Professional Documents
Culture Documents
Contoh Skripsi Tumbang DDST Benar
Contoh Skripsi Tumbang DDST Benar
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
g. Guru
h. Keluarga
i. Sosial worker
2.1.7.5 Kemampuan perkembangan yang distimulasi
a. Personal sosial, kemandirian, dan bergaul
b. Adaptif motorik halus
c. Bahasa,bicara dan kecerdasan
d. Motorik kasar
2.1.7.6 Cara pemeriksaan DDST II
a. Dilakukan secara kontinue
b. Harus dengan ibu atau pengasuh
c. Anak dan ibu dalam keadaan santai
d. Satu formulir digunakan beberapa kali pada satu pasien
e. Bayi diatas tempat tidur,anak duduk dikursi lengan diatas
meja
2.1.7.7 Prinsip dalam melakukan DDST II
a. Bertahap dan berkelanjutan
b. Dimulai dari tahapan perkembangan yang telah dicapai
anak
c. Alat bantu stimulasi yang sederhana
d. Suasana nyaman bervariasi
e. Perhatikan gerakan spontan oleh anak
f. Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan,tidak
menghukum
g. Berikan pujian
h. Pada saat test menggunakan hanya satu alat
2.1.7.8 Alat yang dipakai
a. Benang sulaman merah
b. Kismis/ permen
c. Kerincingan dengan pegangan
d. Kubus kayu berwarna 8-10 bh
17
e. Lonceng kecil
f. Botol kaca bening
g. Boneka dan dot kecil
h. Cangkir plastik
i. Pensil warna
j. Kertas dll
2.1.7.9 Cara menghitung umur anak
Contoh kasus : Nanda, dibawa ibunya ke poli tumbang pada
tanggal 19 oktober 2009, tanggal lahir nanda 5 april 2007
hitunglah umur nanda dan gambar garis umurnya
Jawab
Tgl test 2009 10 19
Tgl lahir 2007 4 5
-------------------------------------------------
Umur anak 2 6 14
2.1.7.10 Cara melakukan DDST II
Ikuti petunjuk yang ada di lembar DDST II, apakah anak bisa
melakukan pada tiap sektor jika lulus maka tulis P = Passed,
gagal ( F = fail ) atau jika anak tidak mempunyai kesempatan
untuk melakukan uji coba tulis No oportunity = NO, dan jika
menolak untuk melakukan tulis R = Refusal. Kemudian tarik
garis berdasarkan umur yang memotong garis horisontal
tugas perkembangan pada formulir DDST
2.1.7.11 Penilaian hasil test DDST II
Interpretasi penilaian tiap item/gugus tugas adalah 0 = F (fail
/ gagal), M = R ( refusal / menolak), V = P ( pass / lewat )
dan No = no oportunity.
a. Advance
Apabila anak dapat melaksanakan tugas pada item di
sebelah kanan garis umur
18
b. Normal
Apabila anak gagal/menolak tugas pada item di sebelah
kanan garis umur. Apabila anak lulus, gagal/menolak
tugas di mana garis umur berada di antara 25-75%
(warna putih)
c. Caustion
Apabila anak gagal/menolak tugas pada item di mana
garis umur berada di antara 75%-90% (warna hijau)
d. Delay
Apabila anak gagal/menolak tugas pada item yang
berada di sebelah kiri garis umur
e. No oportunity
Anak mengalami hambatan, Anak tidak ada kesempatan
untuk melakukan ujicoba, Orang tua melaporkan anak
mengalami hambatan
Perlu dikembangkan pada anak didik sejak usia Taman Kanak- Kanak.
Pengembangan kemampuan berbahasa di TK bertujuan agar anak
didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.
Lingkungan yang dimaksudkan adalah lingkungan di sekitar anak
antara lain lingkungan teman sebaya, teman bermain, orang dewasa,
baik yang ada di sekolah, dirumah maupun dengan tetangga di sekitar
tempat tinggalnya
2.2.3 Karakteristik perkembangan bahasa anak usia prasekolah
Berdasarkan dimensi perkembangan bahasa anak usia dini, pada usia
4- 6 tahun memiliki karakteristik perkembangan, antara lain :
2.2.3.1 Dapat berbicara dengan menggunakan kalimat sederhana
yang terdiri dari 4-5 kata.
2.2.3.2 Mampu melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan
dengan benar.
2.2.3.3 Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita
sederhana dengan urut dan mudah dipahami.
2.2.3.4 Menyebut nama, jenis kelamin dan umurnya. menyebut nama
panggilan orang lain (teman, kakak, adik, atau saudara yang
telah dikenalnya ).
2.2.3.5 Mengerti bentuk pertanyaan dengan menggunakan apa,
mengapa dan bagaimana.
2.2.3.6 Dapat mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata
apa, siapa, dan mengapa.
21
2.3.2.6 Pada usia 5-6 tahun ketika memasuki usia sekolah, anak lebih
mudah diajak bermain dalam suatu kelompok. Ia juga mulai
memilih teman bermainnya seperti tetangga atau teman
sebayanya yang dilakukan di luar rumah.
2.3.3 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak
usia dini
Menurut Marmi dan Kukuh (2012) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini yaitu :
2.3.3.1 Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang yang
ada di sekitarnya dengan berbagai usia dan latar belakang.
2.3.3.2 Adanya minat dan motivasi untuk bergaul. Semakin banyak
pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui
pergaulan dan aktivitas sosialnya, minat dan motivasinya
untuk bergaul semakin berkembang.
2.3.3.3 Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang
biasanya menjadi “model” untuk anak. Walaupun
kemampuan sosialisasi ini dapat pula berkembang melalui
cara “coba-salah” (try and error), yang dialami oleh anak,
melalui pengalaman bergaul, tetapi akan efektif dengan
“meniru” perilaku orang lain dalam bergaul, tetapi akan lebih
efektif bila ada bimbingan dan pengajaran yang secara
sengaja diberikan oleh anak yang dapat dijadikan “model”
bergaul yang baik untuk anak.
2.3.3.4 Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki
anak. Dalam berkomunikasi dengan orang lain, anak tidak
hanya dituntut untuk berkomunikasi dengan kata-kata yang
dapat dipahami, tetapi juga dapat membicarakan topik yang
yang dapat dimengerti dan menarik untuk orang lain yang
menjadi lawan bicaranya.
27
Pada masa prasekolah ini, anak mulai lebih mudah diajak bermain
dalam suatu kelompok. Ia juga mulai memilih teman bermainnya,
entah tetangga atau teman sebayanya yang dilakukan di luar rumah.
Pada anak-anak yang lebih besar, mereka akan memilih sendiri siapa
yang akan menjadi teman bermain. Biasanya anak perempuan lebih
menyukai teman perempuan karena adanya persamaan minat dan
kemampuan bermain yang sama pula.
2.3.6 Indikator perkembangan sosial
Seorang anak, dikatakan memiliki perkembangan sosial yang baik,
apabila memenuhi kriteria perkembangan sebagai berikut, pada aspek
sosial, indikator perubahan yang terjadi pada masa kanak-kanak antara
lain:
2.3.6.1 Anak semakin mandiri dan mulai menjauh dari orang tua dan
keluarga,
2.3.6.2 Anak lebih menekankan pada kebutuhan untuk berteman dan
membentuk kelompok dengan sebaya,
2.3.6.3 Anak memiliki kebutuhan yang besar untuk disukai dan
diterima oleh teman sebaya,
2.3.6.4 Anak mulai memiliki rasa tanggung jawab.
2.3.6.5 Anak mampu mengidentifikasi dan memahami perasaanya
sendiri,
2.3.6.6 Anak mampu mengatur perilakunya sendiri,
30
Menurut Berhman, Kliegman & Arvin (2006) pola asuh orang tua
merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi
bukan hanya pemenuhan fisik dan psikologis tetapi juga norma-norma
yang berlaku di masyarakat agar dapat hidup selaras dengan
lingkungan. Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting
dalam mengembangkan ataupun menghambat tumbuhnya kreativitas.
Seorang anak yang dibiasakan dengan suasana keluarga yang terbuka,
saling menghargai, saling menerima dan mendengarkan pendapat
anggota keluarganya, maka ia akan tumbuh menjadi generasi yang
terbuka, fleksibel, penuh inisiatif dan produktif, suka akan tantangan
dan percaya diri (Rachmawati, 2011)
Pola asuh orang tua dalam perkembangan anak adalah sebuah cara
yang digunakan dalam proses interaksi yang berkelanjutan antara
orang tua dan anak untuk membentuk hubungan yang hangat dan
memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan anak yang
meliputi perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa dan
kemampuan sosial sesuai dengan tahap perkembangannya, (Supartini
dalam Kurniawati dkk, 2011) dalam Fatimah (2013).
2.6.2 Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh merupakan proses di dalam keluarga, interaksi orang tua
dan anak. Pola asuh diterapkan sejak anak lahir dan disesuaikan
dengan usia serta tahap perkembangan (Hartati, 2012) dalam Fatimah
(2013).
2.6.2.1 Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang
mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-
ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa,
memerintah, dan menghukum. Apabila anak tidak mau
melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang
tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini
juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi
biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini akan
memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti
mengenai anaknya.
Penyebab dari jenis pola asuh ini adalah karena orang tua
terlalu sibuk dengan pekerjaannya atau urusan lainnya
sehingga tidak memiliki waktu untuk mendidik dan
mengasuh anaknya dengan baik. Anak-anak hanya diberi
materi atau harta, terserah anak mau tumbuh dan berkembang
seperti apa. Bila orang tua menerapkan jenis pola asuh ini,
42
maka anak akan merasa tidak berarti, rendah diri, liar dan
nakal (Fatimah, 2013)
Faktor Keluarga
• Hubungan antar orang tua, saudara dan anak
dengan orang tua
• Urutan anak dalam keluarga
• Jumlah keluarga
• Harapan orang tua terhadap anak Perkembangan
• Perlakuan keluarga terhadap anak (pola Asuh anak pra sekolah
orang tua)
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
Skema 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian