You are on page 1of 7

TUGAS

“FARMAKODINAMIKA DAN FARMAKOKINETIKA”

DOSEN : SITI MUAWANAH ,S.S.T.M.KEB

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. SITI AISYAH
2. SITI ELFA
3. SITI FATONAH
4. SITI MUHAJAROH
5. SITI WAHYUNI
6. SITI WALIYANA
7. SRI LESTARI RITA FARIDA
8. SRI NURDIANA
9. SRI RAHAYU
10. SRI RANTI KOROMPOT
11. SRI SURYANI
TUGAS 1

1. Bagaimana kerja obat dalam interkasi obat vs enzim?


Sebagian besar obat oral di absorbs di usus halus melalui kerja permukaan vili
mukosa yang luas sehingga absorbs berkurang. Obat obat yang mempunyai dasar
protein, seperti insuln dan hormone pertumbuhan dirusak didalam usus halus
oleh enzim enzim pencernaan
Obat bekerja pada enzim berdasarkan mekanisme kerjanya
a. Inhibitor kompetitif
Menghambat secara kompetitif kerja enzim sebagai subtract analog
 Neostigmin, organofosfat menghambat enzim kolinesterase
 Aspirin dan NSAID menghambat enzim sikloosigenase
b. Substrat palsu
Fluorourasil mengganti urasil sebagai intermediet pada biosintesis purin
Menghambat sintesis DNA pembelahan sel terhenti.
2. sebutkan contoh peristiwa terjadinya interaksi pada penyebab interaksi pada
proses absorbsi?
Contoh interaksi pada penyebab interaksi pada proses absorpsi :
a. Pemberian antibiotic bersamaan dengan mineral kalsium , menyebabkan
antibiotic berikatan dengan kalsium membentuk senyawa khelat sehingga
tidak dapat diabsorpsi oleh usus
b. Absorpsi linkomisin oleh kaolin-pektin akan menurunkan absorpsi
linkomisin
c. Pembentukan komplek khleat tetrasiklin dngan kation valensi menurunkan
absorpsi tetrasiklin
d. Pembentukan Kompleks khelat tetrasiklin atau ciproflokasin dengan kation
valensi 2 dan menurunkan absorbsi tetrasiklin atau ciproflokasin
e. Adsorbsi linkomisin oleh kaolin pectin akan menurukan absorbs linkomisin
f. Adsorbsi oleh obat penukar ionakan menurunkan absorpsi, contoh
kolestramin mengadsorbsi warfarin.

3. Apa faktor yang dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap interaksi obat?
a. Faktor obat
tingkat kelarutan obat, derajat ionisasi, ukuran molekul obat dan nilai
keasaman ukuran partikel obat akan mempengaruhi penyerapan obat
b. Faktor lain
1) Jalur pemberian obat: rute absorpsi tercepat IV,Inhalasi,IM, oral
kemudian dermal.
2) Luas dan vaskularitas permukaan penyerapan obat. Penyerapan diusus
lebih efesien daripada dilambung karena usus memiliki lebih banyak
aliran darah dan era permukaan lebih luas.
3) Kondisi tempat absorpsi; pemberian obat pada kulit lembab lebih
mudah diabsopsi dibandingkan kulit kering.
4) Tingkat sirkulasi darah
5) Adanya interaksi obat lain

4. Apa yang dimaksud dengan Hipersensitifitas?


Hipersensitifitas adalah kondisi dimana system kekebalan tubuh bereaksi secara
berlebihan terhadap benda atau zat tertentu. Reaksi hipersensitivitas berdasarkan
mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi yang terbagi menjadi 4 tipe.
Hipersensitivitas tipe I adalah tipe segera, tipe II akibat antibodi, tipe III
mengenai kompleks imun dan tipe IV diperantarai sel disebut tipe lambat dan
terjadi karena aktivitas perusakan jaringan oleh sel T dan makrofag.

5. Sebutkan dan jelaskan 2 macam reaksi simpangan terhadap obat?


Reaksi simpangan obat adalah Respon berbahaya yang tidak diharapkan akan
terjadi setelah pemberian obat dengan dosis normal untuk keperluan terapi,
profilaksis, diagnosis, maupun modifikasi fungsi fisiologi. 2 macam reaksi
simpangan terhadap obat :
a. Reaksi tipe A, adalah reaksi obat yang dapat diprediksi dan dapat terjadi
pada siapa saja. Reaksi ini terjadi akibat efek samping farmakologis obat
biasanya bergantung pada dosis obat dan terjadi pada individu yang tidak
memiliki bakat alergi
b. Reaksi tipe B, adalah reaksi hipersensitivitas yang tidak dapat diprediksi dan
tidak bergantung pada dosis. Reaksi hipersensitivitas ini menyebabkan
timbulnya gejala atau tanda pada dosis yang bisa diteoleransi oleh orang
normal.

6. Bagaimana cara menghentikan habituasi?


Habituasi dapat diatasi dengan cara menghentikan pemberian obat dan pada
umumnya tidak menimbukan gejala penghentian (abstinensi) seperti pada adiksi.
TUGAS 2

distribusi

obat eksekresi
Absorpsi
Metabolism/biotransformasi

Proses farmokinetika adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat.
Terdapat empat proses: absorpsi, distribusi,metabolisme( biotransformasi ) dan
ekskresi( eliminasi).

1. Absorpsi
Absorpsi adalah proses masuknya obat dari tempat pemberian sebagian besar
obat diberikan secara oral (mulut) seperti tablet, kapsul, sirup. Pemberian obat
per oral akan melewati sistem gastrointestinal (pencernaan) melalui usus
kemudian memasuki pembuluh darah (plasma darah). Sebagian besar obat di
absorpsi secara difusi pasif dengan barier absorpsi adalah membran sel epitel
saluran cerna yang merupakan lipid bilayer. Obat melewati membran sel harus
mempunyai sifat kelarutan dalam lipid. Kecepatan difusi berbanding lurus
dengan derajat kelarutan molekul obat di dalam lipid.
2. Distribusi
Distribusi adalah proses penyebaran obat ke tubuh melalui sirkulasi sistemik
(aliran darah). Kemampuan distribusi tiap obat berbeda-beda bergantung pada
sifat fisika-kimia obat (derajat ionisasi, kelarutan obat dalam lemak, kemampuan
obat berikatan dengan protein darah dan jaringan). Obat dapat terlarut tergantung
volume dalam tubuh disebut volume distribusi. Volume distribusi akan
menentukan kadar obat dalam darah yang menetukan efek klinis dari obat yang
digunakan Obat beredar dalam tubuh dalam bentuk bebas. Ikatan obat dengan
protein sifatnya tidak aktif (tidak ada efek terapeutik) namun memberikan sifat
depo (cadangan) yang menyebabkan waktu bersihan obat dari tubuh lebih lama.
Kadar obat bebas dalam darah adalah penentu efek terapeutik obat.
3. Metabolisme
Setelah obat telah didistribusikan ke seluruh tubuh dan telah melakukan
tugasnya, obat akan pecah atau dimetabolisme. Tujuan metabolisme adalah
merubah obat dari non polar (larut lemak) menjadi polar (larut air) sehingga lebih
mudah diekskresikan lewat ginjal atau empedu. Metabolisme dapat terjadi pada
hepar (paling banyak), ginjal, paru-paru, pencernaan, kulit dan sebagian kecil
dijaringan
4. Ekskresi
Ekskresi adalah proses mengeluarkan zat metabolisme dari dalam tubuh atau
eliminasi dari tubuh. Ekskresi terbesar terjadi melalui ginjal (90%). Ekskresi
melalui paru terutama untuk gas anastesi. Ekskresi melalui ASI, saliva, kringat
dan air mata scara kuantitatif tidak penting. Ekskresi melalui rambut dan
kulitbermanfaat untuk kepentingan forensic. paru-paru, kelenjar keringat,
kelenjar ludah, kelenjar air mata, kelenjar air susu dan kelenjar lain. Fungsi
ekskresi dapat berubah pada kondisi tertentu seperti pada gagal ginjal dimana
obat tidak dapat diekskresi sehingga terjadi penumpukan obat dalam darah
Referensi

Priantoro,dkk. 2022. Farmakologi keperawatan. Media Sains Indonesia

Kurniaty, dkk. 2022. Modul Panduan Praktikum Biomedik Farmakologi. Universitas


Kristen Indonesia. Fakultas Kedokteran.

You might also like