Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
PRESEPTOR:
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-
Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tugas case ini yang berjudul
syarat kepaniteraan klinik senior di Bagian Anak Rumah Sakit Umum Daerah
teman-teman serta staf bagian anak dan semua pihak yang telah membantu
banyak kelemahan yang terdapat dalam penulisan case ini, kritik dan saran
ini bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
berusia antara 3 dan 12 tahun dan jarang terjadi pada anak di bawah usia 3 tahun.1
hipertensi, dan edema perifer.1,2 Spektrum klinis GNAPS dapat bervariasi sebagai
(GNPC). Oleh karena itu, tingkat keparahan GNAPS dapat bervariasi di antara
pasien, dan dapat muncul dengan penyakit subklinis hingga GNPC yang
memerlukan dialisis.
Estimasi kejadian global GNAPS adalah 472.000 kasus per tahun dengan
77% kasus berasal dari negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat
ekonomi, dan peningkatan kebersihan. Namun, GNAPS tetap menjadi salah satu
penyebab penting cedera ginjal akut di antara populasi anak dan penyebab utama
1
Sebagian besar kasus GNAPS terjadi setelah faringitis dengan
protein terhadap NAPlr dan SPEB, melalui mekanisme yang dimediasi oleh
umumnya rendah dalam tes darah karena aktivasi jalur lengkap alternatif . Namun,
cairan, antihipertensi, diuretik, dan dialisis, bila perlu, karena penyakit ini dapat
sembuh sendiri. Gagal jantung kongestif, edema paru, dan ensefalopati akibat
hipertensi berat dapat terjadi selama fase akut GNAPS akibat hipervolemia.
GNAPS umumnya memiliki prognosis yang baik dengan hanya sebagian kecil
pasien dengan kelainan urin persisten, hipertensi persisten, dan penyakit ginjal
Formasi crescent pada biopsi ginjal dan insufisiensi ginjal dapat menjadi prediktor
keparahan penyakit dan hasil yang buruk pada GNAPS pada anak-anak.1
2
2. Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian ilmu
M. Natsir Solok.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi3,9
nefritik seperti hematuria, edema, hipertensi, oliguria yang terjadi secara akut.
Sindrom nefritik akut (SNA) adalah suatu kumpulan gejala klinik berupa
umum dan lebih menggambarkan suatu proses histopatologi berupa proliferasi &
2.1.2 Epidemiologi
kelompok kasus rumah tangga (kamp, militer) terjadi di seluruh dunia, dan 97%
4
kasus terjadi di negara kurang berkembang. Insiden keseluruhan telah menurun di
streptokokus selama bulan-bulan cuaca dingin dan infeksi kulit streptokokus atau
dijelaskan berhubungan dengan infeksi tenggorokan (serotipe M1, M4, M25, dan
beberapa strain M12) dan kulit (serotipe M49), penyakit ini paling sering bersifat
sporadis.4
GNAPS dapat terjadi pada semua kelompok usia namun lebih sering
ditemukan pada kelompok usia 2-15 tahun, sangat jarang terjadi pada anak dengan
usia di bawah dua tahun dan dua kali lebih sering terjadi pada anak laki–laki
5
dibandingkan dengan anak perempuan.
secara global dengan 5.000 kematian setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan
di Sri Manakula Vinayagar Medical College and Hospital India pada periode
GNAPS. Dari 52 pasien ditemukan 46 anak (88,4%) dengan GNAPS, usia pasien
berkisar antara 2,6 – 13 tahun, 27 anak (52%) pada kelompok usia 5-10 tahun.5
di Indonesia pada tahun 1997-2002, lebih dari 80% dari 509 anak dengan GNA
mengalami efusi pleura, kardiomegali serta efusi perikardial, dan 9,2% mengalami
GNA (0,4%) yaitu diantara 10.709 pasien yang berobat di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM. Empat puluh lima pasien ini terdiri dari 26 laki–laki dan
5
19 perempuan yang berumur antara 4-14 tahun, dan yang paling sering adalah 6–
11 tahun. Angka kejadian ini relatif rendah, tetapi menyebabkan morbiditas yang
kronis.5
2.1.3 Etiologi
GNAPS didahului oleh infeksi saluran napas atas (serotipe M1, M4, M25,
M12) atau infeksi kulit (serotipe M49) oleh strain "nefritogenik" dari group A 𝛽-
Faktor risiko GNAPS pada anak ialah jenis kelamin laki - laki, usia ≥5
tahun, status sosial ekonomi rendah, status gizi, dan musim hujan. GNAPS sering
terjadi pada anak usia 5-12 tahun, jarang pada anak di bawah 3 tahun.
Penyebabnya karena pada usia 5-12 tahun merupakan usia sekolah, di mana
mudah terpapar dengan agen infeksi. Sekitar 97% kasus GNAPS terjadi di negara
berkembang dan berkurang di negara industri atau negara maju. Terbukti selama
2-3 dekade terakhir, kejadian GNAPS telah menurun di Amerika Serikat dan juga
6
di negara lain, seperti Jepang, Eropa Tengah, Inggris Raya dan Korea Selatan. Hal
ini berkaitan dengan kondisi higiene yang baik, lingkungan yang sehat, serta
penggunaan antibiotik. Umumnya GNAPS terjadi pada daerah beriklim tropis dan
Penyakit ini biasanya terjadi secara sporadik tetapi peningkatan insidensi kasus
terjadi secara epidemik pada tempat dengan komunitas yang memiliki populasi
tempat tinggal di lingkungan yang padat penduduk, higiene kurang baik, kondisi
tropis. Sebanyak 68,9% penderita GNAPS berasal dari keluarga dengan sosial
ekonomi yang rendah dan 82% pada keluarga berpendidikan rendah. Musim juga
tenggorokan lebih sering terjadi pada musim dingin, awal musim semi, dan
musim hujan sedangkan pioderma lebih sering terjadi pada akhir musim panas dan
musim gugur. Pasien yang berjenis kelamin laki-laki memiliki perbandingan yang
lebih tinggi di bandingkan perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena anak
laki-laki lebih sering berada di luar rumah sehingga rentan terpapar dengan kuman
penyebab infeksi.
Infeksi dapat memicu cedera pada ginjal baik melalui perantara sistem
penderita itu sendiri melalui reaksi hipersensitivitas tipe III. Mekanisme yang
diketahui sampai saat ini adalah pembentukan kompleks imun yang terdeposisi di
7
glomerulus, pembentukan kompleks imun langsung di glomerulus, aktivasi
(molecular mimicry).7
di dalam tubuh lalu terdeposisi di glomerulus atau kompleks imun yang terbentuk
glomerulonephritis.7
didasarkan pada antigen yang merupakan ion bermuatan negatif mudah tertarik
komplemen.7
juga membesar dengan proliferasi sel-sel mesangial difus dan peningkatan matriks
8
mesangial. Terdapat pula infiltrasi leukosit polimorfonuklear ke glomerulus. Pada
akut (ISPA) atau infeksi kulit (pioderma) dengan periode laten 1-2 minggu pada
ISPA atau 3 minggu pada pioderma. Gejala klinik GNAPS sangat bervariasi dari
bentuk asimtomatik sampai gejala yang khas. Bentuk asimtomatik diketahui bila
9
GNAPS simtomatik
1. Periode Laten: Pada GNAPS yang khas harus ada periode laten yaitu periode
antara infeksi streptokokus dan timbulnya gejala klinik. Periode ini berkisar 1-3
minggu; periode 1-2 minggu umumnya terjadi pada GNAPS yang didahului oleh
ini jarang terjadi di bawah 1 minggu. Bila periode laten ini berlangsung kurang
2. Edema : Merupakan gejala yang paling sering, umumnya pertama kali timbul,
dan menghilang pada akhir minggu pertama. Edema paling sering terjadi di
daerah periorbital (edema palpebra), disusul daerah tungkai. Jika terjadi retensi
cairan hebat, maka edema timbul di daerah perut (asites), dan genitalia eksterna
bergantung pada 2 faktor, yaitu gaya gravitasi dan tahanan jaringan lokal. Oleh
sebab itu, edema pada palpebra sangat menonjol waktu bangun pagi, karena
adanya jaringan longgar pada daerah tersebut dan menghilang atau berkurang
pada siang dan sore hari atau setelah melakukan kegitan fisik. Hal ini terjadi
karena gaya gravitasi. Kadang - kadang terjadi edema laten, yaitu edema yang
tidak tampak dari luar dan baru diketahui setelah terjadi diuresis dan penurunan
berat badan. Edema bersifat pitting sebagai akibat cairan jaringan yang tertekan
kedudukan semula.
10
3. Hematuria : Hematuria makroskopik terdapat pada 30-70% kasus GNAPS,
Urin tampak coklat kemerah-merahan atau seperti teh pekat, air cucian
daging atau berwarna seperti cola. Hematuria makroskopik biasanya timbul dalam
minggu pertama dan berlangsung beberapa hari, tetapi dapat pula berlangsung
sembuh. Bahkan hematuria mikroskopik bisa menetap lebih dari satu tahun,
glomerulonefritis kronik.
lain. Pada kebanyakan kasus dijumpai hipertensi ringan (tekanan diastolik 80-90
mmHg). Hipertensi ringan tidak perlu diobati sebab dengan istirahat yang cukup
dan diet yang teratur, tekanan darah akan normal kembali. Adakalanya hipertensi
berkisar 4-50%.
11
5. Oliguria : Keadaan ini jarang dijumpai, terdapat pada 5-10% kasus GNAPS
dengan produksi urin kurang dari 350 ml/m² LPB/hari. Oliguria terjadi bila fungsi
ginjal menurun atau timbul kegagalan ginjal akut. Seperti ketiga gejala
bersamaan dengan timbulnya diuresis pada akhir minggu pertama. Oliguria bisa
pula menjadi anuria yang menunjukkan adanya kerusakan glomerulus yang berat
sirkulasi dahulu diduga terjadi akibat hipertensi atau miokarditis, tetapi ternyata
dalam klinik bendungan tetap terjadi walaupun tidak ada hipertensi atau gejala
miokarditis. Ini berarti bahwa bendungan terjadi bukan karena hipertensi atau
miokarditis, tetapi diduga akibat retensi Na dan air sehingga terjadi hipervolemia.
1) Edema paru
Edema paru merupakan gejala yang paling sering terjadi akibat bendungan
sirkulasi. Kelainan ini bisa bersifat asimtomatik, artinya hanya terlihat secara
pemeriksaan fisik terdengar ronki basah kasar atau basah halus. Keadaan ini
disebut acute pulmonary edema yang umumnya terjadi dalam minggu pertama
karena itu pada kasus-kasus demikian perlu anamnesis yang teliti dan jangan
12
minggu pertama dan menghilang bersamaan dengan menghilangnya gejala-
edema paru dan efusi pleura. Tingginya kelainan radiologik ini oleh karena
dengan efusi pleura sering disebut nephritic lung. Kelainan ini bisa berdiri
kongesti paru, 48,7% edema paru dan 43,6% efusi pleura. Kelainan radiologik
paru yang ditemukan pada GNAPS ini sering sukar dibedakan dari
basah dan edema paru. Menurut beberapa penulis, perbaikan radiologik paru
pada GNAPS biasanya lebih cepat terjadi, yaitu dalam waktu 5-10 hari,
lama, yaitu 2-3 minggu. Atas dasar inilah kelainan radiologik paru dapat
Kelainan radiologik paru disebabkan oleh kongesti paru yang disebabkan oleh
7. Gejala lainnya: Selain gejala utama, dijumpai gejala umum seperti pucat,
13
jaringan subkutan akibat edema atau akibat hematuria makroskopik yang
berlangsung lama.
2.1.7 Diagnosis3
Gejala-gejala klinik :
1. Secara klinik diagnosis GNAPS dapat ditegakkan bila dijumpai full blown
hemolitikus grup A.
penderita GNAPS.
Banyak penyakit ginjal atau di luar ginjal yang memberikan gejala seperti
GNAPS.3
1. Penyakit ginjal :
berbeda. Perlu dipikirkan adanya penyakit ini bila pada anamnesis terdapat
14
penyakit ginjal sebelumnya dan periode laten yang terlalu singkat,
biasanya 1-3 hari. Selain itu adanya gangguan pertumbuhan, anemia dan
membantu diagnosis.
RPGN lebih sering terdapat pada orang dewasa dibandingkan pada anak.
Kelainan ini sering sulit dibedakan dengan GNAPS terutama pada fase
akut dengan adanya oliguria atau anuria. Titer ASO, AH ase, AD Nase B
2. Penyakit-penyakit sistemik.
proteinuria dan kelainan sedimen yang lain, tetapi pada apusan tenggorok
15
negatif dan titer ASO normal. Pada HSP dapat dijumpai purpura, nyeri
abdomen dan artralgia, sedangkan pada GNAPS tidak ada gejala demikian.
Pada SLE terdapat kelainan kulit dan sel LE positif pada pemeriksaan darah,
yang tidak ada pada GNAPS, sedangkan pada SBE tidak terdapat edema,
3. Penyakit-penyakit infeksi :
GNA bisa pula terjadi sesudah infeksi bakteri atau virus tertentu selain oleh
GNA yang timbul sesudah infeksi virus morbili, parotitis, varicella, dan virus
dasarnya.3
16
2.1.9 Penatalaksanaan1
fungsi ginjal harus dirawat di rumah sakit untuk memantau tekanan darah dan
Antibiotik Profilaksis
Dua uji coba terkontrol acak menunjukkan tidak ada perbedaan yang
dan penisilin V selama 10 hari sebagai profilaksis antibiotik. Selain itu, review
secara statistik tidak signifikan. Terapi antibiotik selama infeksi GABHS awal
pada GNAPS karena resolusi GNAPS dapat terjadi tanpa pemberantasan GABHS,
17
Agen Anti-Hipertensi
Diuretik tiazid efektif sebagai obat lini pertama pada GNAPS; namun,
terutama mereka dengan estimasi laju filtrasi glomerulus (eGFR) < 30 mL/menit
per 1,73 m2 dan edema yang signifikan. Diuretik tiazid berhubungan dengan
karena itu, kadar kalium dan kalsium serum harus dipantau saat tiazid digunakan.
Hipertensi pada GNAPS dapat dikelola dengan diuretik saja atau kombinasi
hipervolemia dari retensi natrium dan air. Pasien edema atau hipertensi juga harus
cairan.
pasien dengan kebutuhan kontrol hipertensi yang lebih besar. Beberapa studi
darah yang cepat. Efek samping minor dari short-acting nifedipine termasuk
flushing, takikardia, edema, sakit kepala, pusing, mual dan muntah, pruritus, dan
darah lebih dari 40%, desaturasi oksigen, dan perubahan status neurologis jarang
terjadi pada populasi anak. Selain itu, beberapa penelitian telah menunjukkan
darah dan edema yang lebih baik pada GNAPS dibandingkan dengan diuretik.
18
dihindari pada fase akut karena dapat memperburuk penurunan ultrafiltrasi
Pasien yang datang dengan edema umum akibat cedera ginjal akut atau
mengurangi edema dan natriuresis positif. Pasien yang mematuhi pembatasan Na+
akan mengalami pembatasan cairan yang sembuh sendiri. Namun, pasien dengan
edema berat dapat diobati dengan restriksi cairan hingga dua pertiga dari
pemeliharaan atau setengah atau kurang dari output urin setelah diuresis cepat
pemantauan ketat terhadap input dan output cairan, elektrolit serum, dan tanda-
tanda vital.
Edema paru non-kardiogenik dapat terjadi akibat gagal ginjal pada pasien
digunakan pada kasus yang lebih parah sementara penyebab dasarnya diobati.
inhalasi (INO) dapat digunakan pada pasien dengan hipertensi pulmonal dan
19
Imunosupressan dan Dialysis
ginjal akut berat yang tidak berdiferensiasi dan progresif cepat untuk
pada pasien yang memiliki presentasi klinis berat yang membutuhkan biopsi
digunakan pada pasien dengan glomerulonefritis crescentic berat (> 75% cresent)
menunjukkan bahwa terapi immune suppressive tidak memiliki manfaat yang jelas
hiperkalemia atau asidosis. Renal replacement therapy (RRT) harus dimulai pada
pasien dengan kelebihan cairan yang jelas dengan kelebihan cairan kumulatif
lebih dari 20% atau lebih dari 10% dari berat badan dan tidak responsif terhadap
(IH), continuous renal replacement therapy (CRRT), dan peritoneal dyalisis (PD)
pada pasien dengan cedera ginjal akut akibat GNAPS. IHD cocok untuk pasien
yang hemodinamiknya stabil sedangkan CRRT lebih cocok untuk pasien yang
sakit kritis karena dialisis bergantung pada sirkulasi peritoneal dan ada
20
2.1.10 Komplikasi dan Prognosis7
disfungsi ginjal akut. Hipertensi terjadi pada 60% pasien dan berasosiasi dengan
ensfelopati hipertensif pada 10% kasus. Hipertensi dalam jangka panjang dapat
dan retinopati (1,4%). Dari 15 pasien yang menderita AKI, 20% diantaranya
hemodialisis.
Penyembuhan secara menyeluruh dapat terjadi pada lebih dari 95% anak
dengan GNAPS. Rekurens terjadi sangat jarang. Tingkat mortalitas pada fase akut
dapat dicegah dengan tatalaksana serta pencegahan yang tepat terjadinya gagal
ginjal akut, gagal jantung, dan hipertensi. Pada kurang dari 2% kasus anak, fase
Tidak diketahui dengan pasti hubungan antara kejadian penyakit ginjal kronik
2.1.11 Pencegahan11
hari.
21
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Keluhan utama
Nyeri perut yang meningkat sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit
• Sesak napas sejak 1 minggu yang lalu, sesak sesekali, sesak tidak menciut.
• Batuk berdahak sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk disertai
nyeri tenggorokan.
• Nyeri perut sejak 5 hari dan nyeri meningkat sejak 3 jam sebelum masuk
rumah sakit, nyeri terasa pada bagian ulu hati dan perut dirasa kembung.
Nyeri perut berkurang dengan minum obat antibiotik.
• Muntah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi 3 kali
berisikan makanan yang dimakan dengan muntah sebanyak ± 1/2 gelas.
Muntah tidak berdarah.
• Wajah dan kaki bengkak sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Bengkak berkurang dengan minum obat. Ibu pasien tidak tahu nama
obatnya.
• Buang air kecil berwarna merah sejak 5 hari yang lalu. Nyeri BAK tidak
ada. Jumlah BAK tidak berkurang.
22
• Demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tidak disertai
keluhan menggigil dan kejang. Demam turun dengan minum obat
paracetamol.
• Pasien mengalami penurunan nafsu makan.
• Buang air besar dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat memiliki asma sejak 4 tahun yang lalu.
• Riwayat memiliki keluhan yang sama 1 tahun yang lalu. Disarankan untuk
rawat inap namun pasien menolak sehingga pasien hanya rawat jalan dan
keluhan menghilang.
• Riwayat nyeri menelan 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga :
• Terdapat riwayat asma pada keluarga pasien.
• Tidak terdapat keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
23
Ikan : 0x/minggu
Telur : 7x/minggu
Sayur : 0x/minggu
Buah : 2x/minggu
Kesan : Kualitas kurang baik dan kuantitas baik
Riwayat Imunisasi:
IMUNISASI DASAR/UMUR Booster/umur
Hepatitis B -
1 0 bulan
2 2 bulan
3 3 bulan
4 4 bulan
Polio -
0 0 bulan
1 1 bulan
2 2 bulan
3 3 bulan
BCG 1 bulan -
DPT -
1 2 bulan
2 3 bulan
3 4 bulan
HIB 1 bulan
Campak 9 bulan -
Influenza - -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap, booster belum ada
24
Riwayat Keluarga
Nama Orang tua Usia Pendidikan Pekerjaan
Ayah : Darmawan 47 tahun SMA Pedagang
Ibu : Witri 38 tahun SMA Pedagang
Saudara Kandung :
Nama Saudara Kandung Usia Jenis Kelamin
1. An. A 17 Tahun Laki-laki
2. An. B 10 Tahun Laki-laki
Riwayat Perumahan dan Lingkungan
• Rumah tempat tinggal : Permanen
• Sumber air minum : Air galon
• Buang air besar : Jamban didalam rumah
• Pekarangan : Luas
• Sampah : Ke tempat pembuangan sampah
Kesan : Sanitasi Lingkungan baik
Pemeriksaan fisik :
Status Generalisata
• Nafas : 38 x/ menit
• Suhu : 360C
• Saturasi O2 : 97%
25
• Edema : Wajah dan kaki
tidak ada
COR
26
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Batas kiri : RIC V sejajar linea midclavicula sinistra 2 jari ke arah
medial
- Batas kanan : RIC IV linea sternalis dextra
PULMO
Ekstremitas atas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema tidak ada,
turgor baik
Ekstremitas bawah : Akral hangat, CRT <2 detik, edema ada, turgor
baik
27
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah Lengkap (12 Februari 2022)
Hemoglobin : 10,8 g/dl 9,5-14,1 g/dl
Eritrosit : 4.10 x 106/mm3 3.9-5.3 x 106/mm3
Hematokrit : 34% 30-40 %
MCV : 82.9 fl 70-84 fl
MCH : 26.3 pg/cell 23-29 pg/cell
MCHC : 31.8 g/dl 31-35 g/dl
RDW-CV : 16% H 11.5-14.5 %
Leukosit : 17.800 /mm3 5.0-19.0 x 103/mm3
Trombosit : 903.000 /mm3 H 150-450 x 103/ mm3
Hitung Jenis Leukosit
Basofil : 0% 0-1 %
Eosinofil : 1% 1-3%
Neutrofil : 39%(L) 50-70%
Limfosit : 51%(H) 46-76 %
28
Monosit : 9% (H) 2-8 %
ALC : 9078/𝝁L(H) 1500-4000
NLR : 0.76 <3,13
Kesan : Trombositosis, peningkatan RDW CV, Neutrofilia,
Limfositosis, Monositosis, peningkatan ALC
KIMIA KLINIK
Albumin : 3.46 g/dL 2.9 - 5.3
Glukosa Darah : 93 mg/dL 60 - 100
Ureum : 31 mg/dL 20 - 50
Kreatinin : 0.57 mg/dL 0.5 - 1.5
SEROLOGI
ASTO/ASO : Positif Negatif
URINALISA
Urine Lengkap
Makroskopik
Warna : Kemerahan Kuning muda Jernih
Blood (UL) : 3+ Negatif
Bilirubin : Negatif Negatif
Urobilinogen : 1 1
Keton : Negatif Negatif
Protein : 3+ Negatif
Nitrit : Negatif Negatif
Glukosa : Negatif Negatif
pH : 7.50 4.6 - 8.5
Berat Jenis : 1.015 1.003 - 1.029
Sedimen Urine
Eritrosit : 60-80 /LPB 0-4
Silinder : Negatif Negatif
Leukosit : 15-25 /LPB 0-3
Kristal : Negatif Negatif
Epitel : 2-3 /LPK 0-1
29
Kesan : Urinalisis warna urin kemerahan dengan darah 3+ dan
protein 3+, sedimen urin dengan eritrosit 60-80/LPB dan
leukosit 15-25/LPB
Diagnosis Kerja:
- GNAPS
Diagnosis Banding:
- Penyakit ginjal dengan manifestasi hematuria
Penatalaksanaan
• Ampicilin 4x500 mg (IV)
• Furosemide 2x10 mg (IV)
Tatalaksana Non-medikamentosa
• Diet Nefritik 1400 kalori
• Balance cairan / 6 jam
• TTV/ 6 jam
• Minum 1400cc/hari
Edukasi
• Menjelaskan tentang program KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi)
kepada anak dan keluarga
• Menggunakan obat secara tepat dan benar.
Rencana :
• Urinalisa / 3 hari
• USG Ginjal
30
Asuhan Nutrisi Pediatrik
1. Assesment : menentukan status gizi dan masalah nutrisi
31
3. Cara pemberian:
Oral
A/ - GNAPS
14/02/2023 S/ - Demam (-) P/
- Batuk (-)
- Sesak (-) - -Ampisilin
- Oedem berkurang (+) 4x500 mg (IV)
O/ - KU: sakit sedang, Kesadaran : CMC - - Furosemide
- TD jam 06:00 100/60 mmHg 2x10 mg (IV)
- TD jam 12:00 95/60 mmHg - - BC: - 172 cc
- TD jam 18:00 100/65 mmHg - D: 3,66 cc
- TD jam 24:00 100/60 mmHg
- HR : 60x/i
- RR : 24x/i
- T : 35,9oC
- BB : 17,6 kg
- TB : 111 cm
A/ - GNAPS
32
15/02/2023 S/ - Demam (-) P/
- Batuk (-)
- Sesak (-) - Furosemide
- Nyeri perut (-) 2x10 mg
- Edema pada tungkai (-) - Ampisilin
- BAK merah (-) 4x500 mg
- Rencana
O/ - KU : sakit sedang USG hari
- Kesadaran: CMC ini
- TD jam 06:00 100/70 mmHg - BC : +430
- TD jam 12:00 110/70 mmHg cc
- TD jam 18:00 90/58 mmHg - D: 1,42 cc
- TD jam 24:00 100/50 mmHg
- HR : 75x/i
- RR : 23x/i
- T : 35,8oC
- BB : 17,6 kg
- TB : 111 cm
A/ - GNAPS
16/02/2023 S/ - Demam (-) P/
- Batuk (-)
- Sesak (-) - Ampisilin
- Edema (-) 4x500 mg
- Furosemide
O/ - KU sakit sedang 2x10 mg
- Kesadaran: CMC - Batas
- TD jam 06:00 83/40 mmHg minum
- TD jam 12:00 100/65 mmHg 1400cc
- HR : 97x/i - BC: -200
- RR : 21x/i cc
- T : 35,1oC - D: 2,84 cc
- BB : 17,6 kg
- TB : 111 cm
Pasien
Gambaran USG Ginjal diperbolehkan
pulang:
R/
-Amoxicillin
- Paracetamol
33
-bakteri gram (+) : tidak ditemukan
-bakteri gram (-) : ditemukan, diplokokus dan batang
-jamur : tidak ditemukan
A/ - GNAPS
34
BAB IV
ANALISA KASUS
Dari anamnesis didapatkan keluhan dari pasien dengan bengkak pada wajah
dan kaki. Bengkak atau edema merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan
pada GNAPS, umumnya pertama kali timbul dan menghilang pada akhir minggu
disusul daerah tungkai. Jika terjadi retensi cairan hebat, maka edema timbul di
edema bergantung pada 2 faktor, yaitu gaya gravitasi dan tahanan jaringan lokal.
Oleh sebab itu, edema pada palpebra sangat menonjol di pagi hari saat bangun
pagi, karena adanya jaringan longgar pada daerah tersebut. Edema akan
menghilang atau berkurang pada siang dan sore hari atau setelah melakukan
kegiatan fisik, hal ini terjadi karena gaya gravitasi. Keluhan edema ini dapat
ditemukan sel darah merah 3 atau lebih per lapang pandang. Hematuria kasus
35
GNAPS disebabkan oleh infeksi group A 𝛽 - hemolytic streptococci.
sedangkan infeksi kulit biasanya terjadi 3 minggu sebelumnya. Pada pasien ini
didapatkan riwayat nyeri menelan 1 minggu sebelumnya, sesuai dengan teori pada
GNAPS yang khas harus ada periode laten yaitu periode antara infeksi
dimana diduga terjadi respon yang berlebihan dari sistim imun pejamu pada
glomerulus.
Pasien juga memiliki riwayat keluhan serupa 1 tahun yang lalu. GNAPS
yang berulang jarang ditemukan, tetapi dapat terjadi akibat infeksi streptokokus
didapatkan adanya edema pada wajah dan kaki. Tekanan darah pasien 100/70
salah satu gejala pada GNAPS. Hipertensi merupakan gejala yang terdapat pada
60-70% kasus GNAPS. Umumnya terjadi dalam minggu pertama dan menghilang
hematuria. Pada penyakit ginjal dengan manifestasi hematuria ini dapat berupa
36
tidak disertai edema atau hipertensi. Hematuria mikroskopik yang terjadi biasanya
berulang dan timbul bersamaan dengan infeksi saluran napas tanpa periode laten
Hb:10,8 g/dL, Eritrosit: 4.10 106/mm3, Hematokrit: 34%, MCV: 82,9 fL, MCH:
26,3 pg/cell, MCHC: 31.8 g/dL, Leukosit: 17,8 103/mm3, Trombosit: 903
Pemeriksaan serologi ASTO pasien positif. Titer ASO merupakan reaksi serologis
yang paling sering diperiksa, karena mudah dititrasi. Titer ini meningkat 70-80%
pada GNAPS. Kenaikan titer ini dimulai pada hari ke-10 hingga 14 sesudah
infeksi streptokokus dan mencapai puncaknya pada minggu ke-3 hingga 5 dan
mulai menurun pada bulan ke-2 hingga 6. Titer ASO bisa normal atau tidak
dini titer ASO. Pada pemeriksaan urin lengkap didapatkan sebanyak 60-80
eritrosit per lapang padang. Hematuria terjadi karena berbagai penyebab atau
kelainan ekstra renal, kelainan intra renal, kelainan sistemik, dan penyakit darah.
Kelainan dalam ginjal dibagi dua, yaitu pada glomerolus dan non-glomerolus.
Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan hematuria, antara lain: olahraga yang
berlebihan, aktivitas seksual, menstruasi dan laserasi pada organ genitalia pada
perempuan dan disirkumsisi pada laki-laki, infeksi saluran kemih, trauma, dan
keganasan. Akan tetapi pada pasien ini tidak ditemukannya riwayat trauma, nyeri
daerah pinggang, nyeri saat buang air kecil ataupun penurunan berat badan yang
37
signifikan sehingga kemungkinan hematuria dikarenakan penyebab-penyebab lain
seperti trauma, infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, dan keganasan dapat
disingkirkan.
meliputi istirahat yang cukup, diet rendah garam dan protein. Sedangkan terapi
tenggorokan atau kulit sebelumnya. Pemberian antibiotika dalam kasus ini tidak
penyebaran bakteri. Pada pasien juga diberiksan lasix 2x10mg. Lasix merupakan
obat yang mengandung furosemide dan merupakan obat yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan berlebih pada kondisi edema pada penderita gagal ginjal
antara 0-7%. WHO memperkirakan kasus GNAPS terjadi kira- kira 472.000 kasus
setiap tahunnya secara global dengan 5000 kematian setiap tahunnya. Dalam
beberapa kasus, kematian dini dapat terjadi akibat keterlambatan identifikasi atau
38
penyediaan tindakan pendukung. Kematian terutama terjadi pada gagal ginjal
akut, edema paru akut, atau ensefalopati hipertensi. Faktor-faktor yang dapat
rendah, faktor ras dan berat badan lahir rendah (BBLR) mempengaruhi prognosis
pada anak dengan GNAPS. Faktor risiko tersebut tidak didapati pada pasien
sehingga prognosis quo ad vitam pasien ini bonam. Untuk prognosis quo ad
functionam, prognosis jangka pendek pada GNAPS cukup baik. Sebagian besar
pasien dengan GNAPS akan sembuh dalam 6 minggu, bersamaan dengan kembali
penyembuhan yang cepat dan prognosis jangka panjang yang baik. Prognosis
yang baik pada GNAPS disebabkan karena tingkat kesembuhan penderita GNAPS
dapat mencapai hingga 95%. Hanya kurang dari 1% akan mengalami RPGN.
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu hipertensi krisis atau ensefalopati, gangguan
ginjal akut, retinopati dan edema paru. Komplikasi tidak didapati pada pasien
sehingga prognosis quo ad functionam pada pasien ini bonam. Untuk quo ad
sanationam, GNAPS yang berulang jarang ditemukan, tetapi dapat terjadi akibat
39
DAFTAR PUSTAKA
4. Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson
textbook of pediatrics, twentieth edition. Philadelphia (PA): Elsevier; 2016.
7. Subanada IB, Sidiartha IGL, Wati KDK, Arimbawa IM, Windiani IGAT.
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Ilmu Kesehatan Anak XXI.
Denpasar (Bali): Udayana University Press Jimbaran.
11. Lumbanbatu SM. Glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak. Sari
Pediatri. 2003;5(2).
40