You are on page 1of 10

SEMINAR PROGRAM SARJANA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

IPB UNIVERSITY

Nama : Rizka Nafilah Safitri

NIM : A24190128

Mayor : Agronomi dan Hortikultura

Judul Penelitian : Optimasi Pemangkasan Tunas Air untuk Produktivitas Dua Spesies
Cabai Rawit (Capsicum frutescens & Capsicum annuum)

Komisi Pembimbing : Prof. Dr. Awang Maharijaya, S.P., M.Si

Prof. Dr. Muhamad Syukur, S.P., M.Si.

Hari / Tanggal : Kamis/21 Desember 2023

Waktu :

Tempat : Ruang Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura


Optimalisasi Pemangkasan Tunas Air untuk Produktivitas Dua Spesies
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. & Capsicum annuum L.)

Optimation Shoot Pruning for Two Species of Chili (Capsicum frutescens L. & Capsicum annuum L.) Productivity

Rizka Nafilah Safitri1, Awang Maharijaya1, Muhamad Syukur1


1
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB),
Jalan Meranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp. & Faks. 62-251-8629353 e-mail : agrohort@apps.ipb.ac.id / agrohorti_ipb@yahoo.com

ABSTRACT
This research was aimed to obtain information on the effect of the species, variety, and shoot pruning on the
growth and yield production of cayenne pepper. The research was started from January to July 2023 in Leuwikopo
Teaching Farm using Randomize Complete Block Design with two factors and three replications. The first factor was
variety consisting of three different variety i..e Bonita IPB (Capsicum frutescens), Bara, and Shiara IPB (Capsicum
annuum). The second factor was shoot pruning consisting of three different treatments i.e total shoot pruning, shoot
pruning partially and without shoot pruning. Species C. frutescens had high result on the growth and production
parameter but it had flowering and harvesting period slower than species C. annuum. Shoot pruning treatment had
significant effect only on number of nodes 2 weeks harvest The best interaction between variety and shoot pruning
treatment is bonita combine with shoot pruning partially give high result on fruit diameter.

Keywords: cayenne pepper, C.frutescens, C. annuum, shoot pruning, growth, productivity

ABSTRAK
Tanaman cabai rawit menjadi komoditas yang banyak diminati sebagai bahan masakan. Cabai rawit di
Indonesia yang dikonsumsi terdiri dari 2 spesies yaitu Capsicum frutescens dan Capsicum annuum. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi pengaruh spesies, varietas dan pemangkasan tunas air terhadap pertumbuhan
dan hasil produksi cabai rawit. Penelitian dilaksanakan sejak Januari hingga Juli 2023 menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak dengan dua faktor dan tiga ulangan yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo.
Faktor pertama adalah varietas yang terdiri atas 3 taraf yaitu Bonita IPB (C. frutescens), Bara dan Shiara IPB (C.
annuum.). Faktor kedua adalah pemangkasan tunas air yang terdiri atas 3 taraf yaitu pemangkasan total,
pemangkasan sebagian dan tanpa pemangkasan. Spesies C. frutescens memiliki hasil tertinggi pada karakter
pertumbuhan dan hasil produksi, namun memiliki umur berbunga dan umur panen lebih lambat dibandingkan spesies
lainnya. Pemangkasan tunas air hanya memberikan pengaruh pada parameter jumlah node panen kedua. Interaksi
antara perlakuan varietas dan pemangkasan tunas hanya terdapat pada karakter diameter per buah, varietas bonita
dengan kombinasi pemangkasan sebagian memberikan nilai diameter buah terbesar.
Kata kunci: cabai rawit, C.frutescens, C. annuum, pemangkasan tunas air, pertumbuhan, hasil produksi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai rawit (Capsicum spp) merupakan salah satu komoditas yang banyak diminati oleh masyarakat indonesia,
khususnya pada sektor rumah tangga. Cabai rawit menjadi salah satu komoditas yang dibutuhkan setiap saat sebagai
bumbu masak. Indonesia memiliki jenis cabai rawit dari 2 spesies berbeda, yaitu Capsicum frutescens dan Capsicum
annuum. Perbedaan dari 2 spesies ini terdapat pada karakter morfologinya yaitu warna mahkota (corolla), warna anter,
warna buah muda, tangkai buah, dan bentuk daun. Warna mahkota C. annuum berwarna putih dan ungu sedangkan C.
frutescens berwarna hijau keputihan. Warna anter pada C. annuum biru dan ungu sedangkan C. frutescens hanya
berwarna biru. Tangkai buah C. annuum mengikuti bentuk pangkal buah dan tidak ada penyempitan berbeda dengan C.
frutescens yang memiliki tangkai buah yang menyempit dan mengecil. Bentuk daun pada C. annuum lanceolate dan
ovate sedangkan C. frutescens memili bentuk daun deltoid. (Undang, 2015).
Konsumsi cabai rawit pada sektor rumah tangga menyumbang angka sebesar 75,77%. Data konsumsi cabai rawit
oleh sektor rumah tangga pada tahun 2021 sebesar 528,14 ribu ton, kemudian mengalami peningkatan sebesar 41,51
ribu ton menjadi 569,65 ribu ton pada tahun 2022 (BPS 2022). Peningkatan konsumsi cabai rawit tersebut diikuti
dengan peningkatan produksinya. Peningkatan produksi cabai rawit pada tahun 2022 sebesar 157,99 ribu ton dibanding
tahun 2021. Tahun 2022 Indonesia memproduksi cabai rawit sebanyak 1544,44 ribu ton, sedangkan pada tahun 2021
produksi cabai rawit sebanyak 1386,45 ribu ton. Peningkatan produksi cabai rawit ini masih perlu ditingkatkan lagi
karena produktivitas per hektarnya belum mencapai potensi maksimalnya. Produktivitas cabai rawit pada tahun 2021
hanya sebesar 7,7 ton ha-1 sedangkan menurut Prajnanta (2012) potensi produktivitas cabai rawit dapat mencapai 20 ton
ha-1. Hal ini menunjukkan perlu adanya upaya peningkatan produktivitas cabai rawit dan evaluasi terhadap upaya yang
sudah dilakukan. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan salah satunya adalah perbaikan teknik budidaya tanaman
cabai (Poli et al. 2019).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai
Penelitian Tanaman Sayuran pada tahun 2019 telah memperkenalkan teknologi baru yaitu Proliga (Produksi Lipat
Ganda). Teknologi ini dirancang untuk meningkatkan produksi panen dua kali lipat dengan melakukan perbaikan teknik
budidaya. Penerapan teknologi ini berupa paket teknologi yang terdiri dari lima komponen mulai dari penggunaan
varietas unggul, persemaian sehat dengan pemangkasan pucuk, pola tanam zigzag, pengolahan tanah dan pemupukan
serta pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) (Balitbangtan 2019). Lima komponen tersebut menjadi
satu kesatuan teknologi yang harus diterapkan untuk mendapat hasil yang maksimal.
Varietas unggul berperan dalam perbaikan budi daya melalui pemuliaan tanaman cabai sehingga mendapat sifat
genetik yang lebih baik. Hal ini dapat meningkatkan daya, kualitas hasil produksi tanaman, ketahanan terhadap hama
dan penyakit, kemampuan tanaman mengatasi cekaman lingkungan tertentu (Kustanto 2022). Pengembangan varietas
cabai rawit sudah banyak dilakukan, salah satunya oleh Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB University.
Pengembangan varietas cabai rawit dilakukan berdasarkan permasalahan yang akan diatasi seperti cekaman salinitas,
anomali iklim, serangan hama dan penyakit (PKHT 2020).
Pemangkasan pucuk berperan dalam perbaikan budi daya melalui pengkondisian organ tanaman sehingga tercipta
kondisi tanaman yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan. Pemangkasan pucuk atau pemangkasan tunas
apikal akan merangsang pertumbuhan tunas lateral yang dapat meningkatkan hasil produksi tanaman. Namun,
pertumbuhan tunas lateral yang berlebihan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan maksimal. Oleh karena
itu diperlukan pemangkasan tunas air secara berkala (Widiwurjani dan Djarwatiningsih 2016). Hal ini akan
meningkatkan biaya produksi yang dibutuhkan berupa biaya tambahan tenaga kerja pemangkasan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari faktor pemangkasan tunas air dan varietas terhadap produktivitas pada 2
spesies cabai rawit sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi petani dalam berbudidaya cabai rawit.

METODE

Penelitian telah dilaksanakan selama 6 bulan, sejak bulan Januari 2023 hingga Juni 2023 di Kebun Percobaan
Leuwikopo IPB, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian berada di 192 meter di atas
permukaan laut. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga varietas cabai rawit, yaitu Bonita (C.
frutescens), Bara, dan Shiara (C. annuum). Media tanam yang digunakan selama persemaian adalah campuran dari
tanah, arang sekam, dan pupuk kandang. Bahan lainnya terdiri atas pupuk kandang, kapur pertanian, mulsa plastik
hitam perak, AB mix, urea, SP-36, KCL, NPK 16-16-16, furadan, fungisida, insektisida dan bakterisida. Peralatan yang
digunakan yaitu tray semai 72 lubang , tugal, cangkul, kored, ajir, gembor, gunting, meteran, penggaris, timbangan
digital, jangka sorong, label, sprayer, kamera smartphone, dan alat tulis. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak 2 faktor yaitu varietas dan pemangkasan tunas air. Faktor varietas terdiri dari 3 taraf dan
faktor pemangkasan tunas air terdiri dari 3 taraf dengan ulangan percobaan sebanyak 3 kali sehingga total terdiri dari 27
satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 20 tanaman percobaan diantaranya 10 tanaman contoh untuk
pengamatan. Model matematika yang digunakan untuk analisis statistik dalam penelitian ini mengacu pada Gomez dan
Gomez (1995):

Yij = μ + αi +βj +(αβ)ij+ ρk +εijk

Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada faktor varietas taraf ke-i, faktor pemangkasan tunas air taraf ke-j, dan kelompok ke k
μ = Nilai rata-rata umum
αi = Pengaruh utama faktor varietas taraf ke-i (i = 1,2, 3,4)
βj = Pengaruh utama faktor pemangkasan tunas air taraf ke-j (j = 1,2,3)
(αβ)ij = Pengaruh interaksi dari faktor varietas taraf ke-i dan faktor pemangkasan tunas air taraf ke-j
ρk = Pengaruh kelompok dan diasumsikan tidak berinteraksi dengan perlakuan
εijk = Pengaruh galat percobaan yang menyebar normal (0, σ2 ) pada factor varietas ke-i, faktor pemangkasan
tunas air ke-j, dan ulangan ke-k
Persemaian. Penyemaian benih cabai menggunakan media tanam campuran, terdiri dari cocopeat, sekam bakar, tanah
subur, pupuk kandang dan bakteri penyubur. Benih cabai yang akan digunakan direndam terlebih dahulu dalam larutan
fungisida selama 10 menit kemudian hanya diambil benih yang terendam untuk didiamkan dalam kain basah selama 24
jam. Benih ditanam dalam tray 72 lubang setiap lubang 1-3 benih cabai. Penyulaman dilakukan 2 minggu setelah semai.
Pengolahan Lahan. Pembuatan petakan dilakukan 2 minggu sebelum pindah tanam. Ukuran petak yaitu 1 m x 5 m
kemudian ditambahkan pupuk dasar berupa pupuk kandang 1 karung 25 kg per petak, pupuk urea 200 kg ha -1, SP-36
150 kg ha-1 dan KCl 150 kg ha-1. Petakan didiamkan selama 1 minggu kemudian dipasang mulsa perak hitam dan
pembuatan lubang dengan diameter 10 cm dan jarak tanam 50cm x 50 cm.
Penanaman. Pindah tanam bibit cabai yang sudah disemai dilakukan saat tanaman berumur 5-6 MST (minggu setelah
tanam) atau daun berjumlah minimal 5 daun. Penanaman dilakukan saat pagi atau sore hari untuk menghindari terik
matahari yang dapat menyebabkan stress tanaman. Kemudian, setiap bedengan dipasang label sesuai dengan perlakuan.
Pemeliharaan. Pemeliharan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemupukan, pengendalian gulma, hama dan
penyakit serta perlakuan pemangkasan tunas air. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari jika diperlukan.
Penyulaman dilakukan pada tanaman mati satu minggu setelah tanam (MST). Pemupukan dilakukan menggunakan
NPK 16-16-16 dengan konsentrasi 10 g l -1dan dosis 2,5 g tanaman-1 serta dosis per petak 60 g petak -1. Gulma di
sekitar petakan disiangi secara manual. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dua sampai empat kali seminggu
dengan sistem rotasi metode penyemprotan atau rotasi jenis pestisida antara insektisida, bakterisida, dan fungisida.
Aplikasi pestisida dilakukan sesuai dosis anjuran. Pemangkasan tunas air dilakukan sejak 2 MST hingga panen selesai.
Pemangkasan dilakukan sesuai dengan taraf perlakuan yaitu pemangkasan total, pemangkasan sebagian bersisa 3 tunas
dan tanpa pemangkasan. Tunas air yang dipelihara dipilih berdasarkan posisi dan kondisi tunas air. Posisi yang tepat
yaitu paling rendah 3 tunas air dari pangkal dan jarak antar tunas yaitu 2-3 tunas air. Tunas yang dipilih harus memiliki
kondisi yang bagus, tidak ada gejala penyakit maupun luka.
Pemanenan. Panen cabai dilakukan selama 8 minggu dengan 2 kali panen per minggunya. Kriteria panen cabai adalah
buah sudah matang 75% hingga matang penuh, memiliki warna orange sampai dengan warna merah.
Pengamatan Percobaan. Karakter yang diamati terdiri dari karakter pertumbuhan dan karakter produksi. Karakter
pertumbuhan antara lain tinggi tanaman (cm) 8 MST, tinggi tanaman (cm) 10 MST, tinggi tanaman (cm) 12 MST,
tinggi dikotomus tanaman (cm), diameter tanaman (mm), jumlah node panen kedua, dan jumlah node panen kedelapan.
Karakter generatif yang diamati antara lain umur berbunga (HST), umur panen (HST), diameter buah (mm), panjang
buah (mm), bobot per buah (g), bobot per tanaman (g) dan jumlah buah per tanaman. Pengamatan dilakukan pada 10
tanaman contoh pada setiap tanaman percobaan.
sedangkan 2 karakter lainnya yaitu bobot buah per petak (kg) dihitung menggunakan rumus : bobot per petak = bobot
buah per tanaman x jumlah tanaman hidup dan produktivitas per ton (ton.ha-1) dihitung menggunakan rumus :
produktivitas = (10000/7.5) x bobot per petak.
Analisis Data. Data direkapitulasi menggunakan microsoft excel, kemudian dilakukan analisis keragaman dengan uji F
taraf α 5 % dan diuji lanjut menggunakan DMRT 5% dan uji lanjut pembanding kontras ortogonal. menggunakan SAS
Academic on Demand.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2022 hingga bulan Juni 2023 di lokasi penelitian yang memiliki
curah hujan rata-rata bulanan berkisar 211.1-325.8 mm/bulan, kelembaban rata-rata bulanan sebesar 82-86% , dan suhu
rata-rata bulanan 26.15 oC (BMKG 2023). Suhu selama periode penanaman tersebut memenuhi syarat tumbuh ideal
pada tanaman cabai rawit yaitu antara 18-30 oC. Namun curah hujan dan kelembapan relatif selama masa periode
penanaman lebih tinggi dibanding nilai idealnya yaitu 60-80% dan 100-200 mm per bulan. (Rosdiana et al. 2011).
Tinggi nya kelembaban pada lingkungan lokasi penelitian juga memungkinkan bakteri, kapang, dan virus penyebab
penyakit pada tanaman cabai dapat berkembangbiak dan menyebar dengan baik (Alif 2017). Serangan hama dan
penyakit yang ditemukan selama penelitian antara lain kutu kebul (Bemisia tabaci), lalat buah (Bactrocera dorsalis),
ulat grayak (Spodoptera exigua), bercak daun (Cercospora capsici), virus keriting kuning (Pepper yellow leaf curl
virus), layu fusarium (Fusarium oxysporum) dan antraknosa (Colletotrichum sp. ). Pengendalian hama dan penyakit
tersebut dilakukan dengan cara kimiawi dan manual.

Analisis Sidik Ragam

Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh varietas dan pemangkasan terhadap karakter yang diamati

Karakter Varietas Pemangkasan Interaksi KK


Komponen Pertumbuhan
Tinggi tanaman 8 MST ** tn tn 13,69
Tinggi tanaman 10 MST ** tn tn 13,08
Tinggi tanaman 12 MST ** tn tn 13,55
Tinggi dikotomus ** tn tn 22,26
Diameter batang * tn tn 11,53
Karakter Produksi
Umur berbunga * tn tn 17,01
Umur panen ** tn tn 4,76
Jumlah cabang 2 MSP ** * tn 10,06
Jumlah cabang 8 MSP ** tn tn 34,16
Bobot per buah ** tn tn 10,27
Diameter per buah ** tn * 5,50
Panjang per buah * tn tn 7,98
Bobot per tanaman ** tn tn 24,70
Jumlah per tanaman ** tn tn 25,65
Bobot per petak ** tn tn 32,11
Produktivitas ** tn tn 32,04
Keterangan : KK = Koefisien keragaman; *, **, tn: berpengaruh nyata, sangat nyata , dan tidak nyata pada taraf 5% dan
1% berdasarkan uji F

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap semua karakter.
Pemangkasan tunas air hanya berpengaruh nyata pada karakter jumlah node pada panen ke 2. Interaksi antar 2 faktor
berpengaruh nyata terhadap diameter buah. Berdasarkan nilai koefisien keragaman (KK), Jumlah node 8 MSP memiliki
nilai KK tertinggi yaitu 34,16%, sedangkan nilai KK terendah pada karakter umur panen yaitu 4,76%. Nilai koefisien
keragaman menunjukkan tingkat validasi percobaan, semakin tinggi nilai koefisien ragamnya maka semakin rendah
tingkat validasi percobaan tersebut (Gomez dan Gomez 1995).

Komponen Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman dapat diketahui dari parameter komponen pertumbuhan yang terdiri dari tinggi tanaman,
tinggi dikotomus dan diameter batang. Tinggi tanaman merupakan salah satu karakter yang digunakan untuk
mengetahui respon pertumbuhan tanaman cabai rawit pada metode pemangkasan tunas air dan varietas yang
berbeda.Tinggi tanaman diukur pada 3 waktu yang berbeda yaitu saat 8 MST, 10 MST dan 12 MST. Diameter batang
dan tinggi dikotomus diukur pada saat 12 MST. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa metode pemangkasan yang
berbeda tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, tinggi dikotomus dan diameter batang, tetapi
berpengaruh nyata pada varietas yang berbeda. Varietas Bonita memiliki nilai tertinggi pada karakter tinggi tanaman 8
MST, tinggi tanaman 10 MST, tinggi tanaman 12 MST, tinggi dikotomus dan diameter batang secara berurut yaitu
85,73 cm, 93,13 cm, 107,53 cm, 51,11 cm, dan 9,82 cm.
Metode pemangkasan tunas air tidak memiliki pengaruh yang nyata, namun data pengamatan menunjukkan
metode pemangkasan sebagian pada tanaman cabai rawit cenderung memiliki tinggi tanaman dan tinggi dikotomus
yang lebih tinggi dibanding metode lainnya. Metode tanpa pemangkasan memberikan hasil terendah pada karakter
tinggi tanaman dan tinggi dikotomus namun memiliki diameter batang terbesar. Hal ini dikarenakan tanaman yang di
pangkas, pertumbuhannya lebih fokus untuk pertumbuhan ke atas (Kesumawati 2021), sedangkan tanaman yang
memiliki percabangan energi pada tumbuhan terbagi untuk pertumbuhan daun dan tunas air pada cabang. Sehingga
tanaman yang memiliki percabangan dibawah dikotom memiliki tinggi tanaman yang lebih pendek (Sukmawati 2018).
Pertumbuhan diameter batang yang lebih besar akan memberikan pengaruh yang baik untuk produktivitas tanaman
cabai rawit. Diameter batang yang lebih besar memiliki struktur jaringan yang lebih besar juga, karena jaringan yang
menyusun organ batang dapat menyerap lebih banyak hara dan dapat mentranslokasikan asimilat lebih banyak ke organ
– organ lainnya (Gardner et al. 1991).

Tabel 2 Tinggi tanaman 8 MST, Tinggi tanaman 10 MST, Tinggi tanaman 12 MST, Tinggi Dikotomus, Diameter
batang
Perlakuan TT8 (cm) TT10 (cm) TT12 (cm) TD (cm) DB (cm)
Varietas
Bonita 85,18 a 92,08 a 106,50 a 51,11 a 9,82 a
Bara 45,63 b 48,08 b 52,98 b 31,64 b 6,53 b
Shiara 42,54 b 45,07 b 49,60 b 28,28 b 7,09 b
Pemangkasan
Tanpa Pemangkasan 55,14 58,96 64,62 34,20 8,5
Pemangkasan total 56,49 60,71 70,07 36,09 7,6
Pemangkasan sebagian (sisa 3 tunas) 61,40 65,50 74,19 38,65 7,3
Keterangan : Angka diikuti oleh huruf yang sama pada masing masing perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji
lanjut DMRT pada taraf 5%. TT = tinggi tanaman, MST = minggu setelah tanam, TD = tinggi dikotomus, dan
DB = diameter batang.

Komponen Produksi
Jumlah node merupakan karakter yang dipengaruhi oleh faktor varietas dan pemangkasan tunas air. Varietas
bonita memiliki jumlah node paling banyak yaitu 358,45, sedangkan varietas dengan jumlah node paling sedikit adalah
varietas shiara. Menurut Yasin 2009, genetik adalah salah satu faktor memberikan pengaruh pada pertumbuhan cabang
produktif / cabang buku (node).Tanaman yang tunas airnya dipangkas total memiliki jumlah node yang paling sedikit
dibanding tanaman yang memiliki tunas air. Hasil terbaik yaitu pada perlakuan pemangkasan bersisa 3 tunas di bawah
cabang dikotom. Tanaman cabai rawit dengan perlakuan pemangkasan bersisa 3 tunas memiliki rataan jumlah node
terbanyak yaitu 295,96. Node merupakan bagian dari percabangan dimana setiap node akan menghasilkan 1 buah cabai
setiap periode berbunga (Harpenas 2011).
Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap umur berbunga dan umur panen, sedangkan perlakuan
pemangkasan tunas air tidak memberikan pengaruh pada umur berbunga dan umur panen. Umur berbunga dan umur
panen tercepat terdapat pada varietas bara., varietas ini memiliki rata rata umur berbunga 10 – 15 hari lebih cepat dan
umur panen 16-18 hari lebih cepat dibanding varietas shiara dan bonita. Kecepatan tanaman dalam berbunga
menunjukkan kecepatan pertumbuhan tanaman. Bunga sebagai tanda bahwa tanaman mengalami pergantian fase dari
fase vegetatif menuju fase generatif. (Silvia et al. 2016).
Tabel 3 Jumlah node 2 MP, Jumlah node 8 MP, Umur berbunga, Umur Panen
Perlakuan JN 2 JN 8 UB (HST) UP (HST)
Varietas
Bonita 358,45 a 2017,1 a 50,44 a 93,56 a
Bara 221,70 b 926,0 b 34,94 b 77,83 b
Shiara 218,98 b 988,7 b 46,32 a 95,31 a
Pemangkasan
Tanpa Pemangkasan 226,85 c 1143,2 47,07 89,48
Pemangkasan total 276,31 b 1267,3 42,05 88,59
Pemangkasan sebagian (sisa 3 tunas) 295,96 a 1521,3 42,65 88,43
Keterangan : Angka diikuti oleh huruf yang sama pada masing masing perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji
lanjut DMRT pada taraf 5%. JN2 = Jumlah node pada panen ke 2, JN 8 = Jumlah node pada panen ke 8, UB =
Umur berbuah, UP = Umur panen. .
Perlakuan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas buah yang terdiri dari diameter, panjang dan
bobot buah. Varietas bonita memiliki kualitas terbaik dengan diameter buah 12,31 mm, panjang buah 37,68 mm dan
bobot per buah 2,23 g. Perlakuan pemangkasan tunas air tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas buah cabai rawit.
Hal ini didukung oleh penelitian Hatta 2012 bahwa jumlah tunas dibawah cabang dikotom pada cabai rawit
memberikan kualitas buah cabai rawit yang relatif sama. Hasil penelitian Nabilah et al. 2018 juga melaporkan bahwa
pemangkasan tunas air tidak berpengaruh terhadap panjang buah, diameter buah dan bobot per buah. Terdapat interaksi
antara faktor varietas dan faktor pemangkasan pada karakter diameter per buah. Pemangkasan sebagian memberikan
hasil terbaik pada varietas bonita dan shiara sedangkan pemangkasan total memberikan hasil terbaik pada varietas bara.
Tabel 4 Diameter per buah, Panjang per buah, Bobot per buah
Perlakuan Diameter Buah (mm) Panjang Buah (mm) Bobot Buah (g)
Varietas
Bonita 12,31 a 37,68 a 2,23 a
Bara 7,19 c 28,24 c 1,01 c
Shiara 9,18 b 33,14 b 1,34 b
Pemangkasan
Tanpa Pemangkasan 9,44 32,97 1,48
Pemangkasan total 9,63 32,30 1,55
Pemangkasan sebagian (sisa 3 tunas) 9,60 33,79 1,54
Keterangan : Angka diikuti oleh huruf yang sama pada masing masing perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji
lanjut DMRT pada taraf 5%.
Tabel 5 Interaksi antara varietas dan pemangkasan tunas air pada diameter buah

Bonita Bara Shiara Rata-Rata

............................................................... mm.................................................................

Tanpa pemangkasan 12,57 a 7,23 d 8.2 c 9,44

Pemangkasan total 12,05 a 7,27 d 9,42 b 9,63

Pemangkasan sebagian 12,64 a 7,01 d 9,52 b 9,60

Rata-Rata 12,31 A 7,19 C 9,18 B


Keterangan : Angka diikuti oleh huruf kapital yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
lanjut DMRT pada taraf 5%
Perlakuan varietas memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah per tanaman, bobot per tanaman, bobot
per petak dan produktivitas. Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap hasil produksi cabai rawit. Varietas Bonita
memiliki produktivitas tertinggi yaitu 5,24 ton ha -1, sedangkan varietas bara memiliki produktivitas terendah yaitu 1,23
ton ha-1 (Tabel 6). Produktivitas dipengaruhi oleh bobot buah per petak. Bobot buah per petak dihasilkan dari jumlah
tanaman hidup per petak dikali dengan bibit buah per tanaman. Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT 5% Varietas bara
dan shiara memiliki bobot buah per petak yang tidak berbeda nyata namun menghasilkan bobot per petak yang berbeda
nyata. Hal ini dikarenakan varietas Shiara memiliki tanaman hidup per petak lebih sedikit dibandingkan varietas Bara
(Tabel 6 ).

Perlakuan pemangkasan tunas air tidak berbeda nyata terhadap produktivitas tanaman cabai. Berdasarkan data
pengamatan, tanaman yang tidak dipangkas cenderung memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan tanaman yang
dipangkas (Tabel 5). Produktivitas cabai rawit tertinggi yaitu tanaman cabai rawit dengan pemangkasan sebagian
bersisa 3 tunas (P3). Namun, tanaman dengan pemangkasan sebagian (P3) memiliki bobot buah per tanaman lebih
rendah dibandingkan tanaman dengan pemangkasan total (P1). Hal ini dikarenakan persentase tanaman hidup pada P3
lebih tinggi dibandingkan persentase tanaman hidup pada P1. (Tabel 5 ).

Tabel 6 Jumlah buah per tanaman, Bobot buah per tanaman, Bobot buah per petak, Produktivitas
Prod
Perlakuan JBuT BbuT (g) BbuP (g) PTH (%)
(ton/ha)
Bonita 141,37 a 316,45 a 3938,26 a 5,24 a 62,22
Bara 95,43 b 106,66 b 1828,19 b 2,43 b 86,11
Shiara 58,74 c 79,19 b 950,44 c 1,23 c 60,55
Tanpa Pemangkasan 96,16 165,43 2154,28 2,86 68,3
Pemangkasan total 103,92 174,17 2204,53 2,92 65,56
Pemangkasan sebagian (sisa 3 tunas) 95,48 162,70 2358,07 3,12 75,00
Keterangan : Angka diikuti oleh huruf yang sama pada masing masing perlakuan tidak berbeda nyata berdasarkan uji
lanjut DMRT pada taraf 5%. JBuT = Jumlah buah per tanaman, BBuT = Bbot buah per tanaman, BBuP = Bobot
buah per petak, Prod= Produktivitas, PTH = Persentase tanaman hidup.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Perlakuan spesies dan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah. Spesies Capsicum frutescens
varietas Bonita memberikan hasil terbaik pada semua peubah pengamatan baik komponen pertumbuhan maupun
komponen produksi kecuali umur berbunga dan umur panen. Varietas bara memiliki umur berbunga dan umur panen
tercepat. Perlakuan pemangkasan hanya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil produksi pada karakter
jumlah node panen ke 2 saja, namun memberikan nilai terbaik hampir pada semua peubah pengamatan. Interaksi antara
perlakuan varietas dan pemangkasan tunas hanya terdapat pada karakter diameter per buah, varietas bonita dengan
kombinasi pemangkasan total memberikan nilai diameter buah terbesar .
Saran
Penelitian selanjutnya dapat membandingkan lebih lanjut pada spesies Capsicum frutescens menggunakan
beberapa varietas yang berbeda. Penelitian selanjutnya juga dapat memperbaiki prosedur penanganan penyakit busuk
buah karena penyakit ini cenderung menyerang spesies C. frutescens dibandingkan spesies C. annuum.
DAFTAR PUSTAKA

Alif S. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Rawit. Bio Genesis (ID) : Yogyakarta.
Bosland PW, Votava EJ. 2012. Peppers: Vegetables and Spices Capsicums 2nd Edition. Oxfordshire (UK):CABI.
Bernardinus T. Wahyu Wiryanta, 2002. Bertanam Cabai pada Musim Hujan. Penerbit Agro Media Pusaka. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2022. Statistik Hortikultura 2022. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
[BMKG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2023. Data Harian Stasiun Klimatologi Jawa Barat. [Diakses Juli 2023].
Tersedia pada: https://dataonline.bmkg.go.id/home
Gardner F, Pearce dan Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Terjemahan H. Susilo). Universitas Indonesia (UI-
Press).
Greenleaf W.H. 1986. Breeding Vegetables Crops : Pepper Breeding. AVI Publishing Co.
Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah.
Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research.
Harpenas A, Dermawan R. 2011. Budi Daya Cabai Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hatta, M. 2012. Pengaruh pembuangan pucuk dan tunas ketiak terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Jurnal
Floratek, volume 7: 85-90.
Kustanto H. 2022. Testing of superiority and resistance of cayenne pepper of blaze 12 variety to pepper yellow leaf curl
disease. Cropsaver : Journal of Plant Protection. 5(2): 91- 97.
Kesumawati E, Amalia R, Fitrizal, Rahmawati M. 2021. The effect of pruning type on old seedling of chili pepper
(Capsicum annuum L. plants to the growth and yield. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science : 1-9.
doi:10.1088/1755-1315/667/1/012031
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2019. Teknologi Proliga Cabai. Jakarta : BPTP Balitbang Banten.
Nabilah I, Yetti H, Yoseva S. 2018. Pengaruh pewiwilan dan pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman cabai rawit (Capsicum frustescens L.). JOM Faperta UR.5(1) : 1-14
Prajnanta F. 2012. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
[PKHT] Pusat Kajian Hortikultura Tropika. 2020. Pengembangan Varietas Cabai Rawit Merah Tahan Anomali Iklim
Berbasis Sumber Daya Lokal. [diakses pada September 2023].
https://pkht.ipb.ac.id/index.php/2020/12/07/pengembangan-varietas-cabai-rawit-merah-tahan-anomali-iklim-
berbasis-sumber-daya-lokal/
Poli M, Sondakh T, Raintung J, Doodoh B, Titah T. 2019. Kajian Teknik Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum
annuum) Kabupaten Minahasa Tenggara. Eugenia. 25(3) : 73 - 77.
[Puslitbang Horti]. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2015. Budidaya tanaman cabai rawit [Internet].
[diakses 2023 Nov 10]. http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id.
Rosdiana, Asaad M, Mantau Z. 2011. Teknologi Budidaya Cabai Rawit. Gorontalo: Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian
Silvia M, Susanti H, Samharinto, Noor S. 2016. Produksi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) di tanah ultisol
menggunakan bokashi sampah organik rumah tangga dan NPK. EnviroScinteae.12(1) : 22-27.
Sukmawati, Subaedah S, Numba S. 2018. Pengaruh pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi berbagai varietas
cabai merah (Capsicum annuum L.). Jurnal Agrotek. 2(1) : 45 - 53.
Undang, Syukur M, Sobir. 2015. Identifikasi spesies cabai rawit (Capsicum spp.) berdasarkan daya silang dan karakter
morfologi. Jurnal Agronomi Indonesia. 43(2) : 118 – 125
Widiwurjani dan Djarwatiningsih W. 2016. Pemangkasan pada Tanaman Cabe. Surabaya (ID) : UPN Veteran Jawa
Timur.
Yasin Y. 2009. Penggunaan pupuk daun dan retardan dan paclobuttrazol terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
merah (Capsicum annuum L.) dalam polybag. [skripsi]. IPB University: Bogor.

You might also like