Professional Documents
Culture Documents
1 2022
Homepage: https://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/
ABSTRACT
Currently, the demographic dividend era is in progress, but improving the quality of competitive human
resources is still a challenging process. Human capital investment needs to be implemented to make the older
person healthier, independent, prosperous and dignified in the future to reach the second demographic dividend.
This study provides an overview of the older person and province characteristics in the era of the demographic
bonus. The data sources are the 2019 National Socio-Economic Survey (Susenas) and other official publications.
The analysis was carried out descriptively on a provincial scale for individuals aged 60 years or over. The results
showed a dependency ratio below 50 (namely demographic bonus), but several provinces still needed to decrease
fertility and mortality. Based on the older person's current condition, most still have low access to income,
education, health services, and communication technology. Various efforts need to be implemented in
collaboration between the government and other stakeholders to enhance the better quality of the older person in
the next future. It is necessary to provide people with job opportunities, knowledge, and health and financial
security skills to prepare for old age.
Keyword: demographic bonus; dependency ratio; older person; active ageing; demographic component
ABSTRAK
Saat ini, era bonus demografi sedang berlangsung, tetapi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
berdaya saing masih menjadi tantangan. Investasi modal manusia perlu dilakukan untuk menjadikan lanjut usia
(lansia) sehat, mandiri, sejahtera, dan bermartabat di masa depan menyongsong bonus demografi kedua.
Penelitian ini ditujukan untuk memberikan gambaran karakteristik lanjut usia di era bonus demografi, dan capaian
komponen demografi di setiap provinsi. Penelitian ini menggunakan sumber data mentah dari Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019 dan berbagai publikasi resmi lainnya. Analisis dilakukan secara
deskriptif dalam skala provinsi pada individu usia 60 tahun atau lebih (lanjut usia). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa, meskipun sudah memasuki periode bonus demografi (rasio ketergantungan di bawah 50), beberapa
provinsi masih perlu penanganan fertilitas, dan mortalitas. Melihat gambaran kondisi lanjut usia saat ini, masih
banyak yang golongan rendah dalam hal pendidikan, pendapatan, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan
teknologi komunikasi. Berbagai upaya perlu dilakukan oleh pemerintah dengan pemangku kepentingan lainnya
untuk mempersiapkan penduduk lanjut usia masa depan yang lebih berkualitas. Selain itu, pembekalan penduduk
dengan pengetahuan dan keterampilan perlu dilakukan untuk persiapan masa tua. Penduduk diberikan
kemudahan akses terhadap pendidikan tinggi, jaminan finansial, kesempatan kerja, dan kesehatan yang lebih
baik.
Kata kunci: bonus demografi, rasio ketergantungan, lanjut usia, kelanjutusiaan aktif, komponen demografi
DOI: 10.14203/jki.v17i1.636 1
Naskah masuk: 26 Desember 2020 Revisi akhir: 12 Agustus 2022 Naskah diterima: 12 Agustus 2022
ISSN 1907-2902 (Print) | e-ISSN 2502-8537 (online) | © 2022 National Research and Innovation Agency
This is an open access article under the CC BY-NC-SA license
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0).
Lilis Heri Mis Cicih dan Darojad N. Agung
Isu penuaan penduduk merupakan hal (SPSS). Pada tulisan ini, hasil analisis data
penting terkait bonus demografi (Barsukov, disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel
2019). Penuaan penduduk merupakan tantangan dan gambar. Untuk mengetahui hubungan antar
pembangunan yang perlu ditangani dengan variabel, dilakukan analisis korelasi antara Rasio
pendekatan semua kelompok umur dan Ketergantungan (RK) atau Dependency Ratio
sepanjang kehidupan (life cycle). Upaya untuk dengan komponen demografi.
menghadapi tantangan tersebut dengan
pembangunan sosio-ekonomi yang berkelanjutan HASIL DAN PEMBAHASAN
dan memastikan kualitas hidup yang layak bagi
para lanjut usia (Dobrokhleb & Barsukov, 2017). Bagian hasil dibagi menjadi dua yaitu pada
Persiapan tidak hanya menyangkut manusianya, tingkat provinsi dan tingkat individu. Pada
melainkan juga dari segi kebijakan, program, dan tingkat nasional dan provinsi dibahas capaian
dukungan regulasi atau peraturan perundang- komponen demografi utama, serta proporsi lanjut
undangan. usianya. Selanjutnya pada tingkat individu
melihat berbagai aspek yang perlu diperbaiki,
Berbagai pembahasan terkait bonus sehingga dapat terwujud lanjut usia yang
demografi, namun masih sedikit penelitian yang mandiri, sejahtera, dan bermartabat.
melihat hubungannya dengan lanjut usia,
khususnya di Indonesia. Sesuai dengan Gambaran Komponen Demografi di Tingkat
Wongboonsin & Wongboonsin (2005), untuk Nasional dan Provinsi
mencapai bonus demografi antara lain perlu
melihat kondisi demografis, dan sumber daya Pada tingkat nasional dan provinsi disajikan
manusia yang ada. Sehubungan dengan itu, capaian komponen demografi saat periode bonus
dalam penelitian ini melihat gambaran capaian demografi, mencakup tingkat fertilitas,
bonus demografi dari parameter demografi di mortalitas, dan migrasi. Selain itu juga disajikan
berbagai provinsi di Indonesia. Selain itu, proporsi lanjut usia untuk memberikan gambaran
penelitian ini juga memberikan gambaran capaian penuaan penduduk, jika persentasenya
karakteristik lanjut usia saat periode bonus sudah mencapai 10% atau lebih.
demografi pertama. Penelitian ini tidak Pada saat ini, rasio ketergantungan di
membahas mengenai pertumbuhan ekonomi hampir semua provinsi mencapai angka di bawah
sebagai dampak dalam kaitannya dengan bonus atau sama dengan 50. Artinya, 100 penduduk usia
demografi. kerja menanggung 50 penduduk bukan usia kerja.
Kondisi ini dapat dikatakan sudah masuk periode
METODOLOGI bonus demografi. Hanya tiga provinsi yang
mempunyai rasio ketergantungan di atas 50, yaitu
Desain penelitian ini adalah cross-sectional, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, dan Nusa
dengan pendekatan kuantitatif. Sumber data Tenggara Timur (NTT).
utama yang digunakan adalah Susenas tahun
2019 dan hasil proyeksi Penduduk Indonesia Rasio Ketergantungan nasional mulai
tahun 2015-2045. Untuk memberikan gambaran mendekati 50 pada tahun 2010, menurun terus
terkait capaian kependudukan di era bonus dan mencapai terendah pada tahun 2020 (45,5).
demografi, disajikan gambaran komponen Periode ini tidak akan berlangsung lama karena
demografi pada tingkat provinsi, dan angka kelahiran yang menurun terus dapat
karakteristik individu. Unit analisis terdiri dari berdampak pada jumlah penduduk usia kerja. Di
provinsi, dan individu lanjut usia (berusia 60 sisi lain, meningkatnya angka harapan hidup
tahun atau lebih). Jumlah lanjut usia dari data Kor berdampak pada bertambahnya jumlah penduduk
Susenas 2019 sebanyak 1.204.466 orang. lanjut usia. Kondisi ini menyebabkan
meningkatnya kembali rasio ketergantungan, dan
Data kuantitatif diolah menggunakan perlu diantisipasi supaya lanjut usia tidak
aplikasi Statistical Product and Service Solutions menjadi beban penduduk lainnya.
Seperti tampak pada Gambar 1, rasio bukan semata milik lanjut usia, melainkan untuk
ketergantungan tua meningkat terus dan sejak semua kelompok umur. Persiapan keuangan
tahun 2030 angkanya cenderung stagnan. perlu dipersiapkan ketika memasuki usia kerja,
Sementara itu, rasio ketergantungan muda dengan berupaya menabung untuk hari tua.
menurun terus seiring dengan penurunan
Menurut Crespo Cuaresma dkk. (2014),
fertilitas.
adanya tabungan merupakan salah satu
Bonus demografi dapat benar-benar persyaratan untuk mencapai bonus demografi.
bermanfaat jika diiringi dengan kualitas sumber Secara agregat melalui tabungan dapat
daya manusia yang baik. Penduduk usia kerja meningkatkan "prospek investasi dan
yang sehat, berpendidikan, dan produktif, pertumbuhan" suatu negara. Oleh karena itu,
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan per perlu didorong dengan kebijakan untuk
kapita, sehingga dapat mendorong pertumbuhan menggalakkan tabungan nasional.
ekonomi.
Jaminan yang ada saat ini seperti kesehatan
Meskipun upaya penurunan kelahiran dan dan ketenagakerjaan perlu ditingkatkan kembali
kematian cukup bagus, dan mencapai target yang kualitas layanannya. Khusus untuk Badan
ditentukan, perlu upaya untuk mempersiapkan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
sektor lainnya terkait dengan persiapan kualitas Ketenagakerjaan tidak hanya sektor formal saja,
penduduk, sehingga memiliki pengetahuan, melainkan mencakup sektor informal juga.
keterampilan, dan berdaya saing tinggi. Karena sebagian besar penduduk bekerja di
Pemberian pemahaman mengenai persyaratan sektor informal, termasuk juga lanjut usia yang
yang harus dipenuhi untuk mencapai bonus bekerja. Untuk BPJS Kesehatan, ke depan juga
demografi juga penting untuk diberikan, sudah mempertimbangkan pembiayaan untuk
sehingga ada persiapan yang dilakukan sejak pelayanan PJP, sehingga dapat diantisipasi jika
dini. Pemahaman mengenai kehidupan masa tua terdapat kebutuhan di masa depan.
aktivitas yang mereka lakukan semata untuk lebih rendah dari gangguan lainnya. Umumnya
mengisi waktu luang. Bekerja buat lanjut usia lanjut usia masih bisa mengurus diri sendiri, tidak
semata untuk tetap berpartisipasi dalam kegiatan mengalami gangguan seperti: perilaku/
sesuai keinginannya sendiri dan untuk aktualisasi emosional, menggunakan/ menggerakkan tangan
diri. Hak lanjut usia untuk masih tetap dan jari, dan berbicara dan/atau memahami/
berpartisipasi seperti ini perlu mendapat komunikasi dengan orang lain. Dari kategori
dukungan dari berbagai pihak. yang tidak bisa sama sekali, paling banyak
persentasenya pada gangguan berjalan/naik
Sebagai upaya untuk mengantisipasi lanjut
tangga.
usia masih bekerja dengan keadaan terpaksa,
penduduk usia kerja diberikan kesempatan kerja, Lanjut usia yang sama sekali tidak bisa
dan diedukasi untuk menabung. Ini merupakan mengurus diri sendiri perlu mendapat perhatian,
salah satu syarat untuk mencapai bonus apalagi jika memerlukan Perawatan Jangka
demografi di masa depan. Dengan adanya Panjang (PJP) atau Long Term Care (LTC). Hal
kepemilikan tabungan ini, diharapkan dapat ini tidak saja berhubungan dengan penyediaan
memberikan perlindungan finansial bagi mereka pendamping atau care giver atau perawat
saat lanjut usia. geriatrik, juga berdampak pada kebutuhan
pembiayaan.
Bisa jadi lanjut usia yang bekerja karena
memang mereka sehat, dalam arti tidak Saat ini sedang dikembangkan program PJP
mengalami keluhan kesehatan sampai oleh Bappenas dengan melibatkan berbagai
terganggunya aktivitas sehari-hari. Status sektor terkait seperti Kementerian Sosial,
kesehatan lanjut usia juga dilihat dari gangguan Kementerian Kesehatan, dan BKKBN. Program
fungsional, yang dijabarkan dalam delapan ini dikembangkan dengan melibatkan partisipasi
macam gangguan berdasarkan Washington masyarakat atau komunitas yang peduli lanjut
Group on Disability Statistics (Washington usia, dan diintegrasikan dengan sistem
Group, 2017). Ini dikembangkan oleh United kelanjutusiaan yang dinamakan SILANI. Sistem
Nations Washington Group on Disability Informasi Lanjut Usia (SILANI) ini merupakan
Statistics, untuk membuat pertanyaan-pertanyaan layanan berbasis online dengan menyajikan
terkait disabilitas. Gangguan/keterbatasan kategori lanjut usia dan posisi tempat tinggal
fungsional merupakan suatu indikator penting dalam peta. Melalui sistem ini juga sedang
bagi kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia diupayakan adanya suatu data terpadu, sehingga
(Pavela, 2015). terdapat layanan satu data lanjut usia. Data by
name by address ini diharapkan dapat digunakan
Dari hasil pengolahan data dapat dilihat
sebagai dasar untuk penentuan sasaran program,
bahwa sebagian besar lanjut usia tidak
sehingga dapat lebih tepat sasaran. Pada tahap
mengalami gangguan fungsional. Lansia yang
awal baru dilakukan uji coba di tiga provinsi
yang tidak mengalami gangguan penglihatan,
yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Bali.
dan gangguan berjalan naik tangga persentasenya
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Lanjut usia Menurut Karakeristik Sosial, Ekonomi,
Demografi, Kesehatan, dan Akses Teknologi Informasi, Indonesia, 2019
n
Variabel Kategori (%)
25,6 juta
Sendiri 2.438.800 9,38
Berdua Pasangan 5.207.800 20,03
Living Arrangement Bersama Keluarga 7.098.000 27,3
Bersama 3 generasi 10.561.200 40,62
Lainnya 691.600 2,66
60-69 tahun 16.368.309 63,82
Kelompok Umur 70-79 tahun 7.101.002 27,68
80 tahun ke atas 2.179.975 8,5
Laki-laki 13.426.243 52,35
Jenis Kelamin
Perempuan 12.223.042 47,65
Perdesaan 12.107.428 47,20
Daerah Tempat Tinggal
Perkotaan 13.541.857 52,80
Tamat SD/kurang 20.662.200 79,47
Tingkat Pendidikan Tamat SMP/SMA 4.105.400 15,79
Tamat Perguruan Tinggi 1.180.400 4,54
Kawin 15.789.800 60,73
Status Perkawinan Cerai mati/hidup 9.937.200 38,22
Belum kawin 273.000 1,05
40% terbawah 11.398.400 43,84
Tingkat Ekonomi 40% menengah 9.685.000 37,25
20% teratas 4.916.600 18,91
Milik sendiri 23.807.667 92,82
Status Kepemilikan rumah
Bukan milik sendiri 1.841.619 7,18
Ya 11.050.796 43,08
Penggunaan telepon seluler
Tidak 14.598.489 56,92
Ya 2.037.177 7,94
Penggunaan internet
Tidak 23.612.108 92,06
Bekerja 12.841.400 49,39
Pengangguran 85.800 0,33
Kegiatan selama seminggu terakhir
Mengurus RT 8.491.600 32,66
Lainnya 4.581.200 17,62
Ya 5.991.621 23,36
Kepemilikan rekening tabungan
Tidak 19.657.664 76,64
ART yang bekerja 20.407.039 79,56
Kiriman uang/barang 3.422.076 13,34
Sumber terbesar pembiyaan RT Investasi (Deposito,
17.697 0,69
dsb)
Pensiunan 1.643.200 6,41
Keluhan kesehatan sampai terganggunya Ya 6.719.140 26,2
aktivitas sehari-hari Tidak 18.930.145 73,8
Sumber: Diolah dari data Susenas 2019 Catatan: ART=Anggota Rumah Tangga
Dobrokhleb, V. G., & Barsukov, V. N. (2017). Lee, R. D., & Mason, A. (2006). What is the
Demographic theories and the regional demographic dividend? Finance and
aspect of population ageing. Development, 43(3),16–17.
Ekonomicheskie i Sotsialnye Peremeny, Mason, A., Lee, R., & Jiang, J. X. (2016).
54, 89–103. Demographic dividends, human capital,
https://doi.org/10.15838/esc/2017.6.54.6 and saving. The Journal of the Economics
Gribble, J. N., & Bremmer, J. (2013). Achieving of Ageing, 7, 106–122.
a demographic dividend. Population https://doi.org/10.1016/j.jeoa.2016.02.004
Bulletin, 67(2), 1–15. Pavela, G. (2015). Functional status and social
https://www.prb.org/resources/achieving- contact among older adults. Research on
a-demographic-dividend/ Aging, 37(8), 815–836. https://doi.org/
Hayes, A. (2014). The mixed blessing of Asia’s 10.1177/0164027514566091
growing middle class. East Asia Forum Washington Group. (2017). Overview of
Quarterly, 6(4), 23–26. disability measurement. Washington
Hayes, A., & Setyonaluri, D. (2017). Taking Group
advantage of the demographic dividend in Woetzel, J., Tonby, O., Thompson, F., Burtt, P.,
Indonesia: A brief introduction to theory & Lee, G. (2014, November). Southeast
and practice [Policy Memo]. UNFPA. Asia at the crossroads: Three paths to
https://indonesia.unfpa.org/en/publication prosperity. McKinsey Global Institute.
s/taking-advantage-demographic-
Wongboonsin, K., & Wongboonsin, P. (2005).
dividend-indonesia-brief-introduction-
Second demographic dividend.
theory-and-practice