You are on page 1of 4

ANALISIS WACANA KRITIS

Istilah analisis wacana muncul sebagai upaya untuk menghasilkan deskripsi

bahasa yang lebih lengkap sebab terdapat unsur-unsur bahasa yang tidak cukup bila
dianalisis dengan menggunakan aspek struktur dan maknanya saja. Sehingga melalui

analisis wacana dapat diperoleh penjelasan mengenai korelasi antara apa yang

diujarkan, apa yang dimaksud dan apa yang dipahami dalam konteks tertentu. Analisis

wacana Kritis adalah analisis bahasa dalam penggunaannya dengan menggunakan


bahasa kritis. Analisis ini dipandang sebagai oposisi terhadap analisis wacana deskriptif

yang memandang wacana sebagai fenomena teks bahasa semata, karena analisis jenis

ini selain berupaya memperoleh gambaran tentang aspek kebahasaan, juga

menghubungkannya dengan konteks, baik itu konteks sosial, kultural, ideologi dan
domain-domain kekuasaan ya domain kekuasaan yang menggunakan bahasa sebagai

alatnya.

Berikut ini merupakan hal-hal yang mencirikan sebuah analisis wacana kritis;

1. Tindakan
Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Atau wacana juga dipahami sebagai

bentuk interaksi. Jadi wacana merupakan sesuatu yang bertujuan, misalnya apakah

untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, dan sebagainya.

Wacana juga merupakan sesuatu yang diekspresikan secara sadar dan terkontrol.
2. Konteks

Dalam analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi seperti siapa yang

mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi

apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan


komunikasi; dan hubungan untuk masing-masing pihak. Sehubungan dengan

konteks dalam wacana, Fillmore mengungkapkan betapa pentingnya peran


konteks untuk menentukan makna suatu ujaran, bila konteks berubah maka

berubah pula maknanya.

3. Historis
Untuk dapat memahami suatu wacana teks maka dapat dilakukan dengan

memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan. Oleh karena itu pada

saat menganalisis perlu dimengerti mengapa wacana yang berkembang atau

dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu, dan
sebagainya.

4. Kekuasaan

Semua wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun

dipandang sebagai bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah


salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat.

5. Ideologi

Wacana digunakan sebagai alat oleh kelompok dominan untuk mempersuasi dan

mengkomunikasikan kekuasaan yang mereka miliki agar terlihat absah dan benar
dimata khalayak. Suatu teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktik

ideologi tertentu.

Dalam Analisis wacana kritis ini terdapat tokoh-tokoh yang memiliki sudut

pandang dan cara analisis yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dari sudut
pandang para tokoh Analisis Wacana Kritis, terdapat pandangan bahwa wacana adalah

alat bagi kepentingan kekuasaan, hegemoni, dominasi budaya dan ilmu pengetahuan.

Untuk itu, dalam menganalisis wacana juga harus memperhatikan masalah ideologi

dan sosio kultural yang melatarbelakangi penulisan suatu wacana.


Berikut beberapa tokoh Analisis Wacana Kritis dan pandangannya:

a. Michel Foucault

Wacana menurut Foucault dapat dipahami sebagai sesuatu yang memproduksi

sesuatu yang lain. Sehingga dalam menganalisis wacana hendaknya


mempertimbangkan peristiwa bahasa dengan melihat bahasa sebagai dua segi

yaitu segi arti dan referensi. Wacana merupakan alat bagi kepentingan kekuasaan,

hegemoni, diminasi budaya dan ilmu pengetahuan. Dalam masyarakat, ada wacana
yang dominan dan ada wacana yang terpinggirkan. Wacana yang dominan adalah

wacana yang dipilih dan didukung oleh kekuasaan, sedangkan wacana lainnya

yang tidak didukung akan terpinggirkan (marginalized) dan terpendam

(submerged).
b. Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew (Fowler dkk)

Fowler, Hodge, Kress dan Trew adalah sekelompok pengajar di Universitas Eart

Anglia. Mereka sepakat bahwa pendekatannya memusatkan analisis wacana pada

bahasa dan hubungannya dengan ideologi. Jadi ideologi diamati berdasarkan


pilihan bahasa maupun struktur gramatika yang dipakai. Bahasa digunakan

seseorang untuk membawa ideologi tertentu melalui kata atau struktur gramatika

yang dipilihnya.

Pokok pemikiran model analisis ini dikembangkan berdasarkan penjelasan Halliday


mengenai struktur dan fungsi bahasa. Berangkat dari pemikiran itulah Fowler, dkk

mempelajari tata bahasa dan praktik pemakaiannya untuk mengetahui praktik

ideologi. Elemen bahasa yang dipelajari Fowler, dkk adalah: Kosakata, dan Tata

Bahasa.
c. Theo Van Leeuwen

Theo Van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi dan

meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarginalisasikan posisinya

dalam suatu wacana. Kelompok dominan lebih memegang kendali dalam


menafsirkan suatu peristiwa dan pemakaiannya, sementara kelompok lain yang

posisinya rendah cenderung untuk terus-menerus menjadi obyek pemaknaan dan

digambarkan secara buruk.

d. Sara Mills
Sara Mills menjadikan teori wacana Foucault sebagai ground teori untuk analisis

wacana kritis. Konsep dasar pemikiran Mills lebih pada bagaimana aktor

ditampilkan dalam teks baik dia berperan sebagai subjek maupun objek. Selain itu,
Sara Mills juga memusatkan perhatian pada bagaimana pembaca dan penulis bisa

ditampilkan. Posisi pembaca mempengaruhi bagaimana seharusnya teks itu

dipahami dan bagaimana aktor sosial ditempatkan. Penceritaan dan posisi ini

menjadikan satu pihak legitimate dan pihak lain illegitimate. Karena Sara Mills
adalah seorang feminist, maka aktor yang sering ditampilkan dalam karyanya

adalah perempuan.

e. Teun A. Van Dijk

Analisis wacana kritis model Van Dijk dikenal dengan model kognisi sosial. Menurut
Van Dijk dalam menganalisis wacana tidak hanya menganalisis teks semata namun

perlu diamati pula bagaimana teks itu diproduksi, kenapa teks semacam itu

diproduksi. Van Dijk berusaha untuk menyambungkan wacana dengan konteks

sosialnya. Dalam hal ini konteks sosial sebagai elemen besar struktur sosial
(struktur makro) dan elemen wacana seperti gaya bahasa, kalimat dan lain-lain

(struktur mikro).

f. Norman Fairclough

Analisis wacana kritis model Fairclough disebut dengan model perubahan sosial
(sosial change), yaitu mengintegrasikan secara bersama-sama analisis wacana yang

didasarkan pada linguistik, pemahaman sosial politik terhadap perubahan sosial.

Menurut Fairclough bahasa sebagai praktik sosial mengandung implikasi bahwa

wacana adalah bentuk dari tindakan. Seseorang menggunakan bahasa sebagai


tindakan pada dunia dan khususnya sebagai bentuk representasi ketika melihat

realita. Adanya hubungan timbal balik antara wacana dan struktur sosial, kelas, dan

relasi sosial lain yang dihubungkan dengan relasi spesifik dan institusi tertentu

seperti pada buku, pendidikan, sosial dan klasifikasi.

You might also like