You are on page 1of 24

JURNAL RESUME MASIVE OPEN ONLINE COURSE

(MOOC)
PEGAWAI PEMERINTAH PERJANJIAN KERJA (PPPK)

DISUSUN OLEH:
NAMA : MASNI RAMADANI, S.Pd.
NIP : 199203092023212017
TEMPAT, TANGGAL LAHIR : TANGERANG, 09 Maret 1992
GOLONGAN : IX
JABATAN : AHLI PERTAMA - GURU MTK
INSTANSI : PEMERINTAH KOTA SERANG

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KOTA SERANG
2024
MATERI KEBIJAKAN

Kebijakan pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan


menekankan nilai-nilai inti (core values) yang bersifat berakhlak, seperti akuntabel,
kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif. Dalam konteks ini, semua ASN
diharapkan untuk terus mengembangkan diri mereka dengan fokus pada kompetensi
inovasi. Selain itu, pada kurikulum baru, ada penekanan pada dua hal utama yang harus
dikuasai oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu penguasaan core values dan literasi
digital (smart ASN). Core values menjadi landasan moral dan etika bagi ASN,
sementara literasi digital menjadi keterampilan yang diperlukan dalam era teknologi
informasi.

Dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang baik, konsep employer branding juga
dijelaskan sebagai upaya yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menciptakan
kondisi di mana karyawan merasa nyaman dan betah saat bekerja. Ini mencakup
berbagai strategi dan kebijakan perusahaan untuk meningkatkan citra dan daya tarik
sebagai tempat bekerja yang positif.

Manajemen penyelenggaraan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian


Kerja) mencakup tiga bagian pembelajaran:

1. Sikap Perilaku Bela Negara


Dalam konteks ini, pembelajaran mencakup pengembangan sikap dan perilaku yang
mendukung konsep bela negara. Bela negara tidak hanya bersifat fisik dalam
pertahanan militer, tetapi juga melibatkan komitmen dan kontribusi dari seluruh
warga negara, termasuk PPPK. PPPK diharapkan memiliki sikap yang
mencerminkan kesetiaan, tanggung jawab, dan kontribusi positif terhadap negara.
2. Nilai-Nilai Core Values dalam Penyelenggaraan Negara Pemerintah
Pembelajaran ini mencakup pemahaman dan penerapan nilai-nilai inti (core values)
dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Core values seperti akuntabel,
kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif menjadi landasan moral dan
etika dalam menjalankan tugas sebagai PPPK. Pengintegrasian nilai-nilai ini
diharapkan dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan efisien.
3. Kedudukan ASN dalam Penyelenggaran Pemerintahan
Bagian ini fokus pada pemahaman peran dan kedudukan Aparatur Sipil Negara
(ASN), termasuk PPPK, dalam penyelenggaraan pemerintahan. ASN diharapkan
memiliki peran yang aktif dalam mendukung kebijakan dan program pemerintah.
Mereka diharapkan menjalankan tugasnya dengan profesional, berintegritas, dan
berorientasi pada pelayanan publik. Pemahaman kedudukan ASN sebagai pilar
penyelenggaraan pemerintahan menjadi bagian integral dari manajemen PPPK.
AGENDA I
SIKAP BELA NEGARA

A. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA


Wawasan Kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang
dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan
lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi,
Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara
pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan
kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Empat konsesus dasar
1. Pancasila sebagai ideologi Negara
2. Bhineka Tunggal Ika
3. Negara Kesatuan Republik Indonesia
4. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan

Nilai-Nilai Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga
negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman”
Dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskan
bahwa Keikutsertaan Warga Negara dalam usaha Bela Negara salah satunya
dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan dengan Pembinaan Kesadaran
Bela Negara dengan menanamkan nilai dasar Bela Negara, yang meliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.

B. ANALISIS ISU KONTEMPORER


1. Konsep perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari
perjalanan peradaban manusia. Sebelum membahas mengenai perubahan
lingkungan strategis, sebaiknya perlu diawali dengan memahami apa itu
perubahan, dan bagaimana konsep perubahan dimaksud.
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa
persyaratan berikut:
a. Mengambil Tanggung Jawab
b. Menunjukkan Sikap Mental Positif
c. Mengutamakan Keprimaan
d. Menunjukkan Kompetensi
e. Memegang Teguh Kode Etik
2. Perubahan Lingkungan Strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat
level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam
melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu,
keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
a. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis. Modal
insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep modal
manusia (human capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap
bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal yang tercermin dalam bentuk
pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.
b. Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi.
Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan
menghasilkan kinerja yang luar biasa. Ada enam komponen dari modal
manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan sebagai berikut:
 Modal Intelektual
 Modal Emosional
 Modal Sosial
 Modal ketabahan (adversity)
 Modal etika/moral
 Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani
3. Isu-isu strategis kontemporer
Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia
sedang berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme
yang harus disadari sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di
dalamnya terjadi pergeseran pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi
kepada pasar atau ekonomi global. Dengan menggunakana logika sederhana,
“pada tahun 2020, diperkirakan jumlah penduduk dunia akan mencapai 10
milyar dan akan terus bertambah, sementara sumber daya alam dan tempat
tinggal tetap, maka manusia di dunia akan semakin keras berebut untuk hidup,
agar mereka dapat terus melanjutkan hidup”. Pada perubahan ini perlu disadari
bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah sesuatu yang tidak
terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban dan
bangsa.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS sebagai Aparatur
Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang
kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD
1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan
bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan
memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya;
korupsi, narkoba, paham radikalisme/ terorisme, money laundry, proxy war, dan
kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan
lain sebagainya.
4. Teknik Analisis Isu
Beberapa alat bantu menganalisis isu disajikan sebagai berikut:
a. Mind Mapping
Mind mapping juga mempunyai manfaat lain, yaitu sebagai berikut:
1. Fleksibel Anda dapat dengan mudah menambahkan catatan-catatan baru
di tempat yang sesuai dalam peta pikiran tanpa harus kebingungan dan
takut akan merusak catatan yang sudah rapi.
2. Dapat Memusatkan Perhatian Dengan peta pikiran, Anda tidak perlu
berpikir untuk menangkap setiap kata atau hubungan, sehingga Anda
dapat berkonsentrasi pada gagasan-gagasan intinya.
3. Meningkatkan Pemahaman Dengan peta pikiran, Anda dapat lebih
mudah mengingat materi pelajaran sekaligus dapat meningkatkan
pemahaman terhadap materi pelajaran tersebut. Karena melalui peta
pikiran, Anda dapat melihat kaitan-kaitan antar setiap gagasan.
4. Menyenangkan Imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas sehingga
menjadikan pembuatan dan pembacaan ulang catatan menjadi lebih
menyenangkan. di gunakan untuk belajar.

C. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela
negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan
cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan
jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika,
etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati
diri bangsa yang luhur dan terhormat.
1. KESEHATAN JASMANI DAN MENTAL
a. Kesehatan Jasmani
1) Pengertian Kesehataan Jasmani
Prof. Soedjatmo Soemowardoyo menjelaskan bahwa kesehatan jasmani
atau kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan
fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas fisiologi terhadap keadaan
lingkungan (ketinggian, kelembapan suhu, dan sebagainya) dan atau kerja
fisik yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan.
2) Kebugaran Jasmani dan Olah raga
Sumosardjono (1990) mendefinisikan kebugaran sebagai kemampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan/tugasnya sehari-hari dengan mudah,
tanpa merasa kelelahan yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau
cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya untuk keperluan-
keperluan yang mendadak.
3) Pola Hidup Sehat
Pola hidup sehat yaitu segala upaya guna menerapkan kebiasaan baik
dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan diri dari
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Cara pola hidup sehat
melalui makan sehat, aktivitas sehat, berpikir sehat, lingkungan sehat, dan
istirahat sehat.
b. Gangguan Kesehatan Jasmani
1) Gangguan kesehatan jasmani (Psikosomatis) dipengaruhi oleh faktor
psikologis yang ditimbulkan oleh konflik-konflik psikis/psikologis dan
kecemasan-kecemasan kronis.
2) Penyakit orang kantoran seperti nyeri punggung, mata lelah, hingga
gangguan tidur bisa ditimbulkan dari gaya hidup kurang gerak.
c. Ciri jasmani yang sehat adalah:
1) Normalnya fungsi alat-alat tubuh, terutama organ-organ vital (jantung,
paru). Tekanan darah sekitar 120/80 mmHg, frekuensi pernafasan sekitar
12 – 18 nafas per menit, denyut nadi antara 60 – 80 kali per menit, serta
suhu tubuh antara 360 – 370 Celcius.
2) Punya energi yang cukup untuk melakukan tugas harian (tidak mudah
merasa lelah)
3) Kondisi kulit, rambut, kuku sehat: menggambarkan tingkat nutrisi tubuh
4) Memiliki pemikiran yang tajam: asupan dan pola hidup yang sehat akan
membuat otak bekerja baik
2. Kesehatan Mental
a. Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah sistem kendali diri yang bagus. Salah satu cara
mendapatkan kendali diri yang baik adalah dengan memelihara kesehatan
otak (healthy brain) lebih dari sekadar kenormalan otak. Manajemen stres dan
kendali diri harus berubah dari sekadar reaktif menjadi ketrampilan aktif
sehingga seseorang memiliki kemampuan membangun kesehatan mental dan
kesehatan spiritual yang akan membentuk karakter dan integritas diri sebagai
ASN.
b. Sistem Berpikir
Hubungan kesehatan jasmani, mental, sosial dan spiritual, dilakukan secara
neurobiologis oleh 2 (dua) sistem yaitu sistem 1 dan sistem 2. Jika sistem 1
yang bekerja, maka bagian otak bernama limbik lah yang mendominasi
kinerja otak. Limbik diciptakan oleh Tuhan untuk membantu manusia
merespon sebuah kejadian yang membutuhkan keputusan cepat. Sistem 2
bekerja lambat, penuh usaha, analitis dan rasional.
c. Kesehatan Berpikir
Berpikir yang sehat berkaitan dengan kemampuan seseorang menggunakan
logika dan timbangan-timbangan rasional dalam memahami dan mengatasi
berbagai hal dalam kehidupan. Dalam memahami pelbagai hal dalam
kehidupan seseorang tidak saja dituntut berpikir logis, tetapi juga kritis dan
kreatif. Cara yang paling mudah memahami kesehatan dalam berpikir adalah
dengan memahami kesalahan dalam berpikir. Sejumlah kesalahan berpikir
berkontribusi dalam pelbagai masalah mental manusia, juga bisa
mempengaruhi kemampuan manusia dalam mengendalikan diri dan
pengelolaan stress karena menjadi sebab hilangnya rasionalitas manusia dan
munculnya interpretasi tidak realistik terhadap pelbagai kejadian di sekitar.
d. Kendali Diri
Kendali diri adalah tanda kesehatan mental dan kesehatan spiritual yang
paling tinggi. Kendali diri adalah kemampuan manusia untuk selalu dapat
berpikir sehat dalam kondisi apapun. Pada tingkat yang lebih tinggi kendali
diri berkaitan dengan integritas dan karakter.
e. Manajemen Stres
Menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya maupun
terhadap lingkungannya atau beradaptasi dengan banyak permasalahan atau
stressor dengan perasaan tidak enak atau tertekan baik fisik ataupun mental
yang mengancam, mengganggu, membebani, atau membahayakan
keselamatan, kepentingan, keinginan, atau kesejahteraan hidupnya.
f. Emosi Positif
Kemampuan mengelola pikiran dan perasaan dalam hubungan intrapersonal
sehingga seseorang memiliki nilai-nilai kehidupan yang mendasari
kemampuan bersikap dengan tepat. Kata kunci: syukur, Sabar, dan ikhlas.
g. Makna Hidup
Penghayatan intrapersonal yang bersifat unik, ditunjukkan dalam hubungan
sosial (interpersonal) yang bermanfaat, menginspirasi dan mewariskan
sesuatu yang bernilai bagi kehidupan manusia. Makna hidup terdiri dari
1)Menolong dengan spontan, 2)Memegang teguh janji, 3)Memaafkan (diri
dan orang lain). 4)Berperilaku jujur. 5)Menjadi teladan bagi orang lain.
6)Mengutamakan keselarasan dan kebersamaan.
B. KESIAPSIAGAAN JASMANI DAN MENTAL
1. Kesiapsiagaan Jasmani
a. Pengertian Kesiapsiagaan Jasmani
Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk
melakuksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien.
b. Manfaat Kesiapsiagaan Jasmani
1) Memiliki postur yang baik, 2) Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan
yang berat, 3) Memiliki ketangkasan yang tinggi
c. Sifat dan Sasaran Pengembangan Kesiapsiagaan Jasmani
1) dapat dilatih untuk ditingkatkan, 2) dapat meningkat dan/atau menurun
dalam periode waktu tertentu, 3) Kualitas kesiapsiagaan sifatnya tidak
menetap sepanjang masa, 4) Cara terbaik untuk mengembangkan
kesiapsiagaan dilakukan dengan cara melakukannya.
Sasaran latihan kesiapsiagaan jasmani: 1)Tenaga (Power), 2)Daya tahan
(endurance), 3)Kekuatan (muscle strength), 4)Kecepatan (speed),
5)Ketepatan (accuracy), 6)Kelincahan (agility), 7)Koordinasi
(coordination), 8)Keseimbangan (balance), 9) Fleksibilitas (flexibility).
d. Latihan, Bentuk Latihan, dan Pengukuran Kesiapsiagaan Jasmani
2. Kesiapsiagaan Mental
a. Pengertian Kesiapsiagaan Mental
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami
kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri
terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa
(kedewasaan) nya, baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya
sendiri,
b. Karakter Kesiapsiagaan Mental
1)Berperilaku menurut norma-norma sosial yang diakui, sikap perilaku
tersebut digunakan untuk menuntun tingkah lakunya; 2)Mengelola emosi
dengan baik; 3)Mengembangkan berbagai potensi yang dimilik secara
optimal; 4)Mengenali resiko dari setiap perbuatan; 5)Menunda keinginan
sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang, dan, 6)Menjadikan
pengalaman (langsung atau tidak langsung) sebagai guru terbaik.
c. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah gabungan dari semua emosional dan
kemampuan sosial untuk menghadapi seluruh aspek kehidupan manusia.
d. Dimensi Kecerdasan Emosional
1)Kesadaran diri sendiri, 2)Pengelolaan diri sendiri, 3)Kesadaran Sosial,
4)Pengelolan hubungan sosial
e. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
1)Faktor psikologis, 2)Faktor pelatihan emosi, 3)Faktor pendidikan
f. Melatih kecerdasan emosional
1)Kenali emosi yang Anda rasakan, 2)Minta pendapat orang lain,
3)Mengamati setiap perubahan emosi dan mood Anda, 4)Menulis jurnal
atau buku harian, 5)Berpikir sebelum bertindak, 6)Gali akar
permasalahannya, 7) Berintrospeksi saat menerima kritik, 8) Memahami
tubuh Anda sendiri, 9) Terus melatih kebiasaan tersebut.
AGENDA II
NILAI-NILAI DASAR PNS

A. BERORIENTASI PELAYANAN
Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan
muara dari Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang
menyatakan bahwa visi Reformasi Birokrasi adalah pemerintahan berkelas dunia
yang ditandai dengan pelayanan publik yang berkualitas. Adapun beberapa Nilai
Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi Pelayanan
yang kedua ini diantaranya:
1. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
2. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
3. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
a. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
1) Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Dapat diwujudkan
dengan :
 Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
 Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
 Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
 Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
2) Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
 memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
 memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah
 memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
3) Melakukan Perbaikan Tiada Henti
 mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada public
 mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
b. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan
persaingan di era digitalyang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar
biasa (keluar dari rutinitas danbusiness as usual ) agarterciptabreakthroughatau
terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan
publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik
c. Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana
perilaku pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan
pelayanan publik, yaitu:
 adil dan tidak diskriminatif;
 cermat;
 santun dan ramah;
 tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut- larut;
 profesional;
 tidak mempersulit;
 patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
 menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi
penyelenggara;
 tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
 terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan
kepentingan;
 tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan
publik;
 tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam
menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi
kepentingan masyarakat;
 tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang
dimiliki;
 sesuai dengan kepantasan; dan
 tidak menyimpang dari prosedur.
B. AKUNTABEL
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas
atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti
yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas
adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas
membutuhkan adanya 24 laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta
akuntabilitas memperbaiki kinerja. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama
(Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran
demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
C. KOMPETEN
1. Tantangan Lingkungan Strategis :
a. Implikasi “VUCA WORLD” (dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai
penuh ketidakpastian (uncertainty), demikian halnya situasinya saling berkaitan
dan saling mempengaruhi (complexity) serta ambiguitas (ambiguity)) menuntut
diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan keahlian baru.
b. Disrupsi teknologi,, Perubahan teknologi informasi bergerak lebih cepat
dibandingkan dengan kemampuan banyak pihak dalam memanfaatkan kemajuan
teknologi untuk meningkatkan produktivitas organisasi. Adaptasi terhadap
keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan kemampuan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja
organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu
sendiri.
c. Kebijakan Pembangunan Nasional. Perilaku ASN untuk masing-masing aspek
BerAkhlak sebagai berikut:
 Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti
 Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
danberintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efesien.
 Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu
berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
 Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
 Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
 Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.
 Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
c. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.
2. Terkait dengan perwujudan kompetensi ASN dapat diperhatikan dalam Surat
Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 dalam poin 4, antara lain,
disebutkan bahwa panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubahi;
b. Membantu orang lain belajar; dan
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
3. Perilaku kompeten ini sebagaiamana dalam poin 5 Surat Edaran MenteriPANRB
menjadi bagian dasar penguatan budaya kerja di instansi pemerintah untuk
mendukung pencapaian kinerja individu dan tujuan organisasi/instansi.
4. Berkinerja yang BerAkhlak:
a. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi,dan
kinerja.
b. Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
c. Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilakuBerAkhlak.
5. Meningkatkan kompetensi diri:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
adalah keniscayaan.
b. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut
juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada
sumber pembelajaran utama dari Internet.
c. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.
d. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian
para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat
ASN bekerja atau tempat lain.
e. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur
diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar
organisasi.
6. Membantu Orang Lain Belajar:
a. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk
morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
b. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
c. Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam
dokumen kerja seperti laporan, 54 presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan
dan diambil (Knowledge Repositories).
d. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer),
dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari
refleksi pengalaman (lessons learned).
7. Melakukan kerja terbaik:
a. Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi,
baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan
berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karyamanusia.
b. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan
dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
D. HARMONIS
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan
bekerja dengan sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat
yang lebih luas. Semoga kita semua dapat menerapkan dan meciptakan
keharmonisan tersebut bersama kolega rekan sejawat, saat memberikan pelayanan
public, dan kehidupan bermasyarakat.
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga
menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut
mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya
perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bias menjadi ledakan yang akan
mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara
disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang
dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan
perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.
Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai
kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik
Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus
dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat
dipegang teguh oleh sekelompok professional tertentu.
Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku
pejabat publik harus berubah, diantaranya adalah :
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak
bagi berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi
dalam mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN
di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.
E. LOYAL
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal sebagaimana
tersebut di atas adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap
loyal terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal
ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena ASN merupakan bagian
atau komponen dari pemerintahan itu sendiri.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat
digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1) Taat pada Peraturan
2) Bekerja dengan Integritas
3) Tanggung Jawab pada Organisasi
4) Kemauan untuk Bekerja Sama
5) Rasa Memiliki yang Tinggi
6) Hubungan Antar Pribadi
7) Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9) Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau
hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
2) Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi
keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa
juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan
adanya sebuah keyakinan yang teguh.
3) Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan
dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja,
profesionalisme, finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk
mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.
4) Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan
keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap
cinta tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan
yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud
persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5) Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat,
ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau
satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
F. ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul.
Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan
keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri)
a. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana
ASN memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan
organisasi yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses
internal yang berkesinambungan.
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan
dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik.
Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara
lain sebagai berikut:
1) Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
2) Mendorong jiwa kewirausahaan
3) Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
4) Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi
mitra, masyarakat dan sebagainya.
b. Pemerintahan Yang Adaptif
Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan
individu, organisasi, dan lembaga di berbagai tingkat organisasi (Folke et al,
2005). Bentuk pemerintahan ini juga menyediakan pendekatan kolaboratif
fleksibel berbasis pembelajaran untuk mengelola ekosistem yang disebut sebagai
"pengelolaan bersama adaptif". Sistem sosial-ekologis selama periode perubahan
mendadak/krisis dan menyelidiki sumber sosial pembaruan reorganisasi.
Tata kelola semacam itu menghubungkan individu, organisasi, dan lembaga
di berbagai tingkat organisasi. Sistem pemerintahan adaptif sering mengatur diri
sendiri sebagai jejaring sosial dengan tim dan kelompok aktor yang
memanfaatkan berbagai sistem pengetahuan dan pengalaman untuk
pengembangan pemahaman kebijakan bersama. (Engle, N. L, 2011)
G. KOLABORATIF
Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk
pelayanan publik Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif,
serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi
dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya.
A. Enam Kriteria Penting Untuk Kolaborasi :
1) Forum Yang Diprakarsai Oleh Lembaga Publik Atau Lembaga;
2) Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;
3) Peserta Terlibat Langsung Dalam Pengambilan Keputusan
Dan Bukan Hanya '‘Dikonsultasikan’ Oleh Agensi Publik;
4) Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara Kolektif;
5) Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan Konsensus (Bahkan
Jika Konsensus Tidak Tercapai Dalam Praktik); Dan
6) Fokus Kolaborasi Adalah Kebijakan Publik Atau Manajemen
B. Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola Kolaborasi
1) Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2) Merencanakan aksi kolaborasi; dan
3) Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
C. Organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu
terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan
mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan
ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas)
Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas
layanan yang diberikan.
D. Aktivitas Antar Organisasi meliputi :
1) Kerjasama Informal;
2) Perjanjian Bantuan Bersama;
3) Memberikan Pelatihan;
4) Menerima Pelatihan;
5) Perencanaan Bersama;
6) Menyediakan Peralatan;
7) Menerima Peralatan;
8) Memberikan Bantuan Teknis;
9) Menerima Bantuan Teknis;
10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
11) Menerima Pengelolaan Hibah.
Proses yang harus dilalui dalam menjalankan kolaborasi adalah :
1) Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra
kolaborasi
2) Face to face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-
sungguh;
3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing
ownership dalam proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama
terkait permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
5) Menetapkan outcome antara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga
pemerintah : 1. Kepercayaan, 2. Pembagian kekuasaan, 3. Gaya kepemimpinan, 4.
Strategi manajemen dan 5. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien
efektif antara entitas public. Sementara Factor-faktor yang menghambat
keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga pemerintah yaitu : Ketidakjelasan
batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi dan
Dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

A. SMART ASN
1. Pengertian Literasi Digital
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam
visi misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).
Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam mengakses media digital (digital
ethics), budaya menggunakan digital (digital culture), menggunakan media
digital dengan aman (digital safety), dan kecakapan menggunakan media digital
(digital skills).
Literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu,
literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital
dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif.
2. Indikator Penyusunan peta jalan literasi digital
International Telecommunication Union (ICT Development Index):
 ICT Development Index (IDI) menggunakan pendekatan 3 kategori (ICT
Access, ICT Skills, ICT Use) dan 11 kriteria indikator
 Pada tahun 2017, peringkat ICT Development Index Indonesia berada di
posisi 7 dari 11 negara di Asia Tenggara. Meskipun demikian, Indonesia
mencatat kenaikan skor yang cukup tinggi (+0,47) dalam waktu 1 tahun.
 IMD Digital Competitiveness menggunakan 3 kategori (Technology,
Knowledge, Future Readiness) dengan 9 sub-faktor dan 52 kriteria
indikator.
 Peringkat Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya,
namun masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain di kawasan
Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.
 Pada tahun 2020, peringkat Indonesia ada di peringkat 56 dari 63 negara
 Status Literasi Digital Indonesia Survei di 34 Provinsi (Katadata Insight
Center)
 Survei ini dilakukan untuk mengukur tingkat literasi digital dengan
menggunakan kerangka “A Global Framework of Reference on Digital
Literacy Skills” (UNESCO, 2018).
 Melalui survei ini, responden diminta untuk mengisi 28 pertanyaan yang
disusun menjadi 7 pilar, 4 sub-indeks menjadi sebuah Indeks Literasi
Digital
 Tingkat Penetrasi Indonesia sebesar 73,7% dan masyarakat Indonesia yang
masih belum mendapatkan internet sebesar 26,3%
3. Implementasi Literasi Digital
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital
culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital
digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif
masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
4. Etika Bemedia digital
Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan
tingkat kompetensi. Karena itu, dibutuhkan panduan etis dan kontrol diri (self-
controlling) dalam menghadapi jarak perbedaanperbedaan tersebut dalam
menggunakan media digital, yang disebut dengan Etika Digital. Empat prinsip
etika tersebut menjadi ujung tombak self-control setiap individu dalam
mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital,
sehingga media digital benar-benar bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal-
hal positif.
5. Menghindari HOAX
Jika kita menemukan sesuatu melalui media sosial, cobalah untuk mencari di
mesin pencari informasi, seperti google, terlebih dahulu
6. Tidak Melakukan Perundungan di dunia maya
Cyberbullying merupakan tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok
orang terhadap orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun mental),
dengan menggunakan media digital.
7. Tidak Ada Ujaran kebencian atau hate speech
Ujaran kebencian atau hate speech adalah ungkapan atau ekspresi yang
menganjurkan ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau
sekelompok orang dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan
diskriminasi kepada orang atau kelompok tersebut.
8. Memperhatikan Transaksi Elektronik
Alat transaksi daring adalah metode pembayaran saat kita melakukan
pembelanjaan daring. Jenis pembayaran atau transaksi daring diantaranya ialah
transfer bank, dompet digital/emoney, COD (Cash on Delivery) atau
pembayaran di tempat, pembayaran luring, kartu debit, kartu kredit
9. Urgensi melindungi Perangkat digital
Perangkat digital seperti gawai atau peranti komputer yang kita miliki adalah
alat utama yang bisa digunakan untuk mengakses internet, namun setiap
teknologi memiliki beragam celah yang bisa dimanfaatkan orang yang tidak
bertanggung jawab.
Melakukan proteksi perangkat digital bertujuan agar perangkat digital yang kita
gunakan tidak disalahgunakan oleh orang lain, karena perangkat digital yang kita
miliki saat ini menjadi kunci untuk berbagai aktivitas digital (Transaksi, Foto &
Video, Data). Jangan pernah membagikan ataupun mengunggah alamat email ke
publik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko pengiriman email spam
maupun peretasan apabila kata sandinya lemah dan mudah ditebak. b. Berpikir
sebelum meng-klik tautan link maupun mengunduh dokumen dari sumber yang
tidak jelas.
10. Partisipasi literasi digital
Partisipasi literasi digital dalam seni budaya tradisional dan kontemporer bisa
dilakukan dengan banyak cara, salah satunya adalah bergabung dengan berbagai
kelompok seni budaya tradisional & kontemporer, serta menjadi bagian dari
kelompok penjaga dan pelestari bahasa daerah di masing-masing daerah.
Berpartisipasilah dengan mendorong agar lembaga budaya atau komunitas ini
memiliki media digital, sehingga mampu menghadirkan seni, budaya dan bahasa
daerah mereka dalam ruang digital yang lebih luas.
11. Kolaborasi Budaya Visual: Lembaga, Pameran, Intervensi Budaya
Bentuk kolaborasi paling sederhana adalah melakukan pameran-pameran di
bidang budaya. Kegiatan pameran ini dapat dikemas dalam bentuk visual digital.
12. Mendorong Perilaku Mencintai Produk dalam Negeri dan Kegiatan Produktif
Lainnya
Fenomena Jual - Beli dunia maya semakin marak ketika pandemi, sehingga
menjadikan Media sosial dan ecommerce menjadi pilihan masyarakat untuk
berbisnis di negeri sendiri Hal ini menjadi minat masyarakat indonesia untuk
mencintai produk dalam negri sekaligus peluang Indonesia untuk dilirik asing,
dan menjadikan produk - produk indonesia sebagai potensi besar mancanegara.
13. Hak digital
Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk
mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak
Digital meliputi hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk
merasa nyaman. Hak harus diiringi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab
digital, meliputi menjaga hak-hak atau reputasi orang lain, menjaga keamanan
nasional atau atau ketertiban masyarakat atau kesehatan atau moral publik.
Prinsip Praktik Digital Yang Baik
a. Menyediakan pelayanan inklusif dan responsif yang mendorong pekerjaan
digital maupun aktivitas pembelajaran
b. Menyertakan aspek kesejahteraan digital dalam kebijakan yang sudah ada,
khususnya yang berkaitan dengan kebijakan aksesibilitas dan inklusi
c. Menyediakan lingkungan fisik dan daring yang aman. Prinsip ini termasuk
penyediaan pencahayaan ruangan yang memadai, akses WiFi, dsb dan
memastikan setiap individu mematuhi peraturan mengenai kesehatan dan
keselamatan.
d. Mematuhi petugas yang bertanggung jawab mengenai aktivitas digital
(misalnya penanggung jawab aktivitas digital di kantor maupun dalam
aktivitas belajar di sekolah).
e. Penuhi tanggung jawab etik dan hukum yang berhubungan dengan
aksesibilitas, kesehatan, kesetaraan, dan inklusi (misalnya peraturan
ketenagakerjaan mengenai lembur, UU ITE, dsb) f. Menyediakan pelatihan,
kesempatan belajar, pendampingan, dan bantuan partisipasi dalam kegiatan
digital (misalnya peningkatan kapasitas kemampuan digital bagi pekerja
maupun siswa)
f. Memahami potensi dampak positif maupun negatif dari aktivitas digital pada
kesejahteraan individu
B. MANAJEMEN ASN
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini dianggap
belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional. Untuk dapat
membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN
tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri
atas:
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang
menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain untuk menjauhkan
birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin
keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala
perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena
itu dalam pembinaan karier pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh
pejabat berwenang yaitu pejabat karier tertinggi.

2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai
berikut: 1) Pelaksana kebijakan public; 2) Pelayan public; dan 3) Perekat dan
pemersatu bangsa.
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas: 1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan 2) Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Hak dan Kewajiban PNS dan PPPK
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut PNS berhak
memperoleh: 1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; 2) cuti; 3) jaminan pensiun dan
jaminan hari tua; 4) perlindungan; dan 5) pengembangan kompetensi. Sedangkan
PPPK berhak memperoleh: 1) gaji dan tunjangan; 2) cuti; 3) perlindungan; dan 4)
pengembangan kompetensi
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan
perlindungan berupa: 1) jaminan kesehatan; 2) jaminan kecelakaan kerja; 3) jaminan
kematian; dan 4) bantuan hukum.
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah: 1) setia dan
taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah; 2) menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa; 3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan
pejabat pemerintah yang berwenang; 4) menaati ketentuan peraturan perundang-
undangan; 5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab; 6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam
sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan; 7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 8)
bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Kode Etik dan Kode Perilaku


Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN: 1)
melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi; 2)
melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin; 3) melayani dengan sikap
hormat, sopan, dan tanpa tekanan; 4) melaksnakan tugasnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan 5) melaksnakan tugasnya sesuai dengan
perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan; 6) menjaga
kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara; 7) menggunakan kekayaan dan
barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan efisien; 8) menjaga agar
tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya; 9) memberikan
informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan; 10) tidak menyalahgunakan informasi
intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain; 11)
memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
dan 12) melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin
Pegawai ASN.
2. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN
Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang
menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam
pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk
melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja).
UU ASN secara jelas mengakomodasi prinsip merit dalam pelaksanaan
manajemen ASP. Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan motor penggerak
pemerintahan, pilar utama dalam melaksanakan tugas sebagai pelayan publik yang
secara langsung maupun tidak langsung bersinggungan dengan masyarakat.
Merit sistem adalah salah satu strategi untuk mendorong produktivitas kerja
lebih tinggi karena ASN dijamin obyektivitasnya dalam perjalanan kariernya
pelaksanaan sistem merit dalam beberapa komponen pengelolaan ASN sebagaimana
di atas khususnya dalam penyusunan dan penetapan kebutuhan (perencanaan
kebutuhan pegawai/planning), penilaian kinerja (monitoring dan penilaian),
pengembangan kompetensi, promosi, mutasi, penghargaan.
Sistem merit menjadi prinsip uatma dalam UU ASN, bahkan UU ini juga
menyediakan aturan kelembagaan untuk menjamin keberadaan sistem merit dalam
pengelolaan ASN. Lembaga-lembaga tersebut adalah:
1) Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang diberikan kewenangan untuk
melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan manajemen ASN
untuk menjamin perwujudan atau pelaksanaan sistem merit ini pada instansi
pemerintah.
2) Kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara (yang saat ini di sebut Kementrian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi/kemen PAN dan RB)
yang bertugas emberikan pertimbangan kepada Presiden dalam penindakan
Pejabat yang Berwenang dan Pejabat Pembina Kepegawaian atas penyimpangan
Sistem merit dalam pengelolaan ASN.
3. Mekanisme Pengelolaan ASN
1. Manajemen PNS Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan.
2. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan perlindungan.
3. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi
selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi,
kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
5. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan
Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
6. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
7. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang
diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan
tidak kehilangan status sebagai PNS.
8. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan
jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
9. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan
dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi
ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antarInstansi Pemerintah
10. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administrative

You might also like