You are on page 1of 11

‘DIA’

Di sebuah café dekat kampus Antartika terdapat tiga orang remaja perempuan yang
tengah asik mengobrol, lebih tepatnya dua orang mungkin? Karna yang satu entah sedang
memikirkan apa sampai tenggelam dalam lamunannya.

“Chay… hei, Chay!“ ucap Nazeera berusaha menyadarkan Chayra dari lamunannya.

“Astagfirullah… CHAYRA SHAKILA YUMNA!!!“ teriak Ratih dengan keras.

“Eh, ya? Kenapa?“ ucap Chayra dengan wajah polosnya.

“Kamu lagi mikirin apa sih sampai segitunya?“ tanya Ratih.

“Oh… enggak, Cuma lagi kepikiran kenangan masa lalu aja Rat.“ jawab Chay.

“Kenangan apa Chay? Tentang cowok ya..? Boleh diceritain gak? Aku kepo nih, hehe..“ sambar
Nazeera dengan antusias.

“Hmm.. boleh aja sih.. tapi jangan baper yah…“

“Serius boleh? Tapi gak janji kalo gak bakal baper hehe..“ kata Nazeera.

“Beneran boleh nih Chay? Gak terlalu privasi kan?“ Tanya Ratih memastikan.

“Iya… boleh kok.“ jawab Chayra.

“Ok deh kalau gitu.“ ucap Ratih.

“Ayo cepet ceritain Chay… udah gak sabar nih..“ keluh Nazeera.

“Ok, jadi…“

Chayra menceritakan kenangannya saat bertemu dengan ‘DIA’ yang membuat


kehidupan Chayra lebih berwarna. Saat itu Chayra masih berumur 16 tahun dan sedang
menjalani sekolah di Atlantik High School. Ia berada di kelas 11 IPA 2 yang termasuk ke dalam
kelas favorit. Pada hari minggu ia dan keluarganya keluar untuk jalan-jalan sekaligus menghibur
diri setelah selesainya ujian kenaikan kelas dari hari senin hingga jum’at minggu ini. Tetapi,
naas nya pada saat itu ia mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia koma selama 2 bulan.
Orang tua Chayra hanya mengalami luka ringan karena memakai sabuk pengaman saat itu.
Tentunya orang tua Chayra bersedih atas apa yang menimpa anak perempuan satu-satunya itu.

Hari demi hari berlalu, pagi hari ini suster yang mendapat giliran untuk menggantikan
cairan infuse Chayra pun terkejut melihat Chayra yang perlahan membuka mata serta
menggerakkan jari tangannya. Suster itu pun segera memanggil dokter, setelah itu Chayra di
periksa oleh salah satu Dokter yang sedang bertugas hari itu. Pihak rumah sakit pun segera
mengabari orang tua Chayra. Senang, sedih, dan terharu, itu yang orang tua Chayra rasakan saat
mendengar kabar tersebut.
Dengan cepat orang tua Chayra bergegas menuju rumah sakit tempat Chayra di rawat.
Saat orang tua Chayra sampai di depan pintu ruangan Chayra di rawat, terdengar suara teriakan
Chayra yang menyebabkan keduanya bergegas masuk.

“AKH… PERGI… PERGI…“ teriak Chayra.

“Sayang… tenang sayang, ada apa sampai kamu teriak seperti itu?“ ucap Bunda Chayra sambil
memeluk anak kesayangannya itu.

“Bunda… Chay takut bunda… di dekat pintu kamar mandi itu ada pocong bunda… hua…“
ucap Chayra sambil menangis di pelukan bundanya.

Bunda Chayra terkejut dengan apa yang anaknya katakan, dengan cepat ia menenangkan
Chayra sampai Chayra tertidur lelap. Ternyata indra keenam Chayra terbuka, mungkin karna ia
mengalami koma selama 2 bulan jadi indra keenamnya terbuka. Tiga minggu pun berlalu,
Chayra kembali memasuki sekolah yang sangat ia rindukan. Rindu lingkungan sekolahnya,
rindu teman-temannya, rindu guru-gurunya, rindu pelajarannya walaupun memusingkan,
bahkan ia rindu kehidupan normalnya. Yup, ia sangat rindu kehidupan normalnya yang dulu,
kehidupan yang tenang tanpa ada gangguan dari penampakan dan bisikan-bisikan yang
menyeramkan.

Sekarang Chayra sudah terbiasa akan hal itu, ia bahkan meminta untuk tinggal mandiri.
Awalnya orang tua Chayra tidak mengizinkan anak semata wayangnya itu untuk menyewa kos-
san, tapi karna Chayra memaksa dan berjanji akan menjaga diri dengan baik, orang tua Chayra
pun setuju lagi pula Chayra sudah 17 tahun dan ia berjanji akan menjaga dirinya baik-baik.

Pagi ini Chayra membawa keperluannya untuk tinggal di kos-san Lentera Putih milik
Bu Niva. Bu Niva sangat ramah dan perhatian, begitu pula teman satu kos-sannya. Hari demi
hari berlalu, akhirnya Chayra mulai akrab dengan teman-teman satu kos-sannya. Mereka pun
mulai berani bercerita tentang rumor bahwa di kos-san ini memiliki banyak hantu. Yah…
walaupun Chayra sudah tau itu dari awal ia masuk ke kos-san, ada beberapa hantu yang ia
jumpai seperti kuntilanak yang tidak memiliki wajah yang ada di pojok tempat rak sepatu para
anak kos, begitu juga pocong yang ada di teras atap tempat menjemur pakaian para anak kos
dan masih banyak lagi. Sore ini para penghuni kos-san Lentera Putih sedang berkumpul di
ruang tengah dan bergosip ria.

“Chay tau gak? Di kamar yang kamu tempatin itu sebenarnya ada penghuninya“ kata salah satu
anak kos.

“Iya kah?“ Tanya Chayra tidak percaya.

“Iya.. aku tau dari kakak-kakak yang sempet tinggal di kos-san ini. Walau Cuma tiga minggu
doang sih.. Kebetulan dia anaknya agak sensitive walaupun dia gak bisa liat yang kaya begituan
tapi dia bisa ngerasain. Katanya sih auranya baik, mungkin itu hantu baik haha.“ ucap anak kos
tadi, Mira namanya.

‘Masa sih? Aku gak liat apa-apa selama ini.‘ batin Chayra.
“Ok deh, makasih ya infonya“ jawab Chayra riang.

“Yup.“ jawab Mira.

Mereka mengobrol sampai waktu Magrib tiba, setelah mendengar adzan berkumandang
mereka yang muslim pun langsung segera shalat sedangkan yang sedang berhalangan dan non
muslim membuat camilan untuk nanti melanjutkan acara mengobrol mereka sebagai pengganjal
perut.

Hari pun berganti, sore ini Chayra pulang ke kos-san dengan wajah yang masam.
Kenapa? Karna guru di setiap mata pelajarannya di sekolah memberikan oleh-oleh untuknya.
Yup, betul sekali.. oleh-olehnya adalah tugas yang cukup banyak. Sebenarnya tidak banyak..
paling hanya sekitar 5-10 soal, tapi pada setiap mata pelajaran hari ini. Bisa dihitung hari ini ada
empat mata pelajaran, fisika 5 soal, kimia 5 soal, bahasa Indonesia 5 soal dan yang terakhir
matematika 10 soal, jika di jumlah maka ada 25 soal yang harus Chay kerjakan malam ini.
Pusing? Tentu! Bagaimana tidak.. kebanyakan tugasnya adalah menghitung, tiga mata pelajaran
sudah selesai Chay kerjakan dan yang tersisa hanya matematika saja.

“Akh… cape… tapi besok harus dikumpulin, mana ngantuk banget lagi. Akh…“ keluh Chay.

“Salah.“

Chay terkejut saat mendengar suara yang mengatakan ‘salah’. Yup, ia bisa merasakan
hawa dingin di belakangnya, tentunya ia sudah memiliki firasat bahwa yang di belakangnya ini
sudah jelas bukan manusia.

“Bukankah seharusnya dia memakai cara yang ini?“ ucap makhluk itu sambil menunjuk rumus
yang ada di buku Chayra.

Chayra mencoba memperhatikan tugas yang sudah ia isi dan yup dia benar-benar salah
rumus. Pantas saja.. dari tadi dia sudah mencoba berkali-kali tapi tetap tidak menemukan
jawabannya, bukan karna salah hitung! Tapi salah rumus!. Dengan berpura-pura bahwa ia
menyadari kesalahannya dan lanjut menghitung menggunakan rumus yang makhluk itu tunjuk
akhirnya ia menemukan jawabannya.

“Nah.. ini baru benar!“ ucap makhluk itu lagi.

Seperti biasa Chayra mengabaikan makhluk-makhluk yang mencoba mengobrol


dengannya, ia tidak mau makhluk-makhluk itu tau kalau dia bisa melihat mereka. Hantu-hantu
yang Chay temui biasanya hanya meminta pertolongan padanya tanpa memberi imbalan. Pada
hari berikutnya Chayra juga mengerjakan tugas lagi yang diberikan guru padanya, lagi dan lagi
hantu itu membantu Chayra atau mungkin lebih tepatnya ia bergumam sendiri dan menyebut
jawaban yang benar. Untungnya hantu itu muncul hanya saat Cayra mengerjakan tugas dan saat
Chayra sedang memakai kerudung.

‘Hantu yang pengertian. ‘ batin Chayra.


Sejenak terbesit dalam pikiran Chayra ‘apa kucoba saja mengobrol dengannya?’. Chay
ingat apa yang Mira katakan tentang penghuni di kamarnya itu, yah… katanya penghuninya
tidak jahat kan? Apa salahnya mencoba hal baru.

“Makasih.“ ucap Chay tulus.

Hantu itu terdiam. Malah hantu itu menengok kesana-kemari seperti mencari seseorang.
Akhirnya Chay pun berbalik ke belakang.

“Makasih.“ ucapnya lagi.

Chayra sempat terkagum-kagun melihat hantu di hadapannya ini, ‘Masyaallah… kok


bisa ada hantu setampan ini?‘ batin Chayra. Hantu itu masih kebingungan, ia menunjukan raut
wajah bingung sekaligus terkejut. Lalu ia menunjuk kearah dirinya sendiri.

“Aku?“ Tanya-nya.

“Iya, kamu. Memangnya di sini ada siapa lagi selain kamu?“ jawab Chay.

“Kamu… bisa lihat aku? Aku hantu loh!“

“Aku bisa liat kamu kok walaupun kamu hantu.“ jawab Chay lagi.

Hantu itu tidak percaya kalau ada yang bisa melihat dirinya, raut wajahnya bisa dibilang
sedih, tapi juga senang disaat bersamaan.

“Aku tau kamu hantu baik, boleh kita kenalan?“ Tanya Chay.

“B-boleh.“ jawab hantu itu gugup.

“Hai.. aku Chayra Shakila Yumna, panggil aja Chay. Kalau kamu?“

“H-hai.. aku Raga Shaka Lingga, panggil Raga aja.“ ucap Raga.

Tanpa disadari, hari demi hari mereka pun menjadi dekat. Raga juga mulai mengikuti
kemana pun Chayra pergi. Tapi, jika itu hal yang sangat pribadi.. Raga akan menghilang sejenak
dan Kembali ketika Chayra memanggilnya, seperti saat Chayra tidur, mandi, atau pun saat Chay
tidak memakai kerudung. Dua bulan berlalu, malam itu di ruang tengah akhirnya Raga berani
menceritakan keadaannya. Ia sudah bergentayangan selama lima bulan satu minggu jika
dihitung sampai saat ini. Yup, Raga lebih tua satu tahun dari Chayra. Tapi Raga tidak mau
dipanggil kakak, ia lebih suka Chayra langsung memanggil Namanya. tapi anehnya ia tak tahu
kenapa ia bisa meninggal.

“Kok bisa gak inget sih Ga?“ tanya Chay.

“Aku juga gak tau Chay.“ jawab Raga.

“Apa mungkin itu alasan kamu bisa gentayangan?“ tanya Chay kembali.
“Maybe, tapi ada satu hal lagi yang mungkin jadi alasan kenapa aku bisa gentayangan.“ jawab
Raga dengan raut muka yang agak sedih.

“Apa itu?“

“Kebahagiaan.“ ucap Raga dengan senyum yang tak bisa di artikan.

Deg, Chayra tahu. Mata Raga tidak bisa berbohong. Walau Raga tersenyum, matanya
memancarkan kesedihan.

“Boleh aku bercerita sedikit tentangku?“ tanya Raga seraya menoleh kearah Chayra.

“Silahkan, aku akan mendengarkannya.“ jawab Chay.

Raga bercerita tentang keluarganya. Ada lima anggota dalam keluarga Raga, yaitu
Papanya, Mamanya, Raga, dan Adiknya bernama Rey Aksara Langit. Raga bilang adiknya
mungkin seumuran dengan Chay. Setelah mengenalkan anggota keluarganya, Raga mulai
memasuki obrolan yang lebih serius, ia mengatakan bahwa keluarganya bukan keluarga yang
harmonis. Saat dilihat covernya, mungkin terlihat seperti keluarga cemara yang diinginkan
banyak orang. Tapi saat menelusuri lebih dalam, terlihatlah ketidak harmonisan keluarga ini.
Hampir setiap hari papa dan mamanya selalu bertengkar, entah itu karna hal besar ataupun hal
kecil. Misalnya hari ini papanya pulang kerja dan mamanya pulang lebih malam dari jam pulang
biasanya dikarenakan masih ada banyak tugas dikantornya sampai-sampai berkas-berkas itu
dibawa ke rumah oleh mamanya.

“Mama selalu dimarahi setiap pulang sedikit lebih telat dari biasanya, entah karena khawatir
atau karena tidak percaya kalau mama benar-benar bekerja. Bahkan papa pernah memarahi
mama hanya karena masakan mama kurang garam Chay.. tidak bisakah ia bicara baik-baik
dengan mama? Itu hanya hal kecil Chay… dan masih layak untuk dimakan, terlebih lagi papa
tidak peduli walaupun anaknya mendengar pertengkaran itu.“ ucapnya agak sedikit kesal tetapi
masih ada kesedihan dalam nada bicaranya.

“Bahkan dia pernah marah besar hanya karena aku beberapa kali lupa menyalakan lampu
depan rumah, bukankah memang sudah dasarnya manusia itu pelupa? Dan apakah sebegitu
besarnya kesalahanku sampai-sampai dia tega memarahi anaknya hanya karna masalah lampu
saja? Adikku juga pernah ia marahi karena tidak mengambilkannya minum saat ia sedang
bekerja di rumah, karena saat itu adikku tidak mendengarnya.“ lanjutnya.

Chayra hanya bisa diam mendengarkan, ia tak mengira bahwa ternyata Raga berasal dari
keluarga yang kurang harmonis. Sekarang ia mengerti untuk jangan melihat orang hanya dari
covernya saja. Memang… Kepribadian Raga itu perhatian, baik, lembut, dan juga pintar. Tidak
salah juga jika Chayra mengira sosok Raga ini berasal dari keluarga yang harmonis.

“Maaf aku terlalu banyak bicara.“ ucapnya lirih.

“Tak apa, justru aku yang minta maaf hanya bisa diam mendengarkan.“ ucap Chay.

“Tidak, terimakasih sudah mau mendengarkan sedikit kisahku.“ ucap Raga dengan senyuman
tulus.
Sunyi, tak ada satu pun dari keduanya yang berbicara Raga pun buka suara menyuruh
Chayra untuk istirahat karena jam sudah menunjukkan pukul 23.15 malam. Sesampainya di
kamar. Sebelum pergi, Raga membisikkan sesuatu tepat di telinga Chayra hingga membuat
muka Chayra merah seperti kepiting rebus.

“Selamat malam dan mimpi indah. Aku menyukaimu.“ bisiknya dengan suara yang lembut.

Malam itu, kata-kata Raga tidak bisa hilang dari pikiran Chayra. Membuat Chayra tidak
bisa tidur hingga subuh. Di sekolah pun ia kurang fokus tidak seperti biasanya, apalagi Raga
belum muncul sampai sekarang. Biasanya Raga akan muncul saat pagi hari mengingatkan
Chayra untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah. Tapi pada malam harinya
akhirnya Raga muncul dengan senyum di wajahnya.

“Assalamu’alaikum.” Ucapnya.

“wa’alaikumsalam.”

“Merindukanku? Hmm?“ tanyanya.

“Sedikit.“ jawab Chay.

“Jadi… bagaimana?“ tanya Raga lagi dengan penuh harapan.

“Bagaimana apanya?“ tanya Chayra bingung.

“Jawaban dari perasaanku.“ ucap Raga.

Deg, jantung Chayra berdetak sangat cepat. Semburan merah menghiasi wajahnya, ia
pun menundukkan kepalanya seraya menjawab pertanyaan dari hantu itu.

“Y-ya.“ jawabnya gugup.

“Ya untuk?“ tanya Raga menaikkan alisnya sebelah dengan senyum sedikit mengejek.

“Ish… Ya! Aku juga menyukaimu Tuan Raga Shaka Lingga.“ kata Chay sedikit teriak.

“Terimakasih sudah menyukaiku Kembali Nona Chayra Shakila Yumna.“ balas Raga.

Senyum, Raga pun tersenyum lebar saat menemukan jawaban yang ia inginkan.
Bahagia? Tentu saja! Siapa yang tidak bahagia jika perasaanmu terbalaskan. Malam itu
keduanya sedang dalam keadaan senang dan bahagia.

Akhirnya mereka menjalin hubungan yang sedikit unik, seorang manusia yang
berpacaran dengan seorang hantu? Hahaha.. apa orang-orang bisa percaya situasi saat ini? Yah..
Chayra tidak peduli dengan pandangan orang lain. Yang penting ia Bahagia dengan Raga.

Enam bulan berlalu, mereka berdua menjalani hari demi hari dengan Bahagia. Dalam
enam bulan itu, Raga selalu menjaga Chayra dari hantu-hantu yang bisa mencelakai Chayra.
Raga juga selalu menjadi guru privat rahasia Chayra. Chayra pun berhasil mendapatkan nilai
yang memuaskan dalam setiap ujian sekolahnya. Tak terasa sebentar lagi Chayra akan segera
lulus, itu membuat keduanya pun senang.
Hingga suatu hari, Raga menyadari ada yang tidak beres dengan tubuh hantunya.
Terkadang tubuh transparannya itu menghilang. Chayra juga tahu kejanggalan itu. Tapi ia tak
mau berpikir negative, ‘Mungkin Raga hanya kelelahan saja.‘ pikirnya.

Pada hari itu, Raga tidak muncul selama satu minggu. Hal ini membuat Chayra cemas
dan khawatir, apakah ini batas waktunya? Apakah Raga akan menghilang selamanya? Apakah
benar bahwa alasan Raga masih bergentayangan adalah keinginannya untuk bisa Bahagia?
Pertanyaan demi pertanyaan pun muncul dalam benak Chayra. Mungkinkah benar jika Raga
sudah menghilang? Bukankah takdir terlalu kejam padanya? Setidaknya, berikan satu hari saja
untuk Chayra bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Raga. Tidak! sepuluh menit pun tak
apa jika ia bisa bertemu dengan Raga untuk terakhir kalinya.

Malam itu, Chayra pergi ke rooftop untuk mendinginkan kepalanya. Raga juga akhirnya
muncul pada malam itu. Chayra senang, artinya Raga tidak benar-benar menghilang untuk
selamanya. Tetapi Raga muncul dengan ekspresi yang tak bisa diartikan, hingga membuat
Chayra yang tadinya senang menjadi sedikit cemas.

“Chay.“ panggil Raga menatapnya dengan senyuman.

“Y-ya?“ jawab Chay ragu.

“Aku rindu.. kita sudah lama tidak bertemu.“ ucap-nya.

“Aku juga merindukanmu Ga.“ balas Chay.

“Aku boleh nanya sesuatu gak?“ tanya Raga.

“Silahkan.“ jawab Chay.

“Kalau semisal aku menghilang hari ini juga, kamu ikhlas gak?“

Diam. Mata Chayra mulai berkaca-kaca, pandangannya mulai buram, Apa yang ia
takutkan terjadi. Mungkinkah keinginannya terkabul? Keinginan untuk melihat Raga sekali lagi
sebelum ia kehilangan Raga sepenuhnya. Sunyi, tidak ada yang bersuara. Beberapa detik
kemudian, akhirnya Chayra menjawab pertanyaan yang Raga berikan dengan senyuman yang
manis.

“Kalau itu yang terbaik buat kamu, aku akan mencoba ikhlas.“ ucap chay menahan air matanya
yang hendak turun.

“Maaf, aku baru bisa muncul hari ini.“ ucap Raga.

Chayra terkejut karna tubuh Raga perlahan menghilang, sekarang hanya tersisa
setengahnya saja. Dari ujung kepala hingga pinggang. Tak bisa menahan lagi, air mata Chayra
pun jatuh.

“jangan menangis Chay, aku tidak bisa menghapus air matamu.“

“Maaf aku tak bisa menemanimu lebih lama, maaf membuatmu kecewa, dan terimakasih sudah
memberiku Bahagia, setelah aku pergi jangan terlalu lama bersedih yah…“ lanjutnya.
“Aku akan selalu mencintaimu, selamat tinggal kekasihku.“ ucapnya tersenyum dan
menghilang untuk selama-lamanya.

Jahat. Takdir terlalu jahat padanya. Runtuh. Dunia Chayra runtuh. Chayra tak bisa
bertahan lagi, ia berlutut dan menangis. Tangisan yang ia tahan saat itu, akhirnya pecah. Isak
tangis mulai terdengar. Tak perduli lagi dengan kebisingan yang ia sebabkan. Rasa rindu yang
terobati, kini tak bisa diperbaiki. Ikhlas. Hanya itu yang bisa Chayra lakukan saat ini.

‘selamat tinggal Ragaku‘ batin Chayra.

Di salah satu Rumah Sakit di kota Rowena.

“Dokter! Dokter! Pasien dengan nomor ranjang 0697 sudah siuman.“ ucap salah satu suster
sedikit berteriak.

Lelaki yang terbaring di ranjang rumah sakit selama sebelas bulan tiga minggu ini pun
akhirnya bangun dari tidur lamanya.

Dua minggu berlalu, Chayra berusaha untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan seperti
yang Raga ucapkan. Sedih? Sudah tidak. Ingat? Tentu saja! Chayra masih mengingat
kenangannya Bersama Raga. Tetapi Chayra bangkit, ia tak boleh tenggelam. Apalagi sekarang
hari kelulusannya. Ia pulang ke rumahnya satu hari sebelum hari kelulusan, untuk persiapan
tentunya.

“Selamat Chay… akhirnya kamu lulus nak.“ ucap Bundanya.

“Hehe… makasih bunda yang paling cantik sedunia.“ ucap Chayra dramatis.

“Jangan senang dulu.. masih ada kuliah nanti!“ ucap Ayah Chay menginatkan.

“Tentu! Aku hanya ingin menikmati momen Bahagia ini saja ayah…“ jawab Chay sedikit
memelas.

“Hahaha… Maaf nak, ayah hanya mengingatkan saja. Tentu ayah sangat senang kamu bisa lulus
dengan nilai yang memuaskan.“ ucap Ayah Chay tersenyum tulus.

“Hehe.. aku tahu kok.“

“Permisi kakak.“ ucap seorang anak kecil.

“Oh! Ya? ada apa adik kecil?“ tanya Chayra lembut.

“ini, ada titipan bunga untuk kakak cantik!“ ucap adik itu antusias seraya memberi buket bunga
kepada Chayra.

“Siapa yang menitipkan buket ini?“ tanya Chayra.

“Kakak yang disana!“ jawab adik itu, ia menunjuk seorang pria yang memakai T-shirt hitam
dan rambutnya tertata rapih.

“Sudah ah kak, aku pamit pergi.“ ucap Adik itu dan berlari.

“Chayra, bunda dan ayah tunggu di mobil yah.“ ucap Bunda.


“Oh! Iya bunda.“ jawab Chayra.

Sosok itu pun berbalik menghadap ke arahnya. Diam mematung, itu yang Chayra
lakukan saat ini. Terkejut, senang, sedih, emosinya becampuran. Chayra menangis melihat
sosok yang sangat ia rindukan selama ini. Tapi… apa benar ia sosok yang sama? Jika benar, ini
adalah hari yang paling Bahagia baginya.

“Lama tidak bertemu, kekasihku. “ ucap lelaki itu dengan senyum yang manis.

“Selesai!“ ucap Chayra.

“Hah? Sudah selesai?“ tanya Nazeera bingung dan menghapus sedikit air matanya.

“Iya.“ jawab Chayra.

“Tunggu, jadi… Raga benar-benar menghilang?“ tanya Ratih yang juga menyeka bekas air
matanya itu.

“Ya dan Tidak.“ jawab Chayra.

Kedua sahabatnya pun bingung dengan jawaban yang Chayra berikan.

“Jadi Yaa tau Tidak? Mana yang benar?“ tanya Nazeera.

“Keduanya.“ jawab Chayra, ia melihat jam di arloginya dan tersenyum.

“Sebentar lagi juga datang jawabannya.“ lanjutnya.

Selang beberapa menit, ada seorang pria yang tengah mencari seseorang kesana-kemari.
Chayra pun melambaikan tangannya. Pria itu pun langsung berjalan mendekati ketiga gadis
tersebut.

“Assalamu’alaikum.“ ucapnya

“Wa’alaikumsalam.“ jawab ketiga gadis itu.

“Sini duduk samping aku.“ ucap Chayra mempersilahkan.

Lelaki itu pun akhirnya duduk di samping Chayra. Kedua teman Chayra hanya bisa
saling pandang-memandang satu sama lain sambil kebingungan.

“Dia temanmu Chay?“ tanya Ratih.

“Kenalin, suami aku.“ jawab Chayra.

“Hah? Suami? Kamu udah nikah?“ tanya Nazeera.

“Iya… ini suami aku.“ ucap Chayra tersenyum.


“O-oh…. Begitu ya..“ ucap kedua temannya itu bersamaan.

“Kenalin, ini temanku. Namanya Nazeera dan juga Ratih.“ ucap Chay memperkenalkan teman-
temannya.

“Hai, aku Keyva Nazeera. Panggil aja Nazeera, temannya Chay.“

“Salam kenal, saya Ratih Putri Haura. Pangil Ratih aja, saya teman Chayra juga.“

“Salam kenal, saya suaminya Chayra. Raga Shaka Lingga, panggil Raga saja.“ ucap lelaki itu
yang berhasil membuat kedua teman Chayra terkejut bukan main.

Hari ini telah ku kirimkan setumpuk rindu,

Rindu yang tak pernah aku berikan untuk siapapun,

Kamu… hanya kamu!

-Raga Shaka Lingga-

Kepada pagi, kutimang mimpi.

Menjadikanmu selalu ada dan tetap dekat.

Rindu dan kamu itu seperti angin,

You know?

-Chayra Shakila Yumna-

END
‘DIA’
Cinta pertamaku dan kekasih Rahasiaku.

“Merindukanku? Hmm?“

“Sedikit.”

“Jadi… bagaimana?“

“Bagaimana apanya?“

“Jawaban dari perasaanku.“

Ini, kisah CHAYRA yang tak sengaja memiliki perasaan kepada penghuni di kos-san
yang ia tinggali, sosok hantu yang tampan dan baik hati. Akankah hubungan ini berakhir
happy ending?

SILVEREA ‘A’ VIOLIN

You might also like