Professional Documents
Culture Documents
Harteti 2014
Harteti 2014
ABSTRACT
Sea turtle conservation policy focuses on setting some sea turtle nesting habitat as conservation area.
Pangumbahan sea turtle conservation area is one of the sea turtle conservation areas in Java island. The highest
level of threat faced by sea turtle conservation requires an integrated multistakeholders roles. Therefore, the sea
turtle conservation activities need an analysis to determine interests, importance, influence, and relations of
various stakeholders in management of sea turtle conservation. This study aims at identifying, categorizing and
investigating relationship among stakeholders, as well as formulating strategies to increase the role of
stakeholders. Respondents were selected by snowball sampling method. In general, stakeholders are more
involved in the utilization activities, which comprise 17 stakeholders, whereas the lowest stakeholders
engagement are in preservation activities that comprise 8 stakeholders. Protection activities involved 14
stakeholders. Stakeholder relationships consist of conflict and communication. To meet the sea turtle
conservation management objectives, the involvement of stakeholders needs to be improved through
community empowerment, improvement and enhancement of collaborative community participation.
Keywords: Sea turtle conservation, stakeholder analysis, Pangumbahan.
ABSTRAK
Kebijakan konservasi penyu dilakukan dengan menetapkan beberapa habitat peneluran penyu
sebagai kawasan konservasi. Kawasan konservasi penyu Pangumbahan merupakan salah satu kawasan
konservasi penyu di Pulau Jawa. Tingginya tingkat ancaman yang dihadapi oleh konservasi penyu
memerlukan peran multistakeholders yang terpadu. Oleh karena itu, kegiatan konservasi penyu
memerlukan analisis stakeholders untuk mengetahui kepentingan, nilai penting, pengaruh, dan hubungan
berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan konservasi penyu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi, mengkategorisasi dan menyelidiki hubungan diantara stakeholders, serta merumuskan
strategi untuk meningkatkan peran stakeholders. Pemilihan responden dilakukan dengan metode snowball
sampling. Pada umumnya stakeholders lebih banyak terlibat pada kegiatan pemanfaatan, yaitu sebanyak 17
stakeholders, sedangkan keterlibatan stakeholders terendah terjadi pada kegiatan pengawetan, yaitu 8
stakeholders. Adapun kegiatan perlindungan melibatkan 14 stakeholders. Hubungan stakeholders yang
terjadi meliputi hubungan konflik dan komunikasi. Untuk meningkatkan tujuan pengelolaan konservasi
penyu, keterlibatan stakeholders perlu ditingkatkan melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan
kegiatan kerjasama dan peningkatan peran serta masyarakat.
Kata kunci : Konservasi penyu, analisis stakeholders, Pangumbahan
145
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 : 145 - 162
146
Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Kawasan . . .
Sri Harteti, Sambas Basuni, Burhanuddin Masyud & Fredinan Yulianda
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat dan Nilai penyu yang digunakan dalam penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret-Desember ini adalah modifikasi dari Butler, et al. (2003)
2012. Penelitian ini termasuk penelitian dan Kellert (2007) yaitu nilai sosial,
kualitatif. Istilah stakeholders sudah sering komunikasi, toleransi atau interaksi dengan
digunakan dalam proses pengambilan manusia serta humanistik dan moral.
keputusan. Groenendijk (2003) menyatakan Pengaruh stakeholders terhadap pengelola-
bahwa stakeholders mencakup semua aktor an konservasi penyu di KKP Pangumbahan
atau kelompok yang mempengaruhi dan/atau diukur berdasarkan instrumen dan sumber
dipengaruhi oleh kebijakan, keputusan dan kekuatan (Nistyantara, 2011). Pengaruh
tindakan dari sebuah proyek. Analisis stakeholders tersebut berupa condign power,
stakeholders diterapkan untuk mengungkap- compensatory power, conditioning power,dan
kan kepentingan, nilai penting dan pengaruh organisation power. Nilai penting dan
stakeholders, memahami konflik dan pengaruh stakeholders ditetapkan melalui
komunikasi antara stakeholders di KKP skoring (Abbas, 2005) yaitu pengukuran data
Pangumbahan. Menurut Reed et al. (2009), berjenjang 5.
analisis stakeholders dilakukan dengan Nilai skor dari jawaban stakeholders
mengidentifikasi, mengkategorikan dan terhadap nilai penting dan pengaruh
menyelidiki hubungan antara stakeholders. dijumlahkan dan nilainya dipetakan ke dalam
matriks klasifikasi stakeholders. Matriks
B. Teknik Pengumpulan Data klasifikasi stakeholders terdiri dari empat
Data dan informasi dikumpulkan dengan kuadran. Posisi stakeholders pada kuadran
wawancara semi terstruktur. Metode untuk menggambarkan kategori stakeholders dalam
mengidentifikasi stakeholders dilakukan pengelolaan konservasi penyu di KKP
melalui snowball sampling yaitu pencarian Pangumbahan. Posisi- posisi tersebut adalah
informan secara bergulir melalui informan subjects menggambarkan stakeholders yang
sebelumnya (Bungin, 2007). mempunyai nilai penting tinggi tetapi
pengaruh rendah, key players menggambarkan
C. Analisis Data stakeholders yang mempunyai nilai penting dan
pengaruh tinggi, context setters menggambar-
Metode untuk mengkategorisasi kan stakeholders yang mempunyai nilai penting
stakeholders dilakukan berdasarkan analisis rendah tetapi pengaruh tinggi dan crowd
kepentingan (interest) dan pengaruh menggambarkan stakeholders yang mem-
stakeholders melalui matriks klasifikasi punyai nilai penting dan pengaruh rendah.
stakeholders. Selanjutnya, analisis stakeholders Stakeholders kunci yaitu stakeholders yang
dilakukan dengan penafsiran matriks nilai cukup signifikan mempengaruhi adalah
penting dan pengaruh stake-holders terhadap subject, key players dan context setters
pengelolaan konservasi penyu melalui (Groenendjik, 2003). Stakeholders yang berada
kegiatan perlindungan, pengawetan dan pada crowd mendapatkan prioritas yang
perlindungan. rendah dari aktifitas pengelolaan.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur Analisis hubungan stakeholders dilakukan
nilai penting stakeholders dilakukan ber- secara deskriptif. Hubungan stakeholders
dasarkan relevansi kepentingannya dengan diidentifikasi melalui matriks yang menggam-
nilai satwa liar yaitu nilai penyu. Skor tinggi barkan hubungan berkonflik dan komunikasi
diberikan kepada stakeholders yang kebutuhan (Groenendjik, 2003 dan Reed, et al. 2009).
dan harapannya relevan dengan nilai penyu.
147
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 : 145 - 162
148
Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Kawasan . . .
Sri Harteti, Sambas Basuni, Burhanuddin Masyud & Fredinan Yulianda
149
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 : 145 - 162
150
Tabel 2. Kepentingan stakeholders
Table 2. Interests of stakeholders
Kepentingan (Interests)
Kelestarian Pengembangan Pengamanan Penegakan Sosialisasi Peningkatan Perluasan Peningkatan Kolaborasi Koordinasi Pengembang Mendapatkan
penyu dan ekowisata terpadu hukum peraturan pendapatan lapangan kapasitas dengan antara an ilmu telur penyu
habitatnya (Ecotourism (Integrated (law (Regulation masyarakat kerja masyarakat masyarakat stakeholders(C pengetahuan (Get turtle
(Preservation of development) security) enforcement) socialization) (Increase of (Expansion (Increase of (Collaboratio oordination terkait eggs)
sea turtles and community of employ- community n with among penyu dan
Stakeholders their habitats) income) ment) capacity) community) stakeholders) habitatnya
(Knowledge
development
about sea
turtles and
their
habitats)
KemenKP Ö Ö Ö Ö
Kemenhut Ö Ö Ö Ö
BBKSDA Ö Ö Ö Ö Ö
DKP Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö
Dispar Ö
Dishut Ö Ö Ö
BLH Ö Ö Ö Ö Ö
Bappeda Ö Ö
TNI-AL Ö Ö Ö
Polsek Ö Ö Ö
Polair Ö
DP Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö
DUG Ö Ö Ö
DGB Ö Ö
MDP Ö Ö Ö Ö
MDUG Ö Ö
MDGB Ö Ö
Pokmaswas Ö Ö Ö
KMPP Ö Ö Ö
Penggemar Ö
OPOW Ö
Wisatawan Ö
WWF Ö Ö
IPB Ö Ö
151
Sri Harteti, Sambas Basuni, Burhanuddin Masyud & Fredinan Yulianda
Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Kawasan . . .
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 : 145 - 162
152
Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Kawasan . . .
Sri Harteti, Sambas Basuni, Burhanuddin Masyud & Fredinan Yulianda
Pada kegiatan perlindungan, sebaran posisi memberikan nilai sosial penyu yang tinggi
stakeholders menunjukkan bahwa pada posisi yaitu nilai kelestarian penyu dan habitatnya,
subjects ditempati oleh Kemenhut, Dishut, sehingga Kemenhut menetapkan kebijakan
BLH, Bappeda, desa dan Pokmaswas yang konservasi penyu melalui PP No. 7 Tahun
memiliki nilai penting yang tinggi terhadap 1999 yang menyatakan bahwa penyu
kegiatan perlindungan konservasi penyu, merupakan satwa dilindungi. Kebijakan ini
namun memiliki pengaruh yang rendah dilaksanakan dengan menetapkan KKP
(Gambar 1). Pengaruh yang rendah bagi Pangumbahan sebagai salah satu kawasan
Kemenhut disebabkan Kemenhut tidak konservasi penyu.
memiliki condign power (memberikan sanksi Bagi Dishut, BLH dan Bappeda, pengaruh
baik sanksi finansial maupun sanksi admi- yang rendah ini disebabkan condign power dan
nistrasi) dan compensatory power (mengadakan compensatory power rendah. Ketiga stakeholders
kegiatan/program perlindungan penyu) tidak memiliki wewenang memberikan sanksi
karena KKP Pangumbahan bukan merupakan hukum dalam perlindungan penyu dan tidak
UPT langsung yang berada dibawah mempunyai program kegiatan perlindungan
wewenangnya. Sehubungan dengan itu, penyu di KKP Pangumbahan. Kondisi ini
Kemenhut tidak berpengaruh langsung menunjukkan kegiatan perlindungan konser-
terhadap KKP Pangumbahan. Sungguhpun vasi penyu belum menjadi fokus utama bagi
demikian, nilai penting konservasi penyu bagi stakeholders tersebut. Menurut Campbell
Kemenhut menunjukkan bahwa Kemenhut (2007), kepentingan satwa liar bersaing dengan
nilai ekonomi.
153
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 : 145 - 162
Pada posisi key players terdapat beberapa penegak hukum memiliki tugas dan
stakeholders yaitu DKP, KemenKP dan kewenangan pengawasan konservasi penyu.
BBKSDA. DKP memiliki nilai penting dan Hasil pengamatan menunjukkan keberadaan
pengaruh yang tinggi berkenaan dengan penegak hukum langsung di KKP Pangum-
tanggung jawab sebagai pengelola KKP bahan membuat masyarakat yang mencuri
Pangumbahan. Kegiatan perlindungan yang telur (penggemar) takut dan sulit untuk
dilakukan adalah melakukan kegiatan razia mengambil telur penyu. Dukungan terhadap
tim gabungan. Adapun objek razia adalah stakeholders ini masih perlu terus ditingkatkan.
peredaran dan penjualan produk penyu Dukungan tersebut dapat berupa peningkatan
(terutama telur penyu), pengrusakan hutan koordinasi antara stakeholders, penegakan
pantai dan pencurian telur penyu di kawasan sanksi hukum dan penyediaan sarana
konservasi penyu Pantai Pangumbahan. Selain prasarana kegiatan perlindungan konservasi
itu, DKP menempatkan petugas untuk men- penyu. Hasil wawancara dengan responden
jaga pantai peneluran penyu pada malam hari. menunjukkan bahwa pelaku pencurian telur
KemenKP memiliki nilai penting dan penyu selama ini banyak yang divonis bebas.
pengaruh yang tinggi karena tingginya Selain itu, sarana kapal untuk patroli
peranan kementerian tersebut dalam men- pengawasan di laut sangat kurang. Kondisi ini
dorong terbentuknya KKP Pangumbahan dan sesuai dengan Eliason (2011) yang menyatakan
dukungan finansial terhadap pembangunan bahwa dukungan pengadilan dan pembiayaan
sarana dan prasarana KKP Pangumbahan. yang kurang merupakan isu utama dalam
Sarana dan prasarana perlindungan yang penegakan hukum konservasi.
diberikan berupa pembangunan pondok jaga, Pemetaan stakeholders kegiatan
shelter dan sarana penunjang lainnya. Selain pengawetan konservasi penyu (Gambar 2)
DKP dan KemenKP, BBKSDA juga merupa- menunjukkan bahwa Kemenhut, BBKSDA,
kan pengelola kawasan konservasi penyu di Dishut, Desa Pangumbahan dan Pokmaswas
Sukabumi. Kawasan konservasi penyu yang menempati posisi subjects yaitu memiliki nilai
dikelola oleh BBKSDA berada pada Suaka penting yang tinggi terhadap pengawetan
Margasatwa Cikepuh yang hanya dibatasi oleh konservasi penyu, namun memiliki pengaruh
muara Sungai Cipanarikan dengan KKP yang rendah. Stakeholders pada kuadran subjects
Pangumbahan. BBKSDA memiliki 8 pantai yang memerlukan pemberdayaan adalah Desa
peneluran penyu, tetapi sebagian besar penyu Pangumbahan dan Pokmaswas. Kedua
bertelur hanya pada 3 pantai yaitu Pantai stakeholders tersebut berpendapat bahwa
Citirem, Cibulakan dan Hujungan. Kegiatan penyu memiliki nilai sosial yang tinggi
perlindungan yang dilakukan baik secara sehingga menginginkan kegiatan pengawetan
bersama melalui patroli maupun penjagaan yang akan meningkatkan kelestarian penyu.
pantai oleh petugas Polhut BBKSDA memiliki Kelestarian penyu tersebut berdampak bagi
pengaruh yang tinggi bagi perlindungan tingginya minat wisatawan untuk melihat
konservasi penyu. penyu di KKP Pangumbahan, sehingga
Posisi kuadran context setter ditempati menunjang peningkatan ekonomi Desa
oleh aparat penegak hukum yaitu TNI-AL, Pangumbahan. Selain itu, mengembangkan
Polsek dan Polair. Menurut Groenendijk potensi sumber daya alam dan melestarikan
(2003), stakeholders pada kategori ini lingkungan hidup yang ada di wilayah
mempunyai pengaruh yang tinggi tetapi administrasinya merupakan kewajiban bagi
memiliki nilai penting yang rendah. Aparat kepala desa.
154
Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Kawasan . . .
Sri Harteti, Sambas Basuni, Burhanuddin Masyud & Fredinan Yulianda
155
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 : 145 - 162
Pengaruh masyarakat yang rendah disebab- Pada kuadran key players terdapat tiga
kan masih rendahnya organization power yaitu stakeholders yaitu DKP, KemenKP dan Dispar.
kapasitas SDM masyarakat, sehingga masyara- Pengaruh DKP terletak pada kemampuannya
kat seringkali diposisikan sebagai obyek. dalam memberikan condign power yaitu
Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian pengaruh kepada stakeholders lainnya dengan
Roslinda, et al. (2012). Menurut Risien dan Tilt kekuatan peraturan perundangan yang
(2008), untuk meningkatkan keberhasilan dilaksanakannya dan organisation power yang
pengelolaan penyu berbasis masyarakat maka dimilikinya.
kapasitas masyarakat perlu ditingkatkan. Dispar memiliki pengaruh dan nilai
Kondisi ini memerlukan proses pemberdayaan penting yang tinggi terhadap kegiatan
masyarakat melalui penyuluhan dan meng- pemanfaatan konservasi penyu karena
ikutsertakan masyarakat pada setiap tahapan kegiatan promosi yang dilakukan Dispar
pengelolaan (Soetomo, 2011). Namun, melalui berbagai pameran telah meningkatkan
masyarakat memiliki nilai penting yang tinggi kunjungan wisatawan ke KKP Pangumbahan.
terhadap kegiatan pemanfaatan konservasi Kegiatan mengamati penyu bertelur
penyu. Latar belakang utama tentunya merupakan atraksi yang menarik bagi
berkaitan dengan kepentingan ekonomi. Jika wisatawan (Badan Perencanaan Pembangunan
melihat aspek historis, sejak dulu masyarakat Daerah, 2009). IPB pada posisi context setter
sudah memanfaatkan telur penyu dan sebelum mempunyai pengaruh yang tinggi karena hasil
tahun 2008 pemanfaatan telur penyu penelitian IPB menjadi masukan dalam
dilegalkan di Pantai Pangumbahan. pengelolaan konservasi penyu di KKP
Pangumbahan.
156
Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Kawasan . . .
Sri Harteti, Sambas Basuni, Burhanuddin Masyud & Fredinan Yulianda
Wisatawan memiliki nilai penting dan Pangumbahan. Analisis hubungan ini penting
pengaruh rendah dalam pengelolaan konser- untuk mengetahui hambatan dan dukungan
vasi penyu di KKP Pangumbahan. Wisatawan stakeholders terhadap pengelolaan konservasi
hanya memiliki kepentingan terhadap penyu di KKP Pangumbahan.
kegiatan wisata. Hasil wawancara dengan Secara umum, konflik pengelolaan konser-
wisatawan menunjukkan bahwa umumnya vasi penyu di KKP Pangumbahan terjadi dalam
tujuan ke KKP Pangumbahan untuk berwisata berbagai bentuk (Gambar 4). Konflik antara
alam atau memanfaatkan waktu luang DKP dan BBKSDA berada dalam bentuk
dibandingkan kegiatan dengan fokus konser- latent. Bentuk latent dicirikan adanya tekanan
vasi. Dengan demikian, perlu diupayakan yang tidak tampak, belum terangkat ke puncak
kegiatan sosialisasi konservasi penyu kepada konflik dan salah satu pihak atau kedua belah
wisatawan diantaranya melalui program pihak belum menyadari adanya konflik
pemutaran film dan penyuluhan sebelum (Sembiring, et al. 2010). DKP dan BBKSDA
mereka melihat penyu bertelur dan pelepasan merupakan pengelola penyu di kawasan pesisir
tukik di pantai. Wisatawan membutuhkan selatan Kabupaten Sukabumi yaitu KKP
monitoring dan evaluasi namun dengan Pangumbahan dikelola DKP dan SM. Cikepuh
prioritas rendah. Akan tetapi, wisatawan juga oleh BBKSDA. Konflik terjadi karena masih
perlu dilibatkan untuk mendukung setiap beredarnya telur penyu di pasaran. Masing-
kegiatan pengelolaan konservasi penyu. masing pengelola beranggapan bahwa telur
penyu yang beredar bukan berasal dari
E. Hubungan Stakeholders kawasan mereka, tetapi dari kawasan konser-
vasi penyu yang satunya. Kondisi ini
Stakeholders dalam pengelolaan konservasi
menyebabkan kerjasama dan koordinasi yang
penyu teridentifikasi memiliki interaksi atau
belum optimal dalam pengelolaan konservasi
hubungan konflik dan komunikasi dalam
penyu diantara kedua pengelola tersebut.
pengelolaan konservasi penyu di KKP
157
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 : 145 - 162
Konflik latent juga terjadi antar masyarakat Desa Pangumbahan merasa belum dilibatkan
yaitu masyarakat yang terlibat dalam dalam pengelolaan KKP Pangumbahan.
pengelolaan sebagai Tenaga Harian Lepas Keterlibatan desa hanya di awal pendirian
(THL) dengan masyarakat Desa Pangum- UPTD saja, tetapi saat ini mereka tidak
bahan. Masyarakat Desa Pangumbahan dilibatkan lagi dalam pengelolaan. Selain itu,
merasakan terjadi kesenjangan ekonomi Desa Pangumbahan menginginkan adanya
dengan THL. Masyarakat melihat bahwa pembagian insentif untuk desa dari pengelola-
kehidupan ekonomi THL lebih baik sejak an KKP Pangumbahan.
dilibatkan dalam pengelolaan konservasi Disamping adanya konflik antar stakehol-
penyu di KKP Pangumbahan. ders, komunikasi antar stakeholders juga terjadi.
Selanjutnya, konflik mencuat terjadi antara Gambar 5 memperlihatkan terjadinya komu-
DKP dan masyarakat (Pokmaswas, KMPP, nikasi antar stakeholders pengelolaan
Masyarakat Desa Pangumbahan dan konservasi penyu.
Penggemar). Masyarakat beranggapan bahwa Komunikasi bersifat kooperatif antara
pengelolaan konservasi penyu yang dilakukan Pemerintah Pusat yaitu Kemenhut dan
DKP belum sesuai dengan peraturan karena KemenKP terjalin melalui pertemuan formal
mereka melihat masih terjadi pencurian telur diantaranya merancang kebijakan konservasi
penyu, pencurian tukik serta pengelolaan penyu yaitu pembuatan draft Strategi dan
penyu dan habitatnya yang tidak sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Konservasi Penyu
peraturan yang ada. Masyarakat juga meminta Tahun 2013. KKP Pangumbahan termasuk
diikutsertakan dalam pengelolaan konservasi wilayah yang menjadi target dalam strategi dan
penyu melalui kolaborasi. Masyarakat rencana aksi tersebut. Komunikasi kooperatif
menganggap selama ini hanya sebagai juga terjadi antara KemenKP dan WWF.
penonton saja. Masyarakat belum merasa KemenKP bekerja sama dengan WWF dalam
dilibatkan secara penuh. Konflik ini memun- melakukan kegiatan konservasi penyu,
cak pada Januari 2013 karena masyarakat diantaranya melakukan simposium keber-
berdemonstrasi ke kantor DKP. hasilan program konservasi penyu di Indonesia
Konflik juga terjadi antara DKP dengan tahun 2012 (Gambar 5).
Pemerintah Desa yaitu Desa Pangumbahan.
158
Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Kawasan . . .
Sri Harteti, Sambas Basuni, Burhanuddin Masyud & Fredinan Yulianda
Sementara itu, komunikasi yang bersifat demikian, komunikasi dapat terjalin kembali
konsultatif antara DKP dan KemenKP telah setelah dilakukan mediasi.
berlangsung. DKP melakukan konsultasi Adapun komunikasi instruktif terjadi
dengan KemenKP dalam mengembangkan antara desa dengan masyarakat yaitu melalui
informasi dan pengetahuan mengenai penge- kegiatan penyuluhan konservasi penyu yang
lolaan konservasi penyu. KemenKP memberi- dilaksanakan pada kegiatan pertemuan di desa.
kan penghargaan kepada Bupati Sukabumi atas Masyarakat baru sebagai objek penerima infor-
komitmen dan dedikasinya terhadap pengem- masi dari aparatur desa mengenai peraturan
bangan kawasan konservasi penyu pada tahun konservasi penyu di KKP Pangumbahan.
2009. Selain itu, KemenKP memberikan
bantuan dana dalam pembangunan sarana dan
F. Implikasi Kebijakan
prasarana KKP Pangumbahan. Komunikasi
konsultatif juga terjadi antara DKP dan WWF Masyarakat merupakan stakeholders yang
yaitu WWF telah melakukan kegiatan pela- memiliki nilai penting tinggi dan pengaruh
tihan pengelolaan konservasi penyu kepada rendah. Nilai penting yang tinggi bagi masya-
DKP serta WWF menjadi mediasi konflik rakat karena konservasi penyu mempengaruhi
antara DKP dengan masyarakat. Komunikasi kegiatan ekonomi mereka. Pengaruh yang
antara DKP dan IPB yang konsultatif terjalin rendah disebabkan kapasitas masyarakat yang
melalui pertukaran informasi hasil penelitan masih rendah. Oleh karena itu, kebijakan
mahasiswa IPB. Penelitian yang dilakukan kegiatan pemanfaatan konservasi penyu yang
mahasiswa IPB telah menambah informasi dan
diperlukan adalah melakukan kegiatan pem-
menjadi salah satu masukan bagi DKP dalam
berdayaan masyarakat. Kegiatan pember-
kegiatan pengelolaan konservasi penyu.
dayaan masyarakat ini membutuhkan
Komunikasi konsultatif juga terjadi antara
instansi Pemda dan DKP. DKP melakukan dukungan dan pendampingan dari stakeholders
koordinasi dengan instansi pemda terkait yaitu terkait seperti penyuluh, LSM atau pemda.
BLH, Bappeda, Dispar dan Dishut dalam Menurut Tamba dan Cipta (2011), kegiatan
pengelolaan konservasi penyu, termasuk pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
kebijakan pembangunan pada perairan di meningkatkan taraf dan kualitas hidup.
sekitar KKP. Kebijakan ini perlu dilakukan agar masyarakat
DKP melalui UPTD Penyu Pangumbahan yakin bahwa kebutuhan mereka sejalan
mulai menjalin komunikasi konsultatif yang dengan tujuan pengelolaan konservasi penyu
lebih intensif dengan masyarakat setelah dan keterlibatan mereka dalam konservasi
terjadi konflik. Pertemuan formal maupun penyu sangat bermakna, sehingga dapat
informal dilakukan dengan masyarakat untuk mengatasi konflik antara DKP dengan
menampung aspirasi masyarakat dalam masyarakat.
pengelolaan konservasi penyu. Begitu juga Stakeholders kegiatan perlindungan yang
komunikasi antara Desa Pangumbahan dengan memiliki pengaruh dan nilai penting tinggi
DKP juga mulai terjalin kembali dan bersifat adalah DKP, Kemenhut dan BBKSDA. Ketiga
konsultatif. Komunikasi yang terjadi pada
stakeholders tersebut merupakan stakeholders
awal pembentukan KKP Pangumbahan
kunci yang perlu dilibatkan pada seluruh
sempat mengalami hambatan, sehingga timbul
konflik yaitu aparat Desa Pangumbahan tahapan kegiatan perlindungan agar mem-
mengundurkan diri dalam keterlibatan pada berikan keyakinan pada mereka bahwa
pengelolaan konservasi penyu. Namun keberhasilan perlindungan adalah atas
159
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 : 145 - 162
dukungan mereka. Selain itu, kebijakan ini DKP dan BBKSDA agar memberikan
juga akan mengurangi konflik antara DKP dan keyakinan bahwa keberhasilan perlin-
BBKSDA sebagai pengelola konservasi penyu dungan adalah atas dukungan mereka dan
pada kawasan konservasi penyu di pesisir akhirnya akan meningkatkan keberhasilan
selatan Kabupaten Sukabumi. konservasi penyu pada kawasan konservasi
penyu di pesisir selatan Kabupaten
Sukabumi.
IV. KESIMPULAN DAN REKOMEN- 3. Perlu meningkatkan koordinasi, komuni-
DASI kasi dan partisipasi antara stakeholders
terkait baik dalam kegiatan perlindungan,
A. Kesimpulan pengawetan maupun pemanfaatan.
1. Kebijakan pengelolaan konservasi penyu
melalui kegiatan perlindungan, pengawetan
dan pemanfaatan di KKP Pangumbahan DAFTAR PUSTAKA
memperlihatkan bahwa keterlibatan
stakeholders pada masing-masing kegiatan Abbas, R. (2005). Mekanisme perencanaan
berbeda-beda sesuai dengan kepentingan, partisipasi stakeholder Taman Nasional
tugas dan wewenang. Pada umumnya Gunung Rinjani. Bogor: Institut Pertanian
stakeholders lebih banyak terlibat pada Bogor.
kegiatan pemanfaatan yaitu 17 stakeholders Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
dan keterlibatan terendah pada kegiatan (2009). Laporan akhir penyusunan action
pengawetan yaitu 8 stakeholders. Keter- plan kawasan wisata Ujung Genteng
libatan stakeholders dalam semua kegiatan Kabupaten Sukabumi. Sukabumi: Bappeda
masih rendah terutama kegiatan peng- Kabupaten Sukabumi.
awetan. Keterlibatan masyarakat diperlu-
kan dalam kegiatan pengawetan penyu. Badan Pusat Statistik. (2011). Kecamatan
2. Konflik antara stakeholders bersifat latent Ciracap dalam angka 2011. Sukabumi: BPS
dan mencuat yang disebabkan kurangnya Kabupaten Sukabumi.
komunikasi dan keterlibatan stakeholders. Bouchard, S.S. & Bjorndal, K.A. (2000). Sea
Berdasarkan tingkat komunikasi antara turtles as biological transporters of
stakeholders masih instruktif, konsultatif nutrients and energy from marine to
dan kooperatif. terrestrial ecosystems. Ecology, 81(8), 2305-
2313.
B. Rekomendasi
Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif:
1. Perlu melakukan kegiatan pemberdayaan komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan
masyarakat untuk meningkatkan taraf dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
kualitas hidup masyarakat. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat ini memerlukan Butler, J.S., James, S. & Daniel, J.D. (2003).
pendampingan dari penyuluh, LSM dan Public attitudes toward wildlife are
Pemda terkait. changing: a trend analysis of New York
2. Perlu meningkatkan kerjasama dalam Resindents. Wildlife Society Bulletin, 31(4),
kegiatan perlindungan dengan melibatkan 1027-1036.
160
Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Kawasan . . .
Sri Harteti, Sambas Basuni, Burhanuddin Masyud & Fredinan Yulianda
Campbell, L.M. (2007). Local conservation Priyono, A. (1989). Pengelolaan habitat dan
practice and global discourse: a political satwa penyu laut. Media Konservasi II(2),
ecology of sea turtle conservation. Annals 33-38.
of the Association of American Geographers
Reed, M.S., Graves, A., Dandy, N.,
97(2), 313-334.
Posthumus, H., Hubacek, K., Morris, J. &
Dinas Kelautan dan Perikanan. (2011). Stringer, L.C. (2009). Who's in and why? a
Laporan perkembangan pengelolaan typology of stakeholder analysis methods
kawasan konservasi penyu Taman Pesisir for natural resources management. Journal
Pantai Penyu Pangumbahan Kabupaten of Environmental Management 30, 1-17.
Sukabumi (sampai tahun 2010). Sukabumi: Doi:10.1016/j.jenrman.2009.01.001.
DKP Kabupaten Sukabumi.
Risien, J.M. & Tilt, B. (2008). A comparative
Eliason, S.L. (2011). Policing natural resources: study of community based sea turtle
issues in a conservation law enforcement management in Palau: key factors for
agency. Professional Issues in Criminal successful implementation. Conservation
Justice, 6(3&4), 43-58. and Society 6(3), 225-237.
Gibbons, J.W., Scott, D.E., Ryan, T.J., Roslinda, E., Darusman, D., Suharjito, D. &
Buhlmann, K.A., Tuberville, T.D., Metts, Nurrochmat, D.R. (2012). Analisis
B.S. & Winne, C.T. (2000). The global pemangku kepentingan dalam pengelolaan
decline of reptiles, déjà vu amphibians. Taman Nasional Danau Sentarum
BioScience 50(8), 653-665. Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat. Jurnal Manajemen Hutan Tropika,
Groenendijk, L. (2003). Planning and
18(2), 78-85.
management tools. Netherlands: The
International Institute for Geo-Informa- Sembiring, E., Basuni, S. & Soekmadi, R.
tion Science and Earth Observation (ITC). (2010). Resolusi konflik pengelolaan
Taman Nasional Teluk Cendrawasih di
Gunawan, D. (2005). Kajian kelembagaan
Kabupaten Teluk Wondana. JMHT 16(2),
pengelolaan penyu hijau (Chelonia mydas) di
84-91.
Pantai Pangumbahan dan Pantai Suaka
Margasatwa Cikepuh Sukabumi Jawa Barat. Soetomo. (2011). Pemberdayaan masyarakat:
Bandung: Universitas Padjadjaran. mungkinkah muncul antitesisnya?
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karnan. (2008). Penyu hijau: status dan
konservasinya. J. Pijar MIPA 3, 86-91. Suwelo, I.S., Somantri, A. & Schulz, J.P.
(1989). Evaluasi kondisi penyu di
Kellert, S.R. (2007). Social and perceptual
Indonesia. Media Konservasi, II(3), 25-30.
factors in endangered species management.
The Journal of Wildlife Management 49(2), Tamba, I.M. & Cipta, I.W. (2011). Analisis
528-536. partisipasi masyarakat dalam program
pengentasan kemiskinan masyarakat
Nistyantara, L.A. (2011). Strategi pengelolaan
pesisir di Karangasem, Bali. Jurnal
Taman Nasional Kelimutu melalui
Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem
pendekatan co-management. Bogor: Institut 1(2), 1-19.
Pertanian Bogor.
161
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 : 145 - 162
Turkozan, O. & Yilmaz, C. (2007). Nest Wahyuni, I.S., Hartati, S.T. & Subani, W.
relocation as a conservation strategy: (1994). Studi tentang penyu dan peman-
looking from a different perspective. faatannya di Bali. Jurnal Pen. Perikanan
Marine Turtle Newsletter 118, 6-8. Laut 92, 9-20.
Wahid, A. (2008). Pendidikan versus West, L. (2010). A multi-stakeholder approach
kemiskinan. Jurnal Nadwa 2(1), 83-105. to the challenges of turtle conservation in
the United Republic of Tanzania. Indian
Ocean Turtle Newsletter 11, 44-50.
162