You are on page 1of 10

Vegetalika Vol. 12 No.

2, Mei 2023 : 173-182


Available online at https://jurnal.ugm.ac.id/jbp
DOI: https://doi.org/10.22146/veg.84131
p-ISSN: 2302-4054 | e-ISSN: 2622-7452

Dampak Interferensi Gulma terhadap Kualitas dan Hasil Bawang Merah


(Allium cepa L. Aggregatum Group)

The Impact of Weed Interference on Quality and Yield of Shallot


(Allium cepa L. Aggregatum Group)

Valentina Dwi Suci Handayani*), Endang Sulistyaningsih

Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


Jl. Flora No.1, Bulaksumur, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55281
*)
Penulis untuk korespondensi E-mail: valentinadsh@ugm.ac.id
Diajukan: 30 April 2023 /Diterima: 25 Mei 2023 /Dipublikasi: 29 Mei 2023

ABSTRACT
The national productivity of shallot is still below the expected yield potential. The
productivity can be caused by weed interference. Weed interference can be a cause of
yield loss in the cultivation process due to competition and the impact of allelopathy.
This study aims to examine the impact of weed interference on the quality and yield of
shallots. The study was designed using a Randomized Complete Block Design (RCBD)
with one factor. The factor tested was the presence of weeds on controlled and
uncontrolled land with three blocks as replications. The results showed that controlling
weeds on agricultural land caused changes in the abundance and diversity of weed
communities. Weed control at 3 and 6 weeks after planting (wap) caused differences in
weed abundance and changes in weed dominance, from grasses to broad leaves, which
occurred at 6 and 9 wap observations. The abundance and dominance of weeds had a
significant effect to decrease on bulb diameter, bulb fresh weight, and bulb drying
weight of shallots. Weed control on agricultural land can prevent shallot yield loss by
an average of 3 tons/ha compared to land without control.

Keywords: dominance; production; quality of tubers; shallots; weeds.

INTISARI
Produktivitas bawang merah nasional masih di bawah potensi hasil yang diharapkan.
Tidak optimalnya produktivitas bawang merah disebabkan interferensi gulma.
Interferensi gulma dapat menjadi penyebab kehilangan hasil pada proses budidaya
karena adanya kompetisi dan dampak dari alelopati. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat dampak interferensi gulma terhadap kualitas dan hasil bawang bawang merah.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan tiga blok
sebagai ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah pengendalian gulma dan tanpa
pengendalian. Hasil penelitian menunjukkan pengendalian gulma pada lahan pertanian
menyebabkan perubahan kelimpahan dan keragaman komunitas gulma. Pengendalian
gulma pada saat 3 dan 6 minggu setelah tanam (mst) menyebabkan perbedaan
kelimpahan gulma dan perubahan dominasi gulma yaitu dari rumputan menjadi daun
lebar yang terjadi pada pengamatan 6 mst dan 9 mst. Kelimpahan dan dominansi gulma
berdampak pada penurunan diameter umbi, bobot segar umbi dan bobot umbi bawang
merah kering jemur (susut bobot). Pengendalian gulma pada lahan pertanian dapat

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84131
174

mencegah kehilangan hasil bawang merah dengan rerata 3 ton/ha dibandingkan lahan
tanpa pengendalian.

Kata kunci: bawang merah; dominansi; gulma; kualitas umbi; produksi.

PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan tanaman juga terbilang masih rendah apabila
hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh dibandingkan dengan rerata produktivitas
petani Indonesia (Saidah et al., 2020). Hal ini bawang merah di negara Asia Pasifik
dikarenakan bawang merah mempunyai sebesar 18 ton/ha (Sulistyaningsih, 2020).
banyak manfaat dan nilai ekonomi yang Terdapat beberapa kendala yang
tinggi (Padjung et al., 2020). Bawang merah menyebabkan produktivitas bawang merah
termasuk kedalam kelompok rempah- rendah yaitu praktik manajemen tanaman
rempah yang berfungsi sebagai bumbu yang belum optimal, terbatasnya jumlah
masakan dan obat tradisional. Data varietas unggul, kesuburan tanah yang
penggunaan bawang merah nasional rendah, dan tingkat pemupukan yang tidak
sebagai bahan makanan dari tahun 2016 tepat. Akibat dari praktik manajemen
sampai dengan 2020 mengalami tanaman yang tidak optimal adalah adanya
peningkatan, dengan rata-rata kenaikan lima interferensi gulma yang menyebabkan
tahun terakhir sebesar 4,23% pertahun dan kehilangan hasil tanaman karena adanya
kebutuhan bawang merah nasional sebagai kompetisi dan sifat alelopati pada gulma.
bahan makan pada tahun 2020 mencapai Interferensi gulma terjadi akibat gulma dan
1.007 ribu ton dalam lima tahun tanaman memiliki kebutuhan yang sangat
(Kementerian Pertanian, 2020) mirip akan karbon dioksida dan nitrogen dari
Peningkatan kebutuhan bawang atmosfer, air dan mineral dari tanah dan
merah belum diimbangi dengan peningkatan cahaya dari matahari untuk pertumbuhan dan
produksi bawang merah. Produksi sangat perkembangannya (Daramola et al., 2021)
erat kaitannya dengan produktivitas. Interferensi gulma pada lahan
Berdasarkan data Kementerian Pertanian pertanaman tidak jarang menurunkan
Republik Indonesia, produktivitas bawang kualitas dan hasil tanaman bawang merah.
merah di Indonesia lima tahun terakhir Menurut Wulandari et al., 2016 rendahnya
mencapai 9,71 ton/ha, jauh di bawah potensi produksi bawang merah di Indonesia salah
produktivitas yaitu di atas 20 ton/ha (Suharni satunya disebabkan oleh gulma. Interferensi
et al., 2017 ; Susanti et al., 2018). Nilai gulma pada tanaman bawang merah dapat
produktivitas tersebut lebih rendah menurunkan hasil sebesar 27.63 - 46.84%.
dibandingkan dengan nilai produktivitas pada Hal tersebut selaras dengan penelitian Souza
tahun 2015 yang mencapai 10,06 ton/ha et al., (2016), bahwa interferensi gulma dapat
(BPS, 2018). Nilai produktivitas di Indonesia memberikan kehilangan hasil hingga 100%.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84131
175

Oleh karena itu, penting dilakukan kajian Pemupukan yang diberikan yaitu pupuk
terkait dampak interferensi gulma terhadap kandang kambing 6,5 ton/ha dan pupuk NPK
kualitas dan hasil bawang merah. 16:16:16 250 kg/ha.
Tujuan dari penelitian ini adalah Penelitian ini menggunakan desain
mempelajari dampak dari pengendalian percobaan Rancangan Acak Kelompok
gulma terhadap kualitas dan hasil bawang Lengkap (RAKL) tiga blok sebagai ulangan.
merah serta kelimpahan gulma akibat dari Perlakuan yang diujikan adalah
pengendalian gulma. Penelitian ini pengendalian gulma. Perlakuan
diharapkan dapat memberikan informasi pengendalian gulma dilakukan dua kali yaitu
terkait manfaat pengendalian gulma terhadap pada 3 minggu setelah tanam (mst) dan 6
kualitas dan hasil tanaman bawang merah mst. Sedangkan sebagai pembanding,
varietas Bima Brebes. Oleh karena itu, terdapat petak perlakuan tanpa pengendalian
adanya hasil penelitian ini dapat digunakan gulma.
sebagai referensi petani melakukan Variabel terhadap kelimpahan jenis
manajemen tanaman dalam upaya gulma diamati pada 3 mst untuk melihat
meningkatkan hasil. kelimpahan gulma sebelum perlakuan, 6 mst
dan 9 mst untuk mengevaluasi efek dari
BAHAN DAN METODE perlakuan dengan menghitung bobot segar
Penelitian dilaksanakan di Lahan dan bobot kering masing-masing jenis gulma.
Budidaya Bawang Merah, Desa Pengamatan juga dilakukan terhadap
Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten performa tanaman yang terdiri dari
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertambahan jumlah anakan, bobot segar
terletak pada koordinat 7 °57’46” S, tanaman, bobot kering tanaman dari 3 mst
110°24’41”E, dengan ketinggian 275 m di (sebelum perlakuan diterapkan) sampai

atas permukaan laut. Durasi penelitian dengan 9 mst (akhir tanam), kualitas dan

dilaksanakan selama 5 bulan mulai dari hasil panen yang terdiri dari jumlah umbi,

persiapan lahan, penanaman, aplikasi diameter umbi, bobot segar umbi dan bobot

perlakuan hingga pengamatan di kering jemur matahari selama 7 hari (susut

laboratorium Manajemen dan Produksi bobot).

Tanaman UGM yaitu pada Juni hingga Analisis data yang dilakukan pada

November 2021. penelitian ini adalah analisis varian menurut

Bawang merah yang digunakan kaidah acak kelompok lengkap dengan α =

adalah ‘Bima Brebes’. Budidaya bawang 5%.

merah dilakukan sesuai dengan yang


umumnya dilakukan petani di wilayah
tersebut dengan jarak tanam 20 x 15 cm.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84131
176

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keragaman dan Kelimpahan Gulma
yang ada di lahan pertanaman. Keragaman
Pengendalian gulma di lahan
dan kelimpahan gulma dinilai berdasarkan
pertanaman bawang merah dilakukan pada
nilai bobot segar dan bobot kering gulma
saat 3 mst dan 6 mst. Sebelum pengendalian
berdasarkan jenis gulma yaitu tekian,
awal (3mst) dilakukan sampling gulma untuk
rumputan dan daun lebar yang ditunjukan
melihat keragaman dan kelimpahan gulma
pada Gambar 1.

A B

Gambar 1. Histogram (A) bobot segar dan (B) bobot kering (g/m2) masing-masing jenis gulma pada
petak lahan yang dikendalikan pada 3 mst (sebelum pengendalian), 6 mst dan 9 mst.

Hasil sampling gulma sebelum pengendalian Pertambahan bobot segar dan bobot kering
menunjukkan bahwa gulma jenis rumputan yang lebih tinggi menggambarkan kecepatan
mendominansi yang ditunjukan oleh pertumbuhan gulma. Pada penelitian ini
histogram berat segar dan berat kering pada menunjukkan bahwa pertumbuhan gulma
3 mst yang lebih tinggi dibandingkan tekian daun lebar lebih cepat dibandingkan dengan
dan daun lebar (Gambar 1). Bobot tekian, teki dan rumputan. Gulma daun lebar
rumputan dan daun lebar pada 3 mst memiliki pertumbuhan yang cepat karena
berturut-turut 20,68 g/m2, 62,77 g/m2 dan efisien dalam memanfaatkan hara dan air
2
31,96 g/m untuk bobot segar sedangkan dalam tanah. Ketersediaan air dalam tanah
8,64 g/m2, 19.99 g/m2 dan 11,34 g/m2 untuk dapat memicu perkecambahan biji yang pada
bobot kering. Pengendalian menyebabkan umumnya merupakan bahan perbanyakan
perubahan pada pada keragaman dan gulma daun lebar, sedangkan tekian dan
kelimpahan jenis gulma. Kelimpahan gulma rumputan sangat tergantung dari bahan
pada 6 mst dan 9 mst didominasi oleh daun perbanyakan vegetatif seperti umbi, stolon
lebar. Bobot segar dan bobot kering gulma dan rimpang yang ikut terangkut pada saat
daun lebar pada 6 mst dan 9 mst lebih tinggi pengendalian.
dibandingkan dengan tekian dan rumputan.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84131
177

Gambar 2. Histogram bobot segar dan bobot kering (g/m 2) masing-masing jenis gulma terhadap
perlakuan dikendalikan (penjumlahan bobot gulma 3,6,9 mst) dan tidak dikendalikan
pada 9 mst.

Bobot segar dan bobot kering gulma air pada oleh gulma pada perlakuan tanpa
pada perlakuan tanpa pengendalian pengendalian sebesar 220,28 g/m2,
menggambarkan gulma yang ada mulai dari sedangkan pada perlakuan pengendalian
awal tanam hingga 9 mst, sedangkan pada sebesar 54,18 g/m2. Pengendalian gulma
perlakuan pengendalian merupakan dapat menurunkan kelimpahan gulma yang
penjumlahan bobot pada awal pengendalian berdampak pada penurunan interferensi
3 mst, pengendalian kedua 6 mst dan pada gulma. Penurunan tingkat interferensi gulma
saat akhir tanam 9 mst (Gambar 2). salah satunya adalah dalam kompetisi
Pengendalian gulma berpengaruh pada penggunaan air dalam tanah. Pengendalian
kelimpahan gulma. Pengendalian gulma menyebabkan penurunan
menyebabkan penurunan kelimpahan gulma penggunaan air tanah oleh gulma sebanyak
hingga 72,87% dibandingkan tanpa 75%. Air tanah yang tidak digunakan oleh
pengendalian dimana rerata bobot segar gulma ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman
gulma 311,70 g/m2 pada perlakuan tanpa untuk proses pertumbuhan. Air memiliki
2
pengendalian dan 84,56 g/m pada peranan penting dalam proses metabolisme
pengendalian. Penurunan juga terjadi pada dan translokasi asimilat.
hasil biomassa yang dihasilkan dimana bobot
kering gulma 91,42 g/m2 pada perlakuan Pertumbuhan Tanaman
2
tanpa pengendalian dan 30,38 g/m pada Pertumbuhan pada sampel tanaman
pengendalian. Penurunan biomassa dengan yang diamati antara lain pertambahan jumlah
pengendalian mencapai 66,77%. Selisih anakan, bobot segar total dan bobot kering
antara bobot segar dan bobot kering total selama 6 minggu yaitu dari 3 mst hingga
merupakan gambaran dari banyaknya air 9 mst. Pertambahan jumlah anakan, bobot
tanah yang terserap oleh gulma. Penyerapan segar total dan bobot kering total tersebut

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84131
178

ditampilkan pada tabel 1. Pertambahan menghasilkan asimilat lebih tinggi


jumlah anakan pada lahan dengan gulma dibandingkan pada lahan tanpa
yang dikendalikan menghasilkan 2 kali lipat pengendalian. Hal ini menyebabkan secara
lebih banyak dibandingkan dengan tanpa keragaan tanaman bawang merah seolah-
pengendalian. Keberadaan gulma di lahan olah tidak mengalami cekaman biotik akibat
menyebabkan interferensi yang dapat keberadaan gulma. Namun bila dikaji kembali
menghambat pertumbuhan anakan pada maka tanaman mengalami gangguan dalam
bawang merah. menghasilkan asimilat dengan adanya
Data pertambahan bobot segar keberadaan gulma. Bobot kering dapat
tanaman dari 3 mst hingga 9 mst menjadi alat yang berguna dan terpercaya
menunjukkan tidak ada perbedaan antara ketika ingin mengevaluasi kinerja tanaman.
perlakuan gulma dikendalikan dan tidak Bobot kering akan memberikan pengukuran
dikendalikan. Namun pertambahan bobot yang tepat dari biomassa, menghilangkan
kering tanaman menunjukkan adanya fluktuasi yang disebabkan oleh kadar air.
perbedaan. Bobot kering tanaman Biomassa total tanaman dapat berhubungan
menggambarkan hasil akumulasi asimilat langsung dengan kinerja pabrik tanaman
tanaman yang diperoleh selama hidupnya sebagai respons terhadap kapasitas
(Wang et al., 2021). Tanaman pada lahan fotosintesis, nutrisi, kondisi lingkungan, dan
gulma dikendalikan menunjukan kemampuan banyak lagi (Sulistyaningsih, 2020).

Tabel 1. Pertambahan jumlah anakan, bobot segar total dan bobot kering total (g/tanaman) selama
6 minggu dari 3 mst hingga 9 mst pada perlakuan gulma dikendalikan dan tidak
dikendalikan.
Parameter Dikendalikan Tidak Dikendalikan p-value

Jumlah Anakan 2,44 ± 0,31 1,22 ± 0,32 * 0,002

Bobot Segar Total (g/tanaman) 55,41 ± 4,88 50,64 ± 4,04 ns 0,297

Bobot Kering Total (g/tanaman) 50,74 ± 3,39 42,35 ± 2,96 * 0,040


Keterangan : Tanda bintang (*) menunjukkan terdapat perbedaan nyata α = 5% dengan menggunakan
t-tes (n=9).

Keberadaan gulma dapat tanaman budidaya. Kehadiran gulma dapat


menyebabkan adanya interferensi pada membuat ruang tumbuh bagi tanaman
bawang merah yang ditunjukan dengan budidaya menjadi lebih sempit dan
menurunnya kemampuan tanaman dalam menciptakan kompetisi dalam penyerapan
membentuk anakan dan juga dalam unsur hara, air, dan intensitas cahaya
menghasilkan asimilat. Menurut Korav et al. sehingga proses fotosintesis menjadi
(2018) kehadiran gulma pada area terganggu dan jumlah asimilat yang
pertanaman dapat menurunkan bobot kering terbentuk menjadi berbeda.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84131
179

Kualitas dan Hasil Tanaman


Kualitas dan hasil tanaman menunjukkan tidak ada perbedaan. Umbi
merupakan hal penting dalam proses yang terbentuk pada perlakuan yang
budidaya tanaman. Kualitas dan hasil dikendalikan dan tidak dikendalikan memiliki
tanaman yang dievaluasi sebagai dampak jumlah yang sama. Tanaman bawang merah
interferensi gulma yaitu jumlah umbi, yang pertumbuhannya ditekan oleh gulma
diameter umbi (cm) dan bobot segar umbi masih mampu membentuk umbi dengan
(ton/ha) (Tabel 2). Jumlah umbi bawang kualitas umbinya berbeda dengan tanaman
merah yang terbentuk pada lahan dengan bawang merah yang bebas gulma (Alipour et
gulma dikendalikan dan tidak dikendalikan al., 2022).

Tabel 2. Jumlah umbi, diameter umbi (cm) dan bobot segar umbi (ton/ha) pada perlakuan gulma
dikendalikan dan tidak dikendalikan.

Parameter Dikendalikan Tidak Dikendalikan p-value

Jumlah Umbi 9,00 ± 0,59 8,00 ± 0,52 ns 0,128

Diameter umbi (cm) 3,19 ± 0,06 1,95 ± 0,05 * 1,6.10-15

Bobot Segar Umbi (ton/ha) 19,06 ± 0,50 16,64 ± 0,48 * 0,003


Keterangan : Tanda bintang (*) menunjukkan terdapat perbedaan nyata α = 5% dengan menggunakan
t-test (n=9).
Diameter umbi menunjukkan jarak tanam dengan gulma lebih rapat
besarnya ubi yang terbentuk. Pada tabel 2 dibandingkan tanpa adanya gulma. Menurut
terlihat bahwa diameter umbi bawang merah Sumarni et al., (2012) menjelaskan bahwa
pada lahan dengan gulma dikendalikan lebih makin rapat jarak tanam maka makin rendah
besar dibandingkan dengan diameter umbi hasil umbi segar per tanaman dan umbi
pada lahan tanpa pengendalian. kering per tanaman.
Pengendalian juga berdampak pada bobot Interferensi yang disebabkan oleh
segar umbi, dimana bobot segar umbi pada gulma berdampak pada penurunan kualitas
lahan dengan gulma dikendalikan lebih berat hasil tanaman bawang merah yaitu ukuran
dibandingkan tanpa pengendalian. Umbi umbi (diameter umbi) dan bobot segar umbi.
bawang merah merupakan bagian penting Pengendalian gulma di lahan pertanaman
dikarenakan memiliki nilai ekonomi paling bawang merah dapat meningkatkan hampir 2
tinggi. Pengisian umbi bawang merah kali ukuran umbi dibandingkan tanpa
dipengaruhi antara lain oleh suhu (terutama pengendalian. Dengan demikian maka
suhu malam hari), irigasi, nutrisi mineral, dan pengendalian gulma pada di lahan
kompetisi gulma (Kamenetsky & pertanaman bawang merah sangat
Rabinowitch, 2017; Pangestuti et al., 2022). diperlukan untuk dapat menjaga kualitas
Keberadaan gulma seolah menyebabkan hasil tanaman.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84131
180

Gambar 3. Histogram bobot umbi (ton/ha) kering jemur selama 7 hari pada perlakuan gulma
dikendalikan dan tidak dikendalikan. Tanda bintang (*) menunjukkan terdapat perbedaan
nyata α = 5% dengan menggunakan t-test (n=9).

Bobot umbi kering jemur 7 hari pada KESIMPULAN


perlakuan gulma dikendalikan dan tidak Pengendalian gulma pada saat 3 mst
dikendalikan ditunjukkan pada Gambar 3. dan 6 mst menyebabkan perbedaan
Setelah panen, umbi umumnya akan dijemur kelimpahan gulma dan perubahan dominasi
selama 7 hari sebelum dipasarkan kepada gulma yaitu dari rumputan menjadi daun
konsumen. Perlakuan gulma dikendalikan lebar yang terjadi pada pengamatan 6 mst
menunjukkan bobot umbi kering jemur dan 9 mst. Kelimpahan dan dominansi gulma
selama 7 hari lebih tinggi dibandingkan berdampak pada penurunan diameter umbi,
dengan tanpa pengendalian dengan bobot bobot segar umbi dan bobot umbi bawang
umbi 12,94 ton/ha pada perlakuan gulma merah kering jemur (susut bobot).
dikendalikan dan 9,94 pada perlakuan tanpa Pengendalian gulma pada lahan pertanian
pengendalian. dapat mencegah kehilangan hasil bawang
Secara umum, penelitian ini merah dengan rerata 3 ton/ha dibandingkan
menunjukkan bahwa pengendalian gulma lahan tanpa pengendalian.
memberikan pengaruh terhadap diameter
umbi, bobot segar umbi dan produktivitas UCAPAN TERIMA KASIH
bawang merah. Menurut Nurjannah (2003) Terima kasih kepada Fakultas
tanaman yang mengalami tekanan berupa Pertanian UGM atas kesempatan untuk bisa
stres air, suhu, cahaya matahari, ataupun bekerja sama dengan petani bawang merah
hara dapat mengakibatkan hubungan antara di Desa Selopamioro. Penulis juga
source dan sink terganggu. Pengendalian mengucapkan terima kasih kepada Petani
gulma di lahan pertanaman bawang merah Bawang Merah di Desa Selopamioro
dapat menyelamatkan hasil bawang merah sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan
dengan menurunkan kehilangan hasil hingga lancar.
3 ton/ha.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84131
181

DAFTAR PUSTAKA

Alipour, A., H. Karimmojeni, A. G. Zali, J. Pangestuti, R., E. Sulistyaningsih, B.


Razmjoo, Z. Jafari. 2022. Weed Kurniasih, R. H. Murti, S. Harper, S.
management in Allium hirtifolium L. Subandiyah. 2022. Phenological
production by herbicides application. growth stage of tropical shallot (Allium
Industrial Crops and Products 177. cepa L. Aggregatum group) planted
https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2021 from seed in lowland area based on
.114407 the BBCH scale. Annals of Applied
Biology 182(2): 257-266.
Daramola OS, Adigun JA, Adeyemi OR.
2021. Efficacy and economics of Saidah, A. N. Wahyuni, Muchtar, I. S.
integrated weed management in Chilli Padang, and Sutardi. 2020. The
pepper. Journal of Crop growth and yield performance of true
Improvement. 35(1): 38-50. shallot seed production in Central
Sulawesi, Indonesia. Asian Journal of
Kamenetsky, R., and H. D. Rabinowitch. Agriculture 4(1) : 18-22.
2017. Physiology of
domesticated alliums: onions, Souza, J. I., A. A. P. Silva, R. R. Chagas, A.
garlic, leek, and minor crops. M. O. Neto, C. D. G. Maciel, J. T. V.
Encyclopedia of Applied Plant Resende, and E. O. Ono. 2016. Weed
Sciences 3 : 255-261. interference periods and transplanting
densities of onion crop in the Brazilian
Kementerian Pertanian. 2020. Statistik Region of Guarapuava, PR. Planta
Konsumsi Pangan Tahun 2020. Pusat Daninha, Viçosa-MG 34(2): 299-308.
Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian : 1–132. Suharni, L. R. Waluyati, and Jamhari. 2017.
Available at: Download The application of good agriculture
(pertanian.go.id). practices (gap) of shallot in Bantul
regency. Agro Ekonomi 28(1) : 48-63.
Korav, S., Dhaka A. K., Singh R.,
Premaradhya N., and Reddy G. C. Sulistyaningsih, E., Pangestuti R., and
2018. A Study on Crop Weed Rosliani R. 2020. Growth And Yield of
Competition in field crops. Journal of Five Prospective Shallot Selected
Pharmacognosy and Phytochemistry. Accessions from True Seed of Shallot
7(4) 3235-3240. in Lowland Areas. Ilmu Pertanian
(Agricultural Science) 5(2): 92-97.
Nurjannah, U. 2003. Pengaruh dosis
herbisida glifosat dan 2,4-D terhadap Sumarni, N., R. Rosliani, and Suwandi. 2012.
pergeseran gulma tanaman kedelai Optimasi jarak tanam dan dosis
tanpa olah tanah. Jurnal Ilmu-Ilmu pupuk npk untuk produksi bawang
Pertanian Indonesia 5(1): 27-33. merah dari benih umbi mini di dataran
tinggi. Jurnal Hortikultura 22 (2) : 148-
Padjung, R., E. Syam’un, F. Haring, K. 155.
Mantja, N. Kasim, and Y. Suni. 2020.
Weeds diversity and the production of Susanti, H., K. Budiraharjo, and M.
shallot (Allium ascalonicum L.) due to Handayani. 2018. Analisis pengaruh
the application of azolla fertilizers and faktor-faktor produksi terhadap
oxyfluorfen. IOP Conference Series : produksi usahatani bawang merah di
Earth and Environmental Science 575 Kecamatan Wanasari Kabupaten
: 1-8. Brebes. AGRISOCIONOMICS Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian 2(1): 23-30.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84131
182

Wang, X., G. Chen, S. Du, H. Wu, R. Fu, and


X. Yu. 2021. Light intensity influence
on growth and photosynthetic
characteristics of Horsfieldia
hainanensis. Frontiers in Ecology and
Evolution 9 : 1-14.

Wulandari, R., N. E. Suminarti, and H. T.


Sebayang. 2016. Pengaruh jarak
tanam dan frekuensi penyiangan
gulma pada pertumbuhan dan hasil
tanaman bawang merah (Allium
ascalonicum). Jurnal Produksi
Tanaman 4(7) : 547 – 553.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84131

You might also like