Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Abstract : The purpose of this study are: 1) To find out and analyze the existence of
Living Law, outsourcing companies in contract system workers. To find out and analyze the
Vol. 13, No. granting of rights for workers related to the contract system based on Law No. 13 of
1,
2003 concerning Labor. The research method used in this study is a normative
2021
hlm. 20-34 juridical study that takes a qualitative approach that looks at and analyzes the legal
norms in existing legislation and sociological research as supplementary data as
primary data. The results of this study are: 1) The existence of outsourcing companies
in contra system workers, in terms of employment relations between workers and
outsourcing companies is based on a Specific Time Work Agreement, then the work
agreement must require the transfer of the protection of the rights of workers whose
objects of work remain, even though there is a change of companies that carry out
part of the work of other companies or companies providing workers' services. 2) The
granting of rights for workers related to the contract system based on Law Number
13 of 2003, there are still outsourced workers who are not registered with Jamsostek,
so the legal protection of health and safety for outsourced workers is not
implemented.
yaitu diatur dalam Pasal 67 sampai dengan c. Hak dan kesempatann yang sama
Pasal 101. untuk memilih, mendapatkan, atau
Pekerja outsourcing memiliki pindah pekerjaan (Pasal 31);
kepentingan-kepentingan yangg telah d. Hak atas Kepastian dalam Hubungan
ditransformasikan kee dalam hak pekerja Kerja (Pasal 50 s.d. Pasal 66);
yang oleh hukum perlu untuk dilindungi e. Hak atas Waktu Kerja Waktu Istirahat,
oleh pengusaha. Abdul Khakim mengatakan Cuti, Kerja Lembur dan Upah Kerja
bahwa: “Hakikat hak pekerja merupakan Lembur (Pasal 77);
kewajiban pengusaha”, dan sebaliknya “hak f. Hak berkaitan dengan pengupahan,
pengusaha merupakan kewajiban jaminan sosial dan kesejahteraan
pekerja/buruh”.13 Perlindungan atas hak- (Pasal 88);
hakk dasar pekerja yang terjalin dari g. Hak mendapat perlindungan
hubungan kerja merupakan kepentingan Keselamatan dann Kesehatan Kerja,
pekerja yang harus dipenuhi oleh moral dan kesusilaan, serta perlakuan
pengusaha, karena hak-hak tersebut yang sesuaii dengan harkat dan
merupakan kebutuhan pekerja sejak martabat manusia serta Hak
mereka beranjak dan menentukan sikap memperoleh jaminan kematian akibat
untuk bekerja. kecelakaan kerja (Pasal 86);
Selanjutnya dalam Pasal 66 ayat (2) h. Hak berorganisasi dan berserikat
huruf c disebutkan bahwa “Perlindungan (Pasal 104);
upah dan kesejahteraan, syarat-syarat i. Hak mogok kerja (Pasal 137);
kerja, sertaa perselilsihan yang timbull j. Hak untuk mendapatkan uang
menjadi tanggung jawab perusahaann pesangon setelah di PHK (Pasal 156).
penyedia jasa pekerja/buruh”. Hak-hak seperti di atas merupakan
Kebutuhan-kebutuhan pekerja itulah hak-hak dasar pekerja yang tidak
yang harus dilindungi dan dipenuhi oleh semuanya diperoleh pekerja/buruh
pengusaha. Menurut Djoko Triyanto outsourcing. Perlakuan pengusaha yang
perlindungan kerja meliputi aspek-aspekk tidak adil dan layak terhadap pekerja
yang cukup luas, yaitu perlindungan dari outsourcing menimbulkan kesan negatif
segi fisik yang mencakup perlindungan terhadap legalitas sistem outsourcing.
keselamatan darii kecelakaan kerja dan Demi menunjang kinerja para
kesehatannyaa serta adanya pemeliharaan pekerja/buruh maka dibuat upaya untuk
morill kerja dan perlakuan yangg sesuai melindungi keselamatan kerja dan
dengan martabat manusiaa maupun moral keamanan bagi tenaga kerja/buruh atau
dan agama14 sebagai konsekwensi lahirnya biasa dikenal dengan Jaminan Sosial
hubungan kerja, yangg secara umum Tenaga Kerja (Jamsostek). Jamsostek diatur
tertuang dalam Undang-undang No 13 di dalam Pasal 99 Undang-undang Nomor
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
seperti: yang menyatakan bahwa:
a. Hak untuk memperoleh kesempatan a. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya
dan perlakuann yang sama tanpaa berhak untuk memperoleh jaminan
diskriminasi (Pasal 5); sosial tenaga kerja,
b. Hak untuk memperoleh peningkatan b. Jaminan sosial tenaga kerja
dan pengembangan kompetensi serta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
mengikuti pelatihan (Pasal 11); dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal ini penyelenggara Jamsostek
13 Abdul Khakim, Op.Cit., Hlm. l26. adalah Badan Penyelenggara Jaminan
14 Djoko Triyanto, Hubungan Kerja di Perusahaan Sosial Tenaga Kerja (BPJS). Program
Jasa Konstruksi, Bandung: Mandar Maju, 2004,
Hlm.102.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 13 Nomor 1, Januari 2021 27
kerja yang diberikan perusahaan, saya Pada PT. Mitra Utama Madani masih
didaftarkan ke dalam Jamsostek.21 ada pekerja outsourcing yang tidak
Perlindungan keselamatan dan terdaftar dalam Jamsostek, sehingga
kesehatan pekerja saya dapatkan perlindungan hukum terhadap
melalui Jamsostek. Saya dan keluarga kesehatan dan keselamatan bagi
terdaftar dalam Jamsostek.22 Saya pekerja outsourcing tersebut tidak
belum terdaftar dalam Jamsostek terlaksana, karena mereka tidak
karena persyaratannya belum lengkap. terlindungi dari resiko yang dapat saja
Kendalanya KTP saya belum ada jadi timbul saat melakukan pekerjaan
tidak memenuhi syarat. Kalau sakit maupun di luar masa pekerjaan.
terpaksa pakai biaya sendiri.23 Saya 2. Perlindungan Norma Kerja
belum terdaftar dalam Jamsostek Norma kerja meliputi perlindungan
karena ada persyaratan yang belum terhadap pekerja yang bertalian
dilengkapi. Kalau misalnya sakit pakai dengan waktu bekerja, istirahat, cuti
biaya sendiri.24 kerja, sistem pengupahan dan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, perjanjian kerja.
dapat dilihat bahwa bentuk a. Waktu Kerja, Istirahat dan Cuti
perlindungan keselamatan dan Waktu kerja yang diterapkan oleh
kesehatan kerja yang diberikan oleh PT. Mitra Utama Madani kepada
PT. Mitra Utama Madani kepada pekerja outsourcing yang bekerja
pekerjanya adalah dengan sebagai security adalah 8 jam dalam
mengikutsertakan pekerjanya ke dalam 1 hari, dimulai pukul 06.00 WIB s.d
program Jamsostek. Akan tetapi tidak 14.00 WIB dan selebaihnya
semua pekerja pada PT. Mitra Utama dianggap jam kerja lembur. Jam
Madani terdaftar menjadi peserta kerja lembur adalah pukul 14.00 s.d
Jamsostek. Pekerja PT. Mitra Utama pukul 18.00 WIB. Dalam 1 (satu)
Madani yang tidak terdaftar menjadi minggu pekerja PT. Mitra Utama
anggota Jamsostek dikarenakan ada Madani bekerja selama 6 (enam)
persyaratan yang belum dilengkapi hari yaitu hari Senin s.d hari Sabtu.
yaitu pekerja tersebut belum memiliki Jadi total jam kerja pekerja
Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dalam outsourcing PT. Mitra Utama Madani
Undang-undang Jaminan Sosial Tenaga yang bekerja sebagai security dalam
Kerja Pasal 3 ayat (2) dikatakan 1 (satu) minggu adalah 48 (empat
bahwa: “Setiap tenaga kerja berhak puluh delapan) jam.
atas jaminan sosial tenaga kerja”. Jam kerja yang diterapkan oleh PT.
Selanjutnya dalam Pasal 17 ditegaskan Mitra Utama Madani tersebut tidak
bahwa: “Pengusaha dan tenaga kerja sesuai dengan ketentuan Undang-
wajib ikut serta dalam program undang Nomor 13 Tahun 2003
jaminan sosial tenaga kerja”. tentang Ketenagakerjaan yang
menyatakan bahwa total jam kerja
dalam 1 (satu) minggu adalah 40
21 Hasil wawancara dengan Bapak C, pekerja
(empat puluh) jam. Hal ini
outsourcing PT. Mitra Utama Madani, pada
tanggal 19 Juni 2020. melanggar Pasal 77 ayat (1) yang
22 Hasil wawancara dengan Ibu D, pekerja mengatur bahwa total jam kerja
outsourcing PT. Mitra Utama Madani, pada dalam 1 (satu) minggu tidak boleh
tanggal 19 Juni 2020. lebih dari 40 (empat puluh) yaitu 7
23 Hasil wawancara dengan Ibu E, pekerja
(tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40
outsourcing PT. Mitra Utama Madani, pada
tanggal 19 Juni 2020. (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
24 Hasil wawancara dengan Ibu F, pekerja untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
outsourcing PT. Mitra Utama Madani, pada (satu) minggu.
tanggal 19 Juni 2020.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 13 Nomor 1, Januari 2021 29
sekali.32 Saya sudah bekerja selama Madani dengan pekerja outsourcing maka
kurang lebih 4 (empat) tahun. Selama demi hukumm status hubungan kerja
bekerja menandatangani perjanjian antaraa pekerja dan PT. Mitra Utama
kerja dengan PT. Mitra Utama Madani beralih menjadi hubungann kerja
Madani.33 Saya sudah bekerja selama 3 antara pekerjaa dan perusahaan pemberii
(tiga) tahun. Ketika mulai masuk pekerjaan.
bekerja ada perjian kerja secara
tertulis dengan perusahaan. Awal Perjanjian kerja bersama adalah suatu
masuk bekerja hanya disuruh bentuk pengikatan antara pihak pengusaha
mengikuti training selama 3 (tiga) dengan pihak pekerja dalam kaitannya
bulan, sesudah itu apabila kinerja tidak untuk memberiakn hak dan kewajiban
baik maka siap diberhentikan.34 masing-masing pihak secara jelas.
Dari hasil wawancara tersebut di atas Kesepakatan para pihak menjadii dasar
diketahui bahwa antara PT. Mitra terbantuknya suatu perjanjian kerja
Utama Madani dengan pekerjanya ada bersama dengan demikian pada dasarnya
membuat perjanjian kerja. Dalam kesepakatan yang dimaksud oleh pembuat
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 undang-undang tidak terbatas secara
Pasal 50 menyebutkan bahwa: bahasa (gramatikal) namun lebih
“Hubungan kerja terjadi karenaa ditekankan pada itikad baik masing-masing
adanya perjanjian kerja antaraa pihak, sehingga perjanjian yang dibuat
pengusaha dan pekerja/buruh”. tidak memiliki catatat kehendak dan benar-
benar disepakati para pihak.
Berdasarkan uraian dii atas dapat Bentuk-bentuk perjanjian yang lahir
disimpulkann bahwa PT. Mitra Utama dari Buku III KUHPerdata pada umumnya
Madani sebagai perusahaan penyediaa merupakan bentuk perjanjian obligatoir
jasa pekerja telah melanggar ketentuan yang artinya perjanjian tersebut
peraturan perundang-undangann yang menimbukan kewajiban-kewajiban bagi
berlaku sebagaimana yang telah diatur para pihak pembuatnya. Ketentuan
dalam Undang-undang No 13 Tahun 2003 mengikat dari perjanjian yang muncul
tentang Ketenagakerjaann Pasal 66 dan seiring dengan asas kebebasan berkontrak
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No yang memberikan kebebasan dan
11 Tahun 2019 Perubahan Kedua atas kemandiarian para pihak, pada situsiasi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan tertentu daya berlaku dibatasi. Dengan kata
Transmigrasi No 19 Tahun 2012 tentang lain daya berlaku suatu kebebasan dan
Syarat-syarat Penyerahan Sebagiann kemandirian tersebut dibatasi oleh itikad
Pelaksanaan Pekerjaan Kepada baik sebagaimana diatur dalam Pasal 1338
Perusahaan Lain, yaitu dalam Pasal 27. KUHPerdata. Dalam Pasal 1338 ayat (2)
Berdasarkan ketentuan Undang-undang KUHPerdata jelas mengatur bahwa suatu
No 13 Tahun 2003 tentang perjanjian hanya bisa dibatalkan apabila
Ketenagakerjaan Pasal 66 ayat (4), kedua belah pihak menyepakatinya atau
dikarenakan adanya perjanjian kerja dengan kata lain dibatalkan secara
secara tertulis antara PT. Mitra Utama bersama-sama maupun secara sepihak
apabila cacat hukum. Cacat hukum ini telah
32 Hasil wawancara dengan Bapak B, pekerja diatur dalam Pasal 1321-1327 KUHPerdata.
outsourcing PT. Mitra Utama Madani, pada Proses perundingan pembuatan perjanjian
tanggal 19 Juni 2020. kerja bersama membuat kekuatan masing-
33 Hasil wawancara dengan Bapak C, pekerja
masing pihak tidak seimbang sehingga
outsourcing PT. Mitra Utama Madani, pada
tanggal 19 Juni 2020. kekuatan runding yang berbeda tersebut
34 Hasil wawancara dengan Ibu D, pekerja membuat pekerja dalam kondisi yang
outsourcing PT. Mitra Utama Madani, pada kurang menguntungkan. Apabila perjanjian
tanggal 19 Juni 2020.
32 Haerudin, Et.al. Analisis Yuridis Perusahaan Outsourcing
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku:
Djoko Triyanto, Hubungan Kerja di Perusahaan Jasa Konstruksi, Bandung: Mandar Maju,
2004.
Gunarto Suhardi, Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak, Yogyakarta: Atmajaya, 2006.
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan, Bogor: Ghalia Indonesia Cet. Ke-2, 2011.
Iftida Yasar, Outsourcing Tidak Akan Pernah Bisa Diapus, Jakarta: Pelita Pikir Indonesia,
2012.
Nuridin dan Tiyas Vika Widyastuti, Pelaksanaan Hak Normatif Tenaga Outsourcing di
Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja, Brebes: Diya Media Group, 2017.
Sehat Damanik, Outsourcing dan Perjanjian Kerja, Jakarta: DSS Publishing, 2007.
B. Jurnal Hukum
Endeh Suhartini, Legal Perspective In Creating Employment Policies For Minimum Wage
Payment Systems In The Company, Jurnal Vol. 1 Nomor 2, 2017.
Martin Roestamy dan R. Pepen Rustam Effendi, Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Tambang
Galian C Dalam Perspektif Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja di Wilayah
Provinsi Jawa Barat, Jurnal Living Law, Vol. 10, No. 2, 2018.
T.N. Syamsah dan Ita Rosita, Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Dalam Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu Pada Perusahaan Garmen, Jurnal Living Law, Volume 8 Nomor
2, Oktober 2016.
C. Peraturan Perundang-undangan
Ujang Bahar, Endeh Suhartini, dan Dani Purwanto, Optimalisasi Perlindungan Hukum
Tenaga Kerja Dalam Aspek Keselamatan Kerja Pada Proyek Konstruksi di Wilayah
Bogor, Jurnal Ilmiah Living Law Volume 12 Nomor 1, Januari 2020.
D. Internet
Pan Mohamad Faiz, Tinjauan Yuridis terhadap Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, http://jurnalhukum.blogspot.com/2007/05/outsourcing-dan-
tenaga-kerja.html., Diakses tanggal 20 Juni 2020.