' There are almost 400 Iree trade agreements and a Iew customs unions

already recognized by the WTO. More are currently being negotiated and all
regions oI the global economy are participating. This could not be said a Iew
years ago, as the entire Asia-PaciIic region, Ior example, largely avoided these
agreements. Countries like Japan and South Korea, and even Australia, were
staunch supporters oI the multilateral regime. Only ASEAN countries were
advancing preIerential trade within their ASEAN Free Trade Area (AFTA), which
started in 1992. However, this pattern has changed dramatically. In recent years,
no major economy has been willing to abstain Irom the current trend oI bilateral
trade agreements..
Business and Politics
GLOBAL ECONOMIC GOVERNANCE: BEYOND MANAGEMENT BY
THE UNITED STATES AND THE EUROPEAN UNION?
The DecIine of GIobaI Economic Governance
and the RoIe of the TransatIantic Powers
Heribert Dieter, German Institute for International and
Security Affairs, Volume Issue Article
Recommended
Globalisation has become the most fashionable catch-word of our time. By the most
enthusiastic of its supporters it is seen as a process that will result in the melting away of
national boundaries and the unification of mankind in one peaceful and prosperous world
community. By its fiercest critics it is seen as the source of all the ills that inflict the
poorest?and collectively the most populous?countries and/or social groups. It will be
argued in this article that these positions are both flawed, though in different ways. What
both these views have in common is that they regard globalisation as a set of international
and transnational (that is, non-state) phenomena that are pro gressively eroding the power
of states as actors in relation to markets. Many supporters of globalisation view the
supposed weakening of states as a positive trend, since they suppose that it promotes the
Utopian vision of a unified world community. To many opponents of globalisation the
supposed weakening of states, particularly in the Third World, exposes them to external
pressures from international market forces that are detrimental to their societies and
which they cannot resist. ` We are grateful to participants of the 3rd CSGR Conference

combtlJqe uolvetslty ltess ls collaboraLlng wlLh !S1C8 Lo dlglLlze preserve and exLend access Lo kevlew
oflotetootloool 5toJles



loballsaLlon or reglonallsm? SLaLes markeLs and Lhe sLrucLure of lnLernaLlonal Lrade
1PLCuC8L LLAuS Anu PA88? AASC18Cu* AbsLracL

keview of lnternotiono/ 5tudies {2002) 28 5195l5 copyriqht ? 8ritish lnternotiono/ 5tudies

4ssociotion
Ada hampir 400 perjanjian perdagangan bebas dan beberapa serikat pabean sudah diakui
oleh WTO. Lebih banyak saat ini sedang dinegosiasikan dan semua daerah ekonomi global
yang berpartisipasi. Ini tidak bisa dikatakan sedikit tahun yang lalu, sebagai wilayah Asia-
PasiIik, misalnya, sebagian besar dihindari ini perjanjian. Negara seperti Jepang dan Korea
Selatan, dan bahkan Australia, yang pendukung setia rezim multilateral. Hanya negara-negara
ASEAN yang memajukan perdagangan preIerensial mereka dalam Kawasan Perdagangan Bebas
ASEAN (AFTA), yang dimulai pada tahun 1992. Namun, pola ini telah berubah secara
dramatis. Dalam beberapa tahun terakhir, tidak ada ekonomi besar telah bersedia untuk
menjauhkan diri dari tren saat ini bilateral perjanjian perdagangan ..
Bisnis dan Politik
EKONOMI GLOBAL PEMERINTAHAN: BALIK OLEH MANAJEMEN
AMERIKA SERIKAT DAN UNI EROPA?
Keruntuhan Ekonomi GIobaI Pemerintahan
dan Peran Kekuasaan TransatIantic
Heribert Dieter, erman Institute for International dan
eamanan, Volume Issue !,s,l
1.







EKONOMI GLOBAL PEMERINTAHAN: BALIK OLEH MANAJEMEN
AMERIKA SERIKAT DAN UNI EROPA?

Keruntuhan Ekonomi Global Pemerintahan
dan Peran Kekuasaan Transatlantic

Heribert Dieter, Jerman Institute Ior International dan
Keamanan, Volume 11, Issue 3 2009 Pasal 6

Globalisasi telah menjadi yang paling modis menangkap-kata waktu kita. Dengan yang
paling antusias pendukungnya dilihat sebagai proses yang akan menghasilkan mencairnya jauh
dari batas-batas nasional dan penyatuan umat manusia dalam satu komunitas dunia yang damai
dan sejahtera. Dengan kritik sengit itu dilihat sebagai sumber dari semua penyakit yang
menimbulkan paling miskin dan kolektiI? Negara yang paling padat penduduknya? Dan / atau
kelompok sosial. Ini akan dibahas dalam artikel ini bahwa posisi keduanya cacat, meskipun
dalam cara yang berbeda. Apa pandangan kedua telah di umum adalah bahwa mereka
menganggap globalisasi sebagai seperangkat internasional dan transnasional (yaitu, non-negara)
Ienomena yang pro gressively menggerogoti kekuatan negara sebagai aktor dalam hubungannya
dengan pasar. Banyak pendukung globalisasi seharusnya melihat melemahnya negara sebagai
tren positiI, karena mereka menganggap bahwa hal itu mempromosikan visi utopis dari
masyarakat dunia bersatu. Untuk banyak penentang globalisasi seharusnya melemahnya negara,
khususnya di Dunia Ketiga, menghadapkan mereka untuk tekanan eksternal dari kekuatan-
kekuatan pasar internasional yang merugikan masyarakat mereka dan yang mereka tidak dapat
menolak. * Kami berterima kasih kepada peserta KonIerensi ke-3 CSGR