You are on page 1of 19

PENGELOLAAN KELAS, PENGELOLAAN PENGAJARAN SERTA HUBUNGAN

PENGELOLAAN KELAS dan PENGAJARAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


“Pengelolaan Pengajaran PAI”

Dosen Pengampu:
Rabi’ah, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Rahmaniah
19.04.06829
Rohida
19.04.06843
Siti Aminah
19.04.06853
Syaripah
19.04.06864
Yunita
19.04.06875

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RASYIDIYAH KHALIDIYAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

AMUNTAI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah Pengelolaan
Pengajaran PAI yang berjudul “Pengelolaan Kelas, Pengelolaan Pengajaran Serta
Hubungan Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pengajaran”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW dan juga tercurah pula kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada
kita sebagai umatnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rabi’ah, M.Pd.I selaku dosen pengampu
mata kuliah Pengelolaan Pengajaran PAI sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan kita dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amuntai, April 2022

Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 4
A. Pengelolaan Kelas ............................................................................................................... 4
B. Pengelolaan pengajaran ...................................................................................................... 7
C. Hubungan pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran ............................................... 11
BAB III......................................................................................................................................... 15
PENUTUP .................................................................................................................................... 15
A. Simpulan ........................................................................................................................ 15
B. Saran .................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Sumber daya yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk
menjadi negara yang maju, kuat, makmur, sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa Indonesia. Menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1 Pasal
1dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.1
Selain itu, guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran
disekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mencapai tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua kegiatan
pokok yaitu kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan kelas. Kegiatan mengajar pada
hakikatnya adalah proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar
siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan. Jadi
pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas,
melainkan juga mengelola berbagai hal yang tercakup dalam komponen pengajaran.
Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan
suasana dan kondisi kelas yang kondusif.2
Kelas merupakan tempat yang dihuni oleh sekelompok manusia dengan berbagai latar
belakang, karakter, kepribadian, tingkah laku dan emosi yang berbeda-beda. Pengelolaan
kelas merupakan suatu usaha guru untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar
yang kondusif agar terjadi kondisi yang optimal sesuai dengan yang diharapkan dan
mengendalikannya apabila terjadi gangguan dalam pembelajaran. Dengan kata lain,
pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pembelajaran.3

1
Sehubungan dengan hal tersebut, guru harus mengetahui tentang latar belakang peserta
didiknya, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Sebagai pemimpin kelas, guru
harus mengadakan hubungan dengan sekolah lain, masyarakat sekitar sekolah, orang
tua/wali peserta didik, serta mampu memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada di
lingkungan sebagai sumber belajar.4
Dari sudut pandang lain, dalam melaksanakan tugasnya secara profesional guru atau
pendidik memerlukan wawasan yang mantap akan kegiatan belajar mengajar, mengetahui
dan memiliki gambaran secara menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar mengajar,
serta langkah-langkah apa yang perlu sehingga tugas-tugas keguruannya bisa dilakukan
dengan baik dan memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam hal
ini pengajaran adalah suatu aktivitas atau proses belajar mengajar. Di dalamnya ada dua
subjek yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru atau
pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif
yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua subjek
pengajaran.
Pengajaran itu juga merupakan proses yang sistematis dan sistematik yang terdiri atas
banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat parsial atau
berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung dan
berkesinambungan. Untuk itu diperlukan pengelolaan pengajaran yang baik dan harus
dikembangkan berdasarkan prinsip pengajaran yang mempertimbangkan dari segi dan
strategi pengajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis, realistis,
fleksibel baik yang menyangkut masalah interaksi pengajaran, pengeloaan kelas,
pendayagunaan sumber belajar atau pengajaran maupun penilaian.5
Pengajaran pada hakikatnya lebih berorientasi pada kegiatan, berupa interaksi belajar
mengajar yang berlangsung antara seorang guru dengan sejumlah peserta didik di dalam
sebuah kelas. Untuk mewujudkan interaksi tersebut agar menjadi efektif dan efisien dalam
proses pembelajaran diperlukan suatu pengelolaan pengajaran yang baik.6

2
DAFTAR KUTIPAN BAB I

1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Dosen dan Guru. (Jakarta: Visimedia, 2007), hlm. 2.
2
Abu Hasan Agus, Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Proses Pembelajaran, Jurnal
Pendidikan Pedagogik, Vol. 03 No. 01 Desember 2015, hlm. 02.
3
Lailatu Zahroh, Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas, Jurnal Tasyri’, Vol. 22, Nomor
2, Oktober 2015, hlm. 175.
4
Erwin Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas (Yogyakarta: Diva Press, 2018), hlm.
84.
5
Nurlaila, Pengelolaan Pengajaran (Palembang: CV. Amanah, 2017), hlm. 1-2.
6
Samrin dan Syahrul, Pengelolaan Pengajaran (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2021),
hlm. 1.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru
selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksud
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik, sehingga
mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesiensi. Ketika kelas terganggu, guru
berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar
mengajar.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu: pengelolaan dan kelas. Pengelolaan
berasal dari kata kelola, di tambah awalan pe dan akhiran an. Istilah lain kata
pengelolaan adalah manajemen. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa
inggris, yaitu managamenet, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan
pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum adalah
pengadministrasian, pengaturan, atau suatu penataan suatu kegiatan (Sohartono
Arikunto, 1990:2). Sedangkan pengelolaan menurut Oemar Hamlik (1987:311) adalah
suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat
pengajaran dari guru. Pengertian ini jelas melihat dari sudut peserta didik, karena dalam
pengertian tersebut ada fase kelompok orang. Hal senada (suharsimi Arikunto 1988:17)
mengemukakan pengertian kelas dari segi peserta didik, hanya pendapatnya lebih
mendalam yaitu sekelompok peserta didik, yang pada waktu sama menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula.
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai
tujuan pengajaran. Kesimpulan yang sangat sederhana adalah bahwa pengelolaan kelas
merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Suharsimi
Arikunto (1988:67) berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu
dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar
seperti yang diharapkan.1

4
2. Tujuan pengelolaan kelas
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam-
macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual belajar
dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap setta apresiasi pada siswa. Adapun
secara khusus, tujuan pengelolaan kelas adalah mengembangkan kemampuan siswa
dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh
hasil hasil yang diharapkan.
Menurut Arikunto (dalam Djamarah 2006:278) berpendapat bahwa tujuan
pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga
segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesiensi. Menurut Ahmad (1995:2),
tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta disik
mengembangkan kemampuan secara optimal.
b. Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disiplin yang dapat merintangi
terwujudnya interaksi belajar mengajar.
c. Mempertahankan keadaan stabil dalam suasana kelas, sehingga bila terjadi ganguan
dalam belajar mengajar dapat dikurangi dan dihindari.
d. Melayani dan membimbing perbedaan individual peserta didik.
e. Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan peserta didik
belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual peserta didik
dalam kelas.2
3. Fungsi pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas berfungsi untuk membuat perubahan-perubahan dalam kelas,
sehingga peserta didik dapat bekerja sama dan mengembangkan kontrol diri. Peserta
didik harus mampu mengontrol diri dan mengembangkan sikap aktif, khususnya dalam
belajar. Kerja sama anggota kelas sangat dibutuhkan untuk mendorong semangat belajar
peserta didik. Untuk itu, peserta didik perlu mengembangkan sikap kerja sama di dalam
kelas guna menumbuhkan semangat belajar para anggotanya. Berkaitan dengan hal

5
tersebut guru harus mampu mengelola peserta didik terkait pengembangan sikap kerja
sama dalam kegiatan pembelajaran.
Pengelolaan kelas sangat erat kaitannya dengan pengaturan kelas untuk keberhasilan
proses pembelajaran. Dengan demikian salah satu tugas guru adalah menciptakan
suasana yang menimbulkan gairah belajar, meningkatkan presentasi belajar peserta
didik, meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran, serta memberikan bimbingan pada
peserta didik. Hal tersebut memerlukan pengorganisasian kelas yang memadai.
4. Prinsip-prinsip pengelolaan kelas.
Menurut Djamarah dan Aswan, untuk memperkecil permasalahan dalam manajemen
kelas, dapat dipergunakan prinsip-prinsip pengelolaan kelas berikut ini:
a. Hangat dan antusias
Akan berhasil dalam menginplementasiakan pengelolaan kelas dengan sikap yang
hangat dan akrab dari guru kepada peserta didik, serta selalu menunjukkan antusiasme
pada tugas aktivitas. Dapat dikatakan peserta didik akan lebih mudah jika guru
memiliki kedekatan emosional. Selain itu, sikap guru yang selau antusias, semanagat
dan memiliki komitmen yang baik dalam menjalankam tugas dan tanggung jawabanya
akan membuat peserta didik akan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
b. Tantangan
Guru harus selalu membuat peserta didik merasa tertantang dalam setiap mengikuti
kegiatan pembelajaran, hal ini akan membuat peserta didik tertarik sehingga dapat
mengendalikan gairah belajar.
c. Bervariasi
Penggunaan alat, media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dengan
peserta didik akan mengurangi munculnya gangguan dan meningkatkan perhatian
peserta didik. Variasi ini merupakan kunci bagi tercapainya manajemen (pengelolaan)
kelas yang efektif dan meengurangi kejenuhan. Guru harus selalu aktif dan memiliki
inovasi dalam menggunakan media serta metode pembelajaran.
d. Keluwesan
Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan, seperti keributan
peserta didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan lainnya. Pada intinya

6
sikap luwes akan membuat peserta didik lebih dekat dengan guru. Mereka akan patuh
dan mengikuti pembelajaran karena memang dari hati nurani mereka memiliki
antusias dan minat untuk belajar.
e. Penekanan pada hal-hal positif
Penekana pada hal-hal yang positig adalah penekanan yang dilakukan oleh guru
terhadap tingkah laku peserta didik yang positif, dari pada mengomeli tingkah laku
yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan dan
positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu
jalannya proses pembelajaran
f. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari prinsip manajemen (pengelolaan) kelas adalah peserta didik dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Guru yang menjadi teladan sebaiknya dapat
mengendalikan diri dan melaksanakan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam
segala hal jika ingin peserta didiknya ikut disiplin. Untuk itu jika ingin mendisiplinkan
peserta didik, disiplinkan diri terlebih dahulu sehingga pada akhirnya peserta didik
akan memiliki sosok panutan yang di anggap sebagai teladan. Sehingga hal ini akan
memudahkan dalam mengelola kelas.3

B. Pengelolaan pengajaran
1. Pengertian pengelolaan pengajaran
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”. Terbawa oleh arus
penambahan kata pungut ke dalam bahasa Indonesia. Istilah Inggris tersebut kemudian di
Indonesiakan menjadi “manajemen” atau “menejemen”. (Suharsimi Arikunto (1992:7).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2012) disebutkan bahwa pengelolaan berarti
penyelenggaraan. Winarno Hamiseno yang dikutip Suharsimi Arikunto (1992:8),
menyebutkan pengelolaan adalah substantifa dari mengelola. Sedangkan mengelola
berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian.
Pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber
penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya.
Harsoyo dikutip oleh Zulfikar Putra (2011), pengelolaan adalah suatu istilah yang
berasal dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk

7
menggali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guru
mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.
Wardoyo dikutip oleh Zulfikar Putra (2011), pengelolaan adalah suatu rangkai
kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari beberapa pendapat di atas pengelolaan adalah merupakan tindakan seseorang
dalam melakukan aktivitasnya baik dimulai dari menyusun data, merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan sampai pengawasan dan penilaian, guna
menghasilkan sesuatu yang lebih efektif dan efisien dan kemudian sesuatu itu dapat
dijadikan sebagai sumber untuk penyempurnaan dan peningkatan dari yang telah
direncanakan sebelumnya.4 Sedangkan untuk pengajaran sendiri sering ditemukan
semacam kebingungan atau kerancuan dalam penggunaan istilah pendidikan dan
pengajaran.
Ada orang berpendapat bahwa pendidikan tidak sama dengan pengajaran. Ada yang
berpendapat pendidikan lebih luas daripada pengajaran. Ada juga yang mengatakan
pendidikan adalah usaha pengembangan aspek ruhani manusia sedangkan pengajaran
aspek jasmani dan akal saja. Sikun pribadi, guru besar IKIP Bandung, pernah
menjelaskan masalah ini dalam salah satu tulisannya. Menurut pendapatnya, mendidik
dalam arti pedagogis tidak dapat disamakan dengan pengertian mengajar. Pengajaran
menurut pendapatnya ialah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai
segi kognitif dan psikomotor semata-mata, yaitu supaya anak lebih banyak
pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis, dan objektif, serta terampil
dalam mengerjakan sesuatu, misalnya terampil menulis, membaca, lari cepat, loncat
tinggi, berenang, membuat pesawat radoi, dan sebagainya. Tujuan pengajaran lebih
mudah ditentukan daripada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang menyangkut
seluruh kepribadian manusia lebih sukar ditentukan (Mimbar Pendidikan, 1974).
Uraian ini agak membingungkan. Pada satu pihak ia mengatakan bahwa mendidik
tidak sama dengan mengajar. Tetapi pada pihak lain mendidik itu bertujuan
mengembangkan seluruh aspek kepribadian. K.H Dewantara berpendapat bahwa
pengajaran itu adalah sebagian dari pendidikan. Ia menyatakan “pengajaran (onderwijs)
itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah satu bagian dari pendidikan. Jelasnya,

8
pengajaran tidak lain ialah pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan
serta kecakapan”.
Tidak terdapat perbedaan mendasar antara pendapat Sikun Pribadi dan pendapat
Dewantara di atas. Menurut mereka “mendidik” ialah melaksanakan berbagai usaha
untuk menolong anak didik dalam menuju kedewasaannya . Salah satu di antara sekian
banyak usaha yang dapat dilakukan ialah dengan mengajar. Usaha lain umpamanya
memberikan contoh yang baik, pembiasaan, memberikan hadiah, pujian, hukuman,
larangan, dan sebagainya.
Sekalipun pengertian pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh Sikun Pribadi
dan Dewantara tersebut di atas hanya berlaku bagi pendidikan yang melibatkan guru (si
pendidik), namun pengertian itu dapat dipakai, sekurang-kurangnya untuk menentukan
pengertian pendidikan dalam arti sempit.5
Jadi menurut pemakalah, pengelolaan pengajaran adalah sesuatu hal yang harus
dilakukan untuk mengelola sebuah pengajaran dalam bidang pendidikan.
a. Model-model pengelolaan pengajaran
1) Konsentris
Seluruh bahan pelajaran dijalani beberapa kali dari permulaan, hingga akhir,
dimulai dari yang paling mudah dan paling penting. Konsep yang terkandung
didalam pelajaran ini dapat diterapkan di dalam lesson plan tatkala merencanakan
langkah-langkah proses belajar mengajar.
2) Suksessif
Suksessi artinya urutan atau berurutan. Di dalam jalan pelajaran ini seluruh
bahan hanya dilalui satu kali, karena pengajaran maju secara berurutan.
3) Sintetis
Menunjukkan kegiatan belajar-mengajar seharusnya dimulai dari mempelajari
unsur-unsur atau bagian-bagian untuk selanjutnya membuat kesimpulan atau
merumuskan keseluruhan. Dalam pengajaran membaca misalnya, jalan pengajaran
ini akan dilakukan dengan memulai proses pengajaran dengan mengenali huruf-
huruf, lalu suku kata, lanta kata, kalimat untuk selanjutnya cerita. Pengajaran
agama islam bab salat umpamanya, akan dimulai dari pengenalan rukun, syarat,

9
bacaan, kemudian dirangkaian menjadi tubuh salat yang utuh. Jalan pengajaran ini
bertumpu pada penalaran induktif.
4) Analisis
Merupakan kebalikan dari jalan pelajaran sintetis. Dimulai dari yang umum,
menuju yang khusus, dari keutuhan menjadi bagian-bagian. Prinsip yang
mendasarinya adalah model deduktif.6
2. Pengajaran sebagai suatu sistem
Menurut Ryan, sistem adalah sejumlah elemen (objek, orang, aktivitas, rekaman,
informasi dan lain-lain) yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur
dan merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang dapat
diamati (dapat dikenal wujudnya) sedangkan tujuan tercapai. Sedangkan menurut
Sanafiah Faisal istilah sistem menuju kepada totalitas yang bertujuan dan tersusun dari
rangkaian unsur dan komponen.7
Pada umumnya sistem mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Terdiri dari unsur-unsur yang saling berkaitan antara satu sama lainnya.
b. Berorientasi kepada tujuan yang telah ditetapkan.
c. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan tata tertib berbagai peraturan dan
sebagainya.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa suatu sistem terdiri dari beberapa elemen,
unsur atau komponen yang merupakan suatu subsistem yang saling berintegrasi
sesamanya, membentuk suatu totalitas, membentuk suatu totalitas fungsional, menuju
suatu tujuan tertentu.8
Pengajaran sebagai suatu sistem merupakan kegiatan yang meliputi berbagai
komponen yang berkaitan erat satu sama lain, maka berbagai komponen harus saling
berhubungan dan perlu dikenali, dikaji dan dikembangkan, sehingga mekanisme kerja
elemen-elemen itu secara menyeluruh akan dapat membuahkan hasil yang maksimal.
Dalam pengajaran tersebut komponen yang terpenting adalah guru dan peserta didik
yang selalu berintegrasi dalam proses belajar mengajar.9
Dari komponen seorang guru, meliputi tingkat kemampuannya, minatnya,wataknya,
wibawanya, akhlaknya, dan sebagainya. Sedangkan komponen peserta didik meliputi
tingkat perkembangannya, tingkat kesiapannya, minatnya, aspirasinya dan sebagainya.

10
Dari komponen interaksi meliputi isi interaksi itu, apa yang dilakukan peserta didik, alat-
alat yang dipakai, metode yang dipergunakan dalam mengajar, sikap belajar yang tumbuh
pada peserta didik sebagai hasil interaksi.
Dengan demikian, komponen-komponen yang terdapat dalam pengajaran harus saling
berhubungan secara fungsional dan merupakan satu kesatuan organisasi. Apabila satu
komponen tidak berfungsi dengan baik, misalnya seorang guru tidak siap menjalankan
usaha atau proses pengajaran kepada peserta didik yang telah siap untuk belajar dengan
baik, ataupun sebaliknya, maka proses pengajaran akan menemui kegagalan yang
disebabkan oleh keadaan tersebut.
Guru dan peserta didik merupakan komponen sentral dalam usaha pengajaran.
Keduanya memiliki tujuan yang hendak dicapai, yakni sesudah mengikuti proses belajar-
mengajar, peserta didik diharapkan dapat menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan
dan sikap tertentu sesuai dengan isi dan tujuan dari proses pembelajaran. Usaha terhadap
pencapaian tujuan itu akan membuahkan kualitas peserta didik yang biasa disebut sebagai
hasil belajar, hasil belajar kemudian dinilai agar diperoleh umpan balik guna rethinking
berbagai komponen dan saling berkaitan yang terdapat dari keseluruhan usaha
pengajaran.10

C. Hubungan pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran


Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan mengandung makna
bahwa pendidikan merupakan usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan dan
melahirkan manusia sebagai peserta didik dalam suasana pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, kepribadian, pengendalian diri sebagai manusia kepribadian, kecerdasan,
keterampilan, akhlak mulia yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.11
Jadi menurut pemalakah, pendidikan dapat diartikan sebagai pengaruh dinamis dalam
perkembangan rohani, jasmani, susila, keterampilan, dan rasa sosial yang mampu
mengembangkan pribadi integral selain itu juga dapat mendidik manusia agar memiliki
pengetahuan yang luas. Diantara tujuan pengelolaan pengajaran yang terselenggara dalam
lembaga pendidikan formal sekolah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional mengandung makna bahwa pendidikan adalah

11
usaha sadar dan terencana untuk melahirkan manusia pancasila berperikemanusiaan yang
adil beradab dan setiap tujuan pendidikan nasionalnya sesuai dengan nilai kehidupan
yang diperjuangkan untuk kemajuan berbangsanya.
Pengelolaan kelas adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola
dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien. Pengelolaan kelas merupakan usaha
yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu
dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga menumbuhkan motivasi belajar
siswa dan dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.12
Sedangkan pengelolaan pengajaran itu efektif jika mengarah kepada perubahan yang
diinginkan di dalam diri siswa, pola-pola tingkah laku baru akan dipelajari siswa dengan
baik jika ketidakcocokan perilaku yang sekarang dimengerti dan kebermaknaan perilaku
yang baru menjadi jelas karenanya. Pola-pola tingkah laku baru dapat lebih
dikembangkan secara efektif oleh guru-guru yang mengetahui pola-pola tingkah laku
yang ada pada individu siswa dan alasan-alasannya, selain itu belajar juga ditimbulkan
oleh masalah-masalah dan kegiatan-kegiatan yang menuntut pemikiran dan atau
perbuatan dari individu siswa masing-masing.13
Jadi menurut pemakalah, pengelolaan pengajaran merupakan suatu hal yang perlu
diperhatikan dalam sebuah lembaga pendidikan untuk mencapai pengajaran yang
diinginkan. Hubungan antara pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran dapat dilihat
dari tujuan yang dimilikinya. Pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran adalah dua
kegiatan yang sangat erat kaitannya, namun harus dibedakan karena diantara kedua
pengelolaan ini memiliki tujuan yang berbeda. Pengajaran mencakup semua kegiatan
yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran
peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan lain
sebagainya. Sedangkan pengelolaan kelas menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.
Dengan kata lain, di dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat dibedakan adanya
dua kelompok masalah yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas.
Masalah pengelolaan kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif pengelolaan,
sedangkan masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan korektif
instruksional.

12
Peserta didik yang enggan ambil bagian di dalam kegiatan kelompok karena merasa
ditolak oleh kelompok lain dalam masalah pengelolaan tidak dapat ditanggulangi dengan
membuat kegiatan menjadi lebih menarik, meskipun tentu saja memang tidak dapat
dibantah bahwa penarikan diri peserta didik tersebut akan menghalangi tercapainya
tujuan khusus pengajaran yang hendak dicapai melalui kegiatan kelompok yang
dimaksud. Sebaliknya hubungan antar pribadi yang baik antara guru dengan peserta didik
dan antar peserta didik tidak akan menjamin bahwa proses belajar mengajar akan menjadi
efektif. Yang jelas pengelolaan kelas yang efektif merupakan syarat mutlak terjadinya
proses belajar mengajar yang efektif.

13
DAFTAR KUTIPAN BAB II

1
Syamrin dan Syahrul, Pengelolaan Pengajaran, (Yogyakarta: Cv.Budi Utama, 2021).
hlm 53-54
2
Albert Efendi Pohang, Micro Teaching Berbasis Pendekatan Ilmiah, (Jawa barat: CV,
Adanu Abimata, 2020). hlm 23-24
3
Erwin Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas, (Yogyakarta: DIVA Press, 2018). hlm 16-
22
4
Nurlaila, Pengelolaan Pengajaran, (Palembang: CV. Amanah, 2015) hlm. 3
5
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995) hlm. 6-7.
6
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, op. cit, hlm. 38-39.
7
Samrin dan Syahrul, Pengelolaan Pengajaran, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2021) hlm.
4
8
Samrin dan Syahrul, Pengelolaan Pengajaran, op. cit, hlm. 5
9
Samrin dan Syahrul, Pengelolaan Pengajaran, op. cit, hlm 6.
10
Samrin dan Syahrul, Pengelolaan Pengajaran, op. cit, hlm 7.
11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
12
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,
(Jakarta: Rajawali, 1986), 68.
13
M, Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006), 8

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kelas merupakan segmen sosial dari kehidupan sekolah secara keseluruhan. Gairah
proses belajar dan semangat pencapaian prestasi belajar yang tinggi, cukup tergantung
pada pembiasaan sehari-hari atas kehidupan yang terjadi antara guru dan peserta didik di
dalam kelas. Karena itu manajemen atau pengelolaan atas kelas merupakan hal utama
dalam menunjang terciptanya proses belajar yang menyenangkan dan pencapaian prestasi
belajar yang tinggi itu. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif
dan efisien. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur
peserta didik dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana
menyenangkan untuk tujuan pembelajaran. Hubungan interpersonal yang baik antara guru
dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, merupakan syarat keberhasilan
pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya kegiatan pembelajaran yang efektif.
Seorang guru yang menjalankan tugasnya tentu saja harus mempunyai keahlian,
wawasan yang mantap serta mengetahui bagaimana gambaran dan langkah-langkah
dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pengajaran terdapat tugas dan tanggung
jawab yang utama seorang guru yaitu mengelola pengajaran agar lebih efektif, efisien,
dinamis, dan positif yang ditandai adanya kesabaran dan keaktifan antara dua belah
pihak.
Jadi hubungan pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran ini sangat erat kaitannya
dan dapat dilihat dari tujuan masing-masing pengelolaan tersebut.
B. Saran
Demikian paparan tentang Pengelolaan Kelas, Pengelolaan Pengajaran Serta Hubungan
Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pengajaran. Dalam penulisan makalah ini tentunya
sangat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Abu Hasan, Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Proses Pembelajaran, Jurnal
Pendidikan Pedagogik, Vol. 03 No. 01 Desember 2015, hlm. 02.
Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,
(Jakarta: Rajawali, 1986), 68.
Nurlaila, Pengelolaan Pengajaran (Palembang: CV. Amanah, 2017), hlm. 1-2.
Pohang, Albert Efendi, Micro Teaching Berbasis Pendekatan Ilmiah, (Jawa barat: CV,
Adanu Abimata, 2020). hlm 23-24.
Purwanto, M Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006), 8
Samrin dan Syahrul, Pengelolaan Pengajaran (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2021), hlm.
1.
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995) hlm. 6-7.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Dosen dan Guru. (Jakarta: Visimedia, 2007), hlm. 2.
Widiasworo, Erwin, Cerdas Pengelolaan Kelas (Yogyakarta: Diva Press, 2018), hlm. 84.
Zahroh, Lailatu, Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas, Jurnal Tasyri’, Vol. 22, Nomor
2, Oktober 2015, hlm. 175.

16

You might also like