnosed with HIV/AIDS stage 4 with
CD4+ cells of less than 50 cells/mm3. Establishing a cerebral toxoplasmosis, oral candidiasis and dyspepsia.
diagnosis of cerebral toxoplasmosis in the peripheral Patients given empiric therapy toxoplasma cerebri with
area is a challenge in itself. On the other hand, Pyrimethamine, Clindamycin, Antiretroviral and other
clinicians are faced with the limitations of the available treatment. The patient was treated for twelve days and
investigations. This case report aims to discuss the was discharged in good condition.
diagnosis and management of cerebral toxoplasmosis. Conclusion: Cerebral toxoplasmosis can be diagnosed
Case Illustration: A 21-year-old male patient through history taking, and physical examination is
complained of being unconscious since 8 hours before supported by rapid HIV antibody test and head CT-
admission to the hospital, repeated tonic seizures scan. With the provision of empiric therapy for cerebral
and history of high fever accompanied with severe toxoplasmosis, in addition to helping to establish
headache. The patient experienced drastic weight loss in a presumptive diagnosis, it is also very helpful in
6 months. From the physical examination of the patient accelerating the handling and administration of
with GCS E2M4Vx, with the impression of lateralization therapy to patients.
to the left, oral candidiasis was found. Rapid reactive
Keywords: Cerebral, HIV/AIDS, oportunistic infection, toxoplasmosis.
Cite This Article: Purnamasari, D., Zulmiaty., Bachtiar. 2022. Laporan kasus toksoplasmosis serebri pada infeksi
human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS). Intisari Sains Medis 13(1): 371-
376. DOI: 10.15562/ism.v13i1.1235
ABSTRAK
Latar Belakang: Toksoplasmosis serebri merupakan dengan GCS E2M4Vx, dengan kesan lateralisasi ke kiri,
penyakit infeksi opportunistik yang terjadi pada dan ditemukan kandidiasis oral. Tes rapid antibodi HIV
pasien dengan kadar CD4+ sangat rendah dan risiko reaktif, CD4+ 24 c/uL, CT-scan kepala kesan sugestif
akan meningkat pada CD4+ kurang dari 50 sel/mm3. toksoplasmosis serebri dengan serebritis. Pasien
1
Dokter CST-Poliklinik VCT, RSUD Kudungga Menegakkan diagnosis toksoplasmosis serebri di didiagnosis dengan HIV/AIDS stadium 4 dengan
Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur; daerah perifer merupakan suatu tantangan tersendiri. toksoplasmosis serebri, kandidiasis oral dan dispepsia.
2
Dokter Spesialis Saraf, RSUD Kudungga Sangatta, Disatu sisi toksoplasmosis serebri merupakan suatu Pada pasien diberikan terapi empiris toksoplasma
Kutai Timur, Kalimantan Timur; kondisi yang berat, disisi lain para klinisi dihadapkan serebri dengan kombinasi Sulfadiazine, Klindamisin,
3
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, RSUD Kudungga dengan keterbatasan pemeriksaan penunjang Antiretroviral dan pengobatan lainnya. Pasien dirawat
Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur.
yang ada. Laporan kasus ini bertujuan untuk selama dua belas hari dan dipulangkan dalam keadaan
membahas diagnosis dan tatalaksana toksoplasmosis membaik.
*Korespondensi: serebri. Simpulan: Toksoplasmosis serebri dapat didiagnosis
Dewi Purnamasari; Ilustrasi Kasus: Pasien laki-laki, 21 tahun dikeluhkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik ditunjang
Poliklinik VCT, RSUD Kudungga Sangatta, Kutai tidak sadarkan diri sejak 8 jam sebelum masuk rumah dengan pemeriksaan tes cepat antibodi HIV, dan
Timur, Kalimantan Timur / dewi; sakit, dengan kejang tonik berulang, hilang timbul CT-scan kepala. Dengan pemberian terapi empiris
purnamasari1985@gmail.com selama 1,5 jam. Pasien riwayat demam tinggi sejak 9 toksoplasmosis serebri, selain membantu menegakkan
hari sebelum masuk rumah sakit, disertai sakit kepala diagnosis presumptif juga sangat membantu
Diterima: 01-01-2022 hebat. Pasien mengalami penurunan berat badan mempercepat penanganan dan pemberian terapi
Disetujui: 02-04-2022 drastis dalam 6 bulan. Dari pemeriksaan fisik pasien kepada pasien.
Diterbitkan: 30-04-2022
Published
Open access:
by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(1): 371-376 | doi: 10.15562/ism.v13i1.1235
http://isainsmedis.id/ 371
CASE REPORT
372 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(1): 371-376 | doi: 10.15562/ism.v13i1.1235
CASE REPORT
Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(1): 371-376 | doi: 10.15562/ism.v13i1.1235 373
CASE REPORT
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis kasus, ditemukan
gejala demam, sakit kepala, dan kejang.
Keluhan psikiatri tidak ditemukan.
Adapun gejala umum toksoplasmosis
serebri yaitu sakit kepala (38-93%), defisit
neurologis fokal (22-80%), demam (35-
88%), konfusi (15-52%), kejang (19-58%),
perubahan psikomotor atau perilaku (37-
42%), palsy nervus kranialis (12-28%),
ataxia (2-30%), dan abnormalitas visual
(8-19%). Disamping itu pasien juga bisa
mengalami gerakan-gerakan involunter
dan gangguan neuropsikiatrik encephalitis
seperti psikosis, demensia, gangguan
cemas, dan gangguan kepribadian.7
Dari pemeriksaan fisik penampakan
pasien sangat kurus, pucat dan lemah,
pasien mengalami penurunan berat badan
yang cukup drastis. Ditemukan kandidiasis
pada rongga mulut hingga kerongkongan.
Dari hasil pemeriksaan fisik neurologis
ditemukan paraparese, dengan kelemahan
yang lebih berat terdapat pada sisi tubuh
bagian kiri. Faktor risiko HIV ditemukan
saat pasien sudah sadarkan diri dan
mampu berkomunikasi, dengan faktor
risiko kontak seksual anal dengan laki-laki
sesama, jenis sejak usia sekolah menengah
atas. Pasien memakai tindik, namun
tidak ditemukan tato. Hasil pemeriksaan
yang mendukung hasil pemeriksaan
rapid antibody HIV positif sebanyak tiga
Gambar 3. CT-scan kepala pasien yang menggambarkan luas lesi isodens. reagen, dengan CD4+ 24 c/uL. Risiko
toksoplasmosis serebri meningkat pada
didapatkan Hb 12,3 g/dL, Wbc 8.700, Plt rutin. Selama kontrol, efek samping obat ODHA dengan antibody IgG T.gondii
156.000. Hasil kimia darah didapatkan yang dikeluhkan oleh pasien yaitu rasa positif, dengan CD4+ < 100 sel/mm3 serta
fungsi ginjal dan fungsi hati yang baik. pusing, mual dan lemas yang dialami tidak menerima obat profilaksis secara
Saat ini pasien masih tetap melanjutkan dalam tiga bulan pertama memulai teratur dan efektif.4 Namun karena tidak
terapi ARV dengan Fixed Dose terapi antiretroviral. Setelah melewati tersedia di fasilitas kesehatan, pada kasus
Combination terapi (Lamivudine 300 mg / tiga bulan, tanpa menyetop obat, keluhan tidak dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG
Tenofovir 300 mg / dan Evafirenz 600 mg), berkurang perlahan dan pasien bisa tetap antitoksoplasma.
profilaksis INH 300 mg tiap 24 jam selama mengkonsumsi obat. Keluhan erupsi obat Hasil CT-scan pada kasus menunjukkan
6 bulan, dan melanjutkan kotrimoksasol tidak ada. Untuk penilaian gangguan lesi-lesi isodens multipel 18 HU, dengan
960 mg tiap 24 jam, flukonazol tablet 200 psikiatri pada kontrol setelah satu tahun batas relatif tegas, tepi irregular, pada
mg tiap 24 jam, dan klindamisin 300 mg pertama pasca pengobatan antiretroviral serebri bilateral dengan bintik kalsifikasi
tablet tiap 6 jam. Pasien mendapatkan dilakukan menggunakan Modified Patient di dalamnya disertai edema yang luas
dukungan penuh dari ibu dan kakaknya Health Questionnaire-9 (PHQ-9) dengan disekitarnya membentuk gambaran
yang mendukung selama pengobatan skor 4 (0-4), yaitu none-minimal, untuk finger-like appearance yang mendesak dan
dan menjadi pengawas minum obat mengalami masalah psikiatri (gangguan menyempitkan ventrikel lateralis, kesan
pasien. Tingkat Adherence > 95%, dengan cemas, depresi, gangguan tidur, mimpi sugestif toksoplasmosis serebr dengan
kurang dari tiga dosis yang lupa diminum buruk) pasca pengobatan antiretroviral serebritis. Berdasarkan teori, temuan
dalam 30 hari. Pasien minum obat secara FDC ARV dengan kandungan Evafirens. MRI atau CT-scan kepala yang khas pada
rutin dan teratur, serta bersedia kontrol toksoplasmosis serebri adalah lesi cincin
multiple (ring enhancing lesions) yang
374 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(1): 371-376 | doi: 10.15562/ism.v13i1.1235
CASE REPORT
biasanya mengenai basal ganglia (48%), klinis dan radiologis dalam dua hingga Manfaat pemberian steroid pada
lobus frontalis (37%), dan lobus parietalis tiga minggu terapi antitoksoplasma, kasus toksoplasmosis serebri terkait
(37%) dengan edema, lobus occipitalis harus dipertimbangkan diagnosis HIV terutama pada kasus yang berat
(19%), lobus temporalis (18%), dan batang alternatif lainnya.9 Kecurigaan dini dan belum tersedia, namun pada praktisnya
otak atau serebellum (5-15%).7 Gambaran tatalaksana secepatnya pada fase awal dari pemakaian kortikosteroid tetap
CT-scan yang nampak yaitu ring enhancing toksoplasmosis serebri mengurangi risiko direkomendasikan pada kondisi dimana
lesions dengan edema perilesional (44- sekuele dan kematian. toksoplasma serebri dapat menimbulkan
82%), nodular enhancing lesion dengan Pada pasien pilihan terapi efek penekanan (space occupying lesion)
edema perilesional (3-33%), serta lesi antitoksoplasma yang diberikan adalah atau jika ditemukan odem otak difus.11
nonenhancing dengan efek yang luas (6- sulfadiazine 500 mg tablet dosis awal Pemberian obat antikonvulsi harus
20%), serta temuan yang lebih jarang yaitu 4 tablet tiap 24 jam yang diturunkan diberikan jika pasien masuk dengan
edema serebri difus tanpa edema tanpa perlahan menjadi 3 tablet tiap 24 jam, kejang.11 Pada kasus, pasien masuk ke
lesi fokal yang nampak jelas (3-15%), kemudian 2 tablet tiap 24 jam per oral IGD dengan penurunan kesadaran GCS
dan CT-scan tanpa gambaran lesi yang dikombinasi dengan klindamisin 300 mg E2M4VX, diberikan injeksi deksametason
jelas, namun pada MRI ditemukan lesi 2 tablet tiap 6 jam, dengan pemberian 5 mg tiap 12 jam intravena tapering off,
fokal (3%).7 Gambaran perdarahan pada suplementasi asam folat 1 mg tiap 12 dan untuk mengatasi kejang pada pasien
toksoplasmosis serebri sangat jarang, yang jam, diberikan per oral melalui NGT. diberikan terapi phenytoin.
menunjukkan area foci kecil perdarahan Kombinasi tersebut merupakan pilihan Waktu yang tepat untuk memulai
atau lesi-lesi hemoragik berbantuk cincin alternatif sesuai dengan ketersediaan terapi antiretroviral masih menjadi
multipel.8 CT-scan atau MRI membantu yang ada di fasilitas kesehatan pasien perdebatan. Pada pasien ini terapi
menegakkan diagnosis presumptif ini. Pasien mengalami perbaikan yang antiretroviral mulai diberikan pada
toksoplasmosis serebri. MRI lebih sensitif ditandai dengan membaiknya kesadaran hari kedua perawatan. Berdasarkan
dibandingkan CT-scan, namun jarang pada hari ke-10 dan 11 perawatan di penelitian terhadap 282 pasien dengan
tersedia di daerah terpencil. Pemeriksaan ruangan. Selama observasi, pada pasien infeksi opportunistik selain tuberkulosis
PCR dapat mendeteksi DNA T.gondii tidak ada keluhan alergi terhadap regimen (kurang lebih sebanyak 5% dengan
melalui pemeriksaan sampel cairan antitoksoplasma yang diberikan. Obat toksoplasmosis serebri) menunjukkan
serebrospinal atau darah. Kelemahannya pilihan pertama untuk toksoplasmosis bahwa pemberian cART yang lebih awal
adalah sensitivitas yang lemah serta pada serebri sesuai guideline Departement of (median 12 hari setelah memulai terapi
pasien dengan lesi otak luas kontraindikasi Health and Human Services of The United infeksi oportunistik) dibandingkan
untuk dilakukan lumbal punksi. Biopsi States, European AIDS Clinical Society, dengan pemberian cART yang lebih
otak dapat memberikan diagnosis definitif dan British HIV Asscociation adalah lambat (median 45 hari setelah memulai
serta dapat mendemostrasikan adanya kombinasi Pyrimethamine Sulfadiazine terapi infeksi oportunistik) menunjukkan
tachyzoites dan kista jaringan. Pemeriksaan diberikan per oral, yang bekerja dengan penurunan progresi AIDS dan kematian
ini sulit dikerjakan di daerah perifer, dan menghambat proliferasi T.gondii melalui secara signifikan.12,13 Terjadinya Immune
pada kasus tidak dilakukan biopsi karena alur metabolisme folat, yang menghambat Reconstitution Inflamatory Syndrome
keterbatasan sarana-prasarana serta dihidrofolate reductase dan dihydropteroate (IRIS), tidak menjadi pertimbangan utama
tenaga Dokter Spesialis Bedah Saraf. synthase yang mengakibatkan pada kasus toksoplasmosis serebri, sebuah
Walaupun menegakkan diagnosis terhambatnya sintesis tetrahydrofolate studi di enam rumah sakit di Belanda
definitif dari toksoplasmosis serebri yang diperlukan pada saat sintesis DNA pada tahun 1996-2016 menunjukkan
penting, diagnosis presumptif dapat Parasit.7,10 Pemberian regimen tersebut tidak ada hubungan yang signifikan antara
dipertimbangkan terutama bagi klinisi ditambahkan asam folat/leucovorin. kapan memulai ART dengan kejadian
di daerah perifer. Pilihan pemberian Pilihan berikutnya adalah Trimethoprim toksoplasmosis serebri dan kaitannya
terapi empiris terhadap penderita suspek Sulfamethoxazole (TMX-SMX). dengan IRIS paradoksikal.14 Inisiasi
toksoplasmosis serebri tetap dapat Suplementasi asam folat lebih diperlukan ART yang cepat, tidak memperbaiki
membantu mengkonfirmasi diagnosis. dalam pemakaian Pyrimethamine. kondisi akhir dari pasien dengan
Diagnosis presumptif dapat ditegakkan Pilihan alternatif lain adalah klindamisin meningitis tuberkulosis atau meningitis
dengan melihat gambaran klinis penderita yang merupakan golongan Lincomycin, cryptococcal, sebaliknya pemberian terapi
sesuai dengan gambaran penderita HIV- menghambat T.gondii melalui mekanisme awal kombinasi ART disarankan dalam
AIDS disertai gejala neurologis fokal, yang belum begitu diketahui dengan dua minggu setelah memulai terapi
hasil pemeriksaan rapid tes antibody melibatkan organel apicoplast parasit.11 toksoplasmosis serebri.7,13
terhadap HIV positif, Hasil CD4+ rendah, Bagi pasien dengan riwayat alergi sulfa Hasil pemantauan terhadap pasien, satu
(pada kasus CD4+ pertama kali 24 c/ dianjurkan untuk melakukan tes alergi tahun sejak memulai terapi antiretroviral
uL), temuan imaging yang sesuai dengan atau desensitasi sulfa. Di negara-negara menunjukkan hasil viral load 47 copies/
lesi klinis, serta respon terhadap terapi dimana kombinasi Pyrimethamine tidak ml dan CD4+ 138 c/uL. Dengan hasil
empiris, dengan pemberian terapi anti- tersedia maka kombinasi Trimethoprime demikian pasien masih mendapatkan
toksoplasma. Jika tidak ada perbaikan Sulfamethoxazole menjadi pilihan utama. terapi profilaksis kklindamisin selain
Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(1): 371-376 | doi: 10.15562/ism.v13i1.1235 375
CASE REPORT
terapi profilaksis kotrimoksasol dan meskipun berada di daerah terpencil. toxoplasmic encephalitis in HIV infection; a
flukonasol. Profilaksis untuk mencegah Pengawasan dan kontrol rutin keluhan case study. Archieves of Neuroscience. 2015;
2(2):1-5.
toksoplasmosis serebri pada penderita HIV dan gejala serta efek samping obat dapat 7. Vidal JE. HIV-related cerebral toxoplasmosis
disarankan pada kondisi CD4+ < 100 sel/ membantu perbaikan kondisi pasien. revisited: current concepts and controversies of
mm3 atau CD4+ < 200 sel/mm3, tergantung an old disease. Sagepub. 2019;18:1-20.
kondisi penderita. Karena kurang lebih KONFLIK KEPENTINGAN 8. Wijdicks EFM, Borleffs JCC, Hoepelman AIM,
Jansen GH. Fatal disseminated hemmorhagic
25% kasus dengan toksoplasmosis serebri
Tidak terdapat konflik kepentingan di toxoplasmic encephalitis as the initial
terjadi pada kondisi CD4+ > 100 sel/mm3, manifestation of AIDS. Ann Neurol. 1991;29(6);
dalam penulisan laporan kasus ini.
sehingga CD4+ < 200 sel/ mm3 lebih tepat 683-6.
untuk memulai terapi profilaksis.13 Pasien 9. Antinori A, Larussa D, Cingolani A. Italian
PENDANAAN Registry Investigative NeuroAIDS. Prevalence,
yang sudah mendapatkan terapi ARV lebih
associated factors, and prognostic determinants
dari 3-6 bulan dan berespon baik dengan Penulis bertanggung jawab terhadap of AIDS-related toxoplasmotic encephalitis in
CD4 > 200 sel/mm3, dapat menghentikan pendanaan penulisan laporan kasus ini the era of advanced highly active antiretroviral
profilaksis, begitu pula pasien dengan tanpa melibatkan pihak sponsor, beasiswa therapy. Clin Infect Dis. 2004;39(11):1681-91.
CD4+ antara 100- 200 sel/mm3 dengan ataupun sumber pendanaan lainnya. 10. Porter SB, Sande MA. Toxoplasmosis of
central nervous system in the acquired
hasil viral load dibawah limit deteksi immunodeficiency syndrome. N Engl J Med.
(undetected) dapat menghentikan terapi ETIKA DALAM PUBLIKASI 1992;327(23):1643-8.
profilaksis, sedangkan untuk kondisi CD4+ 11. Vidal JE, Hernandez AV, de Oliveira AC,
Laporan kasus ini telah mendapatkan
antara 100-200 sel/ mm3 dengan hasil viral Dauar RF, Barbosa SP Jr, Focaccia R. Cerebral
persetujuan tertulis (informed consent) toxoplasmosis in HIV-positive patients in
load diatas limit deteksi maka disarankan
dari pasien dan keluarganya dan telah Brazil: clinical features and predictors of
untuk mengulangi terapi profilaksis.7,13-16
mengikuti pedoman COPE terhadap treatment response in the CART era. AIDS
Regimen yang direkomendasikan adalah Patient Care STDS. 2005;19(10):626-34.
etika di dalam publikasi ilmiah. Serta
TMP-SMX, dengan regimen alternatif 12. Nelson M, Dockrell D, Edwards S. British
menyetujui bahwa data medis akan HIV Association and British Infection in
yaitu pyrimethamine, ditambah leucovorin
dipublikasikan dalam bentuk laporan HIV-seropositive individuals 2011. HIV Med.
atau atovaquone. Opsi terapi ini juga
kasus pada jurnal ilmiah kedokteran. 2011;12(suppl 2):1-140.
efektif untuk pneumonia yang disebabkan 13. Zolopa A, Andersen J, Powderly W. Early
oleh Pneumocystic jirovecii.7 antiretroviral therapy reduces AIDS
KONTRIBUSI PENULIS progression/death in individual with acute
opportunistic infections: a multicenter
SIMPULAN Seluruh penulis berkontribusi dalam
randomized strategy trial. PLoS One.
penulisan karya tulis ini mulai dari 2009;4(5):e5575.
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki
pemeriksaan pasien, pengumpulan data 14. van Bilsen WPH, van den Berg CHSB, Rijnders
dengan keluhan kejang dan penurunan
serta penulisan laporan. BJA. Immune reconstitution inflammatory
kesadaran dengan defisit neurologis kesan syndrome associated with toxoplasmic
lateralisasi ke kiri dan gejala-gejala terkait encephalitis in HIV-infected patients. AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
imunodefisiensi. Hasil pemeriksaan 2017;31(10):1415-24.
laboratorium menunjukkan rapid tes 1. Basavaraju A. Toxoplasmosis in HIV infections: 15. Panel on Opportunistic Infections in HIV-
An overview. Trop Parasitol. 2016;6(2): 129–35. infected Adults and Adolescents. Guidelines for
antibody HIV positif dengan CD4+ 24 c/uL. 2. Nissapatorn V, Sawangiaroen N. Parasitic the prevention and treatment of opportunistic
Diagnosis toksoplasma serebri didukung infections in HIV infected individuals: infections in HIV-infected adults and
oleh hasil CT-scan kepala kesan sugestif diagnostic and therapeutic challenges. Indian Adolescent: reccommendations from the
toksoplasmosis serebri dengan serebritis. Journal of Medical Research. 2011;134:878-97. Centers for Disease Control and Preventions,
3. Azovtseva OV, Viktorova EA, Bakulina the National Institutes of Health, and the HIV
Pasien diberikan pilihan kombinasi terapi
EG, Shelomov AS, Trofimova TN. Cerebral Medicine Association of the Infectious Disease
sulfadiazine, klindamisin, dan asam folat, toxoplasmosis in HIV-infected patients Society of America. Tersedia di: http://aidsinfo.
dengan pemberian kortisteroid intravena over 2015-2018 (a case study of Russia). nih.gov/contentfiles/lvguidelines/adult_oi.pdf.
dan phenytoin. Pemberian antiretroviral Epidemiology and infection. 2020;148:1-6. [Diakses: 22 November 2021].
diberikan segera. Pengawasan pengobatan 4. Liesenfeld O, Press C, Montoya JG, Gill R, 16. Podzamczer D, Salazar A, Jimenez J.
Isaac-Renton JL, Hedman K, dkk. False- Intermittent trimethoprim-sulfamethoxazole
terhadap pasien dilakukan secara berkala positif results in immunoglobulin M (IgM) compared with dapsone-pyrimethamine for
dan pasien menunjukkan perbaikan. toxoplasma antibody test and importance of the simultaneous primary prophylaxis of
Pada pasien HIV/AIDS dengan confirmatory testing: the Platelia Toxo IgM test. Pneumocystis pneumonia and toxoplasmosis in
toksoplasmosis serebri, anamnesis dan J Clin Microbiol. 1997;35(1):174-8. patients infected with HIV. Ann Intern Med.
5. Wang H, Zhang Q, Shi Y, Li R, Wang S, Sun J, 1995;122(10):755-61.
pemeriksaan fisik yang khas dengan dkk. The imaging diagnostic criteria of AIDS-
didukung laboratorium dan pencitraan related cerebral toxoplasmosis in China.
yang tersedia sangat membantu Radiology of Infectious Diseases. 2020;7(3):85-
penegakan diagnosis. Pemberian terapi 90.
empiris antitoksoplasma secara cepat serta 6. Baratioo A, Hashemi B, Rouhipour A,
Haroutunian P, Mahdlou M. Review of
pengawasan penting untuk dilakukan
376 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(1): 371-376 | doi: 10.15562/ism.v13i1.1235