Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Tinggi Wajah Bawah Dengan
Hubungan Tinggi Wajah Bawah Dengan
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
SABRINA ALLY
NIM: 140600116
Sabrina Ally
Hubungan Tinggi Wajah Bawah dengan Lebar Senyum pada Ras Proto-
Melayu di Kota Medan.
xi + 47 halaman
Senyum merupakan salah satu ekspresi terpenting yang menunjang keindahan
wajah seseorang dan merupakan hal pertama yang terlihat saat menjalin hubungan
sosial. Kesadaran akan pentingnya senyum yang menarik bagi pasien mendorong
disiplin ilmu ortodonti menggunakan parameter dalam mengukur senyum untuk
membantu menegakkan diagnosis dan rencana perawatan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara tinggi
wajah bawah dengan lebar senyum pada ras Proto-Melayu di Kota Medan sehingga
dapat menjadi parameter untuk mendapatkan desain senyum yang menarik.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan data penelitian yang
diolah secara analitik. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan
menggunakan sampel sebanyak 280 subjek ras Proto-Melayu yang berusia 18-25
tahun di Kota Medan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
multi stage sampling yang terdiri dari cluster sampling dan purposive sampling
berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Pengumpulan data dilakukan dengan subjek
difoto dalam pose senyum sosial kemudian hasil foto disunting dan dianalisis dengan
Corel Draw X8 untuk mengukur tinggi wajah bawah dan lebar senyum.
Hasil penelitian menunjukkan rerata tinggi wajah bawah pada laki-laki
sebesar 74,37 mm dan pada perempuan sebesar 68,19 mm, sedangkan rerata lebar
senyum pada laki-laki diperoleh sebesar 68,25 mm dan pada perempuan sebesar
65,36 mm. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara tinggi wajah bawah dengan lebar senyum pada ras Proto-Melayu di
Kota Medan (p<0,05). Nilai koefisien korelasi menunjukkan hasil positif dan
TIM PENGUJI
KETUA : Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort.
ANGGOTA : 1. Erliera, drg., Sp. Ort. (K)
2. Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort.
Puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul „‟Hubungan Tinggi
Wajah Bawah dengan Lebar Senyum pada Ras Proto-Melayu di Kota Medan‟‟
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi dari
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda
Alloysius Darwyanto dan Ibunda Ally Darwyanto Ong atas segala kasih sayang, doa,
dan dukungan serta bantuan, baik berupa moral maupun materi kepada penulis.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan
penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., MKes., Sp.RKG. (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort. (K) selaku Kepala Departemen Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.
3. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Erliera, drg., Sp.Ort. (K) dan Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort. selaku
dosen penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran serta
masukan kepada penulis.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ortodonsia FKG
Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan motivasinya.
6. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes. selaku dosen pembimbing
akademik atas motivasi dan bantuannya kepada penulis selama masa pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
7. Sahabat tercinta penulis, yaitu Veranyca Chiuman, Juliana Fang, Cut Siti
Rahmah, Nabila, Jasmine, Winna Wijaya, Theresia Retta, Evelin Novita Sari
iv
Sabrina Ally
NIM: 140600116
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
vi
LAMPIRAN
vii
Gambar Halaman
viii
Tabel Halaman
1. Hasil Uji-T Rerata Tinggi Wajah Bawah antara Laki-Laki dan Perempuan
Ras Proto-Melayu di Kota Medan ............................................................. 33
2. Hasil Uji Mann Whitney Rerata Lebar Senyum antara Laki-Laki dan
Perempuan Ras Proto-Melayu di Kota Medan .......................................... 34
3. Hasil Uji Korelasi Spearman Tinggi Wajah Bawah dengan Lebar Senyum
pada Ras Proto-Melayu di Kota Medan .................................................... 35
ix
4. Lembar Kuesioner
10. Hasil Uji Parametrik T-Independen Rerata Tinggi Wajah Bawah antara Laki-Laki
dan Perempuan
11. Hasil Uji Mann Whitney Rerata Lebar Senyum antara Laki-Laki dan Perempuan
12. Hasil Uji Korelasi Spearman Pengukuran Tinggi Wajah Bawah dengan Lebar
Senyum
13. Hasil Uji Regresi Linear Nilai Tinggi Wajah Bawah terhadap Lebar Senyum
14. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan
BAB 1
PENDAHULUAN
mendiami Indonesia dewasa ini, yaitu ras Negroid, Wedda, Neo-Melanesoid, dan
Melayu. Menurut para ahli sejarah, nenek moyang kita berasal dari ras Proto-Melayu
dan Deutro-Melayu yang berasal dari orang-orang Austronesia.22 Perbedaan ciri fisik
kedua kelompok ras ini dapat dilihat dari bentuk kepalanya, yaitu dolicocephalis pada
Proto-Melayu dan brachycephalis pada Deutro-Melayu.23 Yang termasuk ras Proto-
Melayu adalah suku Batak, suku Gayo, suku Alas, suku Sasak, dan suku Toraja.19,24
Kota Medan identik dengan penduduknya yang sebagian besar merupakan suku
Batak.25
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Abraham dkk., terdapat
hubungan antara tinggi wajah bawah dengan lebar senyum, tetapi parameter tersebut
masih perlu diteliti lebih lanjut pada populasi ras yang berbeda.14 Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tersebut pada ras
Proto-Melayu di Kota Medan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
adalah foto yang mencakup kepala dan wajah pasien.29,31 Foto ekstraoral meliputi
penilaian simetrisitas wajah dan analisis profil. Penilaian simetrisitas wajah pasien
dilakukan untuk menilai ada tidaknya disproporsi pada wajah, baik dari segi vertikal
maupun transversal. Analisis profil diperiksa dengan mengambil foto pasien dari arah
samping dan digunakan untuk mengidentifikasi relasi maksila-mandibula. Selain
penilaian simetrisitas wajah dan analisis profil, foto ekstraoral juga mencakup
proporsi wajah dan analisis senyum.28,29
(a) (b)
2.2 Senyum
Pentingnya estetika senyum dalam kehidupan sosial saat ini mendorong
ortodontis untuk memusatkan perhatian terhadap penegakkan diagnosis dan rencana
perawatan untuk menghasilkan senyum yang menarik.15 Ortodontis perlu berhati-hati
dalam menerapkan standar keindahan senyum terhadap pasien karena masing-masing
individu memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing.2
Menurut Hulsey, senyum adalah perubahan ekspresi fasial seseorang yang
ditunjukkan melalui kedua ujung kurvatura bibir yang melengkung ke atas dengan
melibatkan sedikit distorsi otot (cit. Hulsey 1970).6,7 Daerah senyum dibatasi oleh
kurvatura bibir atas dan kurvatura bibir bawah serta sudut mulut. Daerah tersebut
disebut zona penampilan, yang ditandai dengan tampaknya komponen gigi dan
gingiva (Gambar 2). Faktor-faktor jaringan lunak yang menentukan zona penampilan
adalah ketebalan bibir, lebar senyum, jarak interlabial, indeks senyum, dan tampilan
gingiva.7,34 Komisura bibir merupakan batas lateral senyum yang terdiri atas
komisura dalam dan komisura luar. Daerah komisura dalam dibentuk oleh mukosa
yang melapisi otot buksinator dan otot orbicularis oris serta merupakan batas
terdalam merah bibir pada mulut, sedangkan komisura luar dibatasi oleh pertemuan
vermillion bibir atas dan bawah dan merupakan batas terluar merah bibir.1 Daerah
gelap yang terletak di antara kedua komisura tersebut disebut sebagai koridor bukal
atau negative space (Gambar 3).7,13
Zona tampilan
(a) (b)
Gambar 2. (a) zona tampilan, (b) zona tampilan disertai komponen gigi dan gingiva.7
Komisura luar
(a) (b)
A Dimensi Frontal
Salah satu komponen senyum yang dapat dianalisis dari arah frontal adalah
indeks senyum. Indeks senyum adalah daerah senyum sosial yang dibatasi oleh
vermillion bibir atas dan bawah, yang dapat diperoleh dari pembagian antara lebar
interkomisura bibir saat tersenyum dengan jarak interlabial saat tersenyum. Dari segi
frontal, senyum dapat dianalisis dari dua dimensi lebih lanjut, yaitu:3,15,36
a. Dimensi vertikal berkaitan dengan tampilan gigi dan gingiva, lengkung
senyum, dan relasi margin gingiva anterior atas dengan bibir atas
b. Dimensi transversal meliputi lengkung rahang, koridor bukal, dan
kemiringan bidang oklusal
Sarver mengkategorikan tiga prinsip senyum yang estetis yang perlu
diperhatikan dalam perawatan ortodonsia, yaitu tampilan gigi insisivus maksila dan
gingiva yang terlihat, lebar senyum, dan lengkung senyum (cit. Sarver 2001).27
a. Tampilan Insisivus Maksila dan Gingiva yang Terlihat
Senyum yang ideal didefinisikan sebagai senyum yang mengekspos gigi
anterior rahang atas secara keseluruhan dan memaparkan gingiva setinggi 1 mm.
Tampilan gingiva yang tidak melebihi 2-3 mm dapat dianggap menarik, sedangkan
tampilan gingiva yang melebihi 3 mm dianggap tidak menarik oleh mayoritas orang
awam.26 Untuk menampilkan senyum yang tampak muda, 75-100% gigi insisivus
atas harus terletak di bawah garis imajiner yang menghubungkan komisura kiri dan
kanan. Tampilan gigi insisivus yang terletak terlalu jauh di bawah garis imajiner
interkomisura dinilai kurang menarik.7,13,26,33
Berdasarkan relasi bagian inferior bibir atas dengan gigi insisivus rahang atas
dan tampilan gingiva, senyum dapat dikategorikan menjadi high smile/senyum tinggi
yang memperlihatkan servikoinsisisal gigi-gigi anterior atas disertai sebagian gingiva;
average smile/senyum sedang memperlihatkan 75-100% gigi-gigi anterior atas
disertai gingiva yang hanya di bagian interproksimal; dan low smile/senyum rendah
yang memperlihatkan kurang dari 75% tinggi servikoinsisal gigi-gigi anterior atas
(Gambar 6).11,13,26,33
(a) (b)
(c)
Gambar 6. Pembagian senyum berdasarkan relasi bagian inferior bibir atas dengan
gigi insisivus rahang atas dan tampilan gingiva, (a) senyum tinggi,
(b) senyum sedang, (c) senyum rendah.10
b. Lebar Senyum
Lebar senyum merupakan jarak antara komisura luar pada kiri dan kanan bibir
dan bervariasi pada setiap individu (Gambar 7).13,26 Saat tersenyum, umumnya
terekspos gigi anterior secara keseluruhan dan gigi premolar. Pada beberapa kasus,
gigi molar pertama juga ikut terekspos. Penelitian yang dilakukan Dong
menunjukkan mayoritas orang (57%) memiliki lebar senyum mencapai gigi premolar
kedua dan 20% orang memiliki lebar senyum mencapai molar pertama. Analisis lebar
senyum yang dilakukan sebelum perawatan akan membantu klinisi dalam
menentukan tahap persiapan yang akan dilakukan.26
Lebar senyum juga dihubungkan dengan keberadaan koridor bukal dalam
mulut.26,27 Ekspansi rahang yang berlebih dapat mengeliminasi koridor bukal dan
mengganggu keharmonisan senyum karena menimbulkan kesan senyum yang
artifisial atau denture-like smile.13,15,26,27,33 Koridor bukal dipengaruhi oleh lebar
lengkung gigi dan posisi anteroposterior nya dalam rahang.27
c. Lengkung Senyum
Lengkung yang terbentuk dari tepi-tepi insisal gigi anterior atas atau relasi
kurva insisal gigi-gigi anterior atas dengan kurvatura bibir bawah disebut sebagai
lengkung senyum. Lengkung senyum disebut harmonis apabila paralel dengan
kurvatura bibir bawah.13,15,27,33
(a) (b)
(c)
Gambar 8. Tipe lengkung senyum (a) sejajar, (b) datar, (c) terbalik.11,35
B Dimensi Oblique
Dimensi oblique memperlihatkan karakteristik senyum yang tidak dapat
diperoleh dari pandangan frontal dan analisis sefalometri. Kemiringan bidang palatal
merupakan aspek yang dapat dilihat dari dimensi oblique. Lengkung bidang palatal
idealnya sejajar dengan kurvatura bibir bawah saat tersenyum, sama seperti kondisi
ideal lengkung senyum. Lengkung senyum pada awalnya hanya sebatas
memperhatikan kurvatura gigi kaninus dan insisivus rahang atas terhadap bibir bawah
dari pandangan frontal, tetapi penampilan lengkung senyum dapat diperluas sampai
gigi premolar dan molar dari pandangan oblique. Deviasi orientasi anteroposterior
bidang palatal yang dapat terjadi, yaitu penurunan posterior rahang atas atau
penurunan anterior rahang atas atau bahkan variasi dari keduanya (Gambar 9).3,15,36
C Dimensi Sagital
Komponen senyum yang paling terlihat dari dimensi sagital adalah overjet
dan angulasi gigi insisivus. Ketika tersenyum, overjet tidak begitu terlihat dari
dimensi frontal, seperti pada contoh kasus maloklusi Klas II yang terlihat estetis
ketika tersenyum dari segi frontal, tetapi bersifat sebaliknya jika dilihat dari
pandangan sagital.3,36
Tampilan gigi anterior rahang atas yang terlihat memengaruhi efek transversal
dari senyum seseorang. Ketika rahang atas retrusif, lengkung rahang akan cenderung
lebih ke posterior sehingga tampilan gigi anterior rahang atas menjadi berkurang dan
bukal koridor akan terlihat lebih lebar. 3,15,36
Angulasi insisal juga memberikan dampak terhadap tampilan senyum secara
vertikal. Proklinasi gigi insisivus atau angulasi gigi insisivus yang lebih ke anterior
mengakibatkan tampilan gigi insisivus menjadi berkurang (Gambar 10b). Berbeda
dengan inklinasi gigi yang tegak lurus akan mengakibatkan tampilan gigi insisivus
menjadi lebih banyak (Gambar 10c).3,15,36
Gambar 10. (a) Proklinasi gigi anterior rahang atas memengaruhi tampilan gigi secara
vertikal, (b) tampilan gigi anterior rahang atas yang mengalami
proklinasi, (c) tampilan gigi anterior rahang dengan angulasi yang tegak
lurus.15,36
A Jenis Kelamin
Perempuan cenderung memiliki ukuran atau dimensi antropometri wajah yang
lebih kecil.39 Penonjolan struktur tulang pada laki-laki lebih jelas, terutama pada
daerah dahi, hidung, dagu, dan kontur rahang bawah yang lebih tajam. Perbedaan
ukuran yang signifikan antara perempuan dan laki-laki diakibatkan faktor hormon
yang memengaruhi kontur profil wajah, dimana perbedaan ini terlihat paling jelas
pada saat remaja.40 Penelitian Abraham dkk., pada orang India menunjukkan rata-rata
lebar senyum pada laki-laki sebesar 69,34 mm dan 64,59 mm pada perempuan.14
B Usia
Usia seseorang yang semakin tua akan memberikan dampak perubahan
jaringan skeletal dan jaringan lunak sehingga memengaruhi penampilan jaringan
lunak yang menutupinya, otot-otot yang terkait, dan fungsinya.17 Perubahan-
perubahan tersebut dapat memengaruhi penampilan wajah yang semakin besar
dengan fitur sempit memanjang.39 Pertambahan usia juga mengakibatkan bibir
menjadi kurang elastik dan kaku, serta perubahan struktur oral seperti gigi dan
jaringan periodonsium yang semakin lemah akan memengaruhi senyum
seseorang.36,37 Salah satu contohnya adalah pertambahan usia mengakibatkan otot-
otot di sekitar bibir mengalami atrofi sehingga ketebalan bibir menjadi berkurang dan
bibir tampak memanjang secara transversal. Pengurangan tampilan gigi insisivus
rahang atas saat tersenyum diketahui berkurang sebanyak 1,5-2 mm seiring
bertambahnya usia.11,17
C Ras
Terdapat perbedaan bentuk atau kontur wajah yang signifikan antara ras yang
satu dengan yang lain sehingga diagnosis dan rencana perawatan pada masing-masing
ras akan berbeda.8,9 Ciri-ciri kefalometri yang ada pada suatu suku bangsa dapat
disebabkan oleh perbedaan ras yang berasal dari nenek moyang terdahulu dan sejarah
kedatangannya. Salah satu penyebab perbedaan tersebut adalah perbedaan sistem
kekerabatan dan pola perkawinan suatu populasi. Pola perkawinan yang berbeda di
dalam kelompok suku akan menghasilkan perbedaan genetik secara turun-temurun.21
Farkas mengungkapkan ras Kaukasoid memiliki tinggi wajah bawah yang lebih
panjang dibandingkan dengan tinggi wajah atas dan tengah mereka (cit. Farkas
1985).32 Tinggi wajah bawah laki-laki dan perempuan pada populasi Turki sebesar
76,5 mm dan 68,7 mm, sedangkan pada populasi India bagian Selatan sebesar 72,40
mm dan 63,13 mm.14,20
c. Videografi
Teknik videografi dapat digunakan untuk mengukur senyum dan saat
seseorang sedang bicara dari arah frontal dan oblique. Videografi digunakan bersama
program komputer akan menghasilkan 30 foto dalam rekaman satu detik. Program
komputer yang sering digunakan adalah program yang dikenalkan oleh Ackerman,
yaitu Smile Mesh.17,34,44
rambut lurus, kulit kuning yang berwarna kecoklatan, dan bermata sipit. Mereka
mendiami daerah-daerah Indonesia bagian Timur seperti suku Dayak, suku Toraja,
suku Mentawai, suku Nias, dan suku Papua.21,46 Yang termasuk ras Proto-Melayu
adalah suku Batak, suku Gayo, suku Alas, suku Sasak, dan suku Toraja.19,24
Ekstraoral Intraoral
Variabel Terkendali
- Ras Proto-Melayu
- Usia
- Jenis Kelamin
- Masyarakat di Kota Medan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
𝑍𝛼 + 𝑍𝛽 𝑠 2
n= 𝑥1 − 𝑥2
Keterangan:
n : Besar sampel minimum
zα : Tingkat kemaknaan yang ditetapkan oleh peneliti adalah 95% = 1,96
n = 252,17 252
Besar sampel minimum yang didapatkan melalui perhitungan rumus tersebut
adalah sebanyak 252 sampel. Peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel untuk
menghindari kekurangan sampel sehingga jumlah sampel yang akan dipakai untuk
penelitian ini adalah sebesar 280 sampel.
A1
B1 B2
B
A2
Gambar 11. Tinggi wajah bawah (penanda A1 – A2) dan lebar senyum
(penanda B1 – B2)
Gambar 12. (a) Alat diagnostik, (b) sarung tangan dan masker, (c) kamera digital
DSLR, (d) tripod, (e) kursi, (f) ring light, (g) kain putih, (h) kertas
karton ukuran 20 × 10 mm, (i) kaliper digital, (j) penggaris, (k) alat tulis,
(l) program Corel Draw X8.
3.7.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kapas
2. Alkohol 70%
8. Penentuan penanda A1, A2, B1, dan B2. Pembuatan garis A dengan
menghubungkan penanda A1 ke A2 dan pembuatan garis B dengan menghubungkan
penanda B1 ke titik B2. Pembuatan dan pengukuran garis dilakukan dengan
menggunakan “Parallel Dimension Tool” dalam program Corel Draw X8 (Gambar
16).
Sebelum penelitian dilakukan, telah dilakukan penelitian pendahuluan oleh
operator. Sebanyak 28 subjek dipilih secara acak dari 280 sampel penelitian dan
dilakukan pengambilan foto sama seperti prosedur penelitian. Pengukuran langsung
dilakukan dengan kaliper vernier digital pada subjek untuk dibandingkan dengan
hasil pengukuran secara komputerisasi. Jika tidak terjadi perbedaan pengukuran yang
signifikan antara analisis komputerisasi dengan pengukuran langsung (p>0,05), maka
operator layak untuk melakukan pengukuran secara komputerisasi.
75 cm 100 cm
Gambar 13. Posisi subjek dan kamera. Lensa kamera diletakkan sejauh
100 cm dari pangkal hidung subjek dengan posisi tegak
lurus dan sejajar dengan tinggi kepala subjek. Subjek
diinstruksikan untuk memandang lurus ke arah lensa
kamera.
Gambar 15. Foto diorientasikan tegak lurus dan perbesaran foto dilakukan dalam
program Corel Draw sesuai dengan skala kertas 20 × 10 mm.
4. Analisis hubungan tinggi wajah bawah dengan lebar senyum dengan uji
korelasi Pearson apabila data terdistribusi normal atau dengan uji korelasi Spearman
apabila data tidak terdistribusi normal.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian berjumlah 280 orang yang terdiri dari 140 orang laki-laki
dan 140 orang perempuan. Subjek penelitian merupakan masyarakat ras Proto-
Melayu yang berusia 18-25 tahun di Kota Medan dan memenuhi kriteria yang
ditetapkan. Pengambilan subjek penelitian dilakukan pada sepuluh kecamatan di Kota
Medan, yaitu Medan Baru, Medan Sunggal, Medan Area, Medan Petisah, Medan
Tuntungan, Medan Denai, Medan Kota, Medan Selayang, Medan Tembung, dan
Medan Maimun. Subjek penelitian dari setiap kecamatan diambil sebanyak 28 orang.
Subjek difoto dalam pose senyum sosial dan hasil foto dipindahkan ke dalam
komputer. Foto kemudian disunting dan dianalisis untuk mengukur tinggi wajah
bawah dan lebar senyum dengan program komputer Corel Draw. Analisis foto setiap
subjek dilakukan oleh satu orang operator. Untuk mendapatkan data yang valid,
sepuluh foto subjek penelitian diuji secara inter-operator dengan menggunakan
prosedur yang sama, dimana hasil pengukuran 1 dengan hasil pengukuran 2
dilakukan pada waktu dan operator yang berbeda. Hasil uji parametrik T-independen
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara operator 1 dan operator 2
dengan nilai p<0,05 sehingga data dapat dinyatakan valid.
Uji normalitas data dilakukan pada data tinggi wajah bawah dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data berupa nilai p>0,05 menunjukkan
data terdistribusi normal. Perhitungan rerata tinggi wajah bawah laki-laki dan
perempuan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji-T Rerata Tinggi Wajah Bawah antara Laki-Laki dan Perempuan
Ras Proto-Melayu di Kota Medan
Pengukuran tinggi wajah bawah ditentukan dari titik subnasale sampai titik
menton. Hasil perhitungan tinggi wajah bawah pada laki-laki diperoleh dengan nilai
rerata sebesar 74,37 mm dengan standar deviasi 4,83. Nilai rerata tinggi wajah bawah
pada perempuan diperoleh sebesar 68,19 mm dengan standar deviasi 4,02. Pengujian
kemaknaan perbedaan nilai rerata tinggi wajah bawah antara laki-laki dan perempuan
secara statistik menggunakan uji parametrik T-independen dengan derajat
kepercayaan sebesar 95%. Hasil analisis berupa nilai p<0,05 menunjukkan adanya
perbedaan nilai rerata tinggi wajah bawah yang signifikan antara laki-laki dan
perempuan ras Proto-Melayu di Kota Medan.
Uji normalitas data dilakukan pada data lebar senyum dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data berupa nilai p<0,05 menunjukkan
data tidak terdistribusi normal. Perhitungan rerata lebar senyum laki-laki dan
perempuan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Mann-Whitney Rerata Lebar Senyum antara Laki-Laki dan
Perempuan Ras Proto-Melayu di Kota Medan
Pengukuran lebar senyum ditentukan dari titik komisura luar bagian kiri
sampai titik komisura luar bagian kanan. Hasil perhitungan lebar senyum pada laki-
laki diperoleh dengan nilai rerata sebesar 68,25 mm, sedangkan pada perempuan
sebesar 65,36 mm. Pengujian kemaknaan perbedaan nilai rerata lebar senyum antara
laki-laki dan perempuan secara statistik menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil
analisis berupa nilai p<0,05 menunjukkan adanya perbedaan nilai rerata lebar senyum
yang signifikan antara laki-laki dan perempuan ras Proto-Melayu di Kota Medan.
Nilai keseluruhan rerata tinggi wajah bawah diuji secara statistik terhadap
keseluruhan rerata lebar senyum untuk melihat ada tidaknya hubungan yang
signifikan. Hasil uji statistik tersebut dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Spearman Tinggi Wajah Bawah dengan Lebar Senyum
pada Ras Proto-Melayu di Kota Medan
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5
Tinggi Wajah Bawah
BAB 5
PEMBAHASAN
bawah sebesar 76,5 mm dan pada perempuan sebesar 68,7 mm.20 Penelitian yang
dilakukan Kadhom dkk., menunjukkan laki-laki memiliki rerata tinggi wajah bawah
sebesar 68,63 mm dan pada perempuan sebesar 63,03 mm,40 sama seperti penelitian
yang dilakukan Abraham dkk., menunjukkan bahwa rerata tinggi wajah bawah
sebesar 69,23 mm pada laki-laki dan 62,82 mm pada perempuan.14
Pengujian kemaknaan perbedaan nilai rerata tinggi wajah bawah antara laki-
laki dan perempuan secara statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
dengan nilai signifikasi 0,001 (p<0,05). Hal ini dikarenakan laki-laki mengalami
periode percepatan pertumbuhan remaja (adolescence growth spurt) yang lebih
panjang dan terjadi lebih lambat daripada perempuan sehingga laki-laki cenderung
memiliki peningkatan ukuran dan tinggi secara keseluruhan. Percepatan pertumbuhan
remaja pada laki-laki terjadi pada usia 12-15 tahun dan pada perempuan usia 11-13
tahun.27 Laki-laki pada dasarnya memiliki struktur tulang yang lebih tebal terutama
pada bagian dahi, hidung, dagu, serta kontur mandibula yang kuat.40
Tabel 2 menunjukkan rerata lebar senyum laki-laki dan perempuan ras Proto-
Melayu di Kota Medan. Hasil analisis menunjukkan rerata lebar senyum pada laki-
laki sebesar 68,25 mm, sedangkan pada perempuan sebesar 65,36 mm. Data tersebut
menunjukkan bahwa laki-laki memiliki ukuran lebar senyum yang lebih besar
daripada perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Abraham dkk., pada tahun 2015 yang menunjukkan rerata lebar senyum sebesar
69,34 mm pada laki-laki, dan 64,59 mm pada perempuan.14
Pengujian kemaknaan perbedaan nilai rerata lebar senyum antara laki-laki dan
perempuan secara statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan
nilai signifikasi 0,001 (p<0,05). Lebar senyum dihubungkan dengan keberadaan
koridor bukal dalam mulut yang dipengaruhi oleh ekspansi rahang.26,27 Terdapat
perbedaan pertumbuhan rahang atas yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Laki-
laki memiliki pertumbuhan lebih besar, dimana terdapat selisih ukuran sebesar 1-1,5
mm dengan perempuan yang terjadi secara konsisten selama masa kanak-kanak. Pada
masa remaja akhir, laki-laki memiliki ukuran rahang atas 5-7 mm lebih lebar
dibandingkan dengan perempuan.50
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Nilai rerata tinggi wajah bawah ras Proto-Melayu di Kota Medan pada laki-
laki adalah 74,37 mm dan pada perempuan adalah 68,19 mm.
2. Nilai rerata lebar senyum ras Proto-Melayu di Kota Medan pada laki-laki
adalah 68,25 mm dan pada perempuan adalah 65,36 mm.
3. Terdapat perbedaan tinggi wajah bawah dan lebar senyum antara laki-laki
dan perempuan ras Proto-Melayu di Kota Medan dengan nilai signifikasi p<0,05.
4. Terdapat hubungan antara tinggi wajah bawah dengan lebar senyum pada
ras Proto-Melayu di Kota Medan dengan nilai signifikasi p<0,05 dan nilai koefisien
korelasi yang positif, yaitu sebesar 0,322.
6.2 Saran
Saran yang disampaikan pada penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada sampel oklusi Klas II dan Klas
III serta pada kelompok usia yang berbeda agar dapat menjadi perbandingan untuk
penelitian ini.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada populasi ras yang berbeda
untuk memastikan hubungan tinggi wajah bawah dengan lebar senyum agar dapat
diterapkan sebagai parameter senyum dalam penetapan diagnosis dan rencana
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
44. Chou J-C, Thompson GA, Aggarwal HA, Bosio JA, Irelan JP. Effect of occlusal
vertical dimension on lip positions at smile. J Prosthet Dent 2014; 112(3): 533–
9.
45. Peixoto LM, Louro RL, Gomes AA, Nascimento APC do. Photographic analysis
of esthetic dental proportions. RGORevista Gaúcha Odontol Online 2012; 60(1):
13–7.
46. Rivani R, Syukriani Y, Rusman AA, Linasari D. Perbandingan indeks sefalik
antara populasi Batak dan populasi Sunda di Bandung. In: Proceeding Annual
Scientific Meeting. Pekanbaru, 2017: 245–51.
47. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduk menurut jens
kelamin, rasio jenis kelamin dan kabupaten/kota 2016. 9 April 2018.
https://sumut.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/577. (9 April 2018).
48. Muhardiansyah Y. Mengenal Suku di Medan|Cerita Medan. 19 September 2015.
https://ceritamedan.com/2013/09/mengenal-suku-di-medan.html. (13 November
2017).
49. Raharja HS. Analisis korelasi: pengertian, contoh soal dan jenis korelasi. 28
November 2017. https://statmat.id/analisis-korelasi/. (20 April 2018)
50. Carlson D, Buschang P. Craniofacial growth and development. In: Orthodontics
current principles and techniques. 5th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2012:
224-9,234-8.
51. Proffit WR. Concepts of growth and development. In: Contemporary
orthodontics. 4th ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2007: 44–6.
Peneliti,
(Sabrina Ally)
Demikian pernyataan ini saya berikan dalam keadaan sehat/sadar diri dan
tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.
Medan, 2018
Pembuat pernyataan,
(……………...……)
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
SUMATERA UTARA
No.Sampel :
Operator :
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Alamat :
Umur :
Jenis Kelamin : L / P
No.HP :
Group Statistics
Ha: terdapat perbedaan antara pengukuran TWB Corel Draw dengan TWB kaliper digital.
Hasil Uji T-Independent diperoleh Sig.(2-tailed)= 0,801 sehingga p>0,05 H0 diterima: tidak terdapat perbedaan pengukuran
TWB Corel Draw dengan TWB kaliper digital.
Group Statistics
Ha: terdapat perbedaan pengukuran lebar senyum antara operator 1 dan operator 2.
Hasil Uji T-Independent diperoleh Sig.(2-tailed)= 0,743 sehingga p>0,05 H0 diterima: tidak terdapat perbedaan pengukuran
lebar senyum antara operator 1 dan operator 2.
Tinggi
Lebar
Jenis Wajah
No. Nama Usia Senyum
Kelamin Bawah
(mm)
(mm)
1 Cindy Siahaan P 19 71,3 63,83
2 Rizkiani Cahya Putri Sinaga P 19 67,23 63,62
3 Lea Kartyka Sembiring P 19 65,42 66,48
4 Alzeressy Putri P 22 70,72 65,72
5 Aude Layakni Putri Girsang P 22 70,65 59,33
6 Mahranisa Maraya P 21 62,15 69,51
7 Astri Suryani Pasaribu S P 19 74,77 64,05
8 Febri Yolanda Silaban P 18 71,97 69,08
9 Wilda Ludika S P 21 69,24 65,47
10 Lidya Nathasia Sihombing P 21 64,03 78,99
11 Trifena Mulyani Kaban P 66,6 67,1
12 Yessi Alicia Purba P 20 67,59 69,32
13 Naomi Amanda Hutajulu P 18 69,52 63,35
14 Vania Sitorus P 17 69,83 71,15
15 Nadya A S P 18 71,28 63,55
16 Theresia Marpaung P 22 71,35 64,61
17 Bunga Felicia P 18 66,86 62,37
18 Fenny Nawia P 18 63,93 58,12
19 Grace Evelyn Pardede P 23 66,15 61,44
20 Grace Cyntia P.Brus P 20 63,16 68,92
21 Mirna Rory Yohanita Tambunan P 20 65,77 70,41
22 Cynthia Purba P 21 68,06 57,45
23 Sarah P 21 67,02 59,9
24 Agnes Kartika Silaban P 22 72,43 67,74
25 Nova Yohana Hutauruk P 22 65,53 62,02
26 Novita Sari Sihite P 20 64,89 63,71
27 Ita Purnama Sari Panggabean P 22 64,17 69,22
28 Lidia Pratiwi P 19 63,48 63,25
Descriptives
Median 68,0100
Variance 16,156
Perempuan Std. Deviation 4,01939
Minimum 58,74
Maximum 79,47
Range 20,73
Variance 23,354
Minimum 63,88
Maximum 91,31
Range 27,43
Descriptives
Median 64,6800
Variance 15,904
Perempuan Std. Deviation 3,98803
Minimum 57,15
Maximum 78,99
Range 21,84
Median 67,5650
Variance 17,246
Minimum 58,14
Maximum 79,30
Range 21,16
HASIL UJI PARAMETRIK T-INDEPENDEN RERATA TINGGI WAJAH BAWAH ANTARA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN
Descriptive Statistics
Lebar
280 66,8073 4,31452 57,15 79,30 63,6100 66,2050 70,2000
Senyum
Ranks
Total 280
a
Test Statistics
Lebar Senyum
Mann-Whitney U 5914,000
Wilcoxon W 15784,000
Z -5,736
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Correlations
N 280 280
a
Variables Entered/Removed
Model Variables Variables Method
Entered Removed
Tinggi Wajah
1 b
. Enter
Bawah
a. Dependent Variable: Lebar Senyum
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
a
1 ,318 ,101 ,098 4,09789
a. Predictors: (Constant), Tinggi Wajah Bawah
a
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
b
Regression 525,215 1 525,215 31,276 ,000
a
Coefficients
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta