You are on page 1of 8

TELAAH JURNAL

Nama : Budi Gustaman


NIM : -
Kelas : A II

No Komponen Yang Hasil Penelitian


Dikritisi
1 Judul Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Skala
Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur

Kekuatan:
Judul penelitian ini telah menggambarkan secara sederhana apa
yang ingin diteliti. Pada judul ini telah memuat variable-
variabel penelitian yaitu variable independent (Pemberian
Aromaterapi Lavender) dan variable dependen (Skala nyeri
pada pasien post fraktur). Pada judul ini telah menggambarkan
pendekatan yang digunakan berupa penelitian kuantitatif
dengan mencari pengaruh dari sebuah intervensi
Kekurangan:
Pada judul penelitian ini tidak mencantumkan waktu dan
tempat dilaksanakannya penelitian.
Saran:
Perlu dicantumkan tahun dan tempat penelitian dilaksanakan.

2 Abstrak Latar Belakang :


Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada
pasien post operasi fraktur, di mana nyeri yang tidak diatasi
akan menghambat proses penyembuhan, keterbatasan lingkup
gerak sendi sehingga mempersulit pasien memenuhi aktivitas
sehari-hari. Penatalaksanaan nyeri fraktur yang biasanya
digunakan adalah manajemen secara farmakologi dan non
farmakologi. Secara farmakologi dengan obat anti nyeri dan
secara non farmakologi salah satu tindakan yang dapat
diberikan adalah dengan pemberian aromaterapi lavender.
Tujuan :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian aromaterapi lavender terhadap skala nyeri pada
pasien post operasi fraktur.
Metode :
Penelitian ini kuantitatif dan menggunakan Pre Experimen
dengan rancangan One Grup Pretest dan Posttest. Sampel
dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 17 responden Penelitian di lakukan
pada bulan tanggal 24 Juni – 6 Juli tahun 2018 di ruang
cempaka dan dahlia RS AK Gani Palembang. Alat
pengumpulan data berupa lembar observasi dan wawancara.
Hasil :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh skala nyeri
sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender dengan p
value = 0,002.
Kesimpulan : Tidak ditampilkan dan dijelaskan secara rinci.
Kata Kunci :
Aromaterapi Lavender, Fraktur, Nyeri

Kekuatan :
Abstrak telah memiliki kriteria singkat.
Kelemahan :
Penelitian ini tidak menyimpulkan bahwa aroma terapi lavender
mempunyai pengaruh dalam menurunkan skala nyeri.

3 Latar Belakang Fraktur atau sering disebut juga patah tulang merupakan
terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa yang disebabkan oleh trauma,
tenaga fisik, kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan lunak
disekitar tulang (Budhiartha, 2013).
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma
langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma
langsung yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita
terjatuh dengan posisi miring. Trauma tidak langsung yaitu titik
tumpuan benturan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset
dikamar mandi.
Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur
bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau underling deases atau
fraktur patologis (Hidayat & Jong, 2010). Menurut World
Health Organization (WHO) di dunia terjadi kasus fraktur
kurang lebih 13 juta orang, dengan angka prevelensi sebesar
2,7%. Pada tahun 2010 kasus fraktur mengalami peningkatan,
yaitu sebanyak 28 juta orang mengalami fraktur dengan angka
prevelensi sebesar 4,2%. Terjadinya fraktur tersebut termasuk
didalamnya insiden kecelakaan, cidera olahraga, bencana alam
dan lain sebagainya, pada tahun 2011-2013 terdapat lebih dari
5,6 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan
insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang yang mengalami
fraktur. Sedangkan di tahun 2014 terdapat lebih dari 46,2%
insiden terjadinya fraktur.
Di Indonesia terjadinya kasus fraktur banyak disebabkan oleh
cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan
trauma benda tajam atau tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh
yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (58%), dari
20.829 kasus kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur
sebanyak 1.770 orang (25,9%), dan dari 14.125 trauma benda
tumpul yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (20,6%)
(Depkes RI, 2013).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2017 didapatkan sekitar 2700 orang mengalami
kasus fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik, 24%
mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5%
mengalami psikologis atau depresi terhadap kejadian fraktur.
(Profil Dinkes Sumsel, 2017). Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Palembang dibulan Januari tahun 2017
didapatkan 30 orang mengalami kasus fraktur (Profil Dinkes
Sumsel, 2017).
Berdasarkan data dari Rumah Sakit AK Gani Palembang tahun
2015 terdapat kasus fraktur sebanyak 287 orang, dan pada
tahun 2016 mengalami kenaikan yaitu 345 orang, sedangkan
pada tahun 2017 sebanyak 197 orang yang mengalami fraktur,
dan tiga bulan terakhir ditahun 2018.
Ada beberapa dampak yang akan terjadi apabila fraktur tidak
mendapatkan penanganan secara tepat yaitu syok yang terjadi
karena kehilangan banyak darah, kerusakan arteri, sindrom
kompertemen, infeksi, dan dan sindrom emboli lemak
(Smeltzer & Bare, 2013). Oleh karena itu dibutuhkan penangan
yang tepat pada kasus fraktur. Penanganan terhadap fraktur
dapat dengan pembedahan atau tanpa pembedahan (Smeltzer &
Bare, 2013). Hampir semua pembedahan mengakibatkan rasa
nyeri. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial. (Brunner & Suddart, 2013).
Nyeri pasca operasi muncul disebabkan oleh rangsangan
mekanik luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan
mediator-mediator kimia nyeri. (Smeltzer & Bare, 2013).
Bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca pembedahan adalah
nyeri akut. Nyeri akut secara serius mengancam penyembuhan
klien pasca operasi sehingga menghambat kemampuan klien
untuk terlibat aktif dalam mobilisasi, rehabilitasi, dan
hospitalisasi menjadi lama (Perry & Potter, 2010). Nyeri setelah
pembedahan merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal ini
menjadi salah satu keluhan yang paling ditakuti oleh klien
setelah pembedahan. Sensasi nyeri mulai terasa sebelum
kesadaran klien kembali penuh, dan semakin meningkat seiring
dengan berkurangnya pengaruh anastesi (Perry & Potter, 2010).
Penatalaksanaan nyeri fraktur yang biasanya digunakan adalah
manajemen secara farmakologi dan secara non farmakologi.
Secara farmakologi yaitu memakai obat-obatan baik analgesik
narkotik/non narkotik. Namun bila keluhan nyeri dapat
dihilangkan secara sederhana maka hal itu jauh lebih baik
daripada penggunaan obat-obatan karena obatobatan akan
menimbulkan ketergantungan terhadap efek penghilang nyeri
dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti
mual, muntah, diare, dan pendarahan lambung. Penatalaksanaan
nyeri fraktur dapat juga di manajemen secara non farmakologi,
seperti teknik distraksi, dan teknik relaksasi (Potter & Perry,
2010). Salah satu teknik non farmakologi yang digunakan
untuk penatalaksanaan nyeri adalah teknik relaksasi dengan
menggunakan aromaterapi (Sharma, 2009).
Aromaterapi adalah terapi komplementer dalam praktek
keperawatan dan menggunakan minyak esensial dari bau harum
tumbuhan untuk mengurangi masalah kesehatan dan
memperbaiki kualitas hidup. Sharma (2009) mengatakan bahwa
bau berpengaruh secara langsung terhadap otak seperti obat
analgesik. Saat aromaterapi dihisap, zat aktif yang terdapat di
dalamnya akan merangsang hipotalamus (kelenjar hipofise)
untuk mengeluarkan hormone endoprin. Endoprin diketahui
sebagai zat yang menimbulkan rasa tenang, relaks, dan bahagia.
Aromaterapi yang umumnya digunakan adalah aromaterapi
lavender (Widayani, 2016).
Aromaterapi lavender dapat meningkatkan gelombang alfa
didalam otak yang membantu untuk menciptakan keadaan
menjadi rileks. Minyak esensial lavender dapat mengurangi
kecemasan. Lavender dapat memberikan ketenangan,
keseimbangan, rasa nyaman, rasa keterbukaan dan keyakinan.
Zat aktif berupa linaool dan linalyl acetate yang terdapat dalam
lavender berefek sebagai analgetik (Hutasoit, 2012). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ratna (2016) dengan p-value
0,000 menunjukkan ada pengaruh teknik relaksasi terhadap
penurunan intentitas nyeri terhadap luka post operasi caesaria.
Hasil penelitian Zerlinda (2016) dengan p-value 0,000.
Aromaterapi lavender juga menurunkan tingkat intensitas nyeri
antara sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender
pada pasien pasca operasi dengan nilai pvalue 0,001
(Argivigiona, 2013).

Kekuatan :
Latar belakang telah memuat isu dan masalah yang signifikan
yaitu jumlah angka kejadian fraktur yang ada didunia, di
Indonesia, di Sumatera Selatan, Kota Palembang dan RS
Tempat peneliti melakukan penelitian. Pada latar belakang juga
telah memuat penyebab dari suatu masalah penelitian berupa
nyeri pada pasien fraktur dan mencantumkan alternatif dan
mencantumkan fisiologis kenapa terapi lavender bisa dijadikan
alternatif dalam menurunkan nyeri.
Kelemahan :
Latar belakang terlalu panjang, beberapa paragraf bisa
dipersingkat menjadi satu paragraf..
Saran :
Perlunya menyusun latar belakang yang lebih singkat, yang
lebih menitik beratkan pokok permasalahan yang spesifik.

4 Tujuan Tujuan dari penelitain ini adalah peneliti berkeinginan


melakukan penelitian mengenai pengaruh aromaterapi lavender
terhadap skala nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruangan
cempaka dan dahlia rumah sakit AK Gani Palembang.

Kekuatan :
Pada jurnal penelitian ini telah mencantumkan tujuan dengan
jelas.

5 Variabel-variabel Variable bebas:


Pemberian Aromaterapi Lavender
Penelitian
Variabel terikat:
Skala Nyeri Pada Pasien Post Fraktur

Kekuatan :
Terdapat dua jenis varibel pada penelitian ini yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini semua variabel
sudah dijelaskan secara rinci.
6 Definisi Tidak dijelaskan rinci.
Operasional
7 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
kuantitatif, jenis penelitian yang digunakan adalah Pre
Pengambilan
Eksperimen Design dengan rancangan penelitian one group
Sampel pre-test post-test design yaitu penelitian dimana peneliti
melakukan observasi sebelum diberikan perlakuan dan sesudah
diberikan perlakuan. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 17 responden yang menjalani rawat inap post operasi
fraktur ekstremitas. Penelitian ini berlangsung pada tanggal 24
juni - 6 juli tahun 2018 di ruang cempaka dan dahlia RS AK
Gani Palembang.
Tahap Pelaksanaan Pemberian Aromaterapi Lavender :
aromaterapi lavender berbentuk minyak essensial cair yang
diletakkan diatas bola kapas sebanyak 5 tetes dan dan diberikan
dalam waktu 15 menit. Pemeberian bola kapas kepada
responden dilakukan sebanyak dua kali, yaitu 3 tetes pada 10
menit pertama dan 2 tetes pada menit selanjutnya sehingga
mencapai 15 menit. Responden diminta untuk melakukan nafas
pelan dan dalam melalui hidung selama 4 detik sambil menutup
mata, dan menahan inspirasi secara maksimal selama 3 detik,
lalu dihembuskan melalui mulut yang dimonyongkan selama 5
detik. Selanjutnya skala nyeri diukur menggunakan Numeric
Rating Scale. Catat intensitas nyeri sebelum dan sesudah
diberikan aromaterapi lavender. Uji normalitas menggunakan
Saphiro-Wilk dan analisa data menggunakan analisis Wilcoxon.

Kekuatan :
Penjelasan tentang desain penelitian sudah lengkap, peneliti
nemampilkan uji normalitas yang digunakan
Kelemahan :
Tidak disebutkan teknik pengambilan sampel yang digunakan.

8 Pengolahan Data Tidak dijelaskan.

Kekurangan:
Belum menjelaskan uji dan langkah-langkah pengolahan data
yang digunakan pada penelitian ini.
Saran:
Peneliti dapat mencantumkan program yang diguanakan dalam
pengolahan data.

9 Hasil Skala nyeri responden sebelum diberikan aromaterapi lavender


adalah 5,12 dengan (95% CI : 4,72 -5,52), median 5,00 dengan
standar deviasi 0,781. Skala terkecil adalah 4 dan skala terbesar
adalah 6. Dari hasil estimasi dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa rata-rata skala nyeri sebelum diberikan
aromaterapi lavender adalah 4,72 – 5,52.

Skala Nyeri Responden Sesudah Diberikan Aromaterapi


Lavender. didapatkan rata-rata skala nyeri responden sesudah
diberikan aromaterapi lavender adalah 4,35 dengan (95% CI :
3,91 – 4,80), median 4,00 dengan standar deviasi 0,862. Skala
terkecil adalah 3 dan skala terbesar adalah 6. Dari hasil estimasi
dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata skala
nyeri sebelum diberikan aromaterapi lavender adalah 3,91 –
4,80.

Sebelum analisis bivariat dilakukan peneliti telah terlebih


dahulu melakukan uji distribusi data dengan menggunakan tes
normalitas Shapiro Wilk. Dari hasil tes normalitas tersebut
didapatkan bahwa distribusi data tidak normal yaitu <0,05.
Sehingga untuk analisis bivariat menggunakan tes
nonparametrik, yaitu Uji Wilcoxon Matched Pair Test dengan
tingkat kesalahan 5% atau 0,05.
Dari 17 responden, ada 11 responden yang mengalami
penurunan skala nyerinya dengan Mean rank 6,00 dan tidak ada
responden yang mengalami peningkatan skala nyeri, serta ada 6
responden yang nyerinya tetap. Terlihat bahwa hasil uji statistik
non parametrik (wilcoxon matched pair test)didapatkan nilai P
value = 0,002, maka dapat disimpulkan ada pengaruh skala
nyeri sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender.

Kekuatan :
Hasil penelitian telah menjelaskan secara terperinci dari analisis
univariat dan analisis bivariat.

10 Pembahasan Berdasarkan hasil univariat pada penelitian yang telah


dilakukan dari 17 responden menunjukkan bahwa rata rata
skala nyeri sebelum diberikan aromaterapi lavender adalah
5,12, sedangkan rata-rata skala nyeri responden sesudah
diberikan aromaterapi lavender adalah 4,35. Berdasarkan hasil
bivariat pada penelitian
yang telah dilakukan dari 17 responden, ada 11 responden yang
mengalami penurunan skala nyeri, 6 responden yang nyerinya
tetap dan tidak ada responden yang mengalami peningkatan
skala nyeri, dengan Mean Rank 6,00 dan nilai p value 0,002.
Nyeri pasca operasi muncul disebabkan oleh rangsangan
mekanik luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan
mediator-mediator kimia nyeri (Smeltzer & Bare, 2013).
Penatalaksanaan nyeri fraktur yang biasanya digunakan adalah
manajemen secara farmakologi dan secara non farmakologi.
Secara farmakologi yaitu memakai obat-obatan baik analgesik
narkotik/non narkotik. Penatalaksanaan nyeri fraktur dapat juga
di manajemen
secara non farmakologi, seperti teknik distraksi, dan teknik
relaksasi (Potter &Perry, 2010). Salah satu teknik non
farmakologi yang digunakan untuk penatalaksanaan nyeri
adalah teknik relaksasi dengan menggunakan aromaterapi
(Sharma, 2009).
Sharma (2009) dalam Widayani (2016) mengatakan bahwa
berpengaruh bau secara langsung terhadap otak seperti obat
analgesik. Saat aromaterapi dihisap, zat aktif yang terdapat di
dalamnya akan merangsang hipotalamus (kelenjar hipofise)
untuk mengeluarkan hormone endoprin. Endoprin diketahui
sebagai zat yang menimbulkan rasa tenang, relaks, dan bahagia.
Aromaterapi yang umumnya digunakan adalah aromaterapi
lavender.
Hasil penelitian Ratna (2016) didapatkan hasil p value 0,000
(<0,05), dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh sebelum dan
sesudah diberikan Aromaterapi Lavender terhadap penurunan
intensitas nyeri akibat luka post sectio caesaria. Hasil penelitian
Zerinda (2016) didapatkan hasil p value 0,000 (< 0,05.) yang
berarti ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender dan
teknik relaksasi napas dalam terhadap skala nyeri pada pasien
post operasi fraktur ekstremitas. Hasil penelitian Vigiona
(2013) didapatkan hasil p value 0,001 (<0,05), dapat
disimpulkan bahwa ada ada pengaruh intensitas nyeri antara
sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender.
Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian-penelitian
terkait, peneliti berpendapat bahwa untuk menurunkan skala
nyeri pada pasien selain pemberian obat analgesik untuk
meredakan nyeri perlu juga diberikan manajemen nyeri secara
non farmakologi, diantaranya adalah pemberian aromaterapi
lavender.
Dimana aromaterapi lavender terdapat zat didalamnya yang
mengandung linalool dan linaly actetace yang berfungsi untuk
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan rasa rileks pada
pasien. Pada saat aromaterapi dicium menggunakan hidung, zat
aktif didalamnya merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan
hormon endoprin. Dimana hormon endoprin sendiri diketahui
berfungsi untuk menimbulkan rasa tenang, nyaman, relaks dan
meredakan rasa nyeri. Jadi peneliti berpendapat bahwa
pemberian aromaterapi lavender berpengaruh terhadap skala
nyeri pasien post operasi fraktur.

Kekuatan:
Pembahasan telah menjelaskan hasil penelitian, melakukan
justifikasi dengan mencari teori-teori yang mendukung hasil
penelitian serta memberikan opini-opini terhadap hasil
penelitian ini.
Kelemahan :
Pembahasan pada paragraf terahir tidak mencantumkan
referensi.
Saran :
Peneliti dapat memperbanyak penelitian terkait yang
berhubungan judul yang diteliti
11 Kesimpulan 1. Rata-rata skala nyeri responden sebelum diberikan
aromaterapi lavender adalah 5,00.
2. Rata-rata skala nyeri responden sesudah diberikan
aromaterapi lavender adalah 4,00
3. Ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap skala nyeri
pada pasien post operasi fraktur didapatkan nilai p value
sebesar 0,002.

Kekuatan :
Kesimpulan hasil penelitian telah menjawab tujuan penelitian

Implikasi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan perawat sebagai dasar dalam melaksanakan
intervensi pemberian aromaterapi lavender dalam menurunkan skala nyeri pada
pasien post operasi fraktur.

Babul Ilmi : Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan


Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Fraktur
Lenny Astuti, Lela Aini
Volume 12, Nomor 1, Juni 2020
Korespodensi : leni@stik-sitikhadijah.ac.id, lela.aini15@gmail.com

You might also like