You are on page 1of 15
0 MERCU BUANA MODUL PERKULIAHAN Bisnis dan Masyarakat CSR sebagai Rantai Pasok (SCM) Cte CR CR ee Ly oa fog beer Pesery ror Cats) Abstrak Kompetensi Supply Chain Management Memahami tentang (SCM) menekankan pada pola CSR dan SCM terpadu menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga pada _konsumen akhir. Dalam konsep SCM rangkaian aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat yang besar. Mekanisme — informasi —_antara berbagai komponen _tersebut berlangsung secara transparan. Definisi dan ruang lingkup CSR sebagai Rantai Pasok CSR dan Perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep yang menyeimbangkan Perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dengan aspek sosial dan lingkungan. “Perusahaan modern adalah perusahaan yang seharusnya mentransformasi dirl menjadi institusi sosial” kata Berle dan Means dalam bukunya The Modern Corporation and Private Property. Rachel Carson dalam bukunya yang berjudul Silent Spring menyatakan bahwa Pestisida dapat meatikan lingkungan dan kehidupan, maka perusahaan harus sadar akan lingkungan, karena rusaknya lingkungan akan membawa kehancuran bersama, Buku Beyond the Bottom Line, tulisan Courtney C. Brown menekankan adanya tanggungjawab social bagi perusahaan di samping mencari keuntungan dan memperhatikan lingkungan. Pada 2004, perusahaan yang dinobatkan sebagai Nomor 1 untuk CSR ini adalah Fannie Mae. Perusahaan ini membeli hipotik dari peminjam lokal dan membuatnya paket untuk dijual sebagai sekuritas, Pada 2003, lebih dari $240 milyar hipotik rumah yang didanai, yang diperuntukkan 1,6 juta kaum minoritas untuk pembelian rumah yang pertama kalinya. Prioritas ini meningkat 60 % setiap tahunnya. Bahkan $ 10 juta dari Fannie Mae bekerjasama dengan institusi keuangan Islam untuk membuka perumahan di Kalifornia Selatan untuk kaum Muslim. Sistem pembayarannya menggunakan sistem syariah. Procter & Gamble merupakan perusahaan yang menduduki Nomor 2. Perusahaan ini dinilai memberikan pelayanan istimewa kepada kaum minoritas, wanita dan masyarakat. Perusahaan ini membantu para pemuda yang tidak beruntung di Vietnam, memberantas anak-anak yang kekurangan nutrisi di India dan menyediakan pertolongan pada gempa bumi di Turki. Perusahaan-perusahaan yang akan bertahan dalam jangka panjang adalah perusahaan seperti Fannie mae dan Procter & Gamble, yang perduli terhadap masyarakat yang kurang mampu atau masyarakat dalam kesulitan dan ramah terhadap lingkungan. Sebaliknya perusahaan yang tidak peka terhadap masyarakat yang tidak beruntung, bahkan mengusir mereka, mencela mereka, menyakiti mereka, mengambil hak mereka, menumpahkan darah mereka dan tidak ramah dengan lingkungan serta perusahaan yang arogan, maka perusahaan tersebut tidak akan berumur panjang dan akan bangkrut. Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia perusahaan multinational. Wacana ini digunakan oleh perusahaan Bisnis dan masyarakat eae A ae De-Hermiet at : dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya, telah mendorong perusahaan dari berbagai Penjuru dunia untuk secara bersama melaksanakan aktivitasnya dalam rangka mensejahterakan masyarakat di sekitarnya. Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemengang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewaj an di_atas, Tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komuritas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Perkembangan CSR secara konseptual baru di kemas sejak tahun 1980-an yang dipicu sedikitnya oleh 5 hal berikut: (1). Maraknya fenomena “take over" antar korporasi yang kerap dipicu oleh keterampilan rekayasa finansial. (2). Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan semakin kokohnya imperium kapitalisme secara global. (3) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negara- negara berkembang, sehingga di tuntut supaya memperhatikan: HAM, kondisi sosial dan perlakukan yang adil tethadap buruh. (4) Globalisasi dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia telah menyebabkan tumbuhnya LSM (termasuk asosiasi profesi) yang memusatkan perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan punahnya berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem semakin labil. (5) Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merk dan reputasi perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan. MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT -SCM) Supply Chain Management (SCM) menekankan pada pola terpadu menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga pada konsumen akhir. Dalam konsep SCM rangkaian aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat yang besar. Mekanisme informasi antara berbagai komponen tersebut berlangsung secara transparan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Supply Chain Management (SCM) adalah suatu konsep yang menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan Bisnis dan masyarakat eae A ae De-Hermiet at : pola-pola pendistribusian produk secara tradisional. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik Dari 2 definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus utama dari SCM adalah sinkronisasi proses untuk kepuasan pelanggan. Semua supply chain pada hakekatnya memperebutkan pelanggan dari produk atau jasa yang ditawarkan. Semua pihak yang berada dalam satu rantai supply chain harus bekerja sama satu dengan lainnya semaksimal mungkin untuk meningkatkan pelayanan dengan harga murah, berkualitas, dan tepat pengirimannya. SCM diperlukan oleh perusahaan yang sudah mengarah pada pengelolaan dengan sistem just in time, karena konsep just in time sangat menekankan ketepatan waktu kedatangan material dari pemasok sampai ke tangan konsumen sesuai dengan yang ditetapkan. Artinya, kedisiplinan dan komitmen seluruh mata rantai harus benar-benar dilaksanakan, sehingga apabila terjadi penyimpangan pada salah satu mata rantai saja, maka akan mengganggu pasokan material secara keseluruhan dan menghambat kelancaran tugas dari mata rantai yang lain, karena tidak adanya persediaan Rantai pasok merupakan suatu proses proses yang dimulai dari pengumpulan sumber daya yang ada dilanjutkan dengan pengelolaan menjadi produk jadi untuk selanjutnya didistribusikan dan dipasarkan sampai pelanggan akhir dengan memperhatikan biaya, kualitas, ketersediaan, pelayanan pura jual, dan faktor reputasi. Rantai pasok melibatkan supplier, manufacturer, dan retailer yang saling bersinergis dan bekerja sama satu sama lain secara langsung maupun tidak langsung, (Wisner, Tan, dan Leong, 2012, p. 6) Bisnis dan masyarakat eae A ae De-Hermiet at : Rena re ene Gambar 2.1 A Generic Supply Chain (Wisner, Tan, dan Leong, 2012, p. 6) Sebuah rantai pasok terdiri dari semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung, dalam memenuhi permintaan pelanggan. Rant ask meliputi tidak hanya produsen dan pemasok, tetapi juga pengangkut, gudang, pengecer, dan bahkan pelanggan sendiri, Dari masing-masing organisasi, seperti produsen, rantai pasok mencakup semua fungsi yang terlibat dalam menerima dan memenuhi permintaan pelanggan. Fungsi ini menyeluruh namun tidak terbatas pada pengembangan produk baru, pemasaran, operasi, distribusi, keuangan, dan layanan pelanggan (Chopra, Meindl, 2010, p.20). Terdapat hubungan erat antara desain dan manajemen aliran rantai pasokan (produk, informasi, dan dana) (Chopra, Meindl, 2010, p.23). Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management-SCM) Terdapat beberapa pengertian mengenai rantai pasok yang terdapat pada literatur dan menurut berbagai asosiasi profesional. Beberapa definisi yang dikemukakan dari tiga organisasi praktisi dari manajemen rantai pasok yang dikutip pada buku Principles of Supply Chain Management (Wisner, Tan, Leong, 2012, p. 7-8). Menurut lembaga The Council of Supply Chain Management Professional (CSCMP) mendefinisikan manajemen rantai pasok sebagai: “Perencanaan dan manajemen dari Bisnis dan masyarakat De-Hermiet seluruh aktivitas yang terkait dalam sumber daya dan pengadaan, pengkonversian dan seluruh aktivitas manajemen logistik. Sebagai bagian yang lebih penting, rantai pasok meliputi koordinasi dan kolaborasi dengan rekanan seperti pemasok, perantara, atau jasa orang ketiga, serta pelanggan’. Menurut lembaga The Institute for Supply Chain Management (ISM) mendefinisikan manajemen rantai pasok sebagai: "Desain dan manajemen dari seamless, sebuah proses — proses terkait dengan usaha pemberian nilai tambah dalam dan antar batas organisasional untuk menemukan kebutuhan pelanggan akhir yang sebenarnya’ Menurut lembaga The Singapore-based Logistic & Supply Chain Management Society, mendefinisikan manajemen rantai pasok sebagai: “Hasil koordinasi dari teknik- teknik terkait untuk merencanakan dan mengeksekusi seluruh tahapan di dalam jaringan global guna mengadakan bahan baku dari penyedia, mentransformasinya menjadi barang jadi, dan mengirim produk dan jasa kepada para pelanggan’ Risiko Rantai Pasok Risiko rantai pasok merupakan ketidakpastian terjadinya suatu peristiwa yang bisa menjadi satu atau beberapa pasangan atau jaringan di dalam rantai pasok dan dapat Mempengaruhi (umumnya dalam arti negatif) pencapaian tujuan bisnis perusahaan (Pinto, 2007, p.4). Risiko rantai pasok mengacu pada kemungkinan dan dampak ketidakcocokan antara demand dan supply. Sumber risiko adalah lingkungan, organisasi atau penyedia variabel rantai terkait yang tidak dapat diprediksi dengan pasti dan yang berdampak pada variabel hasil rantai pasok. Risk consequences adalah fokus variabel hasil rantai pasok seperti misainya biaya atau kualitas, yaitu bentuk yang berbeda di mana berbagai macam risiko menjadi terwujud (Juttner, Peck, Christopher, 2003, p.7).. Menurut Gaudenzi, dan Borghesi, faktor risiko dapat dipertimbangkan dalam beberapa hal: 1. Apa yang mendorong risiko 2. Dimana risikonya, dan 3. Apa risiko yang terkait dengan risiko lain. Risiko rantai suplai dan faktor risiko rantai pasokan dapat diidentifikasi dalam berbagai cara - tergantung pada perspektif yang digunakan. Namun, penilaian risiko rantai pasok harus dikaitkan dengan tujuan spesifik dari rantai suplai yang harus "membimbing” para pemilih indikator risiko (Gaudenzi, Borghesi, 2006, p.114-115). Christopher dan Peck (2003), diinsipirasi dari Mason-Jones dan Towill (1998), mengkatagorikan risiko rantai pasok menjadi lima katagori: 1. Internal ke perusahaan: process, control Bisnis dan masyarakat eae A ae De-Hermiet at : 2. Eksternal ke perusahaan tetapi internal ke jaringan pasokan: demand supply 3. Eksternal ke jaringan: environmental. Spekman dan Davis (2004) menyarankan dimensi untuk memahami tisiko rantai pasok dengan membaurkan: 1. Pergerakan fisik material Aliran informasi Aliran keuangan Keamanan dari sistem informasi internal perusahaan Hubungan antara relasi rantai pasok Pa renr Corporate social responsibility dan pengaruhnya pada reputasi perusahaan (Zsidisin, Ritchie, 2010, p.55) Manajemen Risiko Rantai Pasok Manajemen tisiko rantai pasok atau supply chain risk management adalah sebuah kontribusi bagi proses pengambilan keputusan pada pengembangan dari penerapan manajemen rantai pasok. Supply chain risk management menurut (Zsidisin, 2005 p. 3) merupakan suatu kejadian potensial dari kecelakaan atau kegagalan untuk menangkap peluang dari inbound supply yang akan berakibat pada kehilangan atau berkurangnya pendapatan pada sektor keuangan. Komponen SCRM mungkin didefinisikan secara berbeda dalam pembagian subdivisi atau dari masing-masing fungsi terkecil, meskipun demikian definisi dari komponen risiko mengacu pada: 1. Identifikasi risiko dan permodelan isiko: menyatukan beberapa sumber risiko berdasarkan persamaan karakter risiko, yang mungkin memicu adanya hubungan secara fungsi akan efektifitas dan efisiensi 2. Analisis risiko, penilaian dan dampak risiko: dalam hal kemungkinan kejadian dan potensi konsekuensi. 3. Manajemen ri iko: menghasilkan dan mempertimbangkan skenario alternatif dan solusi, menilai manfaat masing-masing, memilih solusi dan melakukan implementasi. 4. Monitoring dan evaluasi risiko: pemantauan, pengendalian dan pengelolaan solusi dan menentukan dampak dari hasil performa bisnis. 5. Pembelajaran perorangan dan organisasi termasuk menyampaikan_ pengetahuan: berusaha untuk menangkap, mengambil kesimpulan, menyaring dan menyebarkan pelajaran dan pengalaman kepada orang lain dalam organisasi yang terkait anggota rantai pasokan (Zsidisin, Ritchie, 2010, p.4-5), Bisnis dan masyarakat De-Hermiet Menurut Pinto, Supply chain risk management adalah sebuah identifikasi yang sistematis dan penilaian dari gangguan rantai pasok untuk mengendalikan paparan dari risiko atau mengurangi dampak negatif dari kinerja rant pasok. Manajemen dari risiko termasuk pemgembangan dari desain strategi yang berkelanjutan untuk mengawasi memitigasi, mengurangi, atau mengeliminasi risiko (Pinto, 2007, p.2). Manajemen risiko rantai pasok berbeda bentuk manajemen risiko secara umum, karena munculnya karakteristik khusus dari risiko rantai pasok yang memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan, seperti interaksi kompleks dalam berbagai mitra bisnis (Suharto et al, 2012, p.90) Tujuan manajemen risiko rantai pasokan (SCRM) adalah mengawasi, memantau dan mengevaluasi risiko rantai pasokan, tindakan mengoptimalkan dalam rangka mencegah gangguan (yaitu, terjadinya suatu peristiwa yang menyebabkan gangguan bisnis), dan dengan cepat memulihkan dari gangguan (Pinto, 2007, p.4) Dalam mendefinisikan konsep manajemen risiko rantai pasokan, adalah relevan dengan membedakan empat konstruksi dasar: sumber pasokan rantai risiko, konsekuensi risiko, driver risiko dan strategi mitigasi risiko. Konstruksi ini membantu tidak hanya untuk menyelidiki konsep, tetapi memberikan dasar untuk mensintesis tema yang muncul dan isu- isu untuk penelitian masa depan (Juttner, Peck, Christopher, 2003, p.6). Risiko Pengertian risiko menurut /SO/IEC Guide 73 pada tahun 2002 halaman 2 tisiko merupakan “Kombinasi dari probabilitas dari suatu peristiwa dan konsekuensi Risiko dapat ditemukan lebih dari satu konsekuensi dari suatu peristiwa dan konsekuensi bisa positif atau negalif. Untuk keselamatan dan risiko lingkungan, sebagian besar konsekuensi merupakan dampak negatif dalam nilai dan dampak kesehatan manusia dalam hal kematian dan risiko morbiditas (Shortreed, Hicks, Craig, 2003, p.6). Secara formal, risiko secara umum dapat didefinisikan sebagai Risk ={(L1,01), (L2,02), ... , (Ln, On)}. (L)= kumpulan pasang kemungkinan. (0) dimana Qi dan Li menunjukkan hasil i dan kemungkinan terkait. Pola distribusi hasil (atau dampak). (kemungkinan, hasil) pasangan disebut profil risiko (Pinto, 2007, p.3-4). Definisi risiko juga harus memiliki dimensi waktu atau horizon waktu tertentu (hari, bulan, tahun, dil) dan perspektif tertentu atau pandangan yang mendefinisikan unit analisis (batas, apa yang tidak termasuk, dil) (Pinto, 2007, p.4). Risiko didefinisikan sebagai ketidakpastian yang beralasan secara_probabilistik (kuantitatif), risiko dapat diartikan sebagai berikut Bisnis dan masyarakat eae A ae De-Hermiet at : Risk = (probabilitas kemungkinan kejadian akan muncul) x (konsekuensi jika hal tersebut terjadi) (Zsidisin, Ritchie, 2010, p.54), Manajemen Ri Manajemen risiko menjadi kegiatan yang semakin penting dalam perusahaan dan organisasi. Seperti kegiatan pengelolaan lainnya, manajemen riskko membantu organisasi memenuhi tujuannya melalui alokasi sumber daya untuk melakukan perencanaan, membuat keputusan, dan melaksanakan kegiatan yang produktif (Shortreed, Hicks, Craig, 2003, p. 4). Manajemen risiko berfokus pada ketidakpastian yang dihadapi organisasi ketidakpastian dalam probabiltas terjadinya peristiwa, ketidakpastian dalam nilai organisasi konsekuensi peristiwa, dan ketidakpastian lainnya yang berada di luar harapan. Umumnya risiko adalah probal fas rendah, tapi tinggi peristiwa konsekuensi dapat menyebabkan gangguan besar bagi organisasi. Manajemen risiko, seperti kegiatan manajemen lainnya, harus praktis, efisien, dan membantu organisasi bertahan dan sejahtera. Pertumbuhan manajemen risiko secara langsung terkait dengan meningkatnya jumlah risiko sebuah organisasi menghadapi akibat kompleksitas dan interaksi di dunia, pengawasan yang lebil besar oleh stakeholders dan media, dan sebagainya (Shortreed, Hicks, Craig, 2003, p.6). Pengertian manajemen risiko, menurut panduan standar manajemen isiko dari AIRMIC, ALARM, IRM: 2002 halaman 2 merupakan bagian utama dari setiap manajemen strategis organisasi. Fokus manajemen risiko yang baik adalah identifikasi dan pengurangan risiko yang bertujuan untuk menambah maksimum nilai yang berkelanjutan untuk semua kegiatan organisasi Kerangka Kerja Manajemen Risiko Proses manajemen risiko terdiri dari serangkaian langkah yang, bila dilakukan secara berurutan, memungkinkan perbaikan berkelanjutan dalam pengambilan keputusan (NSW Department of State and Regional Development, 2008, p.21). Bisnis dan masyarakat eae A ae De-Hermiet at : + Establish the context The actemal contest The misral context $Y «the rik management context 1 al jevelop risk evaliaton criteria Define the structure for risk ahs SS Identify the risks pW) eat can appen 4 when thes 5 ‘Analyse the risks ¢| | 3 Determine esting corto £ |e sy Determine Determine tee § presse cnssqua Me 5 Estate eval of i 2/3 é _ 2 8 Evaluate the risks eo sega oly & No 1 Treat the risks sy optons $s options J repre estment plans Gambar 2 Proses manajemen risiko berdasarkan ASINZS 4360 (NSW Department of State and Regional Development, 2005, p.21). 1, Metode Identifikasi Brainstorming memungkinkan berbagai pengetahuan dan pengalaman pribadi untuk dibawa bersama-sama untuk mengidentifikasi risiko (NSW Department of State and Regional Development, 2005, p.51). 2. Metode Analisis: Untuk —memperkirakan tingkat risiko dengan menggabungkan _konsekuensi (consequences) dan kemungkinan (likelihood) dalam matriks (NSW Department of State and Regional Development, 2005, p.53) dan mengembangkan profil risiko (NSW Department of State and Regional Development, 2005, p.59). 3. Metode Evaluasi: Evaluasi risiko melibatkan membandingkan tingkat risiko yang ditemukan selama proses analisis dengan sebelumnya ditetapkan kriteria risiko, dan memutuskan apakah risiko ini memerlukan penanganan. Hasil evaluasi risiko adalah daftar prioritas risiko yang memerlukan tindakan lebih lanjut (NSW Department of State and Regional Development, 2005, p.33). Bisnis dan masyarakat De-Hermiet Kerangka Kerja Manajemen Risiko Rantai Pasok Empat konstruksi dasar konsep manajemen risiko rantai pasok yang memungkinkan untuk mengidentifikasi aspek kritis terkait konsep manajerial: 1. Menilai sumber risiko untuk rantai pasok, 2. Mengidentifikasi konsep risiko rantai pasok dengan mendefinisikan paling konsekuensi risiko yang paling relevan, 3. Melacak driver risiko dalam strategi rantai pasok dan 4. Melakukan mitigasi ‘Sedangkan aspek-aspek penting dapat diambil sebagai langkah berurutan dalam (0 dalam rantai pasok proses manajerial (Juttner, Peck, Christopher, 2003, p.9). ‘Taksonomi dari Pengukuran dan Strategi Manajemen Risiko Dalam mengambil keputusan penanganan risiko, dapat mengacu pada pemilinan strategi_ manajemen risiko. Pilihan dalam strategi manajemen isiko tidaklah terbatas. Pemilinan strategi secara umum secara prinsip dapat dibagi menjadi tindakan penghindaran, Pengurangan, pengalihan, dan penerimaan risiko (USCG 2001; Knight 1999) (Zsidisin, Ritchie, 2010, p.93) Tabel 1 Taksonomi dari Pengukuran dan Strategi Manajemen Risiko (Zsidisin, 2010, p.93) Sirategi manajemen risiko Katagori dari pengukuran A (Avoid) | Penghindaran |- Eliminasi Perintah ‘Sukarela secara non regulasi_—_/ | regulasi pengawasan R (Reduce) | Pengurangan |- Mengurangifrekuensidari__|- Secara teknologi penyebab risiko (preventif) - Secara operasional = Mengeliminasi beberapa Pp penyebab risiko = Secara manajerial = Mengurangi frekuensi dari konsekuensi > Pelatihan / = Mengurangi atau memitigasi | pendidikan konsekuensi (mitigasi) . T( Transfer) | Pengalihan _|- Pengalihan risiko melalui lImu pengetahuan / kontrak informasi = Pengalihan rsiko melalui Secara metodologi asuransi + Pengalihan secara fisik = Keuangan = Berbagi risiko ‘A (Accept) | Penerimaan |- Menerima risiko > Hukum Dan lainnya Bisnis dan masyarakat eae A ae De-Hermiet at : Pada tabel 1 menggambarkan taksonomi dari pengukuran dan strategi manajemen risiko. Pengukuran suatu risiko dapat mempengarul isiko yang lainnya yang berhubungan, sedangkan beberapa risiko dapat dikerucutkan menuju satu risiko. Dalam pemilihan strategi risiko, dapat dikumpulkan beberapa risiko terkait untuk menetapkan suatu manajemen risiko (Zsidisin, Ritchie, 2010, p.93). Tanggung Jawab Mengelola Rantai Pasok "Supply Chain" Salah satu tujuan utama perusahaan melakukan kegiatan tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) adalah mengurangi interupsi bisnis, termasuk yang timbul akibat kiprah pemasoknya. Konsekuensi positif dari melakukan CSR adalah membangun reputasi baik bagi perusahaan. Jika perusahaan atau organisasi tidak mampu membina, memonitor, dan mengevaluasi pemasoknya agar menjalankan praktik bisnis yang etis maka reputasi perusahaan atau organisasi tersebutlah yang dipertaruhkan, Pemasok merupakan salah satu pemangku kepentingan utama bagi perusahaan dalam semua jenis industri, baik yang memproduksi barang maupun jasa, Setiap industri memiliki jenis pemasok yang berbeda sesuai jenis industrinya. Perusahaan industri jasa, misalnya sektor pendidikan, pemasoknya adalah para narasumber. Pemasok pada industri perbankan misalnya adalah para penyedia teknologi informasi dan jaringannya, penyedia peralatan dan Peranti lunak, serta penyedia layanan keamanan. Pada industri pertambangan, para kontraktor juga bisa diperhitungkan sebagai salah satu pemasok. Risiko Rantai Pasok ‘Semua jenis pemasok ini tentu memiliki potensi risiko yang perlu dikelola agar tidak sampai menjadi pengganggu kelancaran operasi perusahaan. Terdapat (3) tiga jenis risiko yang dinadapi perusahaan dalam rantai pasok, yakni 1. risiko operasional yang berkaitan dengan gangguan pengiriman barang dan jasa; 2. risiko keuangan yang terjadi jika terdapat perubahan harga barang dan jasa; serta 3. risiko reputasi yang berhubungan dengan hilangnya reputasi baik perusahaan. Definisi rantai pasok, menurut Wikipedia, adalah suatu sistem yang bisa terdiri dari organisasi, manusia, teknologi, aktivitas, informasi, dan sumber daya yang menggerakkan suatu produk atau jasa dari para pemasok ke konsumen. Rantai pasok ini penting dikelola agar perusahaan tidak mengalami kerugian sebagai akibat dari kesalahan dari pemasoknya. ‘Suatu perusahaan atau organisasi dapat saja kehilangan reputasi akibat praktik bisnis tidak etis yang dilakukan para pemasoknya, Perilaku para narasumber yang Kurang etis atau kurang profesional, misalnya, dapat merusak reputasi lembaga pendidikan yang memperkerjakannya. Jika pemasok membayar upah pegawainya di bawah upah minimum atau tidak memperhatikan kondisi tempat kerja para pegawainya, ini dapat merusak reputasi ERY Sareea eae ama een folie perusahaan yang membeli jasa pasokannya, Contohnya, kasus perusahaan Foxconn di China yang terjadi baru-baru ini, Karyawan pada perusahaan pemasok komponen untuk membuat produk-produk perusahaan Apple ini banyak yang bunuh diri. Selain upah pegawai di perusahaan Foxconn di bawah upah minimum, di perusahaan ini juga terdapat beberapa pekerja berusi 12-45 tahun dengan waktu kerja pegawai 12 jam nonstop. Meskipun operasi perusahaan yang tidak etis ini tidak dilakukan langsung Apple, tetapi reputasi perusahaan komputer temama ini sempat memburuk karena ulah praktik bisnis tidak etis yang dilakukan pemasoknya. Standar dan Peraturan Dalam ruang lingkup global, terdapat ISO 28000 yang khusus mengatur standardisasi sistem keamanan bagi rantai pasok. Sementara itu, pedoman tanggung jawab sosial organisasi, ISO 26000, juga menjelaskan bahwa para pemasok harus melakukan tanggung jawab sosial untuk tujuh isu utama, yakni tata kelola, hak asasi manusia (HAM), lingkungan hidup, praktik pekerja, praktik bisnis yang adil, isu konsumen, serta kontribusi kepada konsumen dan masyarakat. Jadi pemasok punya kewajiban sama dengan perusahaan/organisasi yang merupakan konsumen mereka, Di Indonesia terdapat Peraturan Presiden No 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional. Dalam Lampiran peraturan tersebut dipaparkan bahwa Bank Dunia telah melakukan survei terhadap 155 negara atas kinerja logistik, dan mengeluarkan Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance Index/LPI), di mana Indonesia berada di peringkat 75. Hal ini menunjukkan rendahnya kinerja kita Ruang Lingkup Selanjutnya, masih dalam Lampiran dijelaskan bahwa ruang lingkup logistik adalah bagian dari rantai pasok (supply chain) yang menangani arus barang, arus informasi, dan arus uang melalui proses pengadaan (procurement), penyimpanan (warehousing), transportasi (transportation), distribusi (distribution), dan pelayanan pengantaran (delivery services) sesuai jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki konsumen, secara_ aman, efektif dan efisien, mulai dari titik asal (point of origin) sampai dengan titik tujuan (point of destination). Sementara itu, aktivitas pokok logistik meliputi_ pengadaan, produksi, pergudangan, distribusi, transportasi, dan pengantaran barang. Diketahui bahwa persoalan rantai pemasok pada salah satu perusahaan dalam industri tambang adalah kebijakan dan tata kelola; komunikasi dan pemahaman_kebijakan; manajemen pengelolaan pemasok; dan pelaporan kinerja. Hasil penelitian Veritia Ey Sear eae ama DeHermyet Sokeanoncs menunjukkan bahwa perusahaan tidak memperbaharui kode etik yang telah dibuat Perusahaan juga tidak menyosialisasikan kode etik tersebut kepada para pemasok; metode Pengawasan tidak disiplin; kurang berkolaborasi dengan pemasok untuk menyusun kode etik; dan tidak ada sistem untuk menerima dan merespons keluhan. Pentingnya Tata Kelola Selain hal-hal yang tercantum dalam standar, pedoman, dan peraturan tersebut, terdapat persoalan penting dalam rantai pasok, yakni tata kelola (governance). Isu tata kelola, misalkan pada proses pengadaan, terdapat diskon yang tidak dilaporkan, di mana diskon dapat berupa diskon barang atau diskon harga. Selain itu terdapat praktik “ isan tender” untuk para pemasok sehingga kualitas praktik bisnis pemasok tidak diseleksi. Nilai penyusutan dari barang yang dibeli oleh perusahaan terkadang juga tidak diperhitungkan sehingga merugikan perusahaan karena membeli dengan harga terlalu tinggi. Jadi, kriteria pemilihan pemasok tidak jelas. Tata kelola dapat diwujudkan dalam bentuk kode etik untuk para pemasok. Akan tetapi prinsip tata kelola penting dicantumkan dalam kode etik tersebut. Misalnya, transparansi dan akuntabilitas, Tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mengelola rantai pasok adalah biaya yang tinggi, kinerja pemasok yang kurang memenuhi standar, dan terbatasnya informasi mengenai pemasok yang balk. Oleh sebab itu, terdapat beberapa kegiatan yang dapat diusulkan untuk mengelola rantai pasok, seperti dalam berikut ini Kegiatan Mengelola Rantai Pasok, dimodifikasi dari Wallenius Wilhelmsen Logistics: Tantangan - Biaya tinggi - Kinerja buruk pemasok + Terbatasnya informasi Kegiatan - Perencanaan pembelian - Manajemen proyek - Pelaporan kinerja - Manajemen klaim - Pembelian dan kontrak - Administrasi pembayaran Manfaat - Biaya rendah + Dapat diandalkan - Meningkatnya kontrol ERY Sear eae ama DeHermyet Sokeanoncs CSR adalah kegitan yang menciptakan manfaat (impact building), bukan sekadar peneitraan (image building). Maka, membuat program pendidikan kepada pemasok agar menjalankan praktik bisnis etis merupakan upaya perusahaan untuk menciptakan manfaat bagi pemangku kepentingannya, yang pada akhimya dapat menciptakan citra baik bagi perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Rolf G. Poluha: Application of the SCOR Model in Supply Chain Management. Youngstown, NY 2006, ISBN 1-934043-10-9 Stiglitz, Joseph E. 2006. Making Globalization Work, New York: W.W. Norton & ‘Company, Inc. Suyanto, M, 2004, Smart in Entrepreneur : Belajar dari Kesuksesan Pengusaha Top Dunia, Andi Yogyakarta Suyanto, M. 2007, Revolusi Strategi : Mengubah Proses Bisnis Meledakkan Perusahaan, ‘Andi Yogyakarta, Wheelen, Thomas L. and Hunger, J. D. 2006, Strategic Management and Business Policy, Tenth Edition, New York : Prentice-Hall. Zimmerer, Thomas W. and Scarborough, Norman M. 1998, Essential of Entrepreneurship and Small Business Management, Prentice-Hall Inc. Bisnis dan masyarakat De-Hermiet

You might also like