You are on page 1of 21
Menimbang Mengingat SALINAN BUPATI PONOROGO. PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO, NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, bahwa untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintaha: secara berdaya guna dan berhasil guna, sebagai tindak desa janjut ketentuan Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 72 ayat (4) Peraturan Peme: Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaks Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 73 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa, maka membentuk Peraturan Daerah ~—_—tentang Permusyawaratan Desa; 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Re} Indonesia Tahun 1945; intah naan serta rahun perlu jadan ublik 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah — Kabupaten lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tam Lembaran Negara Republik Indonesia | Nomo} sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kot: Surabaya & Dati II Surabaya dengan mengubah U: jalam jegara ahan 9) lomor praja dang- Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Prppinsi Jawa Timur & Undang-Undang 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Barat dan DI. Yogyakarta (Lembaran Negara Re} Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lei Negara Republik Indonesia Nomor 2730}; alam Jawa yublik aran, 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lem| Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomo: Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5234); baran 82, jomor 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 _ tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tehtang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksdnaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang |Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia 2015 Nomor, 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717); 7. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundlang- Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 89); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PONOROGO dan. BUPATI PONOROGO MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1, Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur. 2.Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo. 3. Bupati adalah Bupati Ponorogo. 4. Camat adalah Camat di wilayah Kabupaten Ponorogo. 5. Desa adalah desa yang berada dalam wilayah Kabupaten Ponorogo. 6.Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan| dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia 7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 8.Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten. 9.Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD atalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. 11. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD. 12. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang |yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. 13. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban APB Desa atau perolehan hak lainnya| yang sah. BAB II MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP. Pasal 2 Maksud Pengaturan BPD dalam Peraturan Daerah ini untuk memberikan kepastian hukum terhadap BPD sebagai lembaga di desa yang melaksanakan fungsi Pemerintahan Desa. Pasal 3 Tujuan Pengaturan BPD dalam Peraturan Daerah ini untuk: a, mempertegas peran BPD dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. mendorong BPD agar mampu menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa; dan c. mendorong BPD dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di desa. Pasal 4 Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi: a. keanggotaan dan kelembagaan BPD; b. fungsi, tugas, hak, kewajiban dan kewenangan BPD; c. pembinaan dan pengawasan; dan d. pendanaan. BAB III KEANGGOTAAN BPD Paragraf 1 Pengisian Anggota BPD Pasal 5 (1) Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk desa _berdas: keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang pengisi arkan nnya dilakukan secara demokratis melalui musyawarah perwakilan untuk mencapai mufakat, apabila tidak tercapai mufakat dilakukan pengam suara terbanyak. (2) Keterwakilan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah wilayah dukuh. (3) Keterwakilan perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah perempuan (4) Jumlah Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dite dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling ban (sembilan) orang, dengan memperhatikan jumlah penduduk. (8) Jumlah Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diatur s berikut: a.jumlah penduduk sampai dengan 2.000 (dua ribu) jiwa, 5 (lima) ‘Anggota BPD; b.jumlah penduduk 2.001 (dua ribu satu) sampai dengan 3.500 (tiga lima ratus) jiwa, 7 (tujuh) orang Anggota BPD; dan bi bilan wakil wakil pkan ak 9 agai rang ribu c. jumlah penduduk lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) jiwa, 9 (sembilan) orang Anggota BPD. Pasal 6 Pengisian Anggota BPD, dilakukan melalui: a. Pengisian berdasarkan keterwakilan wilayah; dan b. Pengisian berdasarkan keterwakilan perempuan. Pasal 7 (1) Pengisian Anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah sebagai dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dilakukan untuk memilih calon A\ BPD dari unsur wakil wilayah dukuh. (2) Unsur wakil wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masyarakat desa dari wilayah pemilihan dalam dukuh. (3) Wilayah pemilihan dalam dukuh sebagaimana dimaksud pada ay Bi id mana gota jalah t (2) adalah lingkup wilayah dukuh yang telah ditetapkan memiliki wakil dengan jumlah tertentu dalam keanggotaan BPD | (4) Jumlah Anggota BPD dari masing-masing wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan secara proporsional dengan memperhatikan jumlah penduduk. () Jumlah Anggota BPD di tiap-tiap dukuh ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa berdasarkan Berita Acara hasil Musyawarah Desa. (©) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian Anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah diatur dalam Peraturan Bupati Pasal 8 (1) Pengisian Anggota BPD berdasarkan keterwakilan perempuan sebagaitnana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dilakukan untuk memilih 1 (satu) prang perempuan sebagai Anggota BPD. (2) Wakil perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah perempuan warga desa yang memenuhi syarat calon Anggota BPD. (3) Pemilihan unsur wakil perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh wakil perempuan warga desa yang memiliki hak pilih. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian Anggota BPD berdasarkan keterwakilan perempuan diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 9 (1) Pengisian Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilaksanakan oleh Panitia Pengisian Anggota BPD. (2) Panitia Pengisian Anggota BPD sebagaimana pada ayat (1) dibentuk oleh Kepala Desa dengan Keputusan Kepala Desa. (3) Panitia Pengisian Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berjumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang yang terdiri atas unsur Perangkat Desa paling banyak 3 (tiga) orang dan unsur masyarakat paling banyak 8 (delapan) orang. (4) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan |wakil dari wilayah dukuh. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Panitia Pengisian Anggota BPD diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 10 Persyaratan calon Anggota BPD adalah: a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b, memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, | serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; c. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah menikah; d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat; ¢. bukan sebagai Aparatur Pemerintah Desa; f. bersedia dicalonkan menjadi Anggota BPD; g. wakil penduduk desa yang dipilih secara demokratis; h. bertempat tinggal di desa bersangkutan; dan i bagi Calon Anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah harus bertempat tinggal di dukuh bersangkutan. We Pasal 11 (1) Panitia Pengisian Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat (1) melakukan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Anggota| BPD dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum masa keanggotaan | BPD berakhir. (2) Bakal Calon Anggota BPD yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai Anggota BPD. (3) Pemilihan Calon Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir. Pasal 12 (1) Pengisian Calon Anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah melalui proses musyawarah perwakilan ditingkat dukuh oleh unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih. alon aling ipilih wakil (2) Jumlah unsur wakil masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya 5% (lima persen) dari jumlah penduduk di dukuh bersangkutan, (3) Unsur wakil masyarakat yang mempunyai hak pilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Aparatur Pemerintah Desa; b. Anggota BPD; c. Anggota Lembaga Kemasyarakatan Desa; dan d.Warga masyarakat lainnya yang bertempat tinggal di bersangkutan. Pasal 13 (1) Pengisian Calon Anggota BPD berdasarkan keterwakilan perempuan melalui proses musyawarah perwakilan ditingkat desa oleh unsur perempuan yang mempunyai hak pilih. fukuh ipilih wakil (2) Jumlah unsur wakil perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya 5% (lima persen) dari jumlah penduduk peremp masing-masing dukuh dalam desa bersangkutan. Pasal 14 an di (1) Pengambilan keputusan dalam musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan Pasal 13 ayat (1) dilakukan dengan cara musyawarah mufakat. (2) Apabila musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak te pengambilan keputusan dilakukan dengan cara pengambilan terbanyak. (3) Pengambilan suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ketentuan setiap peserta musyawarah memiliki 1 (satu) hak suara. Pasal 15 (1) Calon Anggota BPD terpilih adalah Calon Anggota BPD yang terpilih musyawarah perwakilan. (2) Calon Anggota BPD terpilih scbagaimana dimaksud pada _ ay: disampaikan oleh Panitia Pengisian Anggota BPD kepada Kepala Des: apai, suara iengan dalam t (1) atau Penjabat Kepala Desa paling lama 7 (tujuh) hari sejak Calon Anggota BPD & (3) (4) a (3) (4) () (2) () aM Q) terpilih ditetapkan Panitia Pengisian Anggota BPD. Penetapan Panitia Pengisian Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada (2) dituangkan dalam berita acara. Desa atau Penjabat Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat paling lai (tujuh) hari sejak diterimanya berita acara dari Panitia Pengisian An| BPD untuk diresmikan oleh Bupati Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3),disampaikan oleh tm Paragraf 2 Peresmian Anggota BPD Pasal 16 Peresmian Anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya berita acara hasil musya\ perwakilan. Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku tanggal pengucapan sumpah/janji Anggota BPD. Pengucapan sumpah/janji Anggota BPD dipandu oleh Bupati atau pi yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitk: Keputusan Bupati mengenai peresmian Anggota BPD. Ketentuan lebih lanjut mengenai sumpah/janji Anggota BPD sebagai dimaksud ayat (3) diatur dalam Peraturan Bupati Pasal 17 Anggota BPD yang telah melaksanakan sumpah dan janji sebagai dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3), mengikuti pelatihan awal masa yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten. 1 ayat a7 gota lama rah ejak jabat innya ana ana. rugas, Biaya pelaksanaan pelatihan Anggota BPD disesuaikan dengan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan dapat dibiayai dari APB Desa Pasal 18 Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah /janji Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau ti secara berturut-turut. Paragraf 3 Pemberhentian Anggota BPD Pasal 19 Anggota BPD berhenti karena: a, meninggal dunia; b, mengundurkan diri; atau c. diberhentikan. tidak Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, apabila: a, berakhir masa keanggotaan; bb. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota BPD; QQ) (2) (3) (4) (5) (6) i) (2) . tidak melaksanakan kewajiban; . melanggar larangan sebagai Anggota BPD; - melanggar sumpah /janji jabatan dan kode etik BPD; dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang heae elah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjaraS (lima) tahun atau lebih; g. tidak menghadiri rapat paripuma dan/atau rapat BPD lainnya menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut- tanpa alasan yang sah; h.adanya perubahan status desa menjadi kelurahan, penggabungan 2 desa atau lebih menjadi 1 (satu) desa baru, pemekaran atau pengha| desa; yang urut (dua) san i, bertempat tinggal diluar wilayah dukuh bagi Anggota BPD berdasarkan keterwakilan dukul j. bertempat tinggal di luar wilayah desa bagi Anggota BPD berdas: keterwakilan perempuan; dan kc. ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa; Pasal 20 Pemberhentian Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ay! huruf a, huruf b, dan ayat (2), huruf a dan huruf f diusulkan oleh Pim BPD tanpa melalui musyawarah BPD. Pemberhentian Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ay huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf g, huruf h, huruf i, huruf huruf k diusulkan oleh Pimpinan BPD berdasarkan hasil musyawarah kepada Bupati melalui Kepala Desa atau Penjabat Kepala Desa. Pemberhentian Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), diusulkan oleh Kepala Desa atau Penjabat Kepala Desa kepada B melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya pemberhentian, Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian Anggota BPD kepada B paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian Bupati meresmikan pemberhentian Anggota BPD paling lama 30 (tiga p hari sejak diterimanya usul pemberhentian Anggota BPD. Peresmian pemberhentian Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada (5), ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 21 Dalam hal Pimpinan BPD tidak mengusulkan pemberhentian sebagai dimaksud dalam Pasal 20 ayat’ (1), paling lama (lima belas) hari Kepala Desa melaporkan kepada Camat. Pemberhentian Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 (2), harus mendapatkan persetujuan 2/3 (dua per tiga) dari jumlah An; BPD kan at (1) nan at (2) dan BPD ayat pati usul pati huh) ayat ayat ggota Paragraf 4 Pemberhentian Sementara Pasal 22 (1) Anggota BPD diberhentikan sementara oleh Bupati setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan, tindak pidana terhadap keamanan negara. (2) Dalam hal terdapat Anggota BPD yang berstatus tersangka sebagai atau mana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa melaporkan kepada Bupati melalui Camat. (3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati memberhentikan sementara Anggota BPD. (4) Dalam hal Anggota BPDyang diberhentikan sementara_berkedudukan sebagai Pimpinan BPD, diikuti dengan pemberhentian sebagai Pimpinan BPD. (5) Dalam hal Pimpinan BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pad (4), Pimpinan BPD lainnya memimpin rapat pemilihan Pimpinan BPD. Paragraf 5 Pengisian Anggota BPD Antar Waktu Pasal 23 (1) Anggota BPD yang berhenti Antar Waktu digantikan oleh calon Anggot: urutan berikutnya berdasarkan hasil musyawarah perwakilan, (2) Dalam hal calon Anggota BPD urutan berikutnya sebagaimana dim: pada ayat (1), meninggal dunia, mengundurkan diri atau tidal memenuhi syarat sebagai calon Anggota BPD, digantikan oleh calon Ai BPD urutan berikutnya. {3) Dalam hal tidak terdapat calon Anggota BPD urutan_beriki sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan pengisian Anggot sebagaimana diatur dalam Pasal 6. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian Anggota BPD Antar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 24 ayat BPD aksud lagi ggota enya BPD aktu (1) Masa keanggotaan BPD Antar Waktu melanjutkan sisa masa keanggotaan BPD yang digantikannya. (2) Penggantian Anggota BPD Antar Waktu sebagaimana dimaksud ayat (1), tidak dilaksanakan apabila sisa masa keanggotaan BPD digantikan kurang dari 6 (enam) bulan. (8) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kosong s berakhirnya masa keanggotaan BPD. Paragraf 6 Larangan Anggota BPD Pasal 25 Anggota BPD dilarang: a. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat desa; pada yang mpai desa, b. melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang, bal dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan tindakan yang akan dilakukannya; menyalahgunakan wewenang; melanggar sumpah /janji jabatan; merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa; merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indo1 mene ang, atau \esia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rikyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten, jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan; sebagai pelaksana kegiatan pembangunan di desa; menjadi pengurus partai politik; menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang; dan merangkap anggota dan/atau pengurus Lembaga Kemasyarakat Desa, Desa dan BUM Desa. So po BAB IV KELEMBAGAAN BPD Pasal 26 (1) Kelembagaan BPD terdiri atas: a. pimpinan; dan b. bidang. (2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf a terdiri atas: a. 1 (satu) orang Ketua; b. 1 (satu) orang Wakil Ketua; dan c. 1 (satu) orang Sekretaris (3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas: a.bidang penyelenggaraanpemerintahan | desa dan _—_pembi kemasyarakatan; dan b. bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. (4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dipimpin oleh Bidang. (5) Pimpinan BPD dan Ketua Bidang merangkap sebagai Anggota BPD. Pasal 27 (1) Untuk membantu pelaksanaan tugas kelembagaan BPD Kepala Desa mengangkat 1 (satu) orang Staf Administrasi BPD (2) Staf Administrasi sebagaimana dimaksud ayat (1), berasal dari salal orang Staf Urusan atau Staf Kamituwo atau Staf Pelaksana Teknis. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelembagaan BPD diatur dalam Per Bupati. BABV TUGASDAN FUNGSI BPD Pasal 28 BPD mempunyai tugas: a, menggali aspirasi masyarakat; dapat dan asar naan etua satu turan, -10- menampung aspirasi masyarakat; mengelola aspirasi masyarakat; menyalurkan aspirasi masyarakat; menyelenggarakan musyawarah BP! menyelenggarakan musyawarah desa; membentuk panitia pemilihan Kepala Desa; menyelenggarakan musyawarah desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa Antar Waktu ; membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; j. melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa; k. melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan desa; 1. menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan pemerintah desa dan lembaga desa lainnya; dan m, melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. parmepos Pasal 29 (1) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, BPD menyusun laporan kinerja BPD. (2) Laporan kinerja BPDsebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan laporan atas pelaksanaan tugas BPD dalam 1 (satu) tahun anggaran (3) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disusun dengan sistematika: a. dasar hukum; b. pelaksanaan tugas; dan c. penutup. (4) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaporkan kepada Bupati melalui Camat dan disampaikan kepada Kepala Desa secara tertulis, serta kepada masyarakat melalui forum musyawarah desa secara tertulis dan/atau lisan. (5) Forum musyawarah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4), merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas BPD kepada masyarakat desa. (6) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaporkan paling lama 4 (empat) bulan setelah selesai tahun anggaran. Pasal 30 BPD mempunyai fungsi: a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa; dan c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. Pasal 31 Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi BPD diatur dalam Peraturan Bupati. etal. BAB VI HAK, KEWAJIBAN DAN WEWENANG BPD Pasal 32 BPD berhak: a. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa kepada pemerintah desa; b. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan _pemerintahan lesa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa; dan c, mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari APB Desa. Pasal 33 (1) Anggota BPD berhak: a. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa; b, mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan/atau pendapat; d. memilih dan dipilih; dan e. mendapat tunjangan dari APB Desa. (2) Hak Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d digunakan dalam musyawarah BPD. (3) Dalam melaksanakan tugas selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anggota BPD dapat: a. memperoleh pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, pembimbingan teknis, dan kunjungan lapangan seperti studi banding yang dilakukan di dalam negeri; b.penghargaan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten bagi pimpinan dan Anggota BPD yang berprestasi; dan c. memperoleh penghargaan purna bhakti yang bersumber dari APB) Desa sesuai kemampuan keuangan desa Pasal 34 Pembiayaan pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud dalam Pa: al 33. ayat (3) huruf a, dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan APBDesa Pasal 35 Anggota BPD we a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan U) Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, \dang- serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; b. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender penyelenggaraan pemerintahan desa; dalam c. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan/atau golongan; d. menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat desa; -12- e. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan le! pemerintah desa dan lembaga desa lainnya; ibaga f. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan penyelenggaraan pemerintahan desa serta mempelopori penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik; g. menyerap, menampung, menghimpun, dan menyalurkan — aspirasi masyarakat; dan h, memproses pemilihan Kepala Desa. Pasal 36 BPD berwenang: a. mengadakan pertemuan dengan mayarakat untuk mendapatkan aspirasi; b, menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah desa secara lisan dan tertulis; c. mengajukan rancangan peraturan desa yang menjadi kewenangannya; melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Desa; ¢. meminta keterangan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa kepada pemerintah desa; f. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan __pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa; g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kes! bilan penyelenggaraan pemerintahan desa serta mempelopori penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik; h. menyusun peraturan tata tertib BPD; i, menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil kepad: Bupati melalui Camat; j. menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPD secara tertulis kepada Kepala Desa untuk dialokasikan dalam Rane: APB Desa; k, mengelola biaya operasional BPD; ingan 1. mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa kepada Kepala Desa; dan m. melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa. Pasal 37 Ketentuan lebih lanjut mengenai hak, kewajiban dan wewenang BPD dalam Peraturan Bupati. BAB VII PERATURAN TATA TERTIB BPD Pasal 38 (1) BPD menyusun peraturan tata tertib BPD. jiatur (2) Peraturan tata tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dan disepakati dalam musyawarah BPD (3) Peraturan tata tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling memuat: a. keanggotaan dan kelembagaan BPD; jedikit #13} . fungsi, tugas, hak, kewajiban dan kewenangan BP! . waktu musyawarah BPD; |. pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD; tata cara musyawarah BPD; mmenog . pembuatan berita acara musyawarah BPD. Pasal 39 Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana dimaksud dalam 38 ayat (3) huruf c paling sedikit memuat: a. pelaksanaan jam musyawarah; b. tempat musyawarah; c. jenis musyawarah; dan d. daftar hadir Anggota BPD. Pasal 40 Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD sebagaimana di dalam Pasal 38 ayat (3) huruf dpaling sedikit memuat: a. penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan anggota lengkap; b. penetapan pimpinan musyawarah, apabila Ketua BPD berhalangan hadir; c. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua dan wakil berhalangan hadir; dan tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD dan Anggota BPD; dan Pasal iksud hadir etua d. penetapan secara fungsional pimpinan musyawarah sesuai dengan bidang yang ditentukan dan penetapan penggantian Anggota BPD Antar Waktu, Pasal 41 Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud Pasal 38 ayat (3) huruf e paling sedikit memuat: a. tata cara pembahasan rancangan peraturan desa; b. konsultasi mengenai rencana dan program pemerintah desa; c. tata cara mengenai pengawasan kinerja Kepala Desa; dan d. tata cara penampungan atau penyaluran aspirasi masyarakat. Pasal 42 Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) huruf f paling sedikit mem a, pemberian pandangan terhadap pelaksanaan pemerintahan desa; b. penyampaian jawaban atau pendapat Kepala Desa atas pandangan BPD; cc. pemberian pandangan akhir atas jawaban atau pendapat Kepala Desa; d. tindak lanjut dan penyampaian pandangan akhir BPD kepada Bupati Pasal 43 Pengaturan mengenai penyusunan berita acara musyawarah BPD sebagai dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) huruf g paling sedikit memuat: a, penyusunan notulen rapat; b. penyusunan berita acara; c. format berita acara; lalam BPD at: jan mana -14- d. penandatanganan berita acara; dan e. penyampaian berita acara, BAB VIII HUBUNGAN KERJA BPD DENGAN PEMERINTAH DESA DAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Pasal 44 (1) Hubungan kerja antara BPD dengan Pemerintah Desa dan Lemibaga Kemasyarakatan yang ada di desa bersifat kemitraan dan koordinatif. (2) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), guna penga: kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan pembinaan kemasyarakatan desa. (3) BPD dan Kepala Desa melaksanakan koordinasi, integrasi dan sinkroi baik dalam lingkungan dinas maupun dengan lembaga kemasyaral lainnya yang didasarkan pada kondisi dan kebutuhan Desa setempat dengan tugasnya masing-masing. BAB IX, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 45 Pemerintah Daerah Kabupaten dan Camat melakukan pembinaan bilan dan isasi atan esuai dan. pengawasaan terhadap pelaksanaan peran BPD dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Pasal 46 Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabu| sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, dapat meliputi: a, memfasilitasi dukungan kebijakan; paten b. memberikan bimbingan, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan supervisi pelaksanaan kebijakan; c. melaksanakan bimbingan teknis serta pendidikan dan pelatihan tertentu; dan d._memberikan penghargaan atas prestasi pimpinan dan Anggota BPD: Pasal 47 Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, dapat meliputi: a. memfasilitasi penyusunan Peraturan Desa; b, memfasilitasi pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa; c. memfasilitasi penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan; d. memfasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi BPD; dan ° mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa BAB X PENDANAAN Pasal 48 (1) Pendanaan kegiatan BPD bersumber dari APB Desa. -15- (2) Selain bersumber dari APB Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten; dan d. sumber lain yang sah dan tidak mengikat. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 49 Anggota BPD yang ada pada saat ini tetap menjalankan tugas sampai berakhir masa keanggotaan dan/atau telah diresmikan Anggota BPD yang baru. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 50 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 8 Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2006 Nomor 8 Seri C) digabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 51 Peraturan Bupati sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus gudah ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini. Pasal 52 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Ponorogo. Ditetapkan di Ponorogo pada tanggal 14 Agustus 201 BUPATI PONOROGO, td Diundangkan di Ponorogo H. IPONG MUCHLISSONI pada tanggal 14-8-2017 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PONOROGO, ttd AGUS PRAMONO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2017 NOMOR 4 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO, PROVINSI JAWA TIMUR : 207-4/2017. -16- Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, tn HERRY SUTRISNO NIP. 19660606 198603 1 016 -17- UL PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO, NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA UMUM Guna menampung aspirasi yang berkembang pada masyarakat dan dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, demokratis, dan bertanggung jawab serta dalam upaya peningl kinerja kelembagaan serta partisipatif ditingkat desa, mempe: kebersamaan, serta meningkatkan partisipatif dan pemberd: desa lebih atan ‘cuat yaan masyarakatdibentuk © Badan — Permusyawaratan _Desa. Badan Permusyawaratan Desa memiliki fungsi yang sangat strategis dalam ri mendukung pembangunan desa dan penyelenggaraan pemerintahan melakukan pengawasan terhadap penyclenggaraan pemerintahan pengelolaan keuangan dan aset desa, serta penetapan kebijakan str lainnya. BerdasarkanUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang ditegaskan bahwa salah satu landasan pemikiran pengaturan mei desa adalah otonomi, dimana mempunyai makna bahwa kewené Pemerintahan Desa dalam mengatur dan mengurus kepent masyarakat setempat berdasarkan hak asal usul dan hak tradi mentuju desa yang kuat, maju, mandiri, dan demokratis. Peraturan Daerah ini merupakan pengaturan lebih lanjut kete! Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Des: ketentuan Pasal 72 sampai dengan Pasal 78 Peraturan Pemerintah 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No! Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah dengan Peral Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peral Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Un Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dalam rangka mengoptim: penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan Lingkuppengaturan Peraturan Daerah ini adalah menitik tek: tuan dan. lomor ngka serta lesa, Legis, lesa, genai ingan ingan ional or 6 uran ran ang- Ikan \desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. inkan pada tugas, fungsi, hak dan kewajiban serta larangan Badan Permusyawaratan Desa, dalam rangka membangun partisipasi masy: desa dalam penyelenggaraan pembangunan desa dan_penyelengg; pemerintahan desa guna mewujudkan desa yang maju, mandir sejahtera. Peraturan Daerah ini menjadi pedoman bagi Pemerintah Kabuy Pemerintah Desa, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya rakat raan dan aten, lalam rangka mewujudkan tujuan penyelenggaraan desa scbagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yakni terwujudnya desa yang maju, mandiri, dan sejahtera tanpa kehilangan jati diri. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. arus Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 ‘Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Anggota BPD yang telah menjabat 1 (satu) kali masa keanggotaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dil beri kesempatan untuk mencalonkan kembali paling lama 2 (dua) kali masa keanggotaan. Sementara itu, Anggota BPD yang telah menjabat 2 (dua) kali masa keanggotaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diberi kesempatan untuk mencalonkan kembali hanya 1 (satu) kali masa keanggotaan. Pasal 19 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas. Hurufi Yang dimaksud dengan “bertempat tinggal diluar wilayah Di adalah yang bersangkutan tidak bertempat tinggal di wilayah dukuh asal keterwakilannya. Hurut j Cukup jelas. Huruf k Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. kuh” Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Cukup jelas Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43 Cukup jelas. Pasal 44 Cukup jelas. Pasal 45 Cukup jelas. Pasal 46 Cukup jelas. Pasal 47 Cukup jelas. Pasal 48 Cukup jelas. Pasal 49 Cukup jelas. Pasal 50 Cukup jelas. Pasal 51 Cukup jelas. Pasal 52 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR

You might also like