Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
47
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
48
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
pernah mengalaminya. Dampak dari antara lain yaitu dengan meditasi, latihan
nyeri pada pasien post SC akan autogenik, latihan relaksasi progresif,
mengakibatkan mobilisasi ibu menjadi guided imagery, nafas ritmik, operant
terbatas, kebutuhan aktivitas sehari-hari conditioning, biofeedback, membina
atau Activity of Daily Living (ADL) hubungan terapeutik, sentuhan
terganggu, bonding attachment (ikatan terapeutik, stimulus kutaneus, hipnosis,
kasih sayang) dan inisiasi menyusui dini musik, accupresure, aromaterapi
(IMD) tidak terpenuhi. Oleh karena itu (Asmadi, 2013).
penanganan nyeri selama post SC Aromaterapi merupakan terapi
terutama pada hari pertama sangat komplementer dalam praktik
diperlukan. Tujuan dari manajemen keperawatan yang melibatkan
nyeri pasca operasi adalah untuk penggunaan wewangian dari minyak
mengurangi atau menghilangkan rasa essensial, yang berasal dari tumbuhan,
sakit dan ketidaknyamanan pasien dan dapat dikombinasikan dengan base
dengan efek samping seminimal oil (minyak campuran obat) yang bisa
mungkin. Salah satu intervensi yang efek dihirup atau dibalurkan saat massage
sampingnya minimal adalah pada kulit yang utuh. Aromaterapi
penatalaksanaan non farmakologi dikatakan dapat mempunyai kemampuan
(Smeltzer, dan Bare, 2002). memberikan efek terapeutik dalam
Peran perawat dalam hal ini asuhan keperawatan maternitas.
membantu klien memperoleh kontrol Aromaterapi digunakan untuk
diri untuk menimimalkan perasaan takut menyembuhkan masalah pernafasan,
akan kemungkinan datangnya nyeri. rasa nyeri, gangguan pada saluran
Maka dari itu perawat harus bisa lebih kencing, gangguan pada alat kelamin,
dahulu menangani masalah nyeri pada dan juga masalah mental dan emosional.
pasien (Tamsuri, 2007). Penanganan Hal ini terjadi karena aromaterapi
nyeri dengan non farmakologi menjadi mampu memberikan sensasi yang
lebih murah, simpel, efektif, tanpa efek menenangkan diri dan otak, serta stres
yang merugikan, dan ibu dapat yang dirasakan (Laila, 2011). Pengaruh
mengendalikan sendiri keluhan nyerinya aromaterapi terhadap kenyamanan dapat
(Potter, dan Perry, 2005). Manajemen diukur dengan melihat berbagai
non farmakologi yang sering diberikan indikator yang memperlihatkan
49
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
50
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
seseorang merasa lebih rileks, sedangkan membantu blok transmisi sinyal nyeri.
pada rosemary cenderung merasa lebih Aromaterapi peppermint merupakan
waspada. Hal ini membuktikan bahwa aromaretapi yang paling digemari oleh
aroma lavender memberikan manfaat wanita. Minyak peppermint dapat
relaksasi, sedatif dan mengurangi diaplikasikan pada tubuh melalui cara
kecemasan (Dewi, 2011). Pemberian inhalasi, metode topikal, atau konsumsi.
aromaterapi secara inhalasi dapat Aroma yang dihirup memiliki efek
dilakukan menggunakan tungku paling cepat, di mana sel-sel reseptor
pemanas yang ditetesi minyak esensial. penciuman dirangsang dan impuls
Menurut Primadiati (2002), aromaterapi ditransmisikan ke emosional pusat otak
lavender yang dihirup selama 15-30 (Cappello, et al., 2007). Peppermint
menit dapat memberikan efek terapeutik, adalah salah satu spesies Mentha yaitu;
yaitu dapat mengendurkan otot-otot Mentha piperita, minyak peppermint,
yang tegang sehingga dapat melancarkan mentha arvensis, minyak cornmint.
aliran darah karena pelebaran pembuluh Menthol dan menthone adalah
darah yang menyempit. Hal tersebut komponen utama dari minyak esensial
terbukti dari penelitian yang dilakukan peppermint. Aplikasi eksternal ekstrak
oleh Kartika (2014) bahwa aromaterapi peppermint mengangkat ambang nyeri
lavender yang diberikan selama 15 menit pada manusia (Balakrishnan, 2015).
efektif menurunkan intensitas nyeri Penelitian tentang aromaterapi lavender
dengan nilai p = 0,000. sudah banyak dilakukan tetapi belum ada
Penelitian Cappello et al. (2007) yang meneliti tentang perbedaan
menjelaskan bahwa menthol dan metil efektivitas aromaterapi lavender dan
salisilat adalah bahan aktif utama aromaterapi peppermint terhadap nyeri
minyak peppermint. Secara internal, post SC. Di samping itu, penelitian
peppermint memiliki tindakan anti tentang aromaterapi peppermint masih
spasmodik, dengan efek menenangkan jarang sekali dilakukan pada nyeri post
pada otot-otot perut, saluran pencernaan, SC.
dan uterus. Peppermint juga memiliki Berdasarkan studi pendahuluan
analgesik kuat (menghilangkan nyeri), yang dilakukan pada bulan Januari
yang dimediasi sebagian, melalui sampai Februari 2017, didapatkan data
aktivasi kappa-opioid reseptor, yang pasien sebanyak 327 ibu, yang
51
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
52
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
pengukuran dalam lembar observasi. dilihat secara rinci pada tabel Tabel 1.
53
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
kelompok berada pada rentang 26-35 Tabel 2 Gambaran skala nyeri sebelum
tahun. intervensi
Kelompok Nyeri n (%)
Gambaran skala nyeri sebelum dan Lavender Skala 6 5 (31,3%)
sesudah terapi lavender dan Skala 7 6 (37,5%)
peppermint Skala 8 5 (31,3%)
Jumlah 16 (100%)
Peppermint Skala 5 4 (25 %)
Skala 6 6 (37,5%)
Tabel 2 menunjukkan bahwa Skala 7 4 (25%)
gambaran skala nyeri responden Skala 8 2 (12,5%)
Jumlah 16 (100%)
sebelum diberi aromaterapi lavender
mayoritas pada skala 7 sebanyak 37,5%,
Tabel 3 Gambaran skala nyeri setelah
sedangkan pada aromaterapi intervensi
peppermint, skala nyeri responden Kelompok Nyeri n (%)
Lavender Skala 3 1 (6,3%)
sebelum diberikan aromaterapi
Skala 4 6 (37,5%)
mayoritas pada skala 6 sebanyak 37,5%. Skala 5 7 (43,8%)
Skala 6 2 (12,5%)
Tabel 3 menunjukkan gambaran Jumlah 16 (100%)
skala nyeri responden setelah diberikan Peppermint Skala 3 1 (6,3%)
Skala 4 8 (50%)
aromaterapi lavender mayoritas pada Skala 5 4 (25%)
Skala 6 2 (12,5%)
skala 5 sebanyak 43,8%, sedangkan pada Skala 7 1 (6,3%)
aromaterapi peppermint mayoritas pada Jumlah 16 (100%)
Tabel 4 Perbedaan Rerata Skala Nyeri sebelum dan Sesudah diberikan aromaterapi pada
kelompok lavender (n=16) dan peppermint (n=16)
Kelompok
n Median (Min-Max) Mean ±SD p
Penyimpanan
Lavender Pre 16 7 (6-8) 7,0±0,8
Post 16 5 (3-6) 4,6±0,8 0,000
54
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
Tabel 5 Perbedaan penurunan rerata skala nyeri pada kelompok Lavender (n=16) dan
Peppermint (n=16)
Kelompok n Median (Min-Max) Rerata±s.b p
Lavender 16 2 (1-4) 2,3±0,7
0,005
Peppermint 16 2 (1-3) 1,6±0,6
55
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
hasil mayoritas karakteristik responden pada dinding perut dan rahim pada
adalah dewasa awal (26-35 tahun). tindakan SC menimbulkan sensasi nyeri,
Pada rentang usia 26-35 tahun, dan responden pada penelitian ini
merupakan waktu yang ideal dalam memiliki pengalaman nyeri baru
berumah tangga dan siap menjadi pertama kali, sehingga respon nyeri pada
seorang ibu apabila terjadi kehamilan masing-masing responden cenderung
(Manuaba, 2008). Berdasarkan hasil kuat.
pengamatan dan wawancara pada saat Respon nyeri juga lebih banyak
penelitian, banyak ibu dengan SC diungkapkan pada kaum perempuan
mengalami gangguan pada janin, seperti seperti yang terjadi pada responden
posisi janin melintang, presentasi dalam penelitian ini. Hal ini dikaitkan
bokong yang sudah tidak dapat kembali dengan adanya letak persepsi nyeri pada
karena usia janin cukup bulan, dan perempuan berada pada daerah limbik,
distress pada janin yang dapat yaitu bagian otak yang berperan sebagai
mengancam nyawa. Di samping itu, pusat utama emosi seseorang, sehingga
faktor dari ibu sendiri seperti tidak kuat secara emosional perempuan lebih
mengejan/ tidak tahan dengan rasa sakit sensitif dalam mempersepsikan nyeri
saat muncul his, atau fase pembukaan (Potter, dan Perry, 2005).
yang lama, ditambah faktor keinginan
Gambaran skala nyeri responden
yang sangat besar ingin memiliki sebelum dan sesudah intervensi
seorang anak, membuat ibu muda lavender dan peppermint
memilih jalan SC agar bayi yang Nyeri pada post SC dapat bersifat
dikandungnya selamat. ringan, sedang, dan berat (Perhimpunan
Usia menjadi salah satu faktor Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 2009).
yang mempengaruhi nyeri, dimana pada Berdasarkan pembagian skala nyeri
usia dewasa akan melaporkan rasa nyeri menurut Potter dan Perry (2005), angka
apabila terjadi kondisi patologis dan 0 menunjukkan tidak ada nyeri, angka 1-
mengalami kerusakan fungsi. Semakin 3 masuk kategori nyeri ringan, angka 4-
tua usia seseorang maka akan lebih 6 masuk kategori nyeri sedang, angka 7-
mampu mengatasi stresor nyeri 9 masuk kategori nyeri berat, dan angka
dibandingkan usia yang lebih muda 10 masuk kategori nyeri tak tertahankan.
(Potter, dan Perry, 2005). Robekan insisi Pada penelitian ini gambaran skala nyeri
56
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
57
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
58
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
59
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
alfa di dalam otak sehingga merasakan Alireza et al. (2013), bahwa nilai
rileks (Simkin et al., 2008). Aromaterapi efektivitas menghirup minyak esensial
secara tidak langsung ikut merangsang lavender setelah caesar mengalami
sistem neuroendokrin hipotalamus yang penurunan nyeri yang signifikan
mengatur reaksi stres dan menghasilkan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
coticitropin releasing factor (CRF). CRF Hasil penelitian Rasool et al. (2013)
berfungsi untuk merangsang kelenjar menunjukkan bahwa penggunaan
pituitari dalam memproduksi adreno minyak essensial lavender memberikan
cortico tropin hormone (ACTH). ACTH efek analgesik, sehingga terjadi
akan menstimulasi produksi endorfin, penurunan yang signifikan pada nyeri
dan enkefalin yang memberikan efek pasca tonsilektomi. Efek lavender juga
analgesik natural dengan menurunkan mempengaruhi saraf parasimpatis tubuh
produksi kortisol dan hormon-hormon dengan menurunkan frekuensi
stres lainnya dan menghambat pernapasan menjadi lebih lambat,
presinaptik dan pasca sinaptik pada sehingga nyeri yang dialami oleh pasien
serabut-serabut nyeri tipe C dan tipe dengan persalinan menjadi berkurang
delta serta memblokade reseptor nyeri di (Masaoka et al., 2013).
kornu dorsalis. Sehingga nyeri tidak Sedangkan manfaat dari
dikirim ke korteks serebri dan aromaterapi peppermint dalam
selanjutnya akan menurunkan persepsi menurunkan skala nyeri sesuai dengan
nyeri (Smeltzer, dan Bare, 2002). hasil penelitian Rahmadeni (2014) yaitu
Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian aromaterapi peppermint
bahwa aromaterapi lavender maupun (mentha piperita) secara inhalasi mampu
peppermint yang diberikan selama 15 menurunkan skala nyeri pada dismenore
menit mampu menurunkan tingkat nyeri primer, yang ditunjukkan dengan nilai
yang dialami responden yang ditandai p=0,000 (p < 0,05). Kligler
dengan terdapat perbedaan yang dan Chaudhary (2007) menyatakan
signifikan antara nyeri sebelum bahwa daun peppermint dan minyak
diberikan intervensi dan sesudah peppermint dapat digunakan untuk
diberikan intervensi. Manfaat gangguan pencernaan. Kombinasi
aromaterapi lavender menurunkan skala minyak peppermint dan minyak jintan
nyeri sesuai dengan hasil penelitian cukup efektif dalam pengobatan nyeri
60
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
61
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
lavender adalah linalyl asetat dan dan Denise, 2008). Kandungan menthol
linalool. Diteliti efek dari tiap (sensasi dingin) lebih efektif bila
kandungan bunga lavender untuk digunakan sebagai muscle relaxant
mencari tahu zat mana yang memiliki dengan cara dioles, karena menthol lebih
efek anti-anxiety (efek anti cepat meresap melalui kulit, dan mampu
cemas/relaksasi) menggunakan Geller mengurangi cedera pada atletik, nyeri
conflict test dan Vogel colinfct test. otot, kram saat menstruasi serta berbagai
Linalool memberikan hasil yang masalah pencernaan termasuk kembung,
signifikan pada kedua tes, dapat mual, morning sickness, dan kram perut.
dikatakan linalool adalah kandungan Kandungan menthol pada peppermint
aktif utama yang berperan pada efek anti sifatnya hanya sementara bila diberikan
cemas (relaksasi) pada lavender. Di dengan cara inhalasi, namun lebih efektif
samping itu, kandungan minyak dalam bila digunakan untuk pijat/ dioleskan ke
aromaterapi lavender ikut menjadi tubuh (Cappello et al., 2007). Sehingga
perantara lepasnya enzim yang pada penelitian ini pada kelompok
mengurangi kontraksi otot, sehingga lavender lebih berpengaruh dalam
memberikan rasa relaksasi dan efektif menurunkan tingkat nyeri pada pasien
untuk mengurangi rasa nyeri pada post post SC. Di samping itu, kemungkinan
SC (Liu et al., 2008). dapat terjadi perbedaan hasil pada kedua
Sedangkan aromaterapi kelompok dikarenakan ruangan
peppermint mengandung menthol yang perawatan pasien yang terlalu lebar dan
berfungsi sebagai anestesi ringan yang antara satu pasien dengan pasien lain
bersifat sementara dan efektif sebagai hanya dipisahkan dengan tirai yang tidak
salah satu mekanisme anti konvulsi dan menutup rapat sehingga aromaterpi yang
spasmolitik secara in vitro pada otot dihirup menjadi tidak sama. Posisi
skeletal, sehingga sesuai apabila pasien pasien yang berbeda-beda dengan
digunakan pada keluhan nyeri pada letak ventilasi yang tidak sama juga
tulang, otot halus saluran gastrointestinal dapat mempengaruhi aromaterapi yang
dan saluran empedu. Mekanisme kerja dihirup oleh responden menjadi tidak
aromaterapi lavender sama dengan maksimal atau tidak dapat fokus hanya
mekanisme kerja aromaterapi terhirup oleh responden.
peppermint (Muchtaridi, 2005; Tiran,
62
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
63
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
Laila, N.N., 2011, Buku Pintar Perez, C., 2003, Clinical Aromatherapy
Menstruasi, Buku Biru, Part 1: An introduction into nursing
Yogyakarta. practice. Clinical Journal Of
Liu, W.E., Lin, L.J., Jiang, Y.Y., Jhen, Oncology Nursing Volume 7,
J.Y., Lin, P.X., Jien, Y.X., Lin, Number 5. [accesed 17 November
W.F., Lin, R.X., 2008, Essential 2016]
Oil Massage Effects on Neck and Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Shoulder Pain, Nursing Leadership, Dalam Indonesia, 2009, Buku Ajar
9, : 18-30. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi
Manuaba, C., 2008, Gawat-Darurat Kelima, Jilid II, Aru W. Sudoyo,
Obstetri-Ginekologi & Obstetri Bambang Setyohadi, Idrus Alwi,
Ginekologi Sosial untuk Profesi Marcellus Simadibrata K, Siti
Bidan, EGC, Jakarta. Setiati, FKUI, Jakarta.
Masaoka Y, Takayama M, Yajima H, Potter, P.A., dan Perry, A.G., 2005,
Kawase A, Takakura N, Homma I., Buku Ajar Fundamental
2013, Analgesia is enhanced by Keperawatan, Edisi ke-4. Penerbit
providing information regarding buku kedokteran, EGC, Jakarta.
good outcomes associated with an Potter P.A., dan Perry, A.G., 2006,
odor: placebo effects in Buku Ajar Fundamental
aromatherapy?, Evidence-Based Keperawatan (Konsep, Proses, dan
Complementary and Alternative Praktik), EGC, Jakarta.
Medicine, 8. Pratiwi, R., 2011, Penurunan Intensitas
McLain D.E., 2009, Chronic Health Nyeri akibat Luka Post Section
Effects Assessment of Spike Caesarea setelah dilakukan Latihan
Lavender Oil. Walker Doney and Teknik Relaksasi Pernapasan
Associates, Inc 2009; 1-18 menggunakan Aromaterapi
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M.L., Lavender di Rumah Sakit Al Islam
dan Swanson, E., 2013, Nursing Bandung, Jurnal Pakultas Ilmu
Outcomes Classification (NOC) Keperawatan Universitas
Measurements of Health Padjadjaran, 3 (2) : 12-15.
Outcomes, Fifth Edition, Elsevier, Price, S.A., dan Wilson, L.M., 2005,
United States of America. Patofisiologi : Konsep Klinis
Muchtaridi, 2005, Penelitian Proses-Proses Penyakit, EGC,
Pengembangan Minyak Atsiri Jakarta.
sebagai Aromaterapi dan Primadiati, R., 2002. Aromaterapi
Potensinya sebagai Produk Sediaan perawatan alami untuk sehat dan
Farmasi, J. Tek. Ind. Pert. Vol. cantik, PT Gramedia Pustaka
17(3),80-88. Utama, Jakarta.
Ogan, M. P., Owens, J. E., Goodman, Rahmadeni, I., 2011, Pengaruh
M., Wolfe, P., dan Schorling, J., Pemberian Aromaterapi
2005, A pilot study evaluating Peppermint (Menta Piperita) secara
mindfulness-based stress reduction Inhalasiterhadap Skala Dismenore
and massage for the management Pprimer pada Siswa SMA Negeri
of chronic pain. J Gen Intern Med, 10 Sijunjung Tahun 2014, Skripsi,
20, 1136-1138. Universitas Andalas.
Padilla, 2008, Risk factors in cesarean Rasool, S., Saeed, S., Valiollah, H., Gholamreza,
section, Ginecol Obstet Mex A., Mahdi, B., Mahdi, M., 2013, Evaluation
Article in Spanish. of the Effect of Aromatherapy with
64
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
65