Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt yang mana telah Melimpahkan rahmat
serta hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
” MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
TRAUMA MATA MEKANIK ” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam juga selalu
tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan
menuju alam yang penuh dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita rasakan pada
saat sekarang ini.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Di dalam penyusunan makalah ini
kami menyadari masih banyak sekali kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari rekan-rekan semua sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa Institut
Ilmu Kesehatan Nahdlagul Ulama Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………...1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...3
BAB I KONSEP DASAR…………………………………………………………………...4
1. Definisi………………………………………………………………………………………………………………………….....4
2. Klasifikasi………………………………………………………………………………………………………………………....4
3. Etiologi……………………………………………………………………………………………………………………………..5
4. Manifestasi Klinis…………………………………………………………………………………………………………..…7
5. Patafisiologi……………………………………………………………………………………………………………………..7
6. Woc………………………………………………………………………………………………………………………………….8
7. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………………………………………………..9
8. Penatalaksanaan……………………………………………………………………………………………………………..9
9. Komplikasi……………………………………………………………………………………………………………………..10
BAB II KONSEP TEORI…………………………………………………………………11
1. Pengkajian……………………………………………………………………………………………………………………..12
2. Diagnosa………………………………………………………………………………………………………………………..12
3. Intervensi……………………………………………………………………………………………………………………...15
4. Implementasi………………………………………………………………………………………………………………...15
5. Evaluasi……………………………………………………………………………………………………………………….…15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………………...16
1. Pengkajian……………………………………………………………………………………………………………………..23
2. Analisa Data…………………………………………………………………………………………………………………..24
3. Diagnosea Keperawatan…………………………………………………………………………………………………24
4. Intervensi……………………………………………………………………………………………………………………….27
5. Implementasi dan Evaluasi………………………………………………………………………………………….…29
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….30
BAB I
KONSEP DASAR
1. Definisi
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata
dan merupakan kasus gawat darurat mata.Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai
berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata(Sidarta. 2005)
Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik oleh zat kimia
maupun oleh benda keras dan tajam (Anas, 2010).
2. Klasifikasi
1. Trauma Mekanik
a. Trauma Tumpul trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang relatif
besar,tumpul, keras maupun tidak keras.. Taruma tumpul dapat menyebabkan cedera
perforasi dan non perforasi. Trauma tumpul pada mata dapat mengenai organ eksterna
(orbita dan palpebra) atau interna (konjungtiva. kornea, iris atau badan silier, lensa,
korpus vitreus, retina dan nervus optikus (N.II)
b. Trauma Tajam: trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang masuk ke
mata. Trauma Kimia/Khemis
c. Trauma Kimia Asam: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam.
d. Trauma Kimia Basa; trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa.
e. Trauma Fisis
f Trauma termal: misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
g. Trauma bahan radioaktif: misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.
3. Etiologi
Trauma mata dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1. Trauma tumpul disebabkan akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar, tumpul,
keras maupun tidak keras misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka
tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
2. Trauma tajam (penetrating injuries) disebabkan benda tajam atau benda asing yang masuk
ke mata seperti kaca, logam, atau partikel kayu berkecepatan tinggi, percikan proses
pengelasan, dan peluru.
3. Trauma Khemis disebabkan akibat substansi yang bersifat asam dan alkali yang masuk ke
mata.
4. Trauma kimia asam, misalnya cuka, bahan asam dilaboratorium (asam sulfat. Asam
hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat, asam hidroflorida).
5. Trauma kimia basa, misalnya sabun cuci, shampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem
perekat.
4. Manifestasi Klinis
1. Trauma Tumpula.
a. Rongga Orbita: suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang yang
membentuk dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal, maksila, platinum dan
zigomatikus.Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur orbita,
kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita, gangguan gerakan
bola mata.
b. Palpebra: Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata didepan komea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untukmelindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bolamata. Kelopak mempunyai lapis
kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir
tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.Gangguan penutupan kelopak (lagoftalmos)
akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis. Jika pada
palpebra terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom, edema palpebra yang
dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat membuka dengan sempurna (ptosis),
kelumpuhan kelopak mata (lagoftalmos/tidak dapat menutup secara sempurna).
c. Konjungtiva: Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dankelopak
bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yangdihasilkan oleh sel
Goblet.Musin berfungsi membasahi bola mata terutamakornea. Edema, robekan
pembuluh darah konjungtiva (perdarahan subkonjungtiva) adalah tanda dan gejala
yang dapat terjadi jika konjungtiva terkena trauma.
d. Kornea: Kornea (Latin cornum - seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yangmenutup bola mata
sebelah depan dan terdiri dari beberapa lapisan.Dipersarafioleh banyak saraf. Edema
kornea, penglihatan kabur, kornea keruh,erosi/abrasi, laserasi kornea tanpa disertai
tembusnya kornea dengan keluhan nyeri yang sangat, mata berair, fotofobi adalah
tanda dan gejala yang dapat muncul akibat trauma pada kornea.
e. Iris atau badan silier: merupakan bagian dari uvea. Pendarahan uvea dibedakan antara
bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk
menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah
arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu
pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu
membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar.Uvae posterior mendapat
perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di
sekitar tempat masuk saraf optik. Hifema (perdarahan bilik mata depan), iridodialisis
(iris terlepas dari insersinya) merupakan tanda patologik jika trauma mengenai iris.
f. Lensa: Lensa merupakan badan yang bening. Secara fisiologik lensa mempunyai sifat
tertentu, yaitu: Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam
akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau transparan karena diperlukan sebagai
media penglihatan, terletak di tempatnya. Secara patologik jika lensa terkena trauma
akan terjadi subluksasi lensa mata (perpindahan tempat).
g. Korpus vitreus: perdarahan korpus vitreus.
h. Retina: Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran
daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Letaknya
antara badan kaca dan koroid.1.2 Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian
retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik
kuning) kira-kira ber diameter 1 - 2 mm yang berperan penting untuk tajam
penglihatan.Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek
fovea. Secara patologik jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula retina,
ablasio retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan penurunan tekanan bola mata.
Nervus optikus: N.II terlepas atau putus (avulsio) sehingga menimbulkan kebutaan
2. Trauma Tajam
a. Orbita: kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan posisi bola mata.
b. Palpebra: ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis).
c. Saluran lakrimal: gangguan sistem eksresi air mata
d. Konjungtiva: robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.
e. Sklera: pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan silierdan
koroid yang berwarna gelap).
f. Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan g disertai penetrasi
kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka padakornea, edema.
g. Koroid dan kornea: luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan korpusvitreus dan
ablasi retina.
3. Trauma Kimia
a. Asam.Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea.
b. Basa/Alkali.
Kebutaan
Penggumpalan sel kornea atau keratosis
Edema kornea
Ulkus kornea
Tekanan intra ocular akan meninggi
Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar
Membentuk jaringan parut pada kelopak
Mata menjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan parut
padakelenjar asesoris air mata
Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron padakonjungtiva
bulbi yang akan menarik bola mata. Lensa keruh diakibatkankerusakan kapsul
lensa.
5. Patofisiologi
Kerusakan akibat trauma tumpul dapat mengenai kelopak mata dan struktur mata bagian luar
sehingga mengakibatkan hematoma kelopak. Jika trauma menembus ke bagian konjugtiva, maka
kemungkinannya akan terjadi hematoma subkonjugtiva akibat pecahnya pembuluh darah sebagai
akibat terkena hantaman benda tumpul dan keras. Kerusakan yang diakibatkan trauma
tajam/tembus akan lebih parah lagi karena melibatkan kerusakan hingga bagian dalam struktur
dan jaringan mata. Kondisi ini biasanya sampai merusak fungsi mata dan kerusakannya
permanen (dapat disembuhkan hanya melalui operasi), Gangguan mata akibat trauma tajam
juga beragam, tergantung pada organ mata yang terkena dan seberapa besar kerusakannya.
sedangkan pada trauma khemis kimia, jika traumanya akibat asam biasanya hanya akan
menyebabkan kerusakan pada bagian permukaan/superfisial saja karena terjadi pengendapan
dan penggumpalan bahan protein permukaan. Namun pada trauma akibat basa/alkali,
kerusakan yang diakibatkan bisa gawat karena alkali akan menembus kornea dengan cepat
lalu ke bilik mata depan sampai pada jaringan retina. Bahan alkali dapat merusak kornea dan
retina karena bahan alkali bersifat mengkoagulasi sel sehingga akan menghancurkan jaringan
kolagen kornea sehingga memperparah kerusakan kornea hingga ke retina.
Pada trauma fisis, kerusakan yang ditimbulkan hanya pada permukaan karena bahan yang
merusak hanya mengenai permukaan dan tidak sampai tembus dan juga adanya mekanisme
proteksi pada mata. Namun, walaupun hanya mengenai bagian permukaan, trauma fisis akan
tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan walaupun tidak bersifat permanen.
6. Woc
7. Pemeriksaan Diagnostik
8. Penatalaksanaan
Pada kasus trauma matapenatalaksanaan terapi tidak ditentukan, tapi dilaksanakan
berdasarkan kondisi trauma yang dialami pasien dan juga berdasarkan berat ringannya gejala
yang dialami. Namun, berikut ini adalah beberapa penanganan yang mungkin dapat digunakan
sebagai pada kasus trauma mata akibat trauma mekanik, antara lain.
1. Penatalaksanaan sebelum tiba di RS, antara lain:
a. Mata tidak boleh dibebat dengan tekanandan diberikan perlindungan tanpa kontak.
b. Tidak boleh dilakukan manipulasi yangberlebihan dan penekanan bola mata.
C. Benda asing tidak boleh dikeluarkantanpa pemeriksaan lanjutan.
d. Sebaiknya pasien di puasakan untukmengantisipasi tindakan operasi.
2. Penatalaksanaan di RS, antara lain.
a. Pemberian antibiotik spektrum luas
b. Pemberian obat sedasi, antiemetik, dananalgetik sesuai indikasi.
c. Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.
d. Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler.
e. Tindakan pembedahan /penjahitan sesuaidengan kausa dan jenis cedera.
f. Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkandengan aspirasi dan irigasi mekanis atau
vitrektomi.
Sedangkan pada kerusakan yang diakibatkan oleh trauma kimia, penatalaksanaan yang
harus segera dialkukan adalah irigasi daerah yang terkena trauma kimia untuk menghilangkan
dan melarutkan bahan penyebab trauma. Penanganan sebelum dibawa ke RS dapat dilakukan
dengan cara mata diguyur dengan menggunakan air bersih setelah terkena trauma untuk
meghilangkan bahan penyebab trauma, setelah itu langsung dibawa ke RS untuk penanganan
selanjutnya.
9. Komplikasi
a. Glaukoma sekunder, di sebabkan oleh adanya penyumbatan oleh darah pada sudut kamera
okuli anterior.
b. Imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-lamel kornea.
sehingga kornca menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun.
BAB II
KONSEP TEORI
1. Pengkajian
a. Identitas pasien meliputi nama, usia (dapat terjadi pada semua usia), pekerjaan,
jeniskelamin (kejadian lebih banyak pada laki-laki daripada wanita).
b. Keluhan utama klien biasanya mengeluh adanya penurunan penglihatan, nyeri padamata,
dan keterbatasan gerak mata.
c. Riwayat penyakit sebelumnya riwayat penyakit yang mungkin diderita klien seperti DM
yang dapat menyebabkan infeksi yang pada mata sulit sembuh.
d. Riwayat penyakit sekarang yang perlu dikaji adalah jenis trauma, bahan yang
menyebabkan trauma, lama terkena trauma, dan tindakan apa yang sudah dilakukan pada
saat trauma terjadi dan sebelum dibawa ke RS.
e. Riwayat psikososialPada umumnya klien mengalami berbagai derajat ansietas, gangguan
konsep diri danketakutan akan terjadinya kecacatan mata, gangguan penglihatan yang
menetap ataumungkin kebutaan. Klien juga dapat mengalami gangguan interaksi sosial.
f. Pemeriksaan fisika.
Tanda-tanda Vital (nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan)
Pemeriksaan persistem
1. B1(Breath) :disertai gangguan pernapasan jika trauma menyebar ke mukosa
hidung.
2. B2 (Blood) :perdarahan jika trauma melibatkan organ tubuh lain selain struktur
mata.
3. B3 (Brain) :pasien merasa pusing atau nyeri karena adanya peningkatan
TIO(tekanan intraokular).
4. B4(Bladder) :kebutuhan eliminasi dalam batas normal.
5. B5 (Bowel) :idak ditemukan perubahan dalam sistem gastrointestinal.
6. B6 (Bone) :ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan adanya kelainan.
. g. Pemeriksaan khusus pada mata :
1. Visus (menurun atau tidak ada)
2. Gerakan bola mata ( terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian pergerakan bola
mata)
3. Adanya perdarahan, perubahan struktur konjugtiva, warna, dan memar.
4. Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita.
5. Pelebaran pembuluh darah perikornea.
6. Hifema.
7. Robek kornea
8. Perdarahan dari orbita.
9. Blefarospasme.
10. Pupul tidak beraksi terhadap cahaya, struktur pupil robek.
11. Tes fluoresens positif.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau peningkatan tekanan
intraokular dan kerusakan jaringan mata.
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap
interupsi permukaan tubuh.
c. Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori /status organ indera. Lingkungan secara terapetik dibatasi.
d. Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis.
3. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada korneaatau
peningkatan tekanan intraokular dan kerusakan jaringan mata.
Tujuan : nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.Kriteria Hasil :
a. Klien akanmelaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah
intervensi.
b. Klien tidak gelisah.
c. Klien mampu melakukan tindakan mengurangi nyeri.
Intervensi dan Rasional :
Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin jika
Rasional : nyeri trauma umumnya menjadi keluhan utama terutama nyeri
akibatkerusakan kornea.
Terangkan penyebab nyeri dan faktor/tindakan yang dapat memprovokasi
nyeri.
Rasional : nyeri disebabkan oleh efek kimiawi atau fisik benda dan nyeri dapat
meningkat akibat provokasi: menekan mata terlalu kuat; gerakan mata tiba-tiba.
Lakukan kompres pada jaringan sekitar mata.
Rasional : kompres dingin mungkin diperlukan pada trauma fisik akut dan jika
kondisi stabil (agak lama), dapat digunakan teknik kompres hangat (jika tidak
ada perdarahan).
Kolaborasi pemberian analgesik.
Rasional : analgesik berfungsi untuk menigkatkan ambang nyeri.
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi pada klien
Rasional : mengurangi nyeri dengan manipulasi psikologis.
2. Diagnosa Keperawatan : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.
Tujuan : tidak terjadi infeksi. Kriteria Hasil :
a. Klien memperlihatkan perilaku penjagaan daerah luka.
b. Tidak terdapat tanda infeksi selama fase perawatan.
Intervensi dan Rasional :
Kali perilaku sehari-hari yang memungkinkan timbulnya infeksi mata.
Rasional : berbagai tindakan mungkin tidak disadari oleh klien sebagai hal
yang dapat menyebabkan infeksi, seperti menggosok atau memegang mata.
Terangkan berbagai perilaku yang dapat menyebabkan infeksi.
Rasional : perilaku yang dapat menyebabkan infeksi dapat diidentifikas idari
perilaku klien yang telah klien lakukan atau belum dilakukan oleh klien.
Ajarkan perilaku yang baik untuk mengurangi resiko infeksi.
Rasional : menigkatkan pemahaman klien akan pentingnya perilaku mencegah
infeksi.
Ajarkan berbagai tanda infeksi.
Meningkatkan pengetahuan klien tentang tanda infeksi mata yang mungkin
dapat terjadi sebagai akibat komplikasi dari penyakit sekarang.
Anjurkan klien untuk melaporkan sesegera mungkin apabila mengenali tanda
infeksi.
Rasional : menigkatkan rasa percaya dan kerjasama perawat-klien.
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori /status organ indera. Lingkungan secara terapetik dibatasi.
Tujuan : klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang
penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual. Kriteria Hasil :
a. Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang memperngaruhi fungsi penglihatan.
b. Klien mengidentifikasi dan menunjukan pola-pola alternatif untuk
menigkatkan penerimaanrangsang penglihatan.
Intervensi dan Rasional :
Kaji ketajaman penglihatan klien.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan visual klien.
Dekati klien dari sisi yang sehat.
Rasional : memberikan rangsang sensori, mengurangi rasa isolasi/terasing.
Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :
1) Orientasikan klien terhadap ruang rawat
2) Letakan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang
lebih sehat.
3) Berikan pencahayaan cukup.
4) Hindari cahaya menyilaukan.
Rasional : meningkatkan kemapuan persepsi sensori.
Anjurkan penggunaan alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
Rasional : menigkatkan kemampuan respons terhadap stimulus lingkungan
4. DiagnosaKeperawatan : Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, prognosis.
Tujuan : tidak terjadi kecemasan. Kriteria :
a. Klien mengungkapkan kecemasan berkurang atau hilang.
b. Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan.
Intervensi dan Rasional :
Kaji derajat kecemasan, faktor yang menyebabkan kecemasan, tingkat
pengetahuan dan ketakutan klien akan penyakit
Rasional : umumnya faktor yang menyebabkan kecemasan adalah kurangnya
pengetahuan dan ancaman aktual terhadap diri. Pada klien dengan trauma mata
rasanyeri dan penurunan lapang penglihatan menimbulkan ketakutan utama.
Orientasikan tentang penyakit yang dialami klien, prognosis dan tahap
perawatan yang akan dijalani klien.
Rasional : menigkatkatan pemahaman klien akan penyakit. Jangan memberikan
keamanan palsu seperti mengatakan penglihatan akan segera pulih atau nyeri
akansegera hilang. Gambarkan secara objektif tahap pengobatan, harapan
proses pengobatan, dan orientasi pengobatan masa berikutnya.
Beri kesempatan kepada klien untuk bertanya tentang penyakitnya.
Rasional : menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi klien.
Beri dukungan psikologis.
Rasional : dukungan psikologis dapat berupa penguatan tentang kondisi
klien,keaktifan klien dalam melibatkan diri dalam perawatan maupun
mengorientasikan bagaimana kondisi penyakit yang sama menimpa klien yang
lain.
Terangkan setiap prosedur yang dilakukan, jelaskan tahap perawatan yang akan
dijalani.
Rasional : mengurangi rasa ketidaktahuan dan kecemasan yang terjadi
4. Implementasi
Adalah mengelola dan mewujudkan rencana perawatan meliputi tindakan yang direncanakan
oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan didalam rumah sakit.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, evaluasi merupakan kegiatan
yang disengaja dan terus menerus yang melibatkan klien, perawat dan tim kesehatan lain.
Evaluasi juga hanya menunjukkan masalah mana yang telah dipecahkan yang perlu dikaji
ulang rencana kembali dilaksanakan dan rencana evaluasi kembali.
e.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
ISNTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
Kampus A : Jl. P. Diponegoro 17 Tuban (62315) | Telp. (0356) 321287 | Fax. (0356) 333237 | Kampus B : Jl. Letda Sucipto 211
Tuban (62351) | Telp. (0356) 325789 | (0356) 712572 | Website. http://www.iiknu.com | Email.prodiners.iiknutuban@gmail.com
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S Penanggung jawab biaya :
Usia : 25 tahun Nama :
Jenis kelamin : Laki-laki Alamat :
Suku /Bangsa : Indonesia Hub. Keluarga :
Agama : Islam Telepon :
Pendidikan :D3
Status perkawinan: Menikah
Pekerjaan : Tukang las
Alamat : Jenu
GENOGRAM
……………………………
Keterangan:
: Wanita
: Pria
: Pasien
: Tinggal serumah
: Meninggal
MASALAH KEPERAWATAN :-
2. Sistem Pernafasan
a. RR : 20 x/mnt
b. Keluhan : Sesak Nyeri waktu sesak Orthopnea tidak ada
Batuk Produktif Tidak Produktif tidak ada
Sekret : - Konsistensi : -
Warna : - Bau : -
c. Pola nafas irama: Teratur Tidak teratur
d. Jenis Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes Lain-lain:
Pernafasan cuping hidung ada tidak
Septum nasi simetris tidak simetris
Lain-lain :
e. Bentuk dada simetris asimetris barrel chest
Funnel chest Pigeons chest
f. Suara napas vesiculer ronchi D/S wheezing D/S rales D/S
g. Alat bantu nafas Ya Tidak
Jenis - Flow- Lpm-
h. Penggunaan WSD :
- Jenis : -
- Jumlah Cairan : -
- Undulasi : -
- Tekanan : -
i. Trakeostomy Ya Tidak
j. Lain-lain :
MASALAH KEPERAWATAN : -
3. Sistem Kardiovakuler
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
P : .....................................................................................
Q : .....................................................................................
R : .....................................................................................
S : .....................................................................................
T : .....................................................................................
b. CRT : < 3 detik
c. Konjungtiva pucat ya tidak
d. Bunyi jantung: Normal Murmur Gallop lain-lain
e. Irama jantung: Reguler Ireguler S1/S2 tunggal Ya Tidak
f. Akral: Hangat Panas Dingin kering Dingin basah
g. Siklus perifer Normal Menurun
h. JVP : normal
Lain-lain :
MASALAH KEPERAWATAN : -
4. Sistem Persarafan
a. Kesadaran composmentis apatis somnolen sopor koma
GCS : 456
b. Pupil isokor anisokor
c. Sclera Anikterus Ikterus
d. Konjungtiva Ananemis Anemis
e. Istirahat/Tidur : Sebelum sakit kien biasanya tidur pada pukul 21.00 dan bangun pukul 04.00.
Selama sakit klien mengeluhkan sulit tidur akibat nyeri pada matannya
6. Sistem Pencernaan
a. TB : 167 cm BB : 55kg
b. IMT :- Interpretasi : -
c. LLA :-
MASALAH KEPERAWATAN : -
d. Mulut : Bersih Kotor
e. Mukosa mulut : Lembab Kering Merah stomatitis
f. Tenggorokan Nyeri telan Sulit menelan tidak ada
Pembesaran Tonsil Nyeri Tekan
g. Abdomen Supel Tegang nyeri tekan, lokasi :
Luka operasi Jejas lokasi :
Pembesaran hepar ya tidak
Pembesaran lien ya tidak
Ascites ya tidak
Drain Ada Tidak
- Jumlah :-
- Warna :-
- Kondisi area sekitar insersi :-
Mual ya tidak
Muntah ya tidak
Terpasang NGT ya tidak
Bising usus :..........x/mnt
h. BAB :.2x/hr, konsistensi : lunak cair lendir/darah
konstipasi inkontinensia kolostomi
i. Diet padat lunak cair
Diet Khusus : -
Nafsu Makan Baik Menurun
Frekuensi : 4-5x/hari jumlah: - jenis : -
Lain –lain : -
MASALAH KEPERAWATAN : -
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Orbita Dextra Orbita Sinistra
6/60 Visus 3/60
Palpebra
Conjunctiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen dan posterior
b. Aurcicula :-
c. MAE :-
d. Membran Tympani : -
e. Rinne :-
f. Webber :-
g. Swabach :-
h. Tes audiometri : -
i. Keluhan nyeri Ya Tidak
j. Luka opreasi Ada Tidak
Tanggal operasi :-
Jenis Operasi :-
Lokasi :-
Keadaan :-
k. Alat bantu dengar : -
l. Lain-lain.
MASALAH KEPERAWATAN: -
9. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
a. Kekuatan otot
5 5
5 5
b. Pergerakan sendi bebas terbatas
c. Kelainan ekstremitas ya tidak
d. Kelainan tlg. belakang ya tidak
e. Fraktur ya tidak
- Jenis : -
f. Traksi/spalk/gips ya tidak
- Jenis : -
- Beban : -
- Lama pemasangan : -
g. Penggunaan spalk/gips ya tidak
h. Keluhan nyeri : ya tidak
i. Sirkulasi perifer : -
j. Kompartemen sindrom ya tidak
k. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Akral hangat panas dingin kering basah
m. Turgor baik kurang jelek
n. Odema: Ada Tidak ada Lokasi
o. Luka operasi : jenis : - luas : ............... bersih kotor
p. Tanggal operasi :-
q. Jenis operasi :-
r. Lokasi :-
s. Keadaan :-
t. Drain : Ada Tidak
u. Jumlah :-
v. Warna :-
Lain-lain :-
MASALAH KEPERAWATAN : -
H. PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit sering kadang-kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang-kadang tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah :
-
MASALAH KEPERAWATAN : -
I. PERSONAL HYGIEN
a. Kebersihan diri :
Pasien mandi 2x sehari, mampu melakukan bersih diri secara mandiri
K. TERAPI
Tuban,.................................
Perawat Primer,
(.............................................)
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d nyeri pada mata bagian kiri
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d sulit tidur akibat nyeri pada matanya
3. Ansietas b.d terpapar bahaya lingkungan d.d cemas dan takut terjadi hal yang parah pada
matanya
INTERVENSI
Kolaborasi Edukasi
a. Kolaborasi pemberian a. Agar ketika nyeri yang
analgetik, jika perlu dirasakan pasien mulai
parah , pasien dapat
memberitahu keluarga
atau bahkan tenaga
medis agar mendapat
penanganan segera.
b. Agar pasien dapat
menerapkan teknik
tersebut untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
Agar rasa nyeri yang dirasakan
pasien dapat dihilangkan atau
dikurangi
Gangguan Status 25- Perawatan kenyamanan Observasi:
rasa kenyamanan 12- (I.08245) a. Untuk mengetahui
nyaman b.d (L.08064) 2023 Tindakan masalah yang ada pada
gejala Setelah / Observasi: pasien
penyakit dilakukan 13.0 a. Identifikasi masalah b. Untuk mengetahui
d.d sulit tindakan 0 yang tidak tentang kondisi situasi
tidur akibat keperawatan menyenangkan yaitu dan perasaan pasien
nyeri pada selama 3x24 mual/muntah,nyeri dll
matanya jam diharapkan b. Identifikasi Terapeutik:
gangguan rasa pemahaman tentang a. Agar pasien berada
nyaman nyeri kondisi,situasi dan pada posisi yang
dapat teratasi perasaannya nyaman
dengan kriteria b. Agar pasien berada
hasil: Terapeutik: pada lingkungan yang
a. Kesejahtraan a. Berikan posisi yang nyaman
fisik dan nyaman
psikologis b. Ciptakan lingkungan Edukasi:
meningkat yang nyaman a. Agar pasien dapat
b. Perawatan memahami mengenai
sesuai Edukasi: kondisi dan pilihan
kebutuhan a. Jelaskan mengenai terapi/pengobatan
meningkat kondisi dan pilihan b. Agar pasien dapat
c. Rileks terapi/pengobatan menerapkan teknik
meningkat b. Ajarkan tehnik tersebut
d. Keluhan distraksi
tidak nyaman Kolaborasi:
menurun Kolaborasi: Agar rasa nyeri yang dirasakan
e. Gelisah Kolaborasikan pemberian pasien dapat dikurangi atau
menurun analgesik dihilangkan
f. Mual
menurun
g. Merintih
menurun
Ansietas Status 25- Perawatan kenyamanan Observasi:
b.d kenyamanan 12- (I.08245) c. Untuk mengetahui
terpapar (L.08064) 2023 Tindakan masalah yang ada pada
bahaya Setelah / Observasi: pasien
lingkungan dilakukan 13.0 a. Identifikasi masalah d. Untuk mengetahui
d.d cemas tindakan 0 yang tidak tentang kondisi situasi
dan takut keperawatan menyenangkan yaitu dan perasaan pasien
terjadi hal selama 3x24 mual/muntah,nyeri dll
yang parah jam diharapkan b. Identifikasi Terapeutik:
pada gangguan rasa pemahaman tentang c. Agar pasien berada
matanya nyaman nyeri kondisi,situasi dan pada posisi yang
dapat teratasi perasaannya nyaman
dengan kriteria d. Agar pasien berada
hasil: Terapeutik: pada lingkungan yang
a. Kesejahtraan a. Berikan posisi yang nyaman
fisik dan nyaman
psikologis b. Ciptakan lingkungan Edukasi:
meningkat yang nyaman c. Agar pasien dapat
b. Perawatan memahami mengenai
sesuai Edukasi: kondisi dan pilihan
kebutuhan a. Jelaskan mengenai terapi/pengobatan
meningkat kondisi dan pilihan d. Agar pasien dapat
c. Rileks terapi/pengobatan menerapkan teknik
meningkat b. Ajarkan tehnik tersebut
d. Keluhan distraksi
tidak nyaman Kolaborasi:
menurun Kolaborasi: Agar rasa nyeri yang dirasakan
e. Gelisah Kolaborasikan pemberian pasien dapat dikurangi atau
menurun analgesik dihilangkan
f. Mual
menurun
g. Merintih
menurun
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DIAGNOSA IMPLEMENTASI JAM/TGL EVALUASI SOAP TTD
1. Mengecek TTV 07.00
Nyeri akut b.d 25-12-2023 S: pasien mengatakan
agen pencedera 2. Mengkaji nyeri nyeri akut pada mata
fisik d.d nyeri
bagian kiri
pada mata 3. Memberikan rasa nyaman
bagian kiri sudah jauh membaik.
4. Memberikan obat O: KU, membaik,
analgetik
ekspresi wajah tenang
mata sudah bisa
membuka.
A: masalah teratasi
sebagai.
P: Lanjutkan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlyn E, 200,Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3,EGG Jakarta.
https://www.academia.edu/9653883/askep_trauma_mata